Dialog Mediator

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Dialog Mediasi

MEDIATOR (1) : Selamat Malam bapak dan ibu yang saya hormati, sebelum kita
melakukan mediasi, ijinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu,
kami dari TIM 1(- Herdy faturrahman S.H, - Jan Gia Deswita
Ramadhani S.H, - Munifa S.H ) sebagai Mediator yang telah dipilih
oleh majelis hakim. Selanjutnya kepada bapak-bapak saya berikan
kesempatan untuk memperkenalkan diri masing – masing.

PENGGUGAT (1) : Perkenalkan nama saya Johan Michael Purba S.H,M.H beserta
Rekan - rekan saya yang di tunjuk sebagai KUASA HUKUM
PENGGUGAT dalam kasus ini.
TERGUGAT (1) : Dan perkenalkan nama saya Valent Manuan Pasaribu S.H,M.H
beserta Rekan – rekan saya yang di tunjuk sebagai KUASA HUKUM
TERGUGAT dalam kasus ini.
MEDIATOR (2) : Baiklah, langsung saja saya jelaskan bahwa berdasarkan peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
pengadilan dalam Pasal 4 disebutkan bahwa semua sengketa perdata di
ajukan tingkat pertama wajib lebih dahulu di upayakan
penyelesaiannya melalui perdamaian dengan bantuan mediator, dan
pada sidang kali ini telah sepakat untuk menunjuk kami sebagai
mediator dalam kasus ini. Selanjutnya saya akan menerangkan tentang
mediasi. Mediasi adalah suatu alternatif penyelesaian sengketa dimana
kedua belah pihak saling berdialog, berunding untuk menentukan titik
temu. Kami selaku mediator akan memfasilitasi negosiasi ini.
Namun sebelum saya memulai mediasi saya akan menjelaskan
tahapan-tahapan mediasi diantaranya :
1. Saya memberikan kesempatan kepada para pihak bersengketa
untuk menyampaikan masalahnya secara saling bergantian
2. Ketika salah satu pihak kuasa hukum penggugat / tergugat dalam
menyampaikan masalah,mohon untuk tidak disela / dipotong
pembicaraannya.
3. Saya akan mencari kesepahaman awal dari kedua belah pihak
4. Saya mendefisinisikan, menentukan agenda pembicaraan
5. Setelah itu kita masuk dalam tahap negosiasi
6. Apabila negosiasi mencari kesepakatan kita akan menyusun
kesepakatan akhir,
Baik,apakah bapak dan ibu setuju dengan tahapan kesepakatan
tersebut?
PENGGUGAT (2) : Saya setuju.
TERGUGAT (2) : Saya setuju.
MEDIATOR (3) : Baiklah kita mulai mediasi malam ini, bagaimana kalau kita
mendengar dari Kuasa Hukum Pergugat terlebih dahulu untuk
menyampaikan keterangannya? Bagaimana Kuasa Hukum Tergugat,
apakah setuju?
TERGUGAT (3) : Iya, silahkan.
MEDIATOR (3) : Baik, Silahkan Kuasa Hukum Penggugat.
PENGGUGAT (3) :Terimakasih Mediator atas kesempatannya, saya ingin menjelaskan
bahwa Bapak AHMAD sampai saat ini masih terikat hutang-piutang
dengan klien saya. Padahal di dalam surat perjanjian Bapak AHMAD
sepakat untuk melunasi semua hutang-piutang beserta bungannya pada
jangka waktu 3 tahun. Namun sampai batas waktu yang telah
ditentukan TERGUGAT tidak melaksanakan kewajiban untuk
melunasi hutangnya. Klien saya telah 3 kali melayangkan surat Somasi
kepada TERGUGAT namun sampai sekarang klien saya tidak
mendapatkan kejelasan apa-apa dari Bapak AHMAD.
MEDIATOR (3) : Baiklah, artinya Klien bapak kecewa atas kejadian ini?
PENGGUGAT (1) : Sangat, sangat, sangat kecewa, Mediator.
MEDIATOR (1) : Dan Klien KUASA HUKUM PENGGUGAT menginginkan agar
pembayaran cepat dilakukan, betul begitu, Bapak dan Ibu?
PENGGUGAT (2) : Iya betul, dikarena hutang bapak AHMAD ini terbilang cukup besar,
dan dalam surat perjanjian bapak AHMAD ini sudah sepakat untuk
segera melunasi hutang-piutang beserta dengan bunga saat waktu yang
di tentukan.
MEDIATOR (1) : Baiklah setelah kita mendengar penjelasan dari Kuasa Hukum
Penggugat. Selanjutnya saya berikan kesempatan Kuasa Hukum
Tergugat untuk menyampaikan hal-hal yang perlu kita ketahui.
Silahkan Kuasa Hukum Tergugat.
TERGUGAT (1) : Terus terang, Klien saya sangat kecewa atas tindakan bapak
LUKMAN. Apakah iya tidak ada jalan lain selain melakukan gugatan,
masih banyak jalan alternative ( Berunding misal nya ) dan saya pikir
lebih dewasa untuk mendapatkan jalan keluar yang baik. Tanpa
menurunkan harga diri klien saya.
PENGGUGAT (3) : Bapak dan ibu, jangan berdalih Klien saya itu sudah satu kali
melayangkan surat teguran terhadap Klien bapak dan ibu. Kalau Klien
bapak dan ibu memang ada iktikad baik seharusnya sudah memberikan
respon yang baik, bukan justru berdiam diri dan memberikan kesan
tidak bertanggung jawab.
MEDIATOR (2) : Bapak dan ibu harap tenang, kalau pihak satu bicara maka pihak lain
harus mendengarkan agar kita dapat mengerti apa kemauan dari
masing-masing pihak. Kalau bapak dan ibu tetap seperti ini maka tahap
mediasi ini tidak bisa di lanjutkan. Bagaimana apakah mau dilanjutkan
atau tidak?
PENGGUGAT (1) : Maaf Mediator, silahkan dilanjutkan.
MEDIATOR (2) : Baik, silahkan KUASA HUKUM TERGUGAT di lanjutkan
penjelasannya
TERGUGAT (2) : Jadi begini saya menyadari betul atas keterlambatan pelunasan ini,
namun saya juga tidak membenarkan atas tindakan bapak LUKMAN
dengan menggugat Klien saya, karena gugatan ini nama baik Klien
saya tercoreng.
MEDIATOR (3) : Oh, jadi usaha dari Klien bapak menjadi kurang di hargai karena
adanya gugatan yang bisa membuat nama baik klien bapak dan ibu
tercoreng. Kemudian menginginkan kedua pihak menjaga nama baik.
Apakah benar bapak dan ibu?
TERGUGAT (3) : Iya sangat benar, itu yang Klien saya sangat harapkan.
MEDIATOR (3) : Setelah saya mendengar penjelasan dari pihak KUASA HUKUM
PENGGUGAT dan KUASA HUKUM TERGUGAT, saya menemukan
ada beberapa kesepahaman awal yaitu :
1) Kedua belah pihak menginginkan adanya hubungan baik.
2) Kedua belah pihak menginginkan agar masalah cepat terselesaikan.
Begitu kan yang kalian maksud ?
P & T (1) : Betul.
MEDIATOR (1) : Baiklah selanjutnya seperti KUASA HUKUM PENGGUGAT dan
KUASA HUKUM TERGUGAT ungkapkan bahwa sebelum perkara ini
terjadi. Sebenarnya Bapak LUKMAN menganggap Bapak AHMAD
sebagai terutang yang dapat di percaya dan sebaliknya pihak Bapak
AHMAD menganggap Bapak LUKMAN sebagai pemberi hutang yang
bisa di ajak kerja sama. Kalau boleh saya bertanya bagaimana
kemungkinan kelanjutan hutang-piutang tersebut di kemudian hari.
PENGGUGAT (1) : Seperti yang sudah saya jelaskan, Bapak AHMAD harus sesegera
mungkin dapat melunasi hutang-hutangnya, karena ini sudah lewat dari
waktu yang ditentukan.
MEDIATOR (1) : Baik, jadi bapak menginginkan agar TERGUGAT cepat melunasi
hutang-piutangnya, benar kan bapak dan ibu ?
PENGGUGAT (1) : Iya benar, Mediator.
MEDIATOR (2) : Baik, mengenai penjelasan dari KUASA HUKUM PENGGUGAT,
apakah pihak KUASA HUKUM TERGUGAT ada tanggapan?
TERGUGAT (1) : Iya Mediator, sebenarnya Klien saya sangat kecewa terhadap Bapak
LUKMAN karena terlalu gegabah mengambil tindakan hukum,
masalah ini kan bisa dibicarakan secara kekeluargaan dan dengan cara
baik-baik.
MEDIATOR (2) : Dari penjelasan KUASA HUIKUM PENGGUGAT dan KUASA
HUKUM TERGUGAT saya dapat menyimpulkan bahwa jika masalah
hutang-piutang cepat diselesaikan, maka hubungan dan nama baik
antara Bapak LUKMAN dan Bapak AHMAD dapat di lanjutkan.
Benar kan, bapak dan ibu?
P & T (2) : Iya, benar Mediator
MEDIATOR (3) : Baiklah jika ada iktikat baik antara kedua belah pihak untuk
menyelesaikan masalah ini, selanjutnya ijinkan saya untuk
memberitahukan definisi permasalahan.
Definisi permasalahan tersebut ada 2 diantaranya :
1. Bagaimana menjaga nama baik atau hubungan baik antara kedua belah
pihak?
2. Bagaimanakah cara untuk menyelesaikan pembayaran tersebut?
MEDIATOR (3) : Dari ke dua point tersebut yang ingin di bahas terlebih dahulu yang
mana? Bagaimana KUASA HUKUM PENGGUGAT?
PENGGUGAT (2) : Yang jelas Klien saya menginginkan bapak AHMAD sesegera
mungkin dapat melunasi hutang-piutangnya.
MEDIATOR (1) : Baiklah bapak dan ibu, selanjutnya kepada KUASA HUKUM
TERGUGAT bagaimana menurut bapak dan ibu?
TERGUGAT (2) : Terus terang, mengenai pelunasan hutang-piutang ini klien saya
mendapatkan kesulitan. Saya pikir kita bahas nama baik dulu
MEDIATOR (1) : Bagaimana KUASA HUKUM PENGGUGAT, apakah ada
pertimbangan lain?
PENGGUGAT (3) : Iya Mediator saya setuju, untuk membicarakan nama baik terlebih
dulu.
MEDIATOR (1) : Baik lah agenda pertama membahas nama baik atau hubungan baik
antara Bapak LUKMAN dan Bapak AHMAD selanjutnya baru
mengenai pembayaran. Apakah Bapak dan ibu setuju ?
P & T (3) : Iya saya setuju.

Upaya Pemecahan Masalah


MEDIATOR (2) : Setelah kedua pihak setuju untuk membicarakan nama baik terlebih
dahulu, maka selanjutnya saya berikan kesempatan bagi bapak dan ibu
untuk mengajukan usulan mengenai pemecahan masalah ini. Kira-kira
siapa yang terlebih dahulu mau mengemukakan usulannya? apakah
KUASA HUKUM PENGGUGAT dan KUASA HUKUM
TERGUGAT mempunyai usul untuk penyelesaian masalah ini?
PENGGUGAT (2) : Mediator, sebetulnya hubungan Klien saya dengan bapak AHMAD
ini sebelumnya cukup baik, sehingga Klien saya percaya dan mau
memberi pinjaman uang dengan jumlah yang cukup besar, namun pada
kenyataannya bapak AHMAD ini justru memanfaatkan kebaikan Klien
saya. Hal ini yang sulit Klien saya terima
TERGUGAT (1) : Dalam hal pelunasan hutang-piutang pasti akan Klien saya lunaskan
pembayarannya namun, saya harap tidak dalam waktu dekat ini, karena
Klien saya sedang mengalami kesulitan dalam hal keuangan, Jadi Saya
harap pengertiannya untuk KUASA HUKUM PENGGUGAT.
MEDIATOR (2) : Apakah KUASA HUKUM TERGUGAT memiliki usulan untuk
memberikan kepastian pembayaran kepada Bapak LUKMAN?
TERGUGAT (2) : Bagaimana kita melakukan perjanjian tertulis yang memuat mengenai
bagaimana cara pembayarannya? terus berapa jumlah yang harus di
bayar serta tenggang waktu yang di butuhkan.
PENGGUGAT (1) : Iya saya sangat setuju sekali, Mediator
MEDIATOR (3) : Baikklah sebelumnya kalau boleh saya menyampaikan itikad baik
dari pihak KUASA HUKUM PENGGUGAT dan KUASA HUKUM
TERGUGAT sama-sama menginginkan adanya kelanjutan hubungan
baik di kemudian hari, namun masih membutuhkan waktu untuk
memikirkan cara terbaik mengenai pelunasan pembayaran di kemudian
hari yang dapat diterima dari kedua belah pihak. Bagaimana jika kita
melanjutkan permasalahan nomor satu yaitu untuk menjaga nama baik
atau tetap berhubungan baik. Apakah KUASA HUKUM
PENGGUGAT dan KUASA HUKUM TERGUGAT memiliki usulan
untuk masalah ini?
TERGUGAT (3) : Yang jelas untuk selanjutnya seharusnya Bapak LUKMAN tidak
mengambil tindakan gegabah semacam ini, karena masalah ini
seharusnya bisa dibicarakan dengan baik-baik. Dengan begitu Klien
saya juga akan membayar hutang tersebut dan saya berjanji Klien saya
tidak akan menjelek-jelekan nama Bapak LUKMAN.
MEDIATOR (1) : Baik saya melihat KUASA HUKUM TERGUGAT beritikat baik
untuk menjaga nama baik masing-masing pihak. Selanjutnya
bagaimana tanggapan KUASA HUKUM PENGGUGAT, silahkan Pak!
PENGGUGAT (3) : Iya, pada dasarnya Klien saya juga tidak menginginkan hal-hal
seperti ini terjadi, kalau memang ada kejelasan dari pihak bapak
AHMAD mengenai pelunasan utang-piutang ini. Mungkin klien saya
tidak akan melakukan gugatan ke pengadilan.
MEDIATOR (1) : Baik dari penjelasan para pihak saya melihat KUASA HUKUM
PENGGUGAT dan KUASA HUKUM TERGUGAT sepakat untuk
tetap menjaga nama baik atau hubungan baik. Selanjutnya kita
beranjak ke permasalahan nomor 2 yaitu tentang kewajiban pelunasan
hutang-piutang. Bagaimana ada tanggapan dari KUASA HUKUM
TERGUGAT?
TERGUGAT (2) : Mengenai pelunasan hutang piutang ini, Klien saya pasti akan segera
melunasinya saja seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya
mohon kesabaran pihak Bapak LUKMAN, karna Klien saya meminta
penundaan pembayaran sampai 1 tahun kedepan.
MEDIATOR (2) : Bagaimana KUASA HUKUM PENGGUGAT? Dari KUASA
HUKUM TERGUGAT sudah memberikan kepastian soal pembayaran.
Apakah ada tanggapan dari Bapak dan ibu?
PENGGUGAT (1) : Saya tidak setuju karena waktu yang diminta oleh KUASA HUKUM
TERGUGAT terlalu lama, sedangkan Klien saya memerlukan uang
tersebut dalam waktu dekat. Karena uang tersebut klien saya gunakan
untuk membayar ansuran mobil nya. Dan saya mengkhawatirkan
kejadian seperti ini akan terjadi Kembali jika waktu pembayarannya 1
tahun.
MEDIATOR (2) : Ok, kalo begitu bagaimana tanggapan dari KUASA HUKUM
TERGUGAT, apakah ada yang ingin di sampaikan lagi dari penjelasan
KUASA HUKUM PENGGUGAT?
TERGUGAT (3) : Baik, bagaimana jika Klien saya memberikan jaminan 2 bidang tanah
dan bangunan di Jakarta Selatan seluas 1000 m2 dan 3000 m2, untuk
memberikan kepercayaan penunggakan waktu pembayaran selama 1
tahun.
MEDIATOR (2) : Menurut saya usulan bapak sudah konkrit, bagaimana tanggapan dari
KUASA HUKUM PENGGUGAT atas usulan dari KUASA HUKUM
TERGUGAT?
PENGGUGAT (3) : Terus terang sebetulnya saya harap pembayaran piutang ini dapat
segera dilunasi, tetapi klien saya tidak ingin menerima jaminan
apapun. Namun, jika Bapak AHMAD menginginkan Penambahan
waktu untuk pembayaran hutang – piutang ini, Klien saya ingin
persenan bunga hutang menjadi 8%.
MEDIATOR (3) : Baiklah, bagaimana KUASA HUKUM TERGUGAT?
TERGUGAT (2) : Mediator, saya merasa keberatan terhadap usulan tersebut, Klien saya
hanya akan membayar hutang kepada pihak Pak LUKMAN sesuai
dengan kesepakatan awal yaitu sebesar Rp.6.000.000.000. beserta
bunga yang telah di sepakati.
PENGGUGAT (1) : Jika begitu kasus ini harus tetap lanjutkan, karena KUASA HUKUM
TERGUGAT menolak kesepakatan yang kami tawarkan, baik
sepertinya begitu saja Mediator, saya dan rekan-rekan untuk tetap
ingin melanjutkan ke pengadilan.
MEDIATOR (3) : Bagaimana KUASA HUKUM TERGUGAT, apakah setuju ?
TERGUGAT (1) : Baik lah Mediator, kami setuju, kita selesaikan saja permasalahan ini
di pengadilan.

PERWAKILAN KUASA HUKUM PENGGUGAT : Johan Michael Purba, S.H.M.H


PERWAKILAN KUASA HUKUM TERGUGAT : Valentt Mamuan Pasaribu, S.H.M.H
TIM MEDIATOR I : 1. Herdy Faturrahman, S.H.
2. Munifa, S.H.
3. Jan Gia Deswita Ramadhani, S.H.

Kesimpulan :
Pada mediasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, dikarenakan TERGUGAT
memberikan usulan untuk menunggak waktu pembayaran selama 1 tahun, namun pihak
PENGGUGAT menginginkan di dalam pelunasan hutang-piutang selama 1 tahun tersebut
disertai dengan tambahan suku bunga menjadi 8% walaupun sudah diimingin dengan jaminan
berupa 2 buah lahan tanah dan bangunan di Jakarta Selatan oleh TERGUGAT. Tidak lupa
pula dengan permintaan PENGGUGAT agar TERGUGAT membayar kerugian yang ditimbulkan
akibat perkara ini dengan nominal sebesar Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah). Disinilah letak
perkara tersebut, disebabkan TERGUGAT tidak menginginkan hal itu, TERGUGAT hanya
ingin biaya yang di bayarkan sesuai dengan yang sudah di sepakati. Pada akhirnya
PENGGUGAT tidak menyetujui keputusan tersebut karna dapat merugikan PENGGUGAT,
sehingga kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan kasus ini ke persidangan

Anda mungkin juga menyukai