Article+0203 586 597
Article+0203 586 597
Article+0203 586 597
https://journal.literasisains.id/index.php/SEHATMAS
e-ISSN 2809-9702 | p-ISSN 2810-0492
Vol. 2 No. 3 (Juli 2023) 586-597
DOI: 10.55123/sehatmas.v2i3.1918
Submitted: 20-05-2023 | Accepted: 30-06-2023 | Published: 28-07-2023
Abstract
Abstrak
tabung APAR. Jumlah dan jenis isi pada setiap tabung APAR sudah sesuai dengan
tingkatan bahaya yang terjadi pada setiap gedung.
PENDAHULUAN
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang
mencakup alat pemadam api ringan. APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran yang dijelaskan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016. APAR merupakan
peralatan wajib yang harus dilengkapi oleh setiap instansi maupun perusahaan guna mencegah
terjadinya kebakaran yang dapat mengancam keselamatan pekerja dan aset perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan UU No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan dalam
menentukan standar yang jelas untuk keselamatan kerja bagi seluruh karyawan sehingga
mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional. Pada bab III pasal 3
dijelaskan mengenai syarat-syarat keselamatan kerja yaitu mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran-kebakaran. Serta terdapat keputusan menteri yang mengatur
tentang ketenagakerjaan yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
KEP.186/MEN/1999, Bab 1 pasal 2 berisi tentang unit penanggulangan kebakaran di
tempat kerja yaitu pengurus/pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran di tempat kerja yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Menurut Permen PU No. 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, menjelaskan tentang
standarisasi untuk masalah perlindungan kebakaran terhadap bangunan gedung dan
lingkungan. Dijelaskan juga tentang syarat teknis untuk Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada bab V yang berisi tentang Sistem Proteksi Kebakaran Aktif. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi No. : Per.04/Men/1980 juga menjelaskan tentang
Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR yang berisikan tentang ketentuan
standarisasi APAR di Indonesia yang harus di laksanakan. Dijelaskan juga pada peraturan
di Amerika tentang APAR yang tertulis di NFPA 10 tahun 2002 tentang standar alat
kebakaran portabel yang menjelaskan tentang standar-standar yang diharuskan untuk
pemasangan dan pemeliharaan APAR.
Dalam suatu pabrik bidang manufaktur, faktor keselamatan menjadi persyaratan
penting yang harus dipenuhi oleh setiap elemen yang ada pada perusahaan baik itu
peralatan dan bangunan gedung. Salah satu aspek keselamatan adalah keselamatan dari
bahaya kebakaran yang setiap saat bisa terjadi dikarenakan mesin yang beroperasi selama
24 jam penuh dan tidak ada kontrol terhadap resikonya. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran Pada Gedung adalah bertujuan untuk menciptakan sebuah jaminan tentang
keselamatan gedung dari bahaya kebakaran sehingga gedung terhindar dari risiko bahaya
tersebut.
Kebakaran pada bangunan gedung produksi dan gudang akan banyak menimbulkan
kerugian berupa korban jiwa, harta benda, dapat menganggu proses kegiatan produksi,
kerusakan lingkungan dan terganggunya ketenangan masyarakat sekitar (Darojad and
Muradi, 2018). Seiring dengan banyaknya karyawan pada pabrik untuk produksi sudah
seharusnya perlindungan terhadap pekerja atau semua individu yang berada di sekitar
perusahaan memiliki jaminan. Penanganan kebakaran di pabrik masih kurang memadai.
Pabrik X Mojoagung memiliki 5 gedung, gedung 1 merupakan gedung bagian produksi
masker dan non woven, gedung 2 produksi infus kemudian untuk area gedung 3,4 dan 5
merupakan gedung bagian gudang, repacking dan jahit. Pada setiap gedung yang ada di
pabrik X sudah memiliki APAR tetapi peletakannya masih belum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, dilakukan perancangan/penataan ulang APAR
di area pabrik X Mojoagung agar dapat mencegah terjadinya kebakaran yang semakin
melebar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui jumlah dan jenis
APAR yang terdapat pada setiap gedung sesuai dengan aturan dalam
PERMENAKERTRANS RI PT. 04 Tahun 1980 dan NFPA 10 Tahun 2013.
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menjadi tambahan referensi mengenai
evaluasi dan konsekuensi dari APAR, memberikan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran pada Pabrik X Mojoagung sebagai kesigapan jika terjadi bencana kebakaran
dan sebagai masukan untuk menerapkan peletakan APAR yang benar dan sesuai
ketentuan pada Pabrik X Mojoagung.
METODE
Kegiatan penelitian ini memiliki beberapa tahapan yang dilalui, ruang lingkup
kegiatan dibatasi hanya di bangunan gedung 1, 2, 3, 4 dan 5 di PT X Mojoagung. Dalam
kegiatan perencanaan Re-Mapping APAR ada beberapa tahapan yang dilakukan pertama
kali dengan memahami layout gedung PT X yang di dapatkan dari data rancangan
gedung. Pemahaman layout gedung sebagai langkah awal perencanaan penempatan
APAR dan menetukan jumlah serta jenis APAR yang dibutuhkan sesuai dengan
klasifikasi kebakaran gedung, selanjutnya ditentukan letak APAR untuk dapat
mengetahui jarak perlindungan dari APAR, dan terakhir yakni dengan melakukan analisa
untuk mengetahui apakah kegiatan ini sudah sesuai dengan standart yang digunakan (PER
04/MEN/1980 dan NFPA 10 tahun 2013) atau belum. (Nastotok and Utomo, 2021)
HASIL
A. GAMBARAN JENIS – JENIS APAR
Klasifikasi kebakaran yang dimiliki di PT mengacu pada standar National Fire
Protection Association (NFPA Standard PT. 10, for the installation of portable fire
extinguishers) yang telah dipakai oleh PERMENAKERTRANS RI PT. Per.
04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR). Klasifikasi dari kebakaran adalah sebagai berikut:
b. Busa
Ada 2 (dua) macam busa yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran
kelas A dan B yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat dari gelembung
yang berisi antara lain zat arang dan karbondioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari
campuran zat arang – udara
e. Halon
Gas halon bila terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485 ºC akan
mengalami proses penguraian. Zat-zat yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut
akan mengikat unsur hidrogen dan oksigen dari udara sehingga menghasilkan beberapa
senyawa baru yaitu HF, HBr, dan COBr yang beracun dan membahayakan manusia.
(Nasution et al., 2021)
PEMBAHASAN
A. RE-MAPPING APAR PADA PT X MOJOAGUNG DI GEDUNG 1
Keterangan:
: Kotak P3K
: Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Gedung 1 memiliki beberapa ruang produksi diantara lain HD Set, Oxyflow,
Diagnostik, laboratorium, ruang admin, seperti tampak pada gambar diatas gedung ini
memiliki tingkat bahaya yang berbeda di setiap ruangannya. Kondisi tempat kerja
Gedung 1 hanya memiliki 1 lantai yang didalamnya terdapat kantor, ruang staff serta
ruang produksi yang di dalamnya banyak bahan yang sangat mudah terbakar, seperti
bahan produksi untuk masker, kassa, karet dan lain-lain sehingga masuk dalam kategori
tingkat bahaya kelas rendah, serta klasifikasi kebakaran kelas A.
Berdasarkan hasil re mapping APAR pada ruangan-ruangan di gedung 1 PT X yang
di evaluasi menggunakan PERMENAKERTARANS RI No. Per. 04/MEN/1980 dan
NFPA 10 tahun 2013. Didapatkan rancangan penempatan APAR dengan jumlah tabung
APAR keseluruhan yang ada di Gedung 1 berjumlah 19 tabung, dengan pembagian
APAR pada setiap ruangan yang berbeda-beda. Ruangan HD Set 1 terdapat 1 tabung
APAR dengan jenis , ruangan HD Set 2 terdapat 1 tabung APAR dengan jenis , bagian
ruang Oxyflow terdapat 1 tabung APAR dengan jenis , ruang Diagnostik terdapat 1
tabung APAR dengan jenis isi CO2 ukuran 5 kg , ruang Extra terdapat 1 tabung APAR
dengan jenis isi CO2 ukuran 5 kg, ruang KN05 terdapat 2 tabung APAR dengan jenis isi
CO2 ukuran 5 kg, Lab QC terdapat 1 tabung APAR dengan jenis isi CO2 ukuran 5 kg ,
ruang A 01 terdapat 6 tabung APAR dengan jenis isi CO 2 ukuran 5 kg. Dari hasil analisa
jumlah dan jenis APAR terlihat bahwa untuk kondisi tabung APAR yang ada terlihat baik
dan rutin dilakukan pengecekan setiap 3 bulan sekali dan juga untuk jenis APAR juga
sudah menjamin keselamatan terhadap bahaya kebakaran di gedung 1 PT X Mojoagung.
badan dan memakai Alat Pelindung Diri (APD) sebelum masuk ke dalam ruang produksi,
terdapat ruang produksi infus yang memiliki bahaya paling tinggi karena di dalam ruang
produksi infus terdapat cairan berbahan kimia yang sangat beresiko apabila terjadi
kebakaran, water treatment, Clean room HDSOL, RT. Asam merupakan ruangan untuk
menimbang bahan-bahan asam yang digunakan untuk produksi infus, RT. Serbuk dan
ruang admin.
Berdasarkan denah di atas dapat dilihat bahwa di gedung 2 PT X Mojoagung
memiliki jumlah tabung APAR sebanyak 11 tabung. Pada bagian tempat untuk water
treatment terdapat 1 tabung APAR dengan jenis isi powder dengan berat 6 kg, ruang infus
dan extru terdapat 1 tabung APAR dengan jenis isi powder dengan berat 6 kg, samping
ruang admin terdapat 1 APAR dengan isi CO2 dengan berat 5 kg, pada ruang untuk
penyimpanan hasil produksi infus terdapat 7 tabung apar dengan jenis isi CO 2 dengan
berat 5 kg , di bagian sisi ruang RT. Serbuk terdapat 1 tabung APAR dengan jenis isi
powder berat 6 kg. Dari hasil analisa jumlah dan jenis APAR terlihat bahwa untuk kondisi
tabung APAR yang ada terlihat baik dan rutin dilakukan pengecekan setiap 3 bulan sekali
dan juga untuk jenis APAR juga sudah menjamin keselamatan terhadap bahaya
kebakaran di gedung 1 PT X Mojoagung.
APAR dengan jenis isi powder dengan berat 6 kg, ruang jahit terdapat 4 tabung apar
dengan jenis isi CO2 dengan berat 5 kg. Dari hasil analisa jumlah dan jenis APAR terlihat
bahwa untuk kondisi tabung APAR yang ada terlihat baik dan rutin dilakukan pengecekan
setiap 3 bulan sekali dan juga untuk jenis APAR juga sudah menjamin keselamatan
terhadap bahaya kebakaran di gedung 1 PT X Mojoagung
DAFTAR PUSTAKA