Article+0203 586 597

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat)

https://journal.literasisains.id/index.php/SEHATMAS
e-ISSN 2809-9702 | p-ISSN 2810-0492
Vol. 2 No. 3 (Juli 2023) 586-597
DOI: 10.55123/sehatmas.v2i3.1918
Submitted: 20-05-2023 | Accepted: 30-06-2023 | Published: 28-07-2023

Re-Mapping dan Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di


PT. X Mojoagung

Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3


1,2
S1 Kesehatan Masyarakat, Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,
Surabaya, Indonesia
3
PT Jayamas Medica Industri Plant Mojoagung, Jombang, Indonesia
Email: [email protected]

Abstract

Re-MAPPING of APAR at PT X Mojoagung in buildings 1 and 2 has been carried out.


The re-MAPPING aims to evaluate the number and type of fire extinguishers in building
1, non-woven mask production room and building 2, infusion production room. This re-
MPPING and evaluation is carried out in accordance with the regulations in
PERMENAKERTRANS RI No. 04 of 1980 and NFPA 10 of 2013, to fulfill life safety
guarantees in accordance with applicable K3 rules. The benefits of this research are that
it can be an additional reference regarding the evaluation and consequences of fire
extinguishers, providing fire prevention and control at Factory X Mojoagung as a
preparedness in the event of a fire disaster and as input for implementing the correct
placement of fire extinguishers and in accordance with the provisions at Factory X
Mojoagung.The data obtained is then evaluated based on the rules used. The results of
the data evaluation showed that the number of fire extinguishers in PT X Mojoagung in
buildings 1 and 2 corresponded to a total of 30 fire extinguishers. The amount and type
of contents in each fire extinguisher is in accordance with the level of hazard that occurs
in each building.

Keywords: APAR, Mapping, Fire, Building, Regulation

Abstrak

Re-MAPPING APAR pada PT X Mojoagung pada gedung 1, 2, 3, 4 dan 5 telah


dilakukan. Re-MAPPING tersebut bertujuan untuk mengevaluasi jumlah dan jenis APAR
di gedung 1 ruang produksi masker, non woven dan gedung 2 ruang produksi infus. Re-
MPPING dan evaluasi ini dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada dalam
PERMENAKERTRANS RI No. 04 Tahun 1980 dan NFPA 10 Tahun 2013, untuk
memenuhi jaminan keselamatan jiwa sesuai dengan kaidah K3 yang berlaku. Manfaat
dari penelitian ini yaitu dapat menjadi tambahan referensi mengenai evaluasi dan
konsekuensi dari APAR, memberikan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada
Pabrik X Mojoagung sebagai kesigapan jika terjadi bencana kebakaran dan sebagai
masukan untuk menerapkan peletakan APAR yang benar dan sesuai ketentuan pada
Pabrik X Mojoagung. Data yang didapatkan kemudian di evaluasi berdasarkan peraturan
yang digunakan. Hasil evaluasi data menunjukkan bahwa jumlah APAR yang ada pada
PT X Mojoagung di gedung 1, 2, 3, 4 dan 5 sudah sesuai dengan jumlah sebanyak 58

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


586
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

tabung APAR. Jumlah dan jenis isi pada setiap tabung APAR sudah sesuai dengan
tingkatan bahaya yang terjadi pada setiap gedung.

Kata Kunci: APAR, Mapping, Kebakaran, Gedung, Peraturan

PENDAHULUAN
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang
mencakup alat pemadam api ringan. APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran yang dijelaskan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016. APAR merupakan
peralatan wajib yang harus dilengkapi oleh setiap instansi maupun perusahaan guna mencegah
terjadinya kebakaran yang dapat mengancam keselamatan pekerja dan aset perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan UU No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan dalam
menentukan standar yang jelas untuk keselamatan kerja bagi seluruh karyawan sehingga
mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional. Pada bab III pasal 3
dijelaskan mengenai syarat-syarat keselamatan kerja yaitu mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran-kebakaran. Serta terdapat keputusan menteri yang mengatur
tentang ketenagakerjaan yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
KEP.186/MEN/1999, Bab 1 pasal 2 berisi tentang unit penanggulangan kebakaran di
tempat kerja yaitu pengurus/pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran di tempat kerja yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Menurut Permen PU No. 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, menjelaskan tentang
standarisasi untuk masalah perlindungan kebakaran terhadap bangunan gedung dan
lingkungan. Dijelaskan juga tentang syarat teknis untuk Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada bab V yang berisi tentang Sistem Proteksi Kebakaran Aktif. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi No. : Per.04/Men/1980 juga menjelaskan tentang
Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR yang berisikan tentang ketentuan
standarisasi APAR di Indonesia yang harus di laksanakan. Dijelaskan juga pada peraturan
di Amerika tentang APAR yang tertulis di NFPA 10 tahun 2002 tentang standar alat
kebakaran portabel yang menjelaskan tentang standar-standar yang diharuskan untuk
pemasangan dan pemeliharaan APAR.
Dalam suatu pabrik bidang manufaktur, faktor keselamatan menjadi persyaratan
penting yang harus dipenuhi oleh setiap elemen yang ada pada perusahaan baik itu
peralatan dan bangunan gedung. Salah satu aspek keselamatan adalah keselamatan dari
bahaya kebakaran yang setiap saat bisa terjadi dikarenakan mesin yang beroperasi selama
24 jam penuh dan tidak ada kontrol terhadap resikonya. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Pada Gedung adalah bertujuan untuk menciptakan sebuah jaminan tentang
keselamatan gedung dari bahaya kebakaran sehingga gedung terhindar dari risiko bahaya
tersebut.
Kebakaran pada bangunan gedung produksi dan gudang akan banyak menimbulkan
kerugian berupa korban jiwa, harta benda, dapat menganggu proses kegiatan produksi,
kerusakan lingkungan dan terganggunya ketenangan masyarakat sekitar (Darojad and
Muradi, 2018). Seiring dengan banyaknya karyawan pada pabrik untuk produksi sudah
seharusnya perlindungan terhadap pekerja atau semua individu yang berada di sekitar
perusahaan memiliki jaminan. Penanganan kebakaran di pabrik masih kurang memadai.
Pabrik X Mojoagung memiliki 5 gedung, gedung 1 merupakan gedung bagian produksi
masker dan non woven, gedung 2 produksi infus kemudian untuk area gedung 3,4 dan 5
merupakan gedung bagian gudang, repacking dan jahit. Pada setiap gedung yang ada di

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


587
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

pabrik X sudah memiliki APAR tetapi peletakannya masih belum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, dilakukan perancangan/penataan ulang APAR
di area pabrik X Mojoagung agar dapat mencegah terjadinya kebakaran yang semakin
melebar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui jumlah dan jenis
APAR yang terdapat pada setiap gedung sesuai dengan aturan dalam
PERMENAKERTRANS RI PT. 04 Tahun 1980 dan NFPA 10 Tahun 2013.
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menjadi tambahan referensi mengenai
evaluasi dan konsekuensi dari APAR, memberikan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran pada Pabrik X Mojoagung sebagai kesigapan jika terjadi bencana kebakaran
dan sebagai masukan untuk menerapkan peletakan APAR yang benar dan sesuai
ketentuan pada Pabrik X Mojoagung.

METODE
Kegiatan penelitian ini memiliki beberapa tahapan yang dilalui, ruang lingkup
kegiatan dibatasi hanya di bangunan gedung 1, 2, 3, 4 dan 5 di PT X Mojoagung. Dalam
kegiatan perencanaan Re-Mapping APAR ada beberapa tahapan yang dilakukan pertama
kali dengan memahami layout gedung PT X yang di dapatkan dari data rancangan
gedung. Pemahaman layout gedung sebagai langkah awal perencanaan penempatan
APAR dan menetukan jumlah serta jenis APAR yang dibutuhkan sesuai dengan
klasifikasi kebakaran gedung, selanjutnya ditentukan letak APAR untuk dapat
mengetahui jarak perlindungan dari APAR, dan terakhir yakni dengan melakukan analisa
untuk mengetahui apakah kegiatan ini sudah sesuai dengan standart yang digunakan (PER
04/MEN/1980 dan NFPA 10 tahun 2013) atau belum. (Nastotok and Utomo, 2021)

HASIL
A. GAMBARAN JENIS – JENIS APAR
Klasifikasi kebakaran yang dimiliki di PT mengacu pada standar National Fire
Protection Association (NFPA Standard PT. 10, for the installation of portable fire
extinguishers) yang telah dipakai oleh PERMENAKERTRANS RI PT. Per.
04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR). Klasifikasi dari kebakaran adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Kebakaran NFPA 10 Tahun 2013


Kelas Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran pada benda mudah terbakar yang menimbulkan
Kelas A
arang/karbon (contoh: kayu, kertas, karton/kardus, kain, kulit, plastik)
Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar (contoh:
Kelas B
bahan bakar, besin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner)
Kebakaran pada benda yang menghasilkan listrik atau yang
Kelas C
mengandung unsur listrik
Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium,
Kelas D
radium)
Kebakaran pada bahan masakan (contoh: nabati, lemak hewani,
Kelas K
lemak)

Tabel 2. Klasifikasi Kebakaran Menurut PERMENAKERTRANS RI PT. Per. 04/MEN/1980


Kelas Klasifikasi Kebakaran
Kelas A Kebakaran pada material yang mudah terbakar seperti kayu, kain,
kertas, karet dan lain-lain

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


588
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

Kelas B Kebakaran bahan cair yang mudah menimbulkan nyala api


(flammable) dan cairan yang mudah terbakar (combustible) misalnya
minyak gemuk, cat, alkohol dan gas yang mudah terbakar
Kelas C Kebakaran listrik yang bertegangan
Kelas D Kebakaran logam yang mudah terbakar misalnya magnesium,
titanium, sodium, lithium, zirconium, potassium, dll.

Alat Pemadan Api Ringan (APAR)


Berdasarkan Permenkes Nomor 48 Tahun 2016 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang mencakup alat pemadam api ringan.
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan
api pada mula terjadi kebakaran.

Gambar 1. Alat Pemadam Api Ringan

Jenis – jenis media pemadam kebakaran


Mengenal berbagai jenis media pemadam api dimaksudkan agar dapat menentukan
jenis media yang tepat, sehingga dapat dicapai pemadaman yang efektif, efisien dan
aman. Sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh (Darojad and Muradi, 2018)
Media pemadaman api yang umum dipakai untuk alat pemadam api ringan adalah :
a. Air
Sifat air dalam memadamkan kebakaran adalah secara fisik mengambil panas
(cooling) dan sangat tepat untuk memadamkan bahan padat (kelas A) karena dapat
menembus sampai bagian dalam. Ada 3 (tiga) macam APAR air ialah air dengan pompa
tangan, air bertekanan dan asam soda/soda acid.(
Fatana, 2018)

Gambar 2. Water Extinguisher

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


589
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

b. Busa
Ada 2 (dua) macam busa yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran
kelas A dan B yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari gelembung
yang berisi antara lain zat arang dan karbondioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari
campuran zat arang – udara

Gambar 3. Foam Extinguisher

c. Serbuk Kimia Kering


Serbuk kimia kering bersifat tidak beracun tetapi dapat menyebabkan sesak nafas
sementara dan pandangan mata agak terhalang. Serbuk kimia kering dapat digunakan
untuk memadamkan kebakaran kelas A, B dan C. Daya pemadaman dari serbuk kimia
kering tergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan yang terbakar.
Cara kerja dari pemadam ini adalah merusak reaksi kimia pembakaran dengan
membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar. Makin halus butiran
serbuk kimia kering maka makin luas permukaan yang ditutupi. Jenis tabung ini paling
banyak digunakan di berbagai kantor dan perumahan karena kemampuannya untuk
mematikan jenis api di tiga kelas.

Gambar 4. Dry Chemical Estinguisher

d. Carbon Dioksida ( CO2 )


Media pemadam api CO2 di dalam tabung harus dalam fase cair bertekanan tinggi.
Prinsip kerjanya dalam memadamkan api adalah reaksi dengan oksigen sehingga
konsentrasinya di dalam udara berkurang dari 21 % menjadi sama dengan atau lebih kecil
dari 14 % sehingga api akan padam. Hal ini disebut pemadaman dengan cara tertutup
yang efektif dalam memadamkan kebakaran kelas B (minyak dsb) dan C (listrik).

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


590
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

Gambar 5. Carbon dioxide extinguisher

e. Halon
Gas halon bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485 ºC akan
mengalami proses penguraian. Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut
akan mengikat unsur hidrogen dan oksigen dari udara sehingga menghasilkan beberapa
senyawa baru yaitu HF, HBr, dan COBr yang beracun dan membahayakan manusia.
(Nasution et al., 2021)

Gambar 6. Halon extinguisher

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


591
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

B. GAMBARAN LAYOUT APAR PADA PT X MOJOAGUNG

Gambar 7. Layout APAR PT X Mojoagung Gedung 1

Gambar 8. Layout APAR PT X Mojoagung Gedung 2

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


592
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

Gambar 9. Layout APAR PT X Mojoagung

PEMBAHASAN
A. RE-MAPPING APAR PADA PT X MOJOAGUNG DI GEDUNG 1

Gambar 1. Layout Re-Mapping APAR PT X Mojoagung di Gedung 1

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


593
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

Keterangan:
: Kotak P3K
: Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Gedung 1 memiliki beberapa ruang produksi diantara lain HD Set, Oxyflow,
Diagnostik, laboratorium, ruang admin, seperti tampak pada gambar diatas gedung ini
memiliki tingkat bahaya yang berbeda di setiap ruangannya. Kondisi tempat kerja
Gedung 1 hanya memiliki 1 lantai yang didalamnya terdapat kantor, ruang staff serta
ruang produksi yang di dalamnya banyak bahan yang sangat mudah terbakar, seperti
bahan produksi untuk masker, kassa, karet dan lain-lain sehingga masuk dalam kategori
tingkat bahaya kelas rendah, serta klasifikasi kebakaran kelas A.
Berdasarkan hasil re mapping APAR pada ruangan-ruangan di gedung 1 PT X yang
di evaluasi menggunakan PERMENAKERTARANS RI No. Per. 04/MEN/1980 dan
NFPA 10 tahun 2013. Didapatkan rancangan penempatan APAR dengan jumlah tabung
APAR keseluruhan yang ada di Gedung 1 berjumlah 19 tabung, dengan pembagian
APAR pada setiap ruangan yang berbeda-beda. Ruangan HD Set 1 terdapat 1 tabung
APAR dengan jenis , ruangan HD Set 2 terdapat 1 tabung APAR dengan jenis , bagian
ruang Oxyflow terdapat 1 tabung APAR dengan jenis , ruang Diagnostik terdapat 1
tabung APAR dengan jenis isi CO2 ukuran 5 kg , ruang Extra terdapat 1 tabung APAR
dengan jenis isi CO2 ukuran 5 kg, ruang KN05 terdapat 2 tabung APAR dengan jenis isi
CO2 ukuran 5 kg, Lab QC terdapat 1 tabung APAR dengan jenis isi CO2 ukuran 5 kg ,
ruang A 01 terdapat 6 tabung APAR dengan jenis isi CO 2 ukuran 5 kg. Dari hasil analisa
jumlah dan jenis APAR terlihat bahwa untuk kondisi tabung APAR yang ada terlihat baik
dan rutin dilakukan pengecekan setiap 3 bulan sekali dan juga untuk jenis APAR juga
sudah menjamin keselamatan terhadap bahaya kebakaran di gedung 1 PT X Mojoagung.

B. RE-MAPPING APAR PADA PT X MOJOAGUNG DI GEDUNG 2

Gambar 2. Layout Re-Mapping APAR PT X Mojoagung di Gedung 2

Bangunan gedung 2 di PT X Mojoagung memiliki 1 lantai dengan beberapa ruang


diantaranya terdapat clean room yang biasa digunakan oleh pekerja untuk mensterilkan

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


594
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

badan dan memakai Alat Pelindung Diri (APD) sebelum masuk ke dalam ruang produksi,
terdapat ruang produksi infus yang memiliki bahaya paling tinggi karena di dalam ruang
produksi infus terdapat cairan berbahan kimia yang sangat beresiko apabila terjadi
kebakaran, water treatment, Clean room HDSOL, RT. Asam merupakan ruangan untuk
menimbang bahan-bahan asam yang digunakan untuk produksi infus, RT. Serbuk dan
ruang admin.
Berdasarkan denah di atas dapat dilihat bahwa di gedung 2 PT X Mojoagung
memiliki jumlah tabung APAR sebanyak 11 tabung. Pada bagian tempat untuk water
treatment terdapat 1 tabung APAR dengan jenis isi powder dengan berat 6 kg, ruang infus
dan extru terdapat 1 tabung APAR dengan jenis isi powder dengan berat 6 kg, samping
ruang admin terdapat 1 APAR dengan isi CO2 dengan berat 5 kg, pada ruang untuk
penyimpanan hasil produksi infus terdapat 7 tabung apar dengan jenis isi CO 2 dengan
berat 5 kg , di bagian sisi ruang RT. Serbuk terdapat 1 tabung APAR dengan jenis isi
powder berat 6 kg. Dari hasil analisa jumlah dan jenis APAR terlihat bahwa untuk kondisi
tabung APAR yang ada terlihat baik dan rutin dilakukan pengecekan setiap 3 bulan sekali
dan juga untuk jenis APAR juga sudah menjamin keselamatan terhadap bahaya
kebakaran di gedung 1 PT X Mojoagung.

C. RE-MAPPING APAR PADA PT X MOJOAGUNG DI GEDUNG 3, 4 DAN 5

Gambar 3. Layout Re-Mapping APAR PT X Mojoagung di Gedung 3, 4 dan 5

Bangunan gedung 3, 4 dan 5 di PT X Mojoagung memiliki 1 lantai dengan beberapa


ruang diantaranya gudang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan
produksi, terdapat ruang produksi upad dengan mesin-mesin panas yang sangat mudah
terjadi kebakaran, kemudian terdapat ruang jahit untuk pembuatan APD dan ruang
maintenance yang digunakan sebagai ruang pegawai untuk mengontrol pekerjaan
karyawan yang lain.
Berdasarkan denah di atas dapat dilihat bahwa di gedung 3, 4 dan 5 PT X
Mojoagung memiliki jumlah tabung APAR sebanyak 28 tabung. Pada bagian gudang
terdapat 8 tabung APAR jenis isi powder dengan berat 6 kg, ruang Upad terdapat 4 tabung

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


595
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

APAR dengan jenis isi powder dengan berat 6 kg, ruang jahit terdapat 4 tabung apar
dengan jenis isi CO2 dengan berat 5 kg. Dari hasil analisa jumlah dan jenis APAR terlihat
bahwa untuk kondisi tabung APAR yang ada terlihat baik dan rutin dilakukan pengecekan
setiap 3 bulan sekali dan juga untuk jenis APAR juga sudah menjamin keselamatan
terhadap bahaya kebakaran di gedung 1 PT X Mojoagung

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil kegiatan evaluasi terhadap tabung APAR serta posisi APAR dan
perancanaan peletakan Alat Pemadam Api Ringan ( APAR) di Gedung 1, 2 dapat
disimpulkan sebagai berikut : Gedung 1 pada PT X Mojoagung hanya memiliki 1 lantai
area untuk produksi masker dan non woven, gedung 1 yang didalamnya terdapat kantor,
ruang staff serta ruang produksi yang di dalamnya banyak bahan yang sangat mudah
terbakar, seperti bahan produksi untuk masker, kassa, karet dan lain-lain sehingga masuk
dalam kategori tingkat bahaya kelas rendah, serta klasifikasi kebakaran kelas A (menurut
PERMENAKER No. 04/MEN/1980), gedung 2 pada PT X Mojoagung memiliki 1 bagian
area untuk produksi infus, gedung 2 memiliki tingkat bahaya tinggi dikarenakan di
dalamnya banyak menangani bahan kimia untuk proses produksi infus, seperti water
treatment, RT. Serbuk, RT. Asam, HDSOL klasifikasi kebakaran kelas B (menurut
PERMENAKER No. 04/MEN/1980), jumlah APAR yang terdapat di gedung 1 sejumlah
19 tabung APAR, jumlah APAR yang terdapat di gedung 2 sejumlah 11 tabung APAR,
jumlah dan jenis APAR yang digunakan pada gedung 1 dan gedung 2 sudah sesuai dengan
klasifikasi kebakaran yang mungkin akan terjadi.
Setelah dilakukan perancangan ulang APAR pada gedung 1, 2, 3, 4 dan 5 PT X
Mojoagung dan didapatkan beberapa kesimpulan, maka terdapat beberapa saran untuk
perancangan APAR selanjutnya sehingga dapat berjalan dengan lebih baik, yaitu sebagai
berikut: Kegiatan perancangan ini nantinya dapat di jadikan acuan untuk area lain di
seluruh gedung baru PT X Mojoagung, terus melakukan pendataan dan inventaris
terhadap semua tabung APAR yang ada dan lebih meningkatkan pemeliharaan serta
effisien dalam penggunaan.(Djamaluddin et al., 2021)

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan


Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung
NFPA 10. 2013. Standart Portable For Fire Extinguisher. National Fire Protection
Association.
PERMENAKERTRANS RI No. 04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.186/MEN/1999
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016
Darojad, N.Y. and Muradi (2018) ‘Re-Mapping Dan Evaluasi Apar Di Gedung Instalasi
Radiometalurgi Pusat Teknologi Bahan Nuklir’, Hasil - Hasil Penelitian EBN, pp.
3–5.
Djamaluddin, R. et al. (2021) ‘EVALUASI STANDAR JALUR EVAKUASI
KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT (Studi Kasus
Gedung BAPPEDA Kabupaten Nagan Raya)’, Teras Jurnal, 11(2), p. 473.
Available at: https://doi.org/10.29103/tj.v11i2.551.

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


596
Asvinia Ananta Zulatuva1, Achmad Syafiuddin2, Bakhtiar3
SEHATMAS (Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2023) 586 – 597

Fatana, N. (2018) ‘ANALISIS KESESUAIAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


AKTIF BERDASARKAN SNI 03-3985 DAN 03-3989 SERTA PERMEN PU NO:
26 TAHUN 2008 DI PT JASA MARGA JAKARTA TIMUR TAHUN 2018’,
Photosynthetica, 2(1), pp. 1–13. Available at:
http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-76887-
8%0Ahttp://link.springer.com/10.1007/978-3-319-93594-
2%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-409517-5.00007-
3%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jff.2015.06.018%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s4
1559-019-0877-3%0Aht.
Nastotok, M.H. and Utomo, A. (2021) ‘Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung Rumah Sakit Bhayangkara Nganjuk’, Seminar Keinsinyuran, 2,
pp. 468–472. Available at: http://research-
report.umm.ac.id/index.php/SKPSPPI/article/view/4425/4404.
Nasution, F. et al. (2021) ‘Evaluasi Standar Peletakan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) di Kantor BPBD Provinsi Sumatera Utara’, Shihatuna : Jurnal
Pengabdian Kesehatan Masyarakat, 1(2), p. 53. Available at:
https://doi.org/10.30829/shihatuna.v0i0.9283.

Lisensi: Creative Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0)


597

Anda mungkin juga menyukai