Pai Kel 10
Pai Kel 10
Pai Kel 10
Tentang Transplantasi
Pendidikan Agama
Dosen Pengampu :
Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah Agama tentang
Transplantasi Organ Tubuh Menurut Pandangan 5 Agama. Dalam rangka untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, kami tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami
mengucapkan banyak terima kasih.
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
2.5 Transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Kristen Protestan ......... 9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 11
II
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik. pada saat ini juga,
ada upaya untuk memberikan organ tubuh kepada orang yang memerlukan, walaupun orang itu tidak
menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang buta. Hal ini khusus donor mata bagi orang buta.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak terkait dengannya: pertama, donor,
yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk dipasangkan pada orang
lain yang organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi kelainan. Kedua: resepien, yaitu orang yang
menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan lainnya, organ tubuhnya harus diganti. Ketiga,
tim ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada pasien.
Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yang belum pernah dikaji oleh para
fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya. Karena masalah ini adalah anak kandung dari kemajuan
ilmiah dalam bidang pencangkokan anggota tubuh, dimana para dokter modern bisa mendatangkan
hasil yang menakjubkan dalam memindahkan organ tubuh dari orang yang masih hidup/ sudah mati
dan mencangkokkannnya kepada orang lainyang kehilangan organ tubuhnya atau rusak karena sakit
dan sebagainya yang dapat berfungsi persis seperti anggota badan itu pada tempatnya sebelum di
ambil.
1
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Transplantasi.
2. Untuk mengetahui macam – macam Transplantasi
3. Untuk mengetahui bentuk – bentuk Transplantasi
4. Untuk mengetahui Transplantasi menurut pandangan Agama – agama di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Transplantasi organ adalah transplantasi atau cangkok atau pemindahan seluruh atau sebagian
organdari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu bagian ke bagian yang lain pada tubuh yang
sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusakatau tak befungsi pada
penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang
yang masih hidup maupun telah meninggal.
3
2.4. Transplantasi Organ Menurut Pandangan Islam
Hidup dan mati di tangan Allah subhanahu wa ta’ala. Tubuh yang sekarang dimiliki pun
juga milikNya dan tidak ada yang boleh memutilasi ataupun mengeluarkan organ didalamnya
untuk keuntungan komersial. Oleh karenanya, para akademisi Islam sering membahas perihal
Transplantasi ini .Kemudian, dijelaskan oleh Profesor Aziz El-Matri, seorang spesialis ginjal dari
Tunisia dan anggota The Transplantation Society dalam wawancara dengan organisasi The New
Arab dilansir dari Al Araby dan republika bahwa Islam memandang tubuh manusia untuk
disucikan.
Tubuh merupakan properti yang tidak bisa dicabut atau dipindah tangankan. Oleh
karenanya, seorang muslim tidak bisa sembarangan mendonorkan bagian tubuhnya karena
tubuhnya merupakan titipan dari Allah, selain itu sebagai manusia juga memiliki kewajiban untuk
melestarikan kehidupan, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun, jika ditilik dari sisi
kebutuhan untuk hidup, apapun alasannya transplantasi harus bisa dilakukan.
Sementara itu, Ustadz Agung Cahyadi, Lc, MA, seorang ahli fiqh sekaligus dosen STIDKI
Ar Rahmah Surabaya memberikan pendapatnya. “Sebenarnya, dari dasar hukum tidak boleh
transplantasi itu. Karena, sama-sama menyakiti manusia dengan membedah,”Terangnya
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai komisi fatwa di Indonesia juga mengambil sikap
untuk menyikapi transplantasi. Dalam fatwanya yang keluar tahun 2010 mengatur hukum tentang
cangkok organ.
4
Dalam fatwa tersebut ditegaskan, pencangkokan organ manusia ke dalam tubuh yang lain
diperbolehkan melalui hibah, wasiat dengan meminta, tanpa imbalan, atau dari bank organ tubuh.
Lalu, jika organ diambil dari tubuh seseorang yang telah meninggal juga
diperbolehkandengan syarat harus disaksikan oleh dua dokter ahli. Selanjutnya,transplantasi
dihukumiharam jika didasari bukan karena suatu kemaslahatan hidup orang.
“Transplantasi diharamkan bila didasari tujuan komersial. Tidak boleh diperjual belikan,”
terang Ketua MUI, Ma’ruf Amin dikutip dari republika.
Oleh karenanya, pencangkokan organ atau transplantasi diperbolehkan. Asal sesuai syariat
dan syaratnya terpenuhi. Selain itu, dalam melaksanakannya juga harus memperhatikan hal-hal
yang detail agar dalam pencangkokan organ tersebut memberi kemanfaatan bagi penerima donor
dan pendonornya. (ipw).
5
Dalam masalah yang terakhir ini, donor organ tubuh yang mengharap imbalan atau
menjualnya, haram hukumnya, disebabkan karena organ tubuh manusia itu adalah milik Allah
(milik ikhtishash), maka tidak boleh menjualbelikannya. Manusia hanya berhak
mempergunakannya, walaupun organ tubuh itu dari orang lain.
Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada orang
lain, ia akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan mata atau
ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang manusia.
Maka bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sulit untuk di tolong kembali. Maka
sama halnya menghilangkan penyakit dari resepien dengan cara membuat penyakit baru bagi
si donor. Hal ini tiidak diperbolehkan karena dalam aqidah fiqh disebutkan :
“Bahaya (kemudharatan0 tidak dapat dihilangkan dengan bahaya 9kemudharatan)
lainnya”.
b. Qaidah Fiqhiyah
“Menghindari kerusaka / resiko, didahulukan dari/atas kemaslahatan”.
Berkaitan dengan transplantasi, seseorang harus lebih mengutamakan menjaga
dirinya dari kebinasaan., daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri
sendiri dan berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya,
terutama tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.
2) Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma
Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan koma, hukumnya tetap haram,
walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera meninggal, karena hal itu dapat
mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat dikatakan
‘euthanasia’ atau mempercepat kematian.
6
Tidaklah berperasaan / bermoral melakukan transplantasi atau mengambil organ tubuh
dalam keadaan sekarat. Orang yang sehat seharusnya berusaha menyembuhkan orang yang
sedang koma tersebut, meski menurut dokter, bahwa orang yang sedang koma tersebut
sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh
kembali walau itu hanya sebagian kecil, padahal menurut medis, pasien tersebut sudah tidak
ada harapan untuk hidup.
Maka dari itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh
menurut islam dengan alasan sebagai berikut :
Hadits Nabi, riwayat Malik dari ‘Amar bin Yahya, riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan
al-Daruquthni dari Abu Sa’id al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas dan
‘Ubadah bin al-Shamit :
اَل َض َرَر َو اَل ِض َر اَر
“Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat
madharat pada orang lain”.
7
1. Resipien ( penerima sumbangan organ tubuh ) dalam keadaan darurat yang
mengancam jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat
secara optimal baik medis maupun non medis, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan
kaidah fiqihya.
الَّضُرْو َر اُت ُتِبْيُح المْح ُظ ْو َر ات
“Darurat akan membolehkan yang diharamkan”.
Juga berdasarkan kaidah fiqiyah
الَض َر ُر ُيَز اُل
“Bahaya itu harus dihilangkan”
Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan
komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibndingkan dengan keadaan
sebelumnya. Disamping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya, untuk
menyumbangkan organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya
Demikian ini sesuai dengan fatwa majelis ulama indonesia tanggal 29 juni 1987,
bahwa dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup
jantung orang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup, dapat
dibenarkan oleh hukum islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat
wasiat sewaktu masih hidup) dan izin keluarga/ahli waris
Adapun fatwa MUI tersebut dikeluarkan setelah mendengar penjelasan langsung
Dr. Tarmizi Hakim kepada UPF bedah jantung RS Jantung “Harapan Kita” tentang
teknis pengambilan katup jantng serta hal-hal yang berhubungan dengannya diruang
sidang MUI pada tanggal 16 mei 1987. Komisi Fatwa sendiri mengadakan diskusi dan
pembahasan tentang masalah tersebut beberapa kali dan terakhir pada tanggal 27 juni
1987.
Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar dibolehkannya transplantasi
organ tubuh antara lain:
a. Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 195
8
Yaitu bahwa islam tidak membenarkan seseorang membiarkan dirinya dalam
bahaya, tanpa berusaha mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk
upaya transplantasi yang memberi harapan untuk bisa bertahan hidup dan menjadi sehat
kembali.
b. Al- Qur’an surah Al- Maidah ayat 32
َو َلَقْد َج ٓاَء ْتُهْم ُرُس ُلَنا ِبٱْلَبِّيَٰن ِت ُثَّم ِإَّن َك ِثيًرا
“Dan Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya”.
Ayat tersebut menunjukan bahwa tindakan kemanusiaan (seperti transplantasi)
sangat dihargai oleh agama islam, tentunya sesuai dengan syarat-syarat yang telah
disebutkan diatas.
c. Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2
َو َتَعاَو ُنو۟ا َع َلى ٱْلِبِّر َو ٱلَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَعاَو ُنو۟ا َع َلى ٱِإْل ْثِم َو ٱْلُعْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َش ِد يُد ٱْلِع َقاِب
“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan tolong
menolonglah kamu dalam berbuat dosa”. Selain itu juga ayat 195
menganjurkan agar kita berbuat baik. Artinya “Dan berbuat baiklah karena
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Oleh sebab itu, transplantasi sebagai upaya menghilangkan penyakit, hukumnya mubah,asalkan
tidak melanggar norma ajaran Islam.Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda pula: “Setiap
penyakit ada obatnya, apabila obat itu tepat, maka penyakit itu akan sembuh
Pada umumnya, Gereja Katolik memperkenankan transplantasi organ tubuh. Dalam ensiklik
“Evangelium Vitae” (= Injil Kehidupan), Bapa Suci Yohanes Paulus II menyatakan,
“… ada kepahlawanan harian, yang terdiri dari amal perbuatan berbagi sesuatu, besar atau kecil,
yang menggalang kebudayaan hidup yang otentik. Teladan amal perbuatan yangsecara khas layak
dipuji seperti itu ialah pendermaan organ-organ, yang dilaksanakanmelalui cara yang dari sudut
etika dapat diterima, dengan maksud menawarkankemungkinan kesehatan dan bahkan hidup
sendiri kepada orang sakit, yang kadang sudah tidak mempunyai harapan lain lagi” (No. 86).
Ajaran ini menggemakan Katekismus Gereja Katolik: “Transplantasi sesuai dengan
hukum susila dan malahan dapat berjasa sekali, kalau bahaya dan resiko fisik dan psikis,
yang dipikul pemberi, sesuai dengan kegunaan yang diharapkan pada penerima” (No. 2296).
Guna memahami ajaran ini dengan lebih baik, marilah kita bergerak selangkah demiselangkah.
Perlu dicatat bahwa masalah ini pertama kali dibahas dengan jelas oleh Paus Pius
10
XII pada tahun 1950-an, dan kemudian disempurnakan sesuai dengan kemajuan-kemajuanyang
berhasil dicapai dalam bidang medis.
Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun jantung kita, asalsaja
sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati artinya bukan mati secara medisyaitu otak
kita yang mati, seperti koma, vegetative state atau kematian medis lainnya. Tentukalau kita dalam
keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang laindengan menjadi donor.
Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, maka kitadianjurkan untuk
melakukannya.Sedangkan menjadi donor mati, maka kita sebagai umat Katolik wajib
untukdinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis bukan mati sepenuhnya,
jadi kita harus menunggu sampai si donor benar-benar mati untuk dipanen organ, dan initerbukti
tidak ada halangan bagi kebutuhan medis dalam pengambilan organ
Bagus Rai v, transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan karena adanya hukum karma pala
(perbuatan dari akibat) jadi setiap hal baik yang kita lakukan akan berbuah hal yang baik di masa
yang akan depan. Umat Hindu mempercayai bahwa menolong itu merupakankarma baik karrna
dalam agama hindu ada istilah “wasu deva kutum baham” setiap makhluk hidup bersaudara .
2.8 Pandangan Buddha:
Handojo Ojong (Ketua DPD Walubi Povinsi Jawa Barat),transplantasi tidak dilarang,
selamatujuannya untuk kesehatan dan menyelamatkan nyawa manusia, yang penting
tidakmelanggar hokum agama, dan diusahakan apa yang masuk dalam tubuh seseorang itu
berasal dari keturunan yang baik serta bukan barang curian.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada
penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor.Donor organdapatmerupakan orang
yang masih hidup maupun telah meninggal. Agama-agama di Indonesiamemperkenankan
dilakukannya transplantasi guna membantu manusia lainnya yang bertujuan untu berbuat
kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fikih kesehatan
http://jurnal-asma.blogspot.com/2012/11/transplantasi-dalam-pandangan-berbagai.html?m=1