LP Batu Ureter
LP Batu Ureter
LP Batu Ureter
Disamping itu, terdapat pula tiga faktor utama yang harus dipertimbangkan
untuk terjadinya batu ureter yaitu: Retensi partikel urin, supersaturasi urine, dan
kekurangan inhibitor kristalisasi urin. Kelebihan salah satu faktor ini
menyebabkan batu saluran kemih.
Sedangkan menurut Harmilah (2020) pembentukan batu disaluran kemih
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor
1
endogen adalah faktor genetik seperti hipersistinuria, hiperkalsiuria primer,
hiperoksaluria primer, sedangkan faktor eksogen meliputi lingkungan,
makanan, infeksi, dan kejenuhan mineral didalam air minum.
1.3 Klasifikasi
penurunan jumlah volume urin (Colella, et al., 2005). Cairan, asupan cairan
3
dikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari, kurangnya intake cairan inilah yang
menjadi penyebab utama terjadinya urolithiasis khususnya nefrolithiasis karena
hal ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran urin/ volume urin (Domingos &
Serra, 2011)
4
Pathway
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem pelviokalise dan turun ke ureter
Batu ureter
5
Peningkatan tekanan hidrostatik Hidronefrosis
Gangguan pada masalah pergerak
Pasien mengeluh
Peristaltik otot polos ureter Distensi saluran kemih nyeri pada perut
Pasien takut
Penegangan syaraf
Ansietas
Nyeri kolik
Nyeri akut
6
1.5 Manifestasi Klinis
a. Nyeri/kolik
Pasien merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar,
dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu (Harmilah,
2020). Disuria, hematuria, dan pancaran urine yang menurun
merupakan gejala yang sering mengikuti nyeri. Terkadang urine yang
keluar tampak keruh dan berbau.
c. Demam
1.6 Komplikasi
i. Hb, Ht: abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
(mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (pendarahan, disfungsi
ginjal)
j. Hormon paratiroid: meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
rabsorpsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium
urine).
k. Foto rontgen: menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomis pada
area ginjal dan sepanjang ureter
l. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abdomen pada struktur anatomis
(distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
m. Sistoureteroskopi: visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu dan efek obstruksi.
n. CT Scan: mengidentifikasi/menggambarkan kalkuli dan massa lain,
ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.
o. USG Ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
1.8 Penatalaksanaan
a. Konservatif
b. Tindakan Uretroskopi
Ureteroskopi adalah pilihan prosedur pengobatan untuk batu ginjal
(kencing batu) dengan melibatkan alat bernama uretereskop (ureteroscope)
melalui ureter dan kandung kemih. Ureter yaitu saluran penghubung ginjal
dan kandung kemih.
Alat berbentuk tabung panjang dan tipis itu kemudian akan naik
dinaikkan ke ureter, tepatnya ke lokasi batu ginjal. Prosedur ini biasanya
digunakan untuk batu ginjal yang berukuran kurang dari 1,5 cm dan
berlangsung selama 1 – 3 jam.
Prosedur Uretroskopi
Ureteroskopi dilakukan dengan alat ureteroskop, yaitu tabung
panjang dan tipis yang diengkapi lensa pada ujungnya. Secara umum ada
dua cara untuk melakukan ureteroskopi yakni di bawah ini.
Jika batuan kecil, ureteroskop dilengkapi dengan keranjang untuk
mengumpulkan batuan dan membawanya keluar dari ureter.
Jika batuan cukup besar, ureteroskop akan dilengkapi dengan sinar
laser, yaitu laser jenis holmium yang dapat memecah batu sehingga lebih
mudah dikeluarkan dari ureter.
Awalnya pasien akan diberi obat bius untuk mematikan saraf
sementara sehingga tidak menimbulkan rasa nyeri. Kemudian, dokter
urologi akan memasukkan ureteroskop melalui saluran kencing uretra
menuju ureter.
Setelah alat mencapai kandung kemih, dokter akan melakukan
sterilisasi melalui ujung ureteroskop dan mencapai area ureter.
Proses tersebut biasanya memakan waktu hingga 30 menit. Kemudian
untuk mengangkat atau memecahkan batu ginjal diperlukan waktu lebih
lama, yaitu sekitar 90 menit.
10
Setelah batu ginjal diangkat atau dipecahkan, ureteroskop dikeluarkan
dan cairan pada kandung kemih akan dikosongkan. Anda akan pulih
kembali setelah efek obat bius hilang dalam waktu 1 – 4 jam. Pada kondisi
tertentu, stent (tabung kecil yang dipasang dari ginjal ke kantung kemih)
akan tetap terpasang.
Dua jam setelah kembali sadar, dokter akan meminta Anda minum air
sebanyak 0,5 liter dalam satu jam. Setelahnya, Anda akan merasakan sakit
saat buang air kecil.
Dalam 24 jam ke depan, urine yang Anda keluarkan akan disertai
darah. Untuk mengurangi kondisi tersebut, obat antinyeri akan diberikan.
Pemberian antibiotik akan dilakukan jika infeksi terjadi. Biasanya
kondisi ini ditandai dengan demam menggigil dan rasa nyeri yang tidak
juga hilang.
c. Terapi Farmakologi
12
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a. Identitas
Secara otomatis, faktor jenis kelamin dan usia sangat signifikan dalam proses
pembentukan batu. Namun, angka kejadian batu ureter dilapangan sering kali
terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini karena pola hidup,
aktivitas, dan geografis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering terjadi pada pasien batu ureter ialah nyeri pada saluran
kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya
batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal. Pasien juga mengalami gangguan
gastrointestinal.
d. Riwayat penyakit dahulu
Batu ureter bukan merupakan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah
keluarga tidak terlalu berpengaruh pada penyakit ini.
f. Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping adaptif.
Namun biasanya, hambatan dalam interaksi interaksi sosial dikarenakan adanya
ketidaknyamanan (nyeri hebat) pada pasien, sehingga fokus perhatiannya hanya
pada sakitnya.
13
g. Pemeriksaan fisik
Kondisi klien batu ureter dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai tanda-
tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan.
Pada tanda-tanda vital biasanya tidak ada perubahan yang mencolok, hanya saja
takikardi terjadi akibat nyeri yang hebat.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Wajah
Inspeksi : warna kulit, jaringan parut, lesi, dan vaskularisasi. Amati adanya
pruritus, dan abnormalitas lainnya.
Palpasi : palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur, edema, dan massa.
b) Kepala
14
Inspeksi : kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau lesi dan cairan yang keluar.
Palpasi : bentuk dan jaringan lunak hidung adanya nyeri, massa, penyimpangan
bentuk.
e) Telinga
Inspeksi : amati kesimetrisan bentuk, dan letak telinga, warna, dan lesi
Palpasi : kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak, tulang teling ada nyeri
atau tidak.
f) Mulut dan faring
Inspeksi : warna dan mukosa bibir, lesi dan kelainan kongenital, kebersihan mulut,
faring.
g) Leher
Inspeksi : kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk tulang belakang, pada wanita
(inspeksi payudara: bentuk dan ukuran)
Palpasi : ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita (palpasi payudara: massa)
i) Paru posterior, lateral, inferior
15
Auskultasi : bunyi paru saat inspirasi dan aspirasi (vesikuler, bronchovesikuler,
bronchial, tracheal: suara abnormal wheezing, ronchi, krekels).
j) Jantung dan pembuluh darah
Palpasi : area orta pada intercostae ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke intercostae 3,
dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada intercostae 5 kiri. Kemudian
pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri.
Perkusi : untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri). Auskultasi :
bunyi jantung I dan II untuk mengetahui adanya bunyi jantung tambahan
k) Abdomen
m)Ekstremitas :
Palpasi : tonus otot, kekuatan otot. Kaji sirkulasi : akral hangat/dingin, warna,
Capillary Refiil Time (CRT). Kaji kemampuan pergerakan sendi. Kaji reflek
fisiologis : bisep, trisep, patela, arcilles. Kaji reflek patologis : reflek plantar.
2. Diagnosa Keperawatan
16
a. Nyeri akut b/d penegangan saraf
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
penegangan saraf keperawatan diharapkan secara konferhensif
nyeri pasien berkurang termasuk lokasi,
dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
1. Melaporkan Nyeri frekuensi, kualitas dan factor
berkurang. presipitasi.
2. TTV dalam batas 2. Observasi reaksi nonverbal
normal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi
terapiutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri
pada masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidak efektipan cobtrol
nyeri masa lampai
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
17
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi factor presifitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyari
(farmakalogi, non
farmakaologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumbernyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengatasi nyeri
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebiasaan pola eliminasi
Gangguan eliminasi
keperawatan selama proses urine klien.
urine b/d distensi
keperawatan diharapkan 2. Kaji terhadap tanda dan
saluran kemih
gangguan eliminasi teratasi gejala retensi urine: jumlah
dengan Kriteria Hasil: dan frekuensi urine, distensi
1. Pasien dapat berkemih supra pubis, keluhan tentang
2.Tidak adanya hematuria dorongan untuk berkemih
dan ketidak nyamanan.
3. Lakukan kateterisasi pada
pasien untuk menunjukan
jumlah urine residu.
4. Awasi pemasukan,
pengeluaran dan
18
karakteristik urine.
5. Kolaborasi ambil urine untuk
kultur urine dan sensitivitas.
19
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
4 Ansietas b/d Setelah dilakukan asuhan Penurunan kecemasan:
pembedahan keperawatan selama….x… 1. Tenangkan klien
jam diharapakan cemas 2. Jelaskan seluruh prosedur
teratasi dengan Kriteria tindakan kepada klien dan
Hasil: perasaan yang mungkin
Control cemas : muncul pada saat tindakan
1. Monitor intensitas 3. Berusaha memahami
kecemasan keadaan klien
2. Menyingkirkan tanda 4. Berikan informasi tentang
kecemasan diagnose, prognosis dan
3. Menurunkan tindakan
stimulasi lingkungan 5. Kaji tingkat kecemasan dan
ketika cmas reaksi fisik pada tingkat
4. Mencari informasi kecemasan
ketika cemas (takikardi,takipnea,ekspresi
5. Merencanakan cemas non verbal)
mekanisme koping 6. Gunakan pendekatan dan
6. Menggunakan strategi sentuhan (permisi)
koping efekctive verbalisasi untuk
7. Menggunakan teknik menyakinkan pasien tidak
relaksasi untuk sendiri dan menunjukan
menurunkan pertanyaan
kecemasan 7. Temani pasien untuk
8. Melaporkan mendukung keamanan
penurunan durasi dan keamanan menurunkan rasa
episode kecemasan akut
9. Melaporkan 8. Sediakan aktifitas untuk
peningkatan rentang menurunkan ketegangan
20
waktu antara episode 9. Bantu pasien untuk
cemas mengidentifikasi situasi yang
10. Mempertahankan menciptakan cemas
penampilan peran 10. Dukung penggunaan
11. Mempertahankan mekanisme defensive
hubungan sosial dengan cara yang tepat
12. Mempertahankan 11. Tentukan kemampuan klien
konsentrasi untuk mengambilkeputusan
13. Melaporkan tidak 12. Instruksikan pasein untuk
adanya gangguan menggunakan teknik
sensori persepsi relaksasi
14. Melaporkan 13. Berikan pengobatan untuk
penurunan kebutuhan menurunkan cemas dengan
tidak adekuat cara yang tepat.
15. Melaporkan 14. Peningkatan koping:
penurunan kebutuhan 15. Hargai pemahaman pasien
tidur adekuat tentang pemahaman
16. Tidak ada menifestasi 16. Hargai dan diskusikan
prilaku kecemasan alternative respon terhadap
Koping situasi
1. Menunjukan 17. Gunakan pendekatan yang
fleksibilitas peran tenang dan memberikan
2. Keluarga menunjukan jaminan
fleksibilitasperan 18. Sediakan informasi actual
keluarganya tentang diagnose,
3. Pertentangan masalah penanganan dan prognosis
4. Nilai keluarga dapat 19. Sediakan pilihan yang
mengatur masalah- realitas tentang aspek
masalah perawatan saat ini
5. Memanaj masalah 20. Dukung penggunaan
6. Melibatkan anggota mekanisme defensive yang
21
keluarga dalam tepat
membuat keputusan 21. Dukung keterlibatan
7. Mengekpresikan keluarga dengan cara yang
permasalahan dan tepat
kebebasan emosional 22. Bantu pasien untuk
8. Menunjukan strategi mengidentifikasi strategi
penurunan stress positive
9. Peduli terhadap
kebutuhan anggota
keluarga
10. Menentukan priotitas
11. Menentukan jadwal
untuk rutinitas dan
aktivitas keluarga
12. Mempunyai
perencanaan pada
kondisi keperawatan
13. Memelihara
kestabilan finalsial
14. Mencari bantuan
ketika di butuhkan
15. Menggunakan
support social
4. Implementasi
5. Evaluasi
a. Klien mengatakan nyeri berkurang
b. Klien mengatkan tidak ada masalah dengan BAK
c. Klien mamou untuk melakukan mobilisasi
d. Klien mengatakan cemas berkurang.
22
DAFTAR PUSTAKA
23