Artikel Etika Profesi Dosen

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

ETIKA PROFESI DOSEN DI PERGURUAN TINGGI

Oleh : Dea Putri Darmana

Fakultas Hukum Universitas Andalas

Email : [email protected]

ABSTRAK

Perguruan tinggi merupakan tempat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
profesional untuk memiliki kualifikasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan etika perilaku.
Perguruan tinggi memiliki tugas untuk membentuk karakter mahasiswa. Perguruan tinggi
terdiri dari beberapa komponen yaitu dosen, mahasiswa dan kurikulum. Diantara komponen
tersebut, yang terpenting adalah dosen. Jadi, untuk memastikan bahwa pendidikan perguruan
tinggi lebih baik daripada etika yang diperlukan. Bagian pertama dari makalah ini akan
mengkaji peran dan fungsi kode etik di perguruan tinggi dalam mengatur profesi dosen dan
sanksi yang dapat diberikan apabila seorang dosen melanggar kode etik tersebut. Metode
penulisan yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah kualitatif melalui studi
kepustakaan, yaitu bersumber dari buku-buku, jurnal, artikel peraturan perundang-undangan
yang terkait.

Kata kunci : etika; dosen; perguruan tinggi.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, Etika Profesi Dosen di Perguruan Tinggi merupakan hal yang saat ini
telah diatur oleh masing-masing perguruan tinggi yang disebut dengan kode etik profesi
dosen. Keberadaan kode etik seorang dosen merupakan hal yang tentunya harus dipahami
dan dipatuhi oleh semua orang yang menjalankan profesi dosen. Seperti halnya profesi lain
pada umumnya, keberadaan kode etik merupakan hal yang penting dan lumrah.

Kode etik ini mengatur bagaimana seorang dosen di perguruan tinggi harus memenuhi
tangung jawabnya dan professional dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian, di dalam
kode etik profesi terkandung hak dan kewajiban yang mengatur segala tingkah laku dan sikap
dosen selama menjalankan tugasnya.
Tidak hanya berisi panduan tentang bagaimana dosen menjalankan tugas dan
tanggung jawab. Beberapa kampus juga mencantumkan kode etik dalam hal pergaulan,
berpakaian, dan lain sebagainya yang wajib dipatuhi oleh dosen. Bagi seseorang yang ingin
mewujudkan impiannya menjadi seorang dosen, maka penting untuk mempelajari kode etik
di profesi tersebut. Sehingga selama menjadi dosen akan selalu mematuhi kode etik tersebut
dan terhindar dari sanksinya.

Namun, saat ini masih sering terjadi penyelewengan dan pelanggaran kode etik dosen
oleh oknum dosen itu sendiri. Baik, antara sesama dosen ataupun antara dosen dengan
mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi. Contohnya, adanya kasus oknum dosen
melecehkan mahasiswinya, dan kasus lain seorang oknum dosen memberikan nilai E kepada
mahasiswanya lantaran ia tidak menyukai mahasiswa tersebut, bukan karena kompetensi
mahasiswa yang buruk, sehingga mahasiswa tersebut harus mengulang mata kuliah tersebut.
Ada juga, dosen yang mengulur-ulur waktu bimbingan dengan mahasiswa tanpa alasan yang
jelas, yang mengakibatkan mahasiswa tersebut membutuhkan waktu yang lama unutk
menyiapkan skripsinya. Hal itu, tentunya sangat melenceng dari kode etik. Maka dari itu,
perlu di pelajari lebih lanjut mengenai etika profesi dosen di perguruan tinggi sebagaimana
yang seharusnya.

B. Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang diatas, maka penulis merumuskan rumusan


masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana peran dan fungsi kode etik di perguruan tinggi dalam mengatur profesi
dosen?
2. Apakah sanksi terhadap pelanggaran kode etik profesi dosen?

C. Tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk :

1. Mengetahui peran dan fungsi kode etik di perguruan tinggi dalam mengatur profesi
dosen.
2. Mengetahui sanksi terhadap pelanggaran kode etik oleh dosen.
D. Metode penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah kualitatif melalui
studi kepustakaan, yaitu bersumber dari buku-buku, jurnal, artikel dan peraturan perundang-
undangan yang terkait.

PEMBAHASAN

A. Peran Dan Fungsi Kode Etik Di Perguruan Tinggi Dalam Mengatur Profesi Dosen

Secara bahasa kata ‘etika’ berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti tampak dari
suatu kebiasaan. Dalam hal ini, yang menjadi objeknya adalah perbuatan, sikap, atau
tindakan manusia. Definisi etika secara khusus adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan
suatu individu dalam lingkungan pergaulannya yang sarat dengan aturan dan prinsip yang
berkaitan dengan tingkah laku yang dianggap benar.

Etika terbagi menjadi dua macam yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Etika
deskriptif yaitu mengkaji secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Sedangkan etika normatif berusaha menetapkan
berbagai sikap dan pola perilaku ideal berdasarkan norma-norma dan tindakan yang harus
diambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini. Etika juga dapat dipandang
sebagai filsafat praktis, yaitu filsafat yang berusaha memberikan penyuluhan tentang
bagaimana manusia harus bertingkah laku yang benar. Hal ini penting, karena setiap
manusia memiliki komunitas tertentu yang memiliki sistem nilai masing-masing, baik
dari unit komunitas terkecil yaitu keluarga, lebih lanjut komunitas pendidikan seperti
persekolahan dan perguruan tinggi, serta komunitas yang lebih luas yaitu masyarakat.
Setiap anggota komunitas, pastinya dituntut untuk dapat memahami dan mematuhi setiap
peraturan dan sistem nilai yang berlaku dalam masing-masing komunitas tersebut. Begitu
juga di lingkungan civitas kampus, setiap civitas akademika diharapkan ikut membangun
sistem nilai di lingkungan kampus, baik dosen, karyawan dan mahasiswa.

Profesi merupakan merupakan suatu pekerjaan tetap dalam kurun waktu yang lama
dengan didasarkan pada keahlian khusus yang didapatkan dari hasil pendidikan tertentu
sesuai dengan profesi yang ditekuni, dalam menekuni pekerjaan tersebut dilakukan
dengan penuh tanggung jawab yang tujuannya adalah untuk mendapatkan penghasilan.
Orang yang melakukan profesi disebut sebagai seorang professional.
Dalam menjalankan profesi maka seseorang harus memiliki sikap profesionalisme di
mana kepentingan pribadi harus dikesampingkan dan mendahulukan kepentingan
masyarakat yang membutuhkan. Dalam hal ini maka selain tidak terlepas dari tujuan
seseorang melakukan suatu profesi yakni untuk mendapatkan penghasilan namun tidak
boleh mengesampingkan tujuan pengabdian diri terhadap masyarakat.

Dalam Pasal 60 huruf (e) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen disebutkan bahwa seorang Dosen harus “Menjunjung tinggi peraturan perundang-
undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika”. Maka dalam hal ini
yang diamanatkan oleh Undang-undang terbatas pada kewajiban seorang Dosen untuk
menjalakan profesinya sesuai dengan rambu-rambu kode etik yang ada. Namun perihal
apa saja yang melingkupi kode etik seorang Dosen tidak dijelaskan. Hal ini dikembalikan
pada perguruan tinggi masing-masing yang menaungi Dosen yang bersangkutan. Oleh
karenanya sesama profesi Dosen sangat dimungkinkan ketidaksamaan kode etiknya,
karena sangat bergantung dengan peraturan perguruan tinggi tempat seorang Dosen
menjalankan profesinya.

Di lingkungan perguruan tinggi, dosen merupakan salah satu komponen utama yang
paling dibutuhkan. Dosen diibarat sebagai mesin penggerak bagi segala hal yang terkait
dengan aktivitas ilmiah dan akademis. Dosen sangat menentukan mutu pendidikan dan
lulusan yang dilahirkan perguruan tinggi tersebut, di samping secara umum kualitas
perguruan tinggi itu sendiri. Jika para dosennya bermutu tinggi, maka kualitas perguruan
tinggi tersebut juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya.

Pada dasarnya, etika kepribadian dosen adalah sebagai berikut :

 Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;


 Taat kepada negara dan pemerintah Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD
1945;
 Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara, kewibawaan dan nama baik
almamaternya;
 Menjaga/memelihara kehormatan dan kesetiaan diri;
 Berbudi luhur, jujur, bersemangat, bertanggung jawab, dan menghindari perbuatan
tercela.
Dalam merealisasikan etika bagi seorang dosen, maka di setiap perguran tinggi
membuat dan menyusun suatu kode etik dosen. Kode etik dosen bisa dikatakan sebagai
aturan yang mengikat dosen dalam menjalankan tugas-tugasnya. Kode etik di perguruan
tinggi dibuat untuk mengatur perilaku dan tindakan para dosen agar sesuai dengan
prinsip-prinsip moral serta standar etika yang berlaku dalam profesi tersebut. Kode etik
ini memiliki peranan atau fungsi diantaranya : (1) seseorang atau kelompok dapat
mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia; (2) menjadi alat kontrol atau rambu-
rambu untuk mengendalikan anggota profesi dalam melakukan tindakan atau aktifitasnya
sebagai dosen; (3) menekankan tanggung jawab moral; (4) menjadi pedoman atau
penuntun agar dapat bersikap benar, sopan, dan santun; (5) menjadikan anggota
professional dalam menjalankan tugasnya.

Selain itu, peran dan fungsi kode etik di perguruan tinggi dalam mengatur profesi
dosen adalah sebagai berikut:

1. Membangun kepercayaan masyarakat terhadap profesi dosen. Kode etik


membantu menghindari tindakan-tindakan yang dapat merusak reputasi profesi
dosen, sehingga masyarakat dapat memberikan kepercayaan yang lebih kepada
dosen.
2. Menghindari konflik kepentingan dalam pendidikan dan penelitian. Dalam profesi
dosen terdapat banyak kepentingan yang harus diakomodasi, sehingga kode etik
membantu memberikan arahan yang jelas terkait kapan dan bagaimana dosen
dapat menjalankan tindakan yang sejalan dengan prinsip moral.
3. Memberikan orientasi dan panduan bagi dosen dalam mengambil keputusan etis.
Kode etik dapat membantu dosen dalam memastikan bahwa keputusan yang
mereka ambil dibuat dengan berlandaskan nilai dan prinsip moral yang benar.
4. Mengamankan hak-hak mahasiswa dan institusi yang menerima dosen. Kode etik
memberikan dasar dan arahan bagi dosen dalam melindungi hak-hak mahasiswa
dan institusi yang menerima dosen.

Pengaturan mengenai kode etik dosen diatur dalam :

 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


 UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen
 PP No. 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan
Pengelolaan Perguruan Tinggi
 PP No. 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin PNS

Kode etik diperguruan tinggi merupakan panduan yang amat penting untuk
memastikan bahwa para dosen dapat menjalankan profesi mereka dengan bertanggung
jawab dan etis. Kode etik membantu meningkatkan integritas dan reputasi profesi dosen,
meminimalkan konflik kepentingan, memperkuat hak-hak mahasiswa dan institusi yang
menerima dosen, dan memberikan orientasi dan panduan moral bagi dosen dalam
mengambil keputusan etis.

B. Sanksi Terhadap Pelanggaran Kode Etik Profesi Dosen


Dosen dianggap sebagai kelompok professional yaiatu kelompok yang memiliki
keahlian dan kemahiran dalam bidangnya. Profesionalisme diperoleh dari proses
pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi. Dosen memiliki tugas
dan tanggung jawab yang dikenal dengan Tri dharma perguruan tinggi, yang meliputi
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian. Sehingga seorang dosen wajib
menjunjung tinggi hak dan kewajiban mengajar yang diberikan kepadanya dengan
semangat profesionalisme sebagai seorang pendidik yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku dan keteladanan, yaitu :
a. Mengajar dan memberikan layanan akademik dengan cara terbaik menurut
kemampuannya serta penuh dedikasi, disiplin, dan kearifan;
b. Menjauhi dan menghindari hal-hal yang mengarah pada kemungkinan terjadinya
pertentangan kepentingan pribadi dalam proses belajar mengajar;
c. Menjauhi dan menghindarkan diri dari hal-hal dan perbuatan yang dapat
menurunkan derajat dan martabat dosen sebagai profesi pendidik yang terhormat;
d. Memberikan motivasi kepada anak didik sehingga dapat merangsang daya fikir.
Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, pengawasan terhadap dosen
dilakukan oleh pejabat atasan dosen secara berjenjang, yaitu Ketua Jurusan/Bagian,
Dekan, Rektor. Untuk melakukan pemeriksaan kasus pelanggaran kode etik, Rektor
menugaskan kepada tim Pembinaan Aparatur (BINAP) yang bekerja menurut peraturan
yang berlaku. Jika pelanggaran terbukti, Rektor mengenakan sanksi yang sesuai dengan
berat ringannya pelanggaran.
Sebagai tenaga pendidik yang professional, dosen harus menghindari memperlakukan
mahasiswa sebagai alat. Artinya, tidak ada paksaan terhadap kehendak dari seorang dosen
yang memberatkan mahasiswa sebaliknya dosen harus memberikan kebebasan bagi setiap
mahasiswa untuk berinteraksi secara wajar dalam suatu kegiatan perkuliahan. Karena,
dalam menjalankan tugasnya, seorang dosen harus menjunjung tinggi etika dan tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan etika, seperti pemaksaan membeli buku
yang ditulis oleh dosen tersebut atau suatu hal lain yang bertujuan untuk menguntungkan
diri sendiri.
Dalam pasal 60 Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
menyebutkan bahwa seorang dosen berkewajiban untuk :
a. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;
b. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran;
c. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni;
d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kondisi fisik trtentu, atau latar belakang sosial ekonomi peserta
didik dalam pembelajaran;
e. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta
nilai-nilai agama dan etika;
f. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Seorang dosen berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan data akademik mahasiswa.
Karena, dosen dianggap sebagai orang yang terpercaya dalam menjaga kerahasiaan data
akademik mahasiswa dan tidak memberikan data tersebut ke siapapun yang dapat
membahayakan. Dosen juga harus menghindari segala bentuk interaksi dengan
mahasiswa yang mengarah pada pelecehan atau dapat menimbulkan hubungan
pelanggaran norma sosial dan susila. Pada kenyataannya, mahasiswa merupakan pihak
yang lemah, yaitu pihak yang rentan terhadap kerugian pada dirinya sendiri, seperti
menuruti segala perintah dosen atau terperdaya oleh perkataan dosen sehingga terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu, diperlukan pemahaman oleh mahasiswa juga
terkait pelanggaran kode etik yang dapat dilakukan oleh seorang dosen. Sehingga,
mahasiswa dapat melaporkannya kepada pihak yang berwenang seperti pimpinan
universitas dan bagi dosen tersebut dapat diberikan sanksi yang sepantasnya sesuai
dengan pelanggaran yang ia lakukan.
Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran kode etik oleh dosen secara khusus diatur
dalam peraturan kode etik yang dibuat oleh masing-masing perguruan tinggi, yang mana
sanksinya pasti berbeda-beda. Namun, secara umum mengenai sanksi pelanggaran kode
etik atau etika oleh seorang atau kelompok dosen diatur dalam Pasal 78 Undang-undang
No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu sebagai berikut :
(1) Dosen yang diangkat oleh pemerintah yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. Teguran;
b. Peringatan tertulis;
c. Penundaan pemberian hak dosen;
d. Penurunan pangkat dan jabatan akademik;
e. Pemberhentian dengan hormat; atau
f. Pemberhentian tidak dengan hormat;
(3) Dosen yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dikenai sanksi sesuai dengan perjanjian kerja
atau kesepakatan kerja sama.
(4) Dosen yang berstatus ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam pasal 62 yang tidak
melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
diberi sanksi sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.

Sanksi yang dapat diberikan oleh perguruan tinggi terhadap pelanggaran kode etik
profesi dosen dapat bervariasi, tergantung dari tingkat pelanggarannya. Beberapa contoh
sanksi yang dapat diberikan adalah:

1. Peringatan: Dosen yang melanggar kode etik dapat diberikan peringatan tertulis
atau lisan sebagai tindakan awal.
2. Pemecatan: Jika pelanggaran yang dilakukan oleh dosen terbilang serius dan
melibatkan tindakan yang berat seperti kecurangan dalam penilaian atau
pengajaran, maka dosen tersebut dapat diberhentikan dari pekerjaannya.
3. Penurunan pangkat: Pelanggaran kode etik dapat menyebabkan penurunan jabatan
atau pangkat dosen, yang dapat mempengaruhi karir dosen di masa depan.
4. Denda: Dosen yang melanggar kode etik dapat dikenai denda sebagai tindakan
pengganti kerugian yang diakibatkan oleh pelanggaran tersebut.
5. Pendidikan ulang: Dalam beberapa kasus, dosen yang melanggar kode etik dapat
diminta untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan ulang untuk memperbaiki
tindakan yang salah dan memperbaiki kemampuan mengajar dan membimbing.
6. Sanksi moral: Selain sanksi resmi, dosen yang melanggar kode etik profesi dapat
mengalami sanksi moral, seperti hilangnya kepercayaan masyarakat dan rekan-
rekan lainnya.

Sanksi-sanksi ini diharapkan dapat memberikan efek jera kepada para dosen dan
mencegah terjadinya pelanggaran kode etik dimasa depan. Oleh sebab itu, setiap dosen
harus mematuhi kode etik profesi yang berlaku dan bertanggung jawab atas tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar dan membimbing mahasiswa.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Dalam merealisasikan etika bagi seorang dosen, maka di setiap perguran tinggi
membuat dan menyusun suatu kode etik dosen. Kode etik dosen bisa dikatakan
sebagai aturan yang mengikat dosen dalam menjalankan tugas-tugasnya. Kode etik ini
memiliki peranan atau fungsi diantaranya : (1) seseorang atau kelompok dapat
mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia; (2) menjadi alat kontrol atau
rambu-rambu untuk mengendalikan anggota profesi dalam melakukan tindakan atau
aktifitasnya sebagai dosen; (3) menekankan tanggung jawab moral; (4) menjadi
pedoman atau penuntun agar dapat bersikap benar, sopan, dan santun; (5) menjadikan
anggota professional dalam menjalankan tugasnya.
2. Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran kode etik oleh dosen secara khusus diatur
dalam peraturan kode etik yang dibuat oleh masing-masing perguruan tinggi, yang
mana sanksinya pasti berbeda-beda. Namun, secara umum mengenai sanksi
pelanggaran kode etik atau etika oleh seorang atau kelompok dosen diatur dalam
Pasal 78 Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, sanksinya
dapat berupa : Teguran; Peringatan tertulis; Penundaan pemberian hak dosen;
Penurunan pangkat dan jabatan akademik; Pemberhentian dengan hormat; atau
Pemberhentian tidak dengan hormat;

Saran

Dari pembahasan yang penulis jelaskan sebelumnya, pada kenyataannya masih ada
oknum-oknum dosen yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi ini di
lingkungan perguruan tinggi. Contohnya, pelecehan oleh oknum dosen kepada mahasiswinya
ataupun tidak melaksanakan kewajibannya mengajar yaitu dengan jarang masuk kelas tanpa
alasan yang jelas. Oleh karena itu, maka penulis memberikan saran agar pengawasan
terhadap perilaku baik dosen maupun mahasiswa di perguruan tinggi harus lebih
ditingkatkan, dan sanksi yang harus diberikan terhadap setiap pelanggar harus lebih
ditegakkan agar dapat memberikan efek takut kepada pihak-pihak yang ingin melanggarnya.

Pembahasan isu etika tidak terbatas pada aktivitas yang terdapat pada perguruan
tinggi dan profesionalisme seorang dosen. Selanjutnya perlu dikaji lebih lanjut faktor-faktor
apa yang menyebabkan semakin menurunnya nilai-nilai etika di kalangan kelompok dosen
sekarang ini.

Selanjutnya, kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam artikel ini, segala
kekurangan yang ada dalam artikel ini dapat disebabkan karena kelalaian atau ketidaktahuan
penulis dalam penyusunannya. Segala hal yang tidak relevan, kekurangan dalam pengetikan
atau bahkan ketidakjelasan dalam artikel ini merupakan proses penulis dalam mempelajari
mata kuliah ini dan diharapkan penulis dapat menulis lebih baik lagi ataupun bagi pembaca
dapat mengambil manfaat dari artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

M. Ridlwan Hambali, dkk. “Etika Profesi”, Jawa Timur : Agrapana Media, Januari 2021,
Cetakan I.

Abdulkadir Muhammad. “Etika Profesi Hukum”, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006.

Bertens, K. “Etika”, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.


Jurnal :

Arum Ardianingsih dan Siti Yunitarini, “Etika, Profesi Dosen Dan Perguruan Tinggi: Sebuah
Kajian Konseptual”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 10. Nomor 01. Maret 2012

Rita Gani, “Menghargai Etika Profesi di lingkungan Akademik”, Jurnal Sosial Dan
Pembangunan. Volume 22. Nomor 1. 2006

Peraturan Perundang-Undangan :

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen

PP No. 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan


Perguruan Tinggi

PP No. 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin PNS

Anda mungkin juga menyukai