Proposal Penelitian Edukasi Pola Makan Efektif Mengurangi Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Di Puskesmas Tamalate

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

Proposal penelitian

Edukasi Pola Makan efektif mengurangi Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil
Trimester Pertama Di Puskesmas Tamalate

OLEH :
RENY VIDIAMINASA
PO714211204023

Poltekkes Kemenkes Makassar


Tahun 2023
PENDAHULUAN

(Latar Belakang )

Di era sekarang ini Wanita yang sedang hamil lebih mungkin mengalami
masalah kesehatan, seperti malnutrisi. Termasuk defisiensi energi kronis dan defisiensi
mikronutrien, malnutrisi pada ibu hamil merupakan masalah umum di negara berkembang.
Bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian neonatal, anemia pada bayi baru lahir, dan asfiksia
intra partum semuanya dapat diakibatkan oleh ibu hamil dengan KEK sehingga berdampak pada
proses tumbuh kembang janin. Gizi buruk dan gangguan tumbuh kembang merupakan risiko
bagi bayi yang lahir BBLR (IHTIRAMI, A. (2023).

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Organisasi Dunia (WHO), anemia dan
KEK sering terjadi. Prevalensinya lebih tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan
trimester pertama pada 35–37 persen kehamilan di seluruh dunia. trimester
satu dan dua kehamilan. Selain itu, 40% kematian ibu di negara ini dilaporkan oleh WHO.
memiliki prevalensi tertinggi dari kasus ini dan berkembang bersamaan dengan anemia
dan KEK. karena KEK dapat mengakibatkan penurunan status gizi (Diza, 2017). (Charunnisa,
2020).

Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengatasi Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada
ibu hamil. Program ini bertujuan untuk memerangi permasalahan KEK pada ibu hamil,
meningkatkan status gizi pada ibu hamil, dan menurunkan prevalensi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).

Menurut WHO (2005), ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) akan
meningkatkan kesakitan maternal, terutama pada trimester ketiga (bulan 7-9) dan meningkatkan
risiko melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). CED adalah singkatan dari
defisiensi energi kronis. kondisi jangka panjang (kronis) di mana ibu tidak makan. Akibatnya,
tubuh ibu yang ditandai dengan gangguan kesehatan pun ikut menderita. lemas, muka pucat, dan
lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23 cm. (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Hal itu ditemukan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2018. Di Indonesia,
prevalensi KEK (15-49 tahun) sebesar 17,3% pada ibu hamil.Rentang usia risiko tinggi 15
hingga 19 tahun adalah 33,5% dan pada. Prevalensi KEK pada ibu berusia 20 hingga 24 tahun
sebesar 23 koma 3 persen. Tidak hamil 14,5% (Kemenkes RI, 2013).

Pengetahuan gizi yang buruk, kendala ekonomi, perilaku yang masih dipengaruhi adat
atau tradisi, pemenuhan pangan hanyaberdasarkanmakanan favorit, pantangan terhadap makanan
tertentu, ketidakseimbangan antara kebutuhan energi dan asupan makanan, penyakit menular,
dan kemiskinan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit. kejadian gizi
buruk pada ibu hamil. Namun penyebab gizi buruk pada ibu hamil trimester pertama yang paling
umum adalah mual dan muntah saat hamil atau yang dikenal dengan istilah Morning Sickness.
Pemerintah mempunyai program untuk memerangi dan mengurangi kekurangan
energi kronis pada wanita hamil, dan program ini melibatkan pemberian makanan
tambahan kepada ibu yang menderita KEK serta tablet suplemen darah untuk semua
wanita hamil (Mairita, dkk., 2019).

Baik ibu maupun anak terkena dampak kekurangan energi kronis. Selain itu pada janin
yang dikandungnya, misalnya pertumbuhan janin terhambat. dan dapat meningkatkan risiko
penyakit. kondisi yang dapat ditularkan oleh ibu. Anemia dan persalinan pada bayi baru lahir
inilah yang menyebabkan KEK pada janin. mengalami asfiksia intrapartum, stunting, dan berat
badan lahir rendah (BBLR). Selain dampak kekurangan, ada kemungkinan terjadinya keguguran,
aborsi, dan lahir mati. Lama dan sulitnya persalinan kemungkinan dipengaruhi oleh asupan
nutrisi ibu. risiko perdarahan dapat meningkat pada kasus kelahiran prematur (Waryana, 2010;.
(Waris Musyriha, 2016).

Kekurangan energi kronis berdampak pada ibu dan bayinya. Begitu pula dengan
gangguan perkembangan pada janin yang dikandungnya, seperti pertumbuhan terhambat. dan
bisa membuat Anda lebih rentan terhadap penyakit. penyakit yang bisa ditularkan dari ibu.
Ketika bayi lahir dalam keadaan anemia, hal ini mengakibatkan KEK pada janin.
mengalami asfiksia intrapartum, stunting, dan berat badan lahir rendah (BBLR). Selain dampak
kekurangan, ada pula potensi keguguran, aborsi, dan lahir mati. Lama dan sulitnya persalinan
kemungkinan dipengaruhi oleh asupan nutrisi ibu. perdarahan dapat menjadi lebih mungkin
terjadi pada kasus kelahiran prematur (Waryana, 2010;.(Waris Musyriha, 2016). (IHTIRAMI,
2023) (HIDAYATI, 2011)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana edukasi pola makan terhadap pengetahuan kurang energi kronik pada ibu hamil
trimester I ?

C.TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran edukasi pola makan terhadap kejadian kurang energi kronik pada
ibu hamil trimester pertama

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan KEK sebelum pemberian edukasi pola makan terhadap ibu
hamil trimester I.

b. Untuk mengetahui pengetahuan KEK setelah pemberian edukasi pola makan terhadap ibu
hamil trimester I.

c. Untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap perubahan pengetahuan kek sebelum dan
setelah pada ibu hamil trimester I.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pola Makan Yang Baik Untuk Ibu Hamil

Ekonomi, pendidikan, dan kesehatan adalah beberapa komponen penting indeks hidup.
Dewi (2019) menyatakan bahwa komponen tersebut berhubungan erat satu sama lain.
kaitannya dengan status gizi masyarakat, yang biasanya dapat dilihat pada status gizi ibu
hamil.
Ibu hamil dapat mengalami gangguan gizi karena kebiasaan atau pola makan yang tidak
sehat (Dewi Taurisiawati Rahayu, 2019). (Ellyani Abadi, 2020)Porsi makanan, juga dikenal
sebagai jumlah zat makanan, adalah ukuran makanan yang dikonsumsi setiap kali makan dan
dapat memenuhi atau mengakomodasi kebutuhan gizi seseorang (Dewi Taurisiawati Rahayu,
2019). Frekuensi makan, atau seberapa sering seseorang makan setiap hari, menentukan
jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh. Frekuensi makan menentukan tingkat
kecukupan gizi seseorang. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dan janinnya,
frekuensi makan ibu hamil harus ditingkatkan (Dewi Taurisiawati Rahayu, 2019).
Pola makan seimbang melibatkan berbagai jenis makanan dalam proporsi dan jumlah
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Pola makan yang tidak seimbang juga
dapat menyebabkan ketidakseimbangan jumlah zat gizi yang masuk ke dalam tubuh, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan kekurangan gizi. Pola konsumsi yang tidak seimbang
juga dapat menyebabkan zat gizi tertentu menjadi berlebihan, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan lebih banyak gizi (Dewi Taurisiawati Rahayu, 2019). Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) dapat disebabkan oleh kekurangan asupan gizi ibu hamil selama kehamilan.
Menurut (Dewi Taurisiawati Rahayu, 2019) pertumbuhan dan perkembangan janin dapat
dipengaruhi oleh keadaan tatus gizi ibu selama masa kehamilan selama pembuahan dan
selama proses selanjutnya. Jika kesehatan gizi ibu hamil buruk baik sebelum hamil maupun
selama kehamilan, itu dapat menyebabkan bayi tidak sehat.
Salah satu faktor penyebab KEK pada 4.444 ibu hamil adalah status sosial ekonomi.
Status sosial ekonomi yang rendah secara tidak langsung akan mempengaruhi ibu dan
keluarganya dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Komponen status ekonomi meliputi
tingkat sosial ekonomi meliputi pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota
keluarga. Pendapatan keluarga merupakan faktor penentu dalam peningkatan status gizi ibu
hamil.
Kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana ibu hamil
menderita gizi buruk dalam jangka waktu lama (kronis) dan ditandai dengan lingkar lengan
atas ibu <23,5 cm (Bunga Astria Paramashanti, 2019; Kementerian Kesehatan, 2015) . Ibu
hamil membutuhkan lebih banyak nutrisi dibandingkan saat tidak hamil. Hal ini dikarenakan
nutrisi yang dikonsumsi digunakan oleh ibu dan janin. Janin berkembang dengan
memperoleh zat gizi dari makanan yang dikonsumsi ibu dan dari cadangan nutrisi tubuh ibu
(Suparaasa, D N., 2017). Dampak DEC terhadap ibu hamil adalah meningkatnya risiko berat
badan lahir rendah, kematian saat melahirkan, pendarahan, kesulitan nifas karena lemas, dan
rentan terhadap gangguan kesehatan. Anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah
seringkali kurang mampu menahan tekanan lingkungan baru, sehingga dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bahkan mengganggu kemampuan anak untuk
bertahan hidup (Fathonah, 2016).
Menurut WHO (2005), ibu hamil berisiko mengalami kekurangan energi kronis (KEK)
yang akan meningkatkan angka kesakitan ibu terutama pada 3 bulan terakhir kehamilan
(bulan ke 7 hingga bulan ke 9) dan meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah.

B. Tinjauan Umum Tentang KEK


Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah suatu keadaan dimana ibu menderita
gizi buruk dalam jangka waktu lama (kronis), sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan pada ibu yang ditandai dengan badan lemah, wajah dan lengan pucat, bulat
(LILA) ≤ 23 cm. Kekurangan energi kronis tidak hanya berdampak pada ibu tetapi juga
janin dalam kandungan sehingga menyebabkan lambatnya perkembangan janin dan dapat
meningkatkan risiko penyakit.
Kek Menurut Almatsier (2009), status gizi dimana keadaan tubuh yang
dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status ini dapat berarti
gizi buruk, kurang baik, atau lebih (Almatsier). Program kesehatan ibu hamil bertujuan
untuk memastikan status gizi ibu hamil yang ideal untuk menjalani kehamilan yang
aman dan melahirkan bayi yang sehat secara fisik dan mental. Selama kehamilan,
mendapatkan jumlah vitamin dan mineral yang diperlukan sangat penting. Dewi (2013)
menyatakan bahwa anemia (Hb < 11 gr%) akan terjadi jika kebutuhan gizi tidak
terpenuhi, termasuk kebutuhan mineral zat besi.
1) Dampak pada ibu
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa infeksi dan perdarahan,
yang dapat menyebabkan anemia dan kekurangan energi kronis (KEK),
menyumbang 28% kematian ibu. Di berbagai negara, tingkat kejadian ini berkisar
antara 10 persen hingga 60 persen (Prawirohardjo, 2006).
Menurut WHO, sekitar 40% kematian ibu di negara berkembang
berhubungan dengan anemia selama kehamilan, dan sebagian besar anemia selama
kehamilan disebabkan oleh perdarahan akut dan status gizi yang buruk.
Ibu hamil memiliki status gizi buruk yang dapat menyebabkan kekurangan energi
kronik (KEK).
Berdasarkan penelitian Wijianto dkk, terdapat hubungan yang signifikan
antara risiko KEK dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Ibu hamil berisiko kekurangan energi kronis (KEK) 2,76 kali lebih besar
kemungkinannya mengalami anemia dibandingkan usia kehamilan trimester 3
lebih tinggi 1 tahun 0,92 kali dibandingkan pada triwulan 1 dan 2 (Rahmanar,
2013).

2) Dampak pada bayi


Menurut WHO, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah
sebanyak 15 persen bayi di seluruh dunia—lebih dari 20 juta jiwa—lahir dengan
BBLR pada tahun 2011 (UNICEF, 2013).
Faktor penyebab AKB yang sering dikaitkan dengan hal berikut, terutama
keberhasilan program KIA, KB, kondisi lingkungan, dan masalah sosial ekonomi
2. Pada tahun 2016, cakupan ibu hamil KEK mendapatkan makanan tambahan
sebanyak 79.1% dari target 50%, yang sudah melebihi target. Target ini ditetapkan
berdasarkan jumlah ibu hamil KEK yang ada di Indonesia.

Kontribusi dan munculnya KEK pada ibu hamil akan mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan janin, termasuk meningkatkan risiko berat badan
lahir rendah.
Wanita hamil dengan KEK mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit
ini, terutama pada tiga bulan terakhir kehamilan, yang dapat menyebabkan bayi
lahir dengan berat badan rendah.

C. Tinjauan Umum Tentang pengetahuan KEK

1.Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari pemahaman yang timbul setelah seseorang


mengamati suatu objek khusus dengan bantuan panca indera manusia, termasuk
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan yang
dimiliki manusia diperoleh melalui proses pendidikan, pengalaman bersama orang lain,
media massa, dan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan memiliki peran penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan memiliki peran penting dalam
membangkitkan keyakinan diri dan membentuk perilaku serta sikap sehari-hari
seseorang, sehingga dapat dianggap sebagai pengetahuan yang memberikan dasar bagi
tindakan individu.

a. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam berbagai tingkatan atau level. urutan
pengetahuan meliputi:

1) Tahu

Pada level tahu ialah pengetahuan yang paling dasar, seseorang hanya memiliki
pemahaman dasar terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya. Individu yang
hanya memiliki pemahaman dasar ini umumnya belum mampu mengajarkan
pengetahuannya kepada orang lain dengan efektif.

2)Paham

Langkah pengetahuan berikutnya adalah memahami. Pada tingkat pengetahuan ini,


seseorang mampu menjelaskan dengan benar apa yang telah mereka ketahui.
Meskipun demikian, pada tahap ini, individu yang memahami masih mungkin
belum mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam situasi dunia nyata.
3) Penerapan (application)
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan yang telah mereka
pelajari dalam situasi nyata atau baru. Ini termasuk menerapkan prinsip-prinsip,
metode, konsep, dan teori dalam konteks yang berbeda. Kemampuan ini dianggap
lebih tinggi nilainya daripada sekadar memahami
4) Analisa
Tingkat pengetahuan yang keempat adalah kemampuan menganalisis. Ini berarti
seseorang sudah dapat menguraikan atau menjelaskan lebih rinci tentang materi
atau objek yang masih berkaitan dengan pengetahuannya. Orang yang mencapai
tingkat ini sering disebut analisator
5) Sintesis(Synthesis)
Penggabungan menggambarkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau
menghubungkan secara logis komponen-komponen pengetahuan yang dimilikinya
menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan
6) Evaluasi
Tingkat pengetahuan tertinggi adalah evaluasi. Pada tingkat ini, seseorang mampu
mengidentifikasi masalah atau melakukan penilaian terhadap materi atau objek
dengan merujuk pada kriteria yang ada.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2018), ada beberapa hal yang memengaruhi sejauh mana
seseorang tahu tentang suatu hal, yaitu:
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh besar. Semakin tinggi pendidikannya,
semakin mudah untuk belajar hal-hal baru. Informasi seringkali diperoleh melalui
guru, orang tua, dan media. Pendidikan adalah kebutuhan dasar yang sangat
penting untuk perkembangan diri. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin mudah bagi mereka untuk belajar dan mengikuti
perkembangan pengetahuan dan teknologi.
2) Media Massa dan Sumber Informasi
Televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan media lainnya juga memengaruhi
apa yang kita ketahui. Mereka memiliki pengaruh besar dalam membentuk
pandangan dan keyakinan kita.
3) Pengaruh Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Faktor-faktor seperti tradisi dan kebiasaan dalam masyarakat seringkali dilakukan
tanpa pertimbangan apakah tindakan tersebut benar atau salah secara logis
4) Lingkungan
mencakup semua hal yang ada di sekitar seseorang, termasuk aspek fisik, biologis,
dan sosialnya
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sarana pengetahuan adalah metode untuk memvalidasi
pengetahuan dengan mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi
6) Usia
Dengan bertambahnya usia, seseorang akan mengumpulkan lebih banyak
pengalaman dan pengetahuan, yang dapat meningkatkan kematangan mental dan
intelektual. Usia yang lebih tua dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam
berpikir dan menerima informasi dengan lebih baik dibandingkan dengan usia
yang lebih muda
c. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2018) menyatakan bahwa pengetahuan tentang kesehatan dapat
diukur melalui dua jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif:
a. Penelitian Kuantitatif
Penelitian ini umumnya bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang berapa
banyak, seberapa sering, berapa lama, dan sebagainya terkait dengan suatu kejadian
atau fenomena. Metode penelitian ini sering menggunakan wawancara dan angket.
1) Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka
Keduanya menggunakan instrumen (alat pengukur/pengumpul data) Wawancara
tertutup melibatkan pertanyaan dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan,
di mana responden hanya perlu memilih jawaban yang sesuai menurut mereka.
Sementara wawancara terbuka menggunakan pertanyaan yang bersifat terbuka,
dan responden dapat menjawab sesuai dengan pendapat atau pengetahuan
mereka sendiri
2) Angket Tertutup atau Terbuka
Angket, seperti denga wawancara, juga dapat berbentuk tertutup atau terbuka.
Instrumen pengukuran pun seperti dengan wawancara, namun jawaban dari
responden dituliskan oleh mereka sendiri. Metode pengukuran melalui angket
ini sering disebut "Self administered" atau metode di mana responden mengisi
angket sendiri
b. Penelitian kualitatif
memiliki tujuan untuk memahami bagaimana atau mengapa suatu fenomena terjadi.
Dalam penelitian kualitatif, terdapat dua metode pengukuran pengetahuan:
1) Wawancara mendalam
di mana peneliti mengajukan pertanyaan awal kepada responden untuk
memperoleh jawaban yang sejelas mungkin. Pertanyaan selanjutnya akan
diajukan berdasarkan tanggapan responden, sehingga informasi yang
diperoleh menjadi lebih komprehensif
2) Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)
yang melibatkan beberapa responden dalam kelompok untuk menggali
informasi. Peneliti mengajukan pertanyaan yang menghasilkan beragam
pandangan dari setiap anggota kelompok, biasanya terdiri dari 6-10 orang.

d. Kategori Tingkat Pengetahuan


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Masturoh dan Anggita T (2018), untuk
mengukur persentase tingkat pengetahuan, dapat digunakan rumus berikut:

F
𝑃= ×100%
N

Keterangan:
P = persentase hasil
F = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah pertanyaan
Tingkat pengetahuan biasanya dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tingkat Pengetahuan Baik: 76% - 100%
b. Tingkat Pengetahuan Cukup: 56% - 75%
c. Tingkat Pengetahuan Kurang: < 56%

Penelitian yang dilakukan oleh Susi Lestari (2019) di puskesmas sentani kabupaten
jayapura menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan pola makan
untuk mengurangi kek pada ibu hamil dengan nilai p-value 0,001 dan nilai koefisien
kontingensi 0,622 yang artinya keeratan hubungannya adalah kuat dan penelitian andi
Herman,dkk (2021) menunjukkan Ada hubungan pengetahuan, dan sikap dengan pola makan
untuk mengurangi kek di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate dengan nilai ρ value <ɑ = 0,05
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Tiga bulan pertama kehamilan merupakan masa penting dalam proses


pembentukan janin. Status gizi ibu hamil saat ini mempunyai dampak yang signifikan
terhadap tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu. Salah satu masalah gizi umum yang
dihadapi ibu hamil adalah kekurangan energi kronis (KEK), yang dapat berdampak
negatif terhadap perkembangan janin dan kesehatan ibu. Oleh karena itu, pendidikan pola
makan yang efektif penting untuk mengurangi risiko KEK pada ibu hamil selama
trimester pertama. (Kusniyati Utami, 2020).
Menurut Mahmudah (2020), kondisi seorang ibu Ada risiko kematian janin pada
kehamilan KEK (terlambat), bayi prematur, cacat lahir, bayi hamil berat badan lahir
rendah (BBLR) dan bahkan kematian bayi yang mungkin disebabkan oleh faktur
kekuatan otot yang dapat membantu ibu selama proses kelahiran. Juga ibu hamil dengan
KEK mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko melambat Deformasi adalah anak
yang tinggi badannya tidak sesuai kurang usia atau tinggi badan dibandingkan dengan
anak seusianya karena masalah gizi kronis pada anak kecil. Risiko yang harus dialami
anak-anak orang cacat lebih rentan terhadap penyakit dan dapat menderita penyakit
degeneratif sebagai orang dewasa. Selain aspek kesehatan, mis. Dampak yang
berkembang mungkin juga berperan tingkat kecerdasan anak 10. Jika tidak Segera atasi
masalah gizi ibu Kehamilan menyebabkan masalah gizi serius di masa depan.
Faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronik adalah asupan makanan,
umur, beban kerja ibu hamil, penyakit/infeksi, pengetahuan gizi ibu dan pendapatan
keluarga. (Proverawati, 2011).

B. Kerangka Konseptual

Pengetahuan Tentang Keberhasilan Dalam


pola makan Mengurangi KEK
Keterangan :

= Variabel Independent
= Variabel dependent
= Variabel yang diteliti

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat diambil hipotesis yaitu :
Ha :Ada perbedaan dalam mengurangi KEK sebelum dan setelah dilakukan edukasi
pola makan.
Ho :Tidak ada perbedaan dalam mengurangi KEK sebelum dan setelah dilakukan
edukasi pola makan.

D. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur
1 Pengetahu ibu hamil kurang Konseling Baik : Nominal
an energi kronik Individual jika
ibuTentang
pola (KEK) bobot
makan membutuhkan jawaba
informasi n
mengenai respond
pentingnya en ≥ 50
pedoman umum %
gizi seimbang Kurang
dalam perubahan : Jika
pola konsumsi bobot
serta membantu jawaba
meningkat status n
gizi ibu selama respond
masa kehamilan en ≤ 50
pada trimester 1 %

2 Keberhasil Apabila dengan Materi Kek : Ordinal


an Dalam LILA tidak Tertulis Jika
Menguran kurang dari 23,5 LILA ≤
gi KEK cm. dan Apabila 23 cm.
LILA ibu Tidak
sebelum hamil KEK :
kurang dari Jika
angka tersebut, LILA ≥
sebaiknya 23 cm.
kehamilan
ditunda sehingga
tidak beresiko
melahirkan
BBLR
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen, yang
melakukan percobaan dengan tujuan untuk menilai sebab-akibat yang muncul dari
eksperimen tertentu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan kuasi
eksperimen dengan menggunakan desain penelitian One Group Pre test dan Post test
without control, yang mana rancangan ini tidak menggunakan kelompok pembanding
(kontrol). Sebelum melakukan edukasi terhadap kelompok yaitu berupa pendidikan
kesehatan akan di ukur pengetahuan awal (pretest) dan setelah diberikan edukasi berupa
pendidikan kesehatan akan diukur pengetahuannya lagi (post test) untuk melihat apakah
ada perubahan yang terjadi setelah adanya edukasi
Secara bagan, desain kelompok tunggal desain pre test dan post test dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pre test Post test Pengaruh
01 02 X
Gambar 4.1 Desain Penelitian
Keterangan:

01 : nilai pre test (sebelum diberi Edukasi)

02 : nilai post test (sesudah diberi Edukasi)

X : treatment (Pengaruh Edukasi terhadap pengetahuan)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di puskesmas Tamalate Kota Makassar

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan januari – maret 2024


C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasinya adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah

kerja puskesmas Tamalate Kota Makassar pada bulan februari tahun 2024

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja

puskesmas Tamalate Kota Makassar pada bulan februari tahun 2024

3. Besar Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dimana seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel

(Sugiyono,2019)

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah penggunaan data sekunder dan data primer. data

sekunder data yang diperoleh dari rekam medis di puskesmas Tamalate dan data primer

yang diperoleh secara langsung dari ibu hamil yang menjadi responden. Memberikan

kuesioner (angket) kepada responden sebagai alat pengumpulan data, dimana responden

diminta untuk menjawab kuesioner (angket) dengan jujur untuk aspek pengetahuan

sebelum mengetahui pengaruh untuk mengurangi KEK setelah di berikan edukasi pola

makan. Setelah intervensi diberikan, peneliti akan memberikan jeda waktu sebelum

melakukan penilaian kembali dengan jeda waktu 4 hari pasca intervensi, dimana peneliti

akan melakukan evaluasi ulang terhadap aspek pengetahuan ibu tentang Pola makan yang

benar dan melakukan penilaian terhadap aspek penerapan untuk mengetahui apakah ibu

telah menerapkan Pola makan yang benar.


E. Pengolahan Dan Penyajian Data

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara

sebagai berikut :

a. Editing

Memeriksa kembali kelengkapan identitas pengisi dengan mengecek kuesioner

yang telah diisi oleh responden dengan tujuan memastikan data-data tersebut sudah

lengkap dan tepat

b. Coding

Memberikan kode khusus pada setiap data yang akan di proses, yakni mengubah

data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Hal ini

bertujuan untuk memudahkan dalam tabulasi dan analisa data. Kode-kode tersebut

antara lain :

1) Data Umum

a. Usia

Kode 1 : usia <21 tahun

Kode 2 : usia 21-35 tahun

Kode 3 : usia >35 tahun

b. Tingkat Pendidikan Ibu

Kode 1 : Dasar (SD/SMP/Sederajat)

Kode 2 : Menengah (SMA/SMK/Sederajat)

Kode 3 : Tinggi (Diploma/Sarjana)

c. Paritas
Kode 1 : Primipara

Kode 2 : Multipara

Kode 3 : Grandemultipara

2) Data Khusus

a. Tingkat pengetahuan ibu hamil KEK sebelum diberikan pendidikan

kesehatan tentang pola makan

Baik: 76% - 100%


Cukup: 56% - 75%
Kurang: < 56%
b. Tingkat pengetahuan ibu hamil KEK sesudah diberikan pendidikan

kesehatan tentang pola makan

Baik: 76% - 100%


Cukup: 56% - 75%
Kurang: < 56%
c. Skoring
Skoring adalah memberi skor pada setiap responden dengan melakukan

pemberian nilai terhadap jawaban kuesioner.

a. Tabulating

Mengolah data melalui pembuatan tabel distribusi frekuensi yaiu menuliskan

seluruh jawaban dari responden dalam satu tabel distribusi frekuensi terkait

sejumlah pernyataan yang diberikan oleh responden. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan penelitian dalam menganalisis data yang telah terkumpul

F. Analisa Data

1. Analisa univariat
Melalui proses tabulasi data kemudian di skoring. Hasil tabulasi digambarkan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dilakukan perhitungan prosentase dengan

rumus :

SP
N= x 100 %
SM

Keterangan :

N : prosentase (%)

SP : Skor yang didapat dari responden

SM : Skor tertinggi maksimal

Menurut Glaser dan Strauss (2008), hasil pengolahan data dalam bentuk

prosentase diinterpretasikan sebagai berikut :

100 % : seluruhnya

76-99 % : hampir seluruh

51-75 % : sebagian besar

50 % : setengah

26-49 % :hampir setengahnya

1-25 % : sebagian kecil

0% : tidak satupun

2. Analisa Bivariat

Dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hasil eksperimen yang

menggunakan one group pretest and post test design without control. Data yang

didapatkan kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik

Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05.


Interpretasi hasil analisis: Nilai statistic uji > nilai tabel atau nilai tingkat

kemaknaan yang diperoleh (p) <α, α=0,05.

a. Jika p < α maka Ho ditolak Ha diterima maka ada pengaruh edukasi tentang Pola

makan dalam peningkatan pengetahuan untuk mengurangi KEK

Jika p > α maka Ho diterima Ha ditolak maka tidak ada pengaruh edukasi tentang pola makan
dalam peningkatan pengetahuan untuk mengurangi KEK
DAFTAR PUSTAKA
Charunnisa, R. (2020). EFEKTIFITAS PEMBERIAN SUSU KACANG TANAH TERHADAP
STATUS GIZI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIK (KEK) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU TAHUN 2020. 2-3.
HIDAYATI, F. (2011). Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang
Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. 2.
IHTIRAMI, A. (2023). HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN
KEKURANGAN ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR . 1-2.
Rohmah, L. (2023). Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kekurangan
Energi Kronis. HIGEIA (journal of publik health research development), 813.
Yeti, N. N. (2023). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kurang Energi Kronik (KEK) pada
Ibu Hamil di UPTD Puskesmas Cibugel. Jurnal Ventilator: Jurnal riset ilmu kesehatan
dan Keperawatan, 3.

A.Ihtirami, A. S. (2021). HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN


KEKURANGAN ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR. Molucca Medica, 2.
Dewi Taurisiawati Rahayu, Y. D. (2019). POLA MAKAN DAN PENDAPATAN KELUARGA
DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU
HAMIL TRIMESTER II . Jurnal_Dewi Taurisiawati Rahayu_STIKES Karya Husada
Kediri_2019, 8 - 9.
Ellyani Abadi, L. A. (2020). Konsumsi Makronutrien pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik
(KEK) di Masa Pandemi Covid-19. kendari.
Fidyah Aminin, A. W. (2014). PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK). jurnal
kesehatan.
Hidayati, F. (2011). Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan
Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
IkaPutri Melati, C. A. ( 2021). EDUKASI GIZI PENCEGAHAN STUNTING BERBASIS
WHATSAPPGROUPUNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUANDAN SIKAP IBU
HAMIL. Jurnal Pangan Kesehatan Dan Gizi JAKAG, 62.
Sandrayayuk Marlapan, B. W. (2013). HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING
KEC. TUMINTING KOTA MANADO. jurnal keperawatan, 1.
Siti Fatimah, N. T. (2019). Hubungan kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil dengan
kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja puskesmas rajadesa tahun 2019.
journal of midwifery and public health, 2.
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. jakarta: Rineka Cipta.
Riadi, M. (2013). Pengertian, Tingkatan dan Cara Memperoleh Pengetahuan. Diambil kembali
dari Kajianpustaka: https://www.kajianpustaka.com/2013/05/pengertian-tingkatan-dan-
cara.html

Baiq Dewi Sukma Septiani, F. S. (2022). Edukasi Pedoman Umum Gizi Seimbang Bagi Ibu
Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) di Desa Batu Kuta Kecamatan Narmada Kabupaten
Lombok Barat. JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 1.
Kusniyati Utami, I. S. (2020). Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Trimester I
Berdasarkan Usia Dan Graviditas. JURNAL KESEHATAN PRIMER, 19.

Anda mungkin juga menyukai