PPH 21

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Alya adalah karyawati pada perusahaan PT.

ABC dengan status menikah dan mempunyai tiga


anak. Suami Alya merupakan pegawai di perusahaan PT BCD. Alya menerima gaji Rp
7.000.000 per bulan. PT. ABC mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan
membayarkan iuran pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni
senilai Rp 70.000 per bulan. Di samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua
(JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Alya membayar iuran (JHT)
setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan
Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 0,24% dan
0,3% dari gaji. Pada bulan Mei 2020, di samping menerima pembayaran gaji, Alya juga
menerima uang lembur (overtime) senilai Rp 2.000.000.

Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Gaji Pokok 7.000.000

(i) Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000

(ii) JKK 0,24% 16.800

JK 0,3% 21.000

Penghasilan Bruto 9.037.800

Pengurangan:

1. (iii) Biaya jabatan 5% x 9.037.800 451.890


2. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), 2% dari gaji pokok 140.000
3. (iv) Jaminan Pensiun (JP), 1% dari gaji pokok 70.000 (661.890)
Penghasilan neto (bersih) sebulan 8.375.910

(v) Penghasilan neto setahun 12 x 8.375.910

100.510.920

(vi) PTKP (54.000.000)

Penghasilan Kena Pajak Setahun 46.510.920

(vii) Pembulatan ke bawah 46.510.000

PPh Terutang 5% x 46.510.920 2.325.500

PPh Pasal 21 Bulan Mei = 2.325.500/12 193.792

Ilustrasi di atas berlaku bagi wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Sementara, bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP, akan dikalikan 120%, sehingga PPh
Pasal 21 Bulan Mei menjadi Rp 193.792 x 120% = Rp 232.550

Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan dengan Tunjangan Pajak


Cara menghitung PPh 21 karyawan atau pegawai tetap yang menerima tunjangan pajak (gross
up) dari perusahaan tempatnya bekerja adalah dengan memperlakukan tunjangan pajak sebagai
penghasilan pegawai dan ditambahkan pada penghasilan yang diterimanya.

Contoh Perhitungan PPh 21 secara manual untuk karyawan yang menerima tunjangan pajak
adalah sebagai berikut:

Farhan bekerja pada PT ABCD. Status-nya belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan
dengan gaji bersih senilai Rp 7.500.000 sebulan. Perusahaan tempatnya bekerja memberikan
tunjangan pajak penuh kepada Farhan sejumlah Rp 35.167. Sementara, iuran pensiun yang
dibayar Farhan adalah Rp 75.000 sebulan.

Jadi, Contoh Hasil Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bulan Agustus 2020 bagi Farhan
yang tidak menerima penghasilan lain dari PT. ABCD selain gaji adalah:

Gaji Pokok 7.500.000

(i) Tunjangan Pajak 35.167

Penghasilan bruto (kotor) sebulan 7.464.833

Pengurangan

1. (iii) Biaya Jabatan: 5% x 7.464.833,00 = 373.242 373.242


2. Iuran/Jaminan Hari Tua, 2% dari gaji pokok 150.000
3. (iv) JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada 75.000
(598.242)

(v) Penghasilan neto (bersih) sebulan .866.591

Penghasilan neto setahun 12 x 6.866.591= 82.399.092

Penghasilan Tidak Kena Pajak


(PTKP)
54.000.000

(vii) Penghasilan Kena Pajak Setahun 28.399.092

(viii) Pembulatan ke bawah 28.399.000

PPh Terutang 5% x 28.399.000 = 1.419.950

PPh Pasal 21 Bulan September = 1.419.950/ 12= 118.329

Jika wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka PPh 21 perlu dikalikan 120%, sehingga PPh 21
terutangnya menjadi Rp 118.329 x 120% = Rp 141.995.

Anda mungkin juga menyukai