Modul 4
Modul 4
Modul 4
1. POSISI 1F/PA
2. POSISI 1G PLAT/PA
3. POSISI 1G PIPA/PA
4. POSISI 1FR/PA
Pengelasan pelat dan pipa dengan arah kawat las elektroda menghadap
kebawah, seiring berjalannya pengelasan maka benda kerja diputar untuk
menjaga agar arah elektroda tetap menghadap kebawah selama pengelasan
Sambungan las T atau Tee joint adalah jenis sambungan las yang
terbentuk ketika dua anggota berpotongan pada sudut 90 ° yang
membuat ujung-ujungnya menyatu di tengah plat besi atau benda.
Sambungan las T dianggap sebagai jenis pengelasan fillet, dan dapat
juga digunakan dibuat saat pipa atau tabung dilas ke pelat dasar.
Perhatian ekstra diperlukan untuk memastikan penetrasi yang efektif ke
atap las.
3. Sambungan Tumpeng (Lap Joint)
Pengelasan tepi atau edge joint adalah jenis sambungan yang sering
diterapkan pada bagian lembaran logam yang memiliki tepi berflensa atau
ditempatkan di lokasi di mana pengelasan harus dilakukan untuk
menempel pada bagian yang berdekatan. Menjadi las tipe alur,
Sambungan Tepi, potongan-potongan diatur berdampingan dan dilas di
tepi yang sama. Untuk aplikasi yang lebih berat, logam pengisi
ditambahkan untuk melelehkan atau memadukan tepi sepenuhnya dan
untuk memperkuat pelat.
b. Ragum
e. Holder
f. Clamp Massa
g. Tang
h. Plat besi
i. Sarung Tangan
j. Pelindung Telinga
m. Sepatu Safety
Sepatu safety adalah alat pelindung kaki dari cidera atau luka lainnya
yang diakibatkan oleh serpihan plat hasil pengelasan atau lainnya, sepatu
safety biasanya terbuat dari bahan karet.
n. Masker
Gambar 4.19 Masker
Masker digunakan saat proses kerja untuk menghindari dan mencegah
terhirupnya asap atau sisa-sisa dari pemotongan benda kerja
o. Sikat baja
p. Spidol
Gambar 4. 21 Spidol
Spidol adalah alat yang digunakan untuk menandai hasil ukur dari plat
atau benda agar tidak terjadi kesalahan ukuran saat proses pemotongan.
Spidol sendiri terdiri dari beberapa bagian diantaranya bagian wadah
yang terbuat dari kaca, alumunium atau plastic, pada bagian ujung spidol
terdapat serat berpori yang sebagai perantara tinta. Spidol terdiri dari
beberapa warna yaitu hitam, biru, merah dan lainnya. Pada praktikum ini
menggunakan spidol warna biru agar terlihat lebih terang.
q. Penggaris
a. Toleransi Bahan
b. Toleransi Mesin
Toleransi mesin diberikan sebesar ±1 mm, Pemberian toleransi mesin
dikarenakan peluang terjadinya defect disebabkan oleh kendala mesin.
Mesin yang digunakan elektrodanya mudah lengket dengan plat atau
benda kerja yang di las, sehingga menyulitkan saat pengelasan.
c. Toleransi Operator
a. Proses Pengukuran
b. Proses Menandai
Setelah itu pasang plat yang telah diukur dan tandai tadi pada ragum
setelah posisi plat pas kencangkan ragum sampai benar-benar kencang.
Pasang clamp massa pada ragum dan pasang juga elektroda yang baru pada
holder, pasang sampai elektroda tidak bisa bergerak lagi. Selanjutnya
hidupkan mesin las dengan tegangan 75A, pasang atau letakkan plat yang
satunya tepat pada tengah-tengan plat yang dipasang pada ragum, agar plat
tidak bergerak maka bisa dibantu pegang plat dengan tang. Selanjutnya
adalah mulai mengelas plat sampai plat benar-benar menyatu, lakukan
pengelasan pada kedua sisi agar menyatu dengan kuat.
Gambar 4.29 Proses Pencucian Plat
a. Hasil Pengelasan
Dari hasil pengelasan yang dilakukan dapat dilihat dari gambar diatas
dimana, hasil pengelasan platnya pas dalam artian tepat pada tengah-tengah
plat tersebut serta termasuk jenis pengelasan Speed To Fast yang dimana
menghasilakn hasil yang defect.
1. Bagian–bagian pada pada alat las antara lain mesin las, kabel massa,
Clamp massa, kabel elektroda, elektroda, holder (pemegang kawat las).
Mesin las sendiri berfungsi untuk mengubah energy listrik menjadi panas,
kabel massa berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari mesin las ke
benda kerja atau logam, klem massa berfungsi sebagai alat penghubung
kabel massa ke logam induk, kabel elektroda berfungsi mengalirkan arus
listrik dari mesin las ke holder, elektroda berfungsi sebagai pembakar yang
akan menimbulkan busur nyala, sedangkan holder berfungsi sebagai
pemegang kawat las (elektroda) saat digunakan welder untuk proses
pengelasan.
2. Mesin las yang digunakan pada pengelasan ini yaitu mesin las busur listrik
karena mesin las busur listrik berfungsi sebagai menyambungkan logam
yang menggunakan sumber listrik sehingga mesin ini sanagt cocok
digunakan pada praktikum proses pengelasan penyambungan 2 plat baja.
3. Dalam pengoprasian alat las ini dengan cara memasang elektroda ke holder,
setelah itu mengatur tegangan pada mesin las yang digunakan, kemudian
nyalakan mesin las dengan menekan tombol on, selanjutnya pengelasan
sudah bisa dilakukan dengan benda kerja yang sudah dijepit pada ragum.
4. Pada proses pengelasan yaitu menandai bagian plat yang akan dilas agar
hasil yang didapatkan sesuai seperti perintah, setelah itu pastikan elektroda
sudah terpasang diholder, kemudian jepit benda kerja pada ragum setelah
itu mengatur tegangan pada mesin las yang digunakan adalah 60 volt,
setelah itu tekan tombol on untuk memulai pengelasan, pada proses
pengelasan 2 plat ini dilakukan oleh dua orang, orang pertama melakukan
pengelasan dan orang kedua memegang plat menggunakan tang penjepit.
Setelah selesai melakukan pengelasan jauhkan holder yang terpasang
elektroda dri plat dan matikan mesin las, kemudian ambil baja hasil las
menggunakan tang penjepit lalu cuci menggunakan air keran agar plat tidak
panas dan menghindari kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M.Q., Evans, G.M and Edwards, G.R., The Influences of Addition and
Interpass Temperatur on the Microstructures and Mechanical Properties of
High Strength SMA Weld Metals, ISIJ International vol 35 No. 10, 1985, pp.
1222- 1231.
Santoso, A., & Syahrini. A. (2018). Analysis Of Tensile Strenght , Hardness and
Microstructure on SMAW Welding Using E 6013 Electrodes with Variation
in Electrodes Motion. Prosiding SNTTM XVII , 179-183