Modul 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

MODUL 4

PENGELASAN MENGGABUNGKAN DUA PLAT

4.1 Tujuan Praktikum


1. Praktikan mampu memahami bagian-bagian alat las, dan cara kerja serta hasil
produk pengelasan
2. Praktikan mampu menganalisa dan menentukan alat las yang digunakan
dalam proses pembuatan produk.
3. Praktikan mampu mengoprasikan alat las dalam pembuatan produk.
4. Praktikan mampu melakukan proses pengelasan menyatukan dua buah plat.

4.2 Landasan Teori


4.2.1 Pengertian Proses Pengelasan

Pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah


ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las
merupakan sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas (Putri, F. 2009).
Shielded Metal Arc Welding(SMAW) dikenal juga dengan istilah
Manual Metal Arc Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus
adalah suatu proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi
suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik
dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus (A. Azwinur, S. A.
Jalil, and A. Husna, 2017).
Elektroda terbungkus yang berfungsi sebagai fluks akan terbakar
pada waktu proses pengelasan dan gas yang terjadi akan melindungi
proses pengelasan terhadap pengaruh udara luar, cairan yang terbungkusa
akan terapung membeku pada permukaan las yang disebut slag (Aditia,
A., Nurdin, N., & Ismy, A. S. (2019).
Proses pengelasan busur logam terbungkus (Shielded Metal Arc
Welding) Salah satu jenis proses las busur listrik elektoda terumpan, yang
menggunakan busur listrik yang terjadi antara elektroda dan benda kerja
setempat, kemudian membentuk paduan serta membeku menjadi lasan.

Mengelas merupakan salah satu cara menyambung logam dengan


menggunakan panas. Pengelasan dapat juga diartikan sebagai sebuah
proses penyambungan antara dua atau lebih material dalam keadaan plastis
atau cair dengan menggunakan panas (heat) atau dengan tekanan (pressure)
atau keduanya. Logam pengisi (filler metal) dengan temperatur lebur yang
sama dengan titik lebur dari logam induk dapat atau tanpa digunakan dalam
proses penyambungan tersebut. Sambungan las hanya logam pengisi filler
metals yang akan mencair dengan dua bagian yang akan dilas, setelah filler
metals membeku maka dua logam akan menyatu. Dari definisi tersebut las
adalah sambungan dari beberapa batang dengan menggunakan energi panas
sehingga terjadi ikatan antara atom-atom atau molekulmolekul dari logam
yang disambungkan

Salah satu cara menyambung logam selain dengan menggunakan las


gas adalah dengan cara menggunakan las listrik, ini yang biasa disebut
dengan las busur listrik atau umumnya disebut las listrik. Las listrik adalah
suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik
sebagai sumber panas dan elektroda sebagai bahan tambah. Penyalaan
busur api dapat dilakukan dengan dua cara untuk pesawat las AC
penyalaan busur api yang digunakan dengan cara menggoreskan elektroda
pada benda kerja, sedangkan untuk mesin las DC, penyalaan yang
digunakan dengan cara disentuhkan atau dihentakkan pada benda kerja
Dalam memilih besarnya arus yang digunakan, tergantung pada besar
kecilnya diameter elektroda dan jenis serta tipe elektroda yang digunakan,
karena tiap-tiap elektroda memiliki ampere minimum dan maximum.
Dalam proses pengelasan dapat dilakukan dalam berbagai posisi,
diantaranya:

1. POSISI 1F/PA

Pengelasan sabungan fillet pelat dengan pelat, dengan arah


elektroda/kawat las menghadap kebawah.

2. POSISI 1G PLAT/PA

1G pelat merupakan pengelasan butt joint pelat dengan pelat dengan


arah elektroda/busur listrik menghadap kebawah. Untuk mengelas
dengan posisi 1G, dimulai dari pembuatan root, kemudian membuat
lapisan pengisian dan terakhir lapisan penutup/capping.

3. POSISI 1G PIPA/PA

Posisi 1G pipa adalah pengelasan joint atau sambungan pipa dengan


pipa, arah dan gerakan busur listrik menghadap kebawah dan seiring
berjalannya pengelasan maka pipa juga diputar untuk menjaga agar arah
elektroda tetap menghadap kebawah.
Untuk posisi datar 1G ini juru las / tukang las tetap pada tempatnya,
yang berputar adalah material pipa yang akan disambung. Berlaku untuk
semua proses baik itu las OAW, SMA, GMAW hingga GTAW.

4. POSISI 1FR/PA

Pengelasan pelat dan pipa dengan arah kawat las elektroda menghadap
kebawah, seiring berjalannya pengelasan maka benda kerja diputar untuk
menjaga agar arah elektroda tetap menghadap kebawah selama pengelasan

4.2.2 Jenis-Jenis Sambungan

1. Sambungan Tumpul (Butt Joint)


Gambar 4.1 Butt Joint

Sambungan tumpul atau Butt joint adalah jenis sambungan yang


menjadi metode yang diterima secara universal untuk memasang atau
menggabungkan pipa satu dengan pipa lain, metode ini juga digunakan
untuk katup, flensa, alat kelengkapan, dan peralatan lainnya. Sambungan
las butt Join juga dikenal sebagai las grove persegi. Ini adalah pengelasan
termudah dan mungkin paling umum yang pernah ada. Terdiri dari dua
buah datar yang berdampingan sejajar. Ini adalah opsi yang sangat
terjangkau.

2. Sambungan T (Tee Joint)

Gambar 4.2 Tee Joint

Sambungan las T atau Tee joint adalah jenis sambungan las yang
terbentuk ketika dua anggota berpotongan pada sudut 90 ° yang
membuat ujung-ujungnya menyatu di tengah plat besi atau benda.
Sambungan las T dianggap sebagai jenis pengelasan fillet, dan dapat
juga digunakan dibuat saat pipa atau tabung dilas ke pelat dasar.
Perhatian ekstra diperlukan untuk memastikan penetrasi yang efektif ke
atap las.
3. Sambungan Tumpeng (Lap Joint)

Gambar 4.3 Lap Joint

Sambungan Tumpeng atau Lap joint adalah jenis pengelasan yang


paling sering digunakan untuk menyatukan dua bagian dengan ketebalan
yang berbeda bersama-sama. Juga dianggap sebagai tipe fillet,
pengelasan dapat dilakukan pada satu atau kedua sisi. Sebuah Lap Joint
dibentuk ketika 2 buah ditempatkan dalam pola over lapping di atas satu
sama lain.

4. Sambungan Sudut (Corner Joint)

Gambar 4.4 Corner Joint

Sambungan sudut atau corner joint adalah jenis sambungan pengelasan


yang menjadi paling populer di industri lembaran logam, sambungan las
Sudut digunakan di tepi luar potongan. Lasan ini adalah jenis sambungan
yang bersatu pada sudut siku-siku antara dua bagian logam untuk
membentuk L. Ini umum terjadi pada konstruksi kotak, rangka kotak, dan
fabrikasi serupa.

5. Sambungan Sisi (Edge Joint)

Gambar 4.5 Edge Joint

Pengelasan tepi atau edge joint adalah jenis sambungan yang sering
diterapkan pada bagian lembaran logam yang memiliki tepi berflensa atau
ditempatkan di lokasi di mana pengelasan harus dilakukan untuk
menempel pada bagian yang berdekatan. Menjadi las tipe alur,
Sambungan Tepi, potongan-potongan diatur berdampingan dan dilas di
tepi yang sama. Untuk aplikasi yang lebih berat, logam pengisi
ditambahkan untuk melelehkan atau memadukan tepi sepenuhnya dan
untuk memperkuat pelat.

4.4.3 Alat dan Bahan


a. Mesin las SMAW
Gambar 4.6 Mesin las SMAW
Mesin las SMAW (Shield Metal Arc Welding) atau sering juga
disebut sebagai las MMA (Manual Metal Arc) adalah proses
pengelasan yang menggunakan panas busur listrik yang digunakan
untuk mencairkan material dasar dan elektroda (bahan pengisi). Panas
busur listrik dihasilkan dari lompatan ion listrik yang terjadi antara
ujung elektroda dengan permukaan plat yang akan dilas. Mesin las
SMAW yang digunakan ini memiliki spesifikasi Daya Listrik : 900 -
2200Watt Arus Output : 10 - 120 Ampere Diameter Kawat Las : 2.0 -
4 mm Ukuran Soket : 25mm Dimensi : 270 x 200 x 110mm
Pendingin : Kipas Duty Cycle : 60% (pada 120A), 100 % (pada
100A).

b. Ragum

Gambar 4.7 Ragum


Ragum adalah bagian pada mesin las yang berfungsi untuk
menahan atau menjepit benda kerja selama proses pengelasan
berlangsung. Ragum digunakan agar plat tidak bergerak atau bergeser
Ketika proses pengelasan dilakukan.
c. Elektroda

Gambar 4.8 Elektroda


Elektroda adalah besi atau logam yang berpentuk memanjang seperti
lidi yang berfungsi sebagai bahan pengantar arus listrik antara busur
dengan tang kawat las, yang umumnya breaksi ketika elektroda
menyentuh material tertentu. Didalam praktikum ini material tersebut
merupakan plat besi.
d. Topeng las

Gambar 4.9 Topeng las


Topeng las adalah alat penutup bagian wajah yang berfungsi sebagai
pelindung wajah dari percikan las, cahaya las yang terlalu menyilaukan,
dan panas pengelasan. Topeng las biasanya terbuat daru bahan plastic
yang dapat membendung panas, pada topeng las juga terdapat tiga bagian
kaca yaitu kaca jernih, hitam dan jernih yang berfungsi untuk melindungi
mata dari bahaya sinar las yang dapat langsung mengnai bagian mata.

e. Holder

Gambar 4.10 stang elektroda


Holder atau alat pemegang berfungsi sebagai pemegang kawat las saat
digunakan welder untuk mengelas sebuah produk. Holder terbuat dari
bahan yang tahan terhadap panas atau suhu yang tinggi, karena posisinya
yang berdekatan dengan kawat las yang mencair dengan temperature yang
bisa mencapai 2000 derajat celcius. Selain itu didalam holder ini terdapat
pegas yang berfungsi untuk mengunci atau menjepit elektroda agar tidak
lepas atau bergerak saat proses pengelasan dilakukan.

f. Clamp Massa

Gambar 4.11 klem massa


Clamp massa adalah alat yang berfungsi sebagai alat penghubung
kabel massa ke logam induk, clamp massa biasanya terbuat dari tembaga
atau logam lain yang dapat menghantarkan listrik dengan baik. Pada
clamp massa juga terdapat pegas berfungsi untuk menjepit benda kerja
saat proses pengelasan agar benda tidak bergerak.

g. Tang

Gambar 4.12 Tang


Tang adalah lat penjepit yang berfungsi untuk menjepit besi yang
panas, sebagai alat untuk mengambil plat hasil pengelasan saat proses
pengelasanselesai. pada praktikum ini tang ini digunakan untuk
mengambil plat besi hasil pengelasan.pengelasan.

h. Plat besi

Gambar 4.13 plat besi


Plat atau potongan besi atau baja yang digunakan adalah baja ringan
atau mild steelm, plat yang akan dilas adalah plat yang sudah dipotong
dan di lubangi pada percobaan sebelumnya. Ukuran plat baja yang
digunakan biasanya berkisar 4 x 8 feet dengan ketebalannya yang sekitar
0,6 mm sampai dengan 50,0 mm.

i. Sarung Tangan

Gambar 4.14 Sarung Tangan


Sarung tangan berfungsi sebagai pelindung tangan dari berbagai hal
yang dapat mengakibatkan cidera atau luka lainnya pada tangan. Pada
sarung tangan terdapat titik-titik yang menonjol biasanya terbuat dari
bahan polivinil atau dengan karet alami.

j. Pelindung Telinga

Gambar 4.15 Pelindung Telinga


Pelindung telinga adalah alat yang berfungsi untuk melindungi telinga
dari gemuruh mesin yang bising, merupakan alat sumbat telinga yang bisa
menahan frekuensi tertentu agar tidak menggangu saat proses produksi.
Pelindung telinga atau ear plug biasa terbuat dari apas, plastik, karet alami
dan malam.
k. Kacamata Safety

Gambar 4.16 Kacamata Safety

Kacamata pelindung adalah alat yang berfungsi untuk melindungi


mata dari percikan korosif, radiasi gelombang elektronik magnetic, dan
mencegah masuknya debu-debu bekas produksi agar tidak masuk ke
dalam mata. Kacamata safety lensanya terbuat dari bahan polycarbonate,
frame kacamata terbuat dari bahan plastic polimer yang dikombinasikan
dengan bahan logam agar kuat.

l. Katelpak atau Baju Pelindung


Gambar 4.17 Katelpak

Katelpak adalah baju pelindung yang membungkus seluruh tubuh agar


terhindar dari cairan-cairan atau benda-benda yang membahayakan saat
kegiatan, katelpak biasanya terbuat dari bahan drill seperti kain nagata
drill.

m. Sepatu Safety

Gambar 4.18 Sepatu Safety

Sepatu safety adalah alat pelindung kaki dari cidera atau luka lainnya
yang diakibatkan oleh serpihan plat hasil pengelasan atau lainnya, sepatu
safety biasanya terbuat dari bahan karet.

n. Masker
Gambar 4.19 Masker
Masker digunakan saat proses kerja untuk menghindari dan mencegah
terhirupnya asap atau sisa-sisa dari pemotongan benda kerja

o. Sikat baja

Gambar 4.20 Sikat Baja

Digunakan untuk membersihkan permukaan benda yang akan dilas


dari zat pengotor seperti karat, oli, dan pengotor lainnya. Selain itu
digunakan juga untuk membersihkan hasil lasan dari debu dan slag.

p. Spidol
Gambar 4. 21 Spidol

Spidol adalah alat yang digunakan untuk menandai hasil ukur dari plat
atau benda agar tidak terjadi kesalahan ukuran saat proses pemotongan.
Spidol sendiri terdiri dari beberapa bagian diantaranya bagian wadah
yang terbuat dari kaca, alumunium atau plastic, pada bagian ujung spidol
terdapat serat berpori yang sebagai perantara tinta. Spidol terdiri dari
beberapa warna yaitu hitam, biru, merah dan lainnya. Pada praktikum ini
menggunakan spidol warna biru agar terlihat lebih terang.

q. Penggaris

Gambar 4.22 Penggaris


Penggaris adalah alat yang digunakan untuk mengukur Panjang dan
lebar pada plat atau benda yang akan dipotong agar lebar dan Panjang
yang diinginkan tepat dan tidak terjadi kesalahan ukuran. Bahan untuk
pembuatan penggaris sendiri biasa menggunaka bahan akrilik dan
alumunium dengan Panjang yang paling sering ditemui adalah 30 cm.
4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Gambar Desain Pengelasan

Gambar 4.23 Desain pengelasan

Masing-masing dari plat tersebut memiliki panjang 19,7 mm- 19,8 mm


dan memiliki lebar 30.00. Plat tersebut memiliki perbedaan ukuran karena
pada saat proses pemotongan karena kondisi ragum yang kurang baik
sehingga plat sedikit bergeser saat pemotongan berlangsung sehingga tidak
terjepit dengan sempurna. Untuk desain plat besi tersebut merupakan tipe
jenis penyambungan T (Tee Joint). Satu plat berada di bawah dan satu
platnya lagi berada di tengah-tengah plat satu dengan menggunakan sisi
sampingnya.

4.3.2 Toleransi Pada Bidang Pengelasan

a. Toleransi Bahan

Toleransi bahan yang diberikan sebesar ±1 mm. Toleransi ini


diberikan karena kemungkinan terjadinya defect pada plat atau benda
kerja yang akan dilas. Seperti pada praktikum ini, terjadi defect pada
ukuran plat yang dilas yaitu defect sekitar 197 mm yang berarti dari
ukuran yang sudah ditentukan.

b. Toleransi Mesin
Toleransi mesin diberikan sebesar ±1 mm, Pemberian toleransi mesin
dikarenakan peluang terjadinya defect disebabkan oleh kendala mesin.
Mesin yang digunakan elektrodanya mudah lengket dengan plat atau
benda kerja yang di las, sehingga menyulitkan saat pengelasan.

c. Toleransi Operator

Toleransi operator diberikan ±1 mm dikarenakan terdapat peluang


terjadinya defect yang diakibatkan olek kelalaian oleh operator. Dalam
praktikum kali ini operator yang memegang tang saat proses penyatuan
plat posisinya kurang tepat sehingga mengakibatkan hasil pengelasan plat
yang defect.

4.3.3 Proses Pengukuran dan Menandai

Sebelum proses pengelasan dengan menggunakan dua plat terlebih


dahulu lakukan proses pengukuran, dan proses menandai.

a. Proses Pengukuran

Gambar 4.24 Proses Pengukuran

Proses pengukuran dilakukan untuk menentukan titik tengah yang


tepat sesuai dengan ukuran yang telah diinginkan. Dalam proses
pengukuran pertama yang dilakukan adalah menyiapkan plat, penggaris
dan spidol, ukur plat dengan jarak 15.00 mm diukur dari sudut plat ke
tengah plat.

b. Proses Menandai

Gambar 4.25 Proses Menandai

Proses menandai adalah proses yang dilakukan setelah


melakukan pengukuran, proses menandai ini dilakukan dengan cara
mebuat tanda titik dari hasil pengukuran tersebut. Proses menandai ini
dilakukan untuk memberi tanda pada hasil pengukuran agar tidak
terjadi kesalahan saat melakukan proses pengelasan dengan
menggabungkan dua plat.

4.3.4 Proses Pengelasan

Gambar 4.26 Proses Pemengangan Kedua Plat


Gambar 4.27 Proses Pengelasan

Dalam melakukan proses pengelasan menggabungkan dua plat harus


dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat yaitu, pertama lakukan
pengukuran pada plat dengan menggunakan penggaris yang telah disiapkan
dengan ukuran masing-masing 15.00, setelah pengukuran dilakukan
selanjutnya tandai hasil pengukuran dengan menggunakan spidol.

Setelah itu pasang plat yang telah diukur dan tandai tadi pada ragum
setelah posisi plat pas kencangkan ragum sampai benar-benar kencang.
Pasang clamp massa pada ragum dan pasang juga elektroda yang baru pada
holder, pasang sampai elektroda tidak bisa bergerak lagi. Selanjutnya
hidupkan mesin las dengan tegangan 75A, pasang atau letakkan plat yang
satunya tepat pada tengah-tengan plat yang dipasang pada ragum, agar plat
tidak bergerak maka bisa dibantu pegang plat dengan tang. Selanjutnya
adalah mulai mengelas plat sampai plat benar-benar menyatu, lakukan
pengelasan pada kedua sisi agar menyatu dengan kuat.
Gambar 4.29 Proses Pencucian Plat

Gambar 4.30 Plat yang Telah Dicuci

Setelah proses pengelasan selesai longgarkan ragum dan ambil plat


hasil pengelasan dengan tang, setelah itu siram atau cuci plat dengan air,
kemudian plat disikat dengan menggunakan sikat kawat yang telah
disiapkan, sikat hingga permukaan plat hasil pengelasan mulus dan rapi.
4.4 Analisa Hasil

a. Hasil Pengelasan

Gambar 4.31 Hasil Pengelasan dari Tampak Atas

Dari hasil pengelasan yang dilakukan dapat dilihat dari gambar diatas
dimana, hasil pengelasan platnya pas dalam artian tepat pada tengah-tengah
plat tersebut serta termasuk jenis pengelasan Speed To Fast yang dimana
menghasilakn hasil yang defect.

b. Hasil Pengelasan Sisi Kanan

Gambar 4.32 Hasil Pengelasan Sisi Kanan

Dari hasil pengelasan yang telah dilakukan dengan menggunkan posisi


pengelasan datar atau horizontal dan menggunakan jenis sambungan Tee joint
dan jenis hasil pengelasan Speed To Fast yang mendapatkan hasil pengelasan
defect, dikrenakan garis pengelasan yang terputus-putus dan tidak lurus. Serta
termasuk ke dalam toleransi mesin dan operator. Selain itu plat yang berada
pada bagian atas miring, tidak tegak lurus 90o. Ukuran masing-masing plat
memiliki perbedaan, plat bawah memiliki ukuran panjang 19,7 mm dan lebar
30.00, sedangkan pada plat atas memilki panjang 19,8 mm dan lebar 30.00,
yang menyebabkan terjadinya beda ukuran tersebut adalah saat proses
pemotongan pertama terjadi defect atau ukuran plat yang kurang dari yang telah
ditentukan. Sedangkan untuk penyebab kecatatan pada hasil penggabungan dua
plat disebabkan oleh kurangnya latihan dan kurang teliti saat proses pengelasan.
Pada saat menempatkan plat besi yang dipegang oleh bantuan teman, posisi
platnya kurang tepat atau bergeser sehingga tidak tegak lurus. Solusinya adalah
lebih yakin dan jangan ragu saat mengelas dan membuthkan lebih banyak waktu
latihan.

b. Hasil Pengelasan Sisi Kiri.

Gambar 4.33 Hasil Pengelasan Sisi Kiri

Dari hasil pengelasan yang telah dilakukan dengan menggunakan


posisi pengelasan yaitu datar atau horizontal dan menggunakan jenis
sambungan Tee joint dan hasil pengelaan Spees To Fast menghasilkan
pengalasan yang defect. Dikatakan defect karena karena ketebalan hasil
pengelasan yang tidak sama dan terdapat beberapa titik kecil pada bagian
samping plat, hal tersebut diakibatkan oleh olektroda yang mudah lengkat pada
bagian plat sehingga menyulitkan saat proses pengelasan. Selain itu ukuran
maisng-masing plat memilki perbedaan, plat bagian bawah memiliki ukuran
panjang 19,7 mm dan lebar 30.00, sedangkan pada plat bagian atas memiliki
panjang 19,8 mm dan lebar 30.00, penyebab terjadinya perbedaan ukuran
tersebut adalah kesalahan pada proses pemotongan pertama dengan
mengguankan mesin gerinda. Sedangkan penyebab defect pada hasil
penggabungan disebabkan oleh kurangnya pengealaman dan Latihan yang
dilakukan oleh operator, dan pada saat menempatkan plat besi di atas dengan
bantuan teman, posis nya kurang tepat pada garis yang telah dibuat dan tidak
tegak lurus. Solusi untuk menghindari defect tersebut adalah dengan
memperbanyak latihan dan jangan ragu-ragu saat mengelas plat agarhasilnya
lurus dan ketebalannya sama, dan untuk pemegangan plat atas sebaiknya
dipegang oleh dua orang pada sisi kanan dan kiri.
4.5 Kesimpulan

1. Bagian–bagian pada pada alat las antara lain mesin las, kabel massa,
Clamp massa, kabel elektroda, elektroda, holder (pemegang kawat las).
Mesin las sendiri berfungsi untuk mengubah energy listrik menjadi panas,
kabel massa berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari mesin las ke
benda kerja atau logam, klem massa berfungsi sebagai alat penghubung
kabel massa ke logam induk, kabel elektroda berfungsi mengalirkan arus
listrik dari mesin las ke holder, elektroda berfungsi sebagai pembakar yang
akan menimbulkan busur nyala, sedangkan holder berfungsi sebagai
pemegang kawat las (elektroda) saat digunakan welder untuk proses
pengelasan.

2. Mesin las yang digunakan pada pengelasan ini yaitu mesin las busur listrik
karena mesin las busur listrik berfungsi sebagai menyambungkan logam
yang menggunakan sumber listrik sehingga mesin ini sanagt cocok
digunakan pada praktikum proses pengelasan penyambungan 2 plat baja.

3. Dalam pengoprasian alat las ini dengan cara memasang elektroda ke holder,
setelah itu mengatur tegangan pada mesin las yang digunakan, kemudian
nyalakan mesin las dengan menekan tombol on, selanjutnya pengelasan
sudah bisa dilakukan dengan benda kerja yang sudah dijepit pada ragum.

4. Pada proses pengelasan yaitu menandai bagian plat yang akan dilas agar
hasil yang didapatkan sesuai seperti perintah, setelah itu pastikan elektroda
sudah terpasang diholder, kemudian jepit benda kerja pada ragum setelah
itu mengatur tegangan pada mesin las yang digunakan adalah 60 volt,
setelah itu tekan tombol on untuk memulai pengelasan, pada proses
pengelasan 2 plat ini dilakukan oleh dua orang, orang pertama melakukan
pengelasan dan orang kedua memegang plat menggunakan tang penjepit.
Setelah selesai melakukan pengelasan jauhkan holder yang terpasang
elektroda dri plat dan matikan mesin las, kemudian ambil baja hasil las
menggunakan tang penjepit lalu cuci menggunakan air keran agar plat tidak
panas dan menghindari kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M.Q., Evans, G.M and Edwards, G.R., The Influences of Addition and
Interpass Temperatur on the Microstructures and Mechanical Properties of
High Strength SMA Weld Metals, ISIJ International vol 35 No. 10, 1985, pp.
1222- 1231.

Santoso, A., & Syahrini. A. (2018). Analysis Of Tensile Strenght , Hardness and
Microstructure on SMAW Welding Using E 6013 Electrodes with Variation
in Electrodes Motion. Prosiding SNTTM XVII , 179-183

Wiryosumarto, H. dan Okumura, T. (2000) Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradya


Paramita, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai