Makalah Teo PB2 Anugerah Allah
Makalah Teo PB2 Anugerah Allah
Makalah Teo PB2 Anugerah Allah
ANUGERAH ALLAH
Penyusun : Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih karunia dan
penyertaan-Nya, sehingga makalah dengan judul "Anugerah Allah" ini dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teologi
Perjanjian Baru.
Dalam makalah ini, kami mencoba menguraikan tentang konsep Anugerah Allah sebagaimana
yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Kami menyadari bahwa tema ini sangat luas dan mendalam,
sehingga pembahasan dalam makalah ini tentunya tidak dapat mencakup keseluruhan aspek.
Namun, kami berharap makalah ini dapat menjadi sumbangsih dan memberikan pemahaman dasar
mengenai Anugerah Allah bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Rewani PAkpahan, M.Th, dosen pengampu mata
kuliah Teologi Perjanjian Baru, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses
pembuatan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
mendukung dan memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini di
masa mendatang.
Dalam anugerah-Nya,
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.A LATAR BELAKANG
Anugerah merupakan salah satu konsep yang mendalam dan kaya makna dalam ajaran Kristen,
khususnya dalam konteks Perjanjian Baru. Konsep ini menjadi landasan utama bagi pemahaman
akan kasih dan belas kasihan Allah terhadap umat manusia. Dalam teologi Kristen, anugerah
dipandang sebagai karunia atau pemberian Allah yang tidak dapat diperoleh melalui usaha
manusia semata, tetapi diberikan secara cuma-cuma sebagai ekspresi kasih-Nya yang tak
terhingga.
Dalam kaitannya dengan mata kuliah Teologi Perjanjian Baru, pemahaman akan konsep anugerah
menjadi esensial untuk mendalami pesan-pesan yang terkandung dalam kitab-kitab Perjanjian
Baru. Setiap ajaran, peristiwa, dan nasihat yang terdapat di dalamnya secara fundamental terkait
dengan penerimaan anugerah Allah.
Namun, pemahaman akan konsep anugerah tidak selalu jelas bagi setiap pembaca Alkitab. Banyak
faktor yang memengaruhi pemahaman tersebut, mulai dari perbedaan budaya, konteks historis,
hingga interpretasi teologis yang beragam. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji secara lebih
mendalam tentang bagaimana konsep anugerah Allah dijelaskan, dijabarkan, dan diaplikasikan
dalam Kitab Perjanjian Baru.
Melalui makalah ini, kami bertujuan untuk menyelidiki dan memahami lebih dalam tentang konsep
anugerah Allah dalam Kitab Perjanjian Baru. Dengan memperdalam pemahaman akan konsep ini,
diharapkan kita dapat menggali lebih dalam makna kasih dan belas kasihan Allah serta
implikasinya dalam kehidupan kekristenan saat ini.
Dengan adanya pemahaman yang lebih mendalam tentang anugerah Allah dalam Kitab Perjanjian
Baru, kita dapat memperkaya iman dan memperkuat landasan teologis kita dalam menghadapi
berbagai tantangan dan pergumulan spiritual dalam kehidupan sehari-hari
4
1.B PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep anugerah Allah dijelaskan dalam Alkitab terutama Kitab Perjanjian
Baru?
2. Apa saja contoh konkret dari anugerah Allah yang terdapat dalam teks Perjanjian Baru?
3. Bagaimana relevansi konsep anugerah Allah dalam konteks kehidupan Kristen saat ini?
1.C TUJUAN
1. Memahami Konsep Anugerah: Tujuan utama makalah ini adalah untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang konsep anugerah Allah dalam Kitab Perjanjian Baru.
2. Menganalisis Contoh Anugerah: Makalah ini bertujuan untuk menganalisis contoh konkret
dari anugerah Allah yang terdapat dalam teks Perjanjian Baru.
3. Mengetahui Relevansi dalam Kehidupan Kristen: Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui
relevansi konsep anugerah Allah dalam kehidupan Kristen saat ini, serta bagaimana konsep
ini dapat menjadi landasan bagi kehidupan rohani yang lebih dalam.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ANUGERAH ALLAH
Kamus bahasa Inggris Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary menguraikan kata “grace”
sebagai “unmerited divine assistance given man for his regeneration or sanctification”1
(“pertolongan ilahi yang tidak didasarkan atas kualitas atau kebaikan [manusia] yang diberikan
kepada manusia untuk kelahiran kembali dan pengudusan”).
Dari penelitian leksikal kita dapat sedikit banyak menggali arti dasar dari kata “anugerah.” Di
dalam Perjanjian Lama kata “anugerah”atau “kasih karunia” dipergunakan dalam pengertian
“perkenanan” atau “kebaikan.” Misalnya, Kejadian 6:8 mencatat: “Tetapi Nuh mendapat kasih
1
(Springfield: Merriam-Webster, 1991) 530.
5
karunia [diperkenan] di mata TUHAN.” Kitab Ester 2:17 bahkanmempergunakan dua istilah dari
bahasa Ibrani: “ … ia [Ester] beroleh sayang [Ibr. hen] dan kasih [Ibr. hesed] baginda. . ,,”
Walaupun cukup banyak pemakaian dua istilah tersebut dalam pengertian manusia (raja) yang
berkenan seperti kasus Ester, tetapi yang dominan dalam PL tetap dalam konteks Tuhan yang
memberikan perkenanan (mis. Ams. 12:2 “Orang baik dikenan TUHAN”).
Demikian pula istilah hesed yang dipakai 245 kali dalam PL bila dikaitkan dengan pribadi Allah
dapat berarti adanya tindakan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.
Dalam Perjanjian Baru istilah yang paling banyak dipakai adalah charis (156 kali) yang
kebanyakan dipakai dalam konteks Tuhan mencurahkan kasih atau belas kasihan-Nya tanpa
disebabkan oleh adanya kebaikan manusia, baik secara aktual maupun potensial (Rm. 11:6;
2Kor.4:15; 6:1). Menurut K. Berger, selain pengertian umum seperti “terima kasih” atau “ucapan
syukur,” kata “charis” yang dipergunakan 100 kali dalam surat-surat Paulus melukiskan secara
dominan aspek special grace yang berkaitan dengan panggilan rasuli dan penerimaan terhadap injil
(mis.Gal. 1:15; 2:9; 1Kor. 3:10; 15:10; 2Kor. 12:9; Ef. 3:2, 7, 8). Ketika berbicara tentang topik
charis ini Paulus menguraikannya secara otoritatif yang dianggapnya sebagai antitesis terhadap
hikmat dunia (Rm. 12:3; 15:15; 2Kor.1:12); bahkan lebih mengejutkan lagi, kehadiran Paulus
dalam jemaat diidentikkan dengan kehadiran anugerah (2Kor. 1:15).3
Hubungan antara charis dan pribadi serta karya Kristus juga beberapa kali dipaparkan. Selain
diterima melalui Allah Bapa (2Kor. 1:12), charis juga dicurahkan melalui Kristus (Gal. 1:6; Rm.
5:15). Dalam 2 Tesalonika 1:12 pernyataan yang diberikan lebih jelas lagi: “ . . . sehingga nama
Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia
[charis] Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.”4 Ibrani 4:16 juga berbicara mengenai akses kepada
takhta anugerah yang didasarkan atas pengorbanan Imam Besar Agung Yesus Kristus: “Sebab itu
2
“Grace” dalam New International Dictionary of New Testament Theology (ed. C.Brown; Grand Rapids: Zondervan,
1979) 1.116.
3
Exegetical Dictionary of the New Testament (ed. H. Balz & G.Schneider; Grand Rapids: Eerdmans, 1993) 457
4
W. E. Vine, et al., Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament (Nashville: Thomas Nelson,
1984) 277
6
marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia [charis], supaya kita
menerima rahmat dan menemukan kasih karunia [charis] untuk mendapat pertolongan pada
waktunya.”
Meskipun istilah "kharis" tidak sering digunakan, penting untuk dicatat bahwa konsep "anugerah"
dapat ditemukan dalam petunjuk-petunjuk insidental. Ini memberikan wawasan yang dapat diatur
sesuai dengan pola tertentu. Konsep "anugerah" ini menjadi dasar bagi tindakan Allah terhadap
umat-Nya dalam konteks keselamatan. Fokus penelitian kita adalah hubungan antara kemurahan
Allah yang penuh anugerah dan tanggung jawab manusia dalam ajaran Yesus, serta peran
keduanya dalam proses masuk dan kelanjutan kehidupan Kristen. Meskipun kitab-kitab Injil
Sinoptik berisi banyak nasihat etis yang menekankan tuntutan bagi warga Kerajaan Allah, penting
untuk dicatat bahwa tuntutan-tuntutan ini bukanlah syarat untuk masuk, melainkan norma-norma
dalam Kerajaan tersebut yang bergantung pada penerimaan Injil sebelumnya.
5
Teologi Perjanjian BAru2 (Donald Guthrie 2006)
7
2.3 PETUNJUK DARI PERUMPAMAAN
Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur dengan jelas menunjukkan apa yang
anugerah perbuat. Pemilik kebun anggur itu merasa berhak penuh dalam mempergunakan
miliknya menurut kehendak hatinya (Mat 20:1-16). Yang dibicarakan bukanlah masalah jasa yakni
jumlah pekerjaan yang sudah dilakukan orang upahan melainkan soal janji. Cerita pesta
perkawinan (Luk 14:16-24) menceritakan tentang undangan yang disampaikan namun tidak
diterima, dengan akibat bahwa mereka yang menolak undangan itu mendepak diri mereka sendiri
dari pesta yang mengumpamakan kerajaan itu. Jika anugerah dapat dilihat sebagai undangan yang
diberikan, maka masih ada persyaratan untuk masuk ke dalam kerajaan itu. Undangan harus
diterima. Sekali lagi, prakarsa ilahi dan tanggung jawab manusia berjalan seiring.
Demikian juga halnya, perumpamaan tentang pakaian pesta kawin dalam Matius 22:1-14,
memperlihatkan bahwa yang dituntut lebih dari sekedar kehadiran pada pesta itu, sebab orang yang
tiba tanpa persiapan yang memadai menghinakan undangan itu dan akibatnya mendepak dirinya
sendiri. Berdasarkan perumpamaan ini kita tak dapat menyimpulkan bahwa keanggotaan Kerajaan
bercampur aduk, karena perumpamaan ini mengajarkan bahwa mereka yang semula diundang
tidaklah layak, sedangkan orang lain, yang sebagian dianggap tidak layak juga ("orang-orang baik
dan orang-orang jahat", Mat 22:10) berkenan hadir. Kita tidak tahu apakah orang yang tanpa
pakaian pesta itu berasal dari kelompok orang baik atau dari yang jahat. Jika pakaian pesta itu
melambangkan perlengkapan yang disediakan Allah untuk keselamatan, maka pesannya adalah
jelas: mereka yang mengandalkan kekuatannya sendiri tidak mendapat bagian dalam keselamatan.
Yohanes menekankan bahwa karya Allah yang penuh anugerah termanifestasi melalui berbagai
aspek kehidupan, terutama dalam konteks penebusan manusia. Beberapa poin penting yang
dikemukakan oleh Yohanes tentang karya Allah yang penuh anugerah adalah:
8
1. Pentingnya Firman: Yohanes menggambarkan Firman sebagai terang yang menerangi
setiap orang, menekankan bahwa penyingkiran kegelapan adalah hasil dari karya anugerah
(Yoh 1:5, 9).
2. Inkarnasi: Yohanes mengungkapkan bahwa inkarnasi, yaitu kedatangan Firman ke dalam
dunia, adalah karya anugerah yang sepenuhnya dilakukan atas prakarsa ilahi (Yoh 1:14).
3. Percaya dan Menjadi Anak Allah: Yohanes menekankan bahwa menjadi anak-anak Allah
bukanlah hasil dari kehendak manusia, tetapi karya anugerah Allah (Yoh 1:12-13).
4. Kepenuhan dan Berkat Kekayaan: Yohanes menyatakan bahwa kita semua menerima
berkat demi berkat dari kepenuhan Yesus, menekankan bahwa anugerah itu bersandar pada
anugerah, dan semakin kita mengalami anugerah, semakin banyak pula yang kita terima
(Yoh 1:16).
5. Lawan Taurat: Yohanes membandingkan anugerah dan kebenaran yang datang melalui
Yesus Kristus dengan hukum Taurat, menggambarkan anugerah sebagai lawan hukum
Taurat (Yoh 1:17).
6. Kelahiran Rohani: Yohanes menggambarkan kelahiran dari Roh sebagai karya anugerah,
menekankan bahwa hal itu tidak dapat dicapai secara jasmani, melainkan hanya melalui
karya anugerah Allah (Yoh 3:3-8).
7. Karunia Allah: Yohanes juga merujuk pada karunia Allah dalam percakapannya dengan
wanita Samaria, menggambarkan karunia tersebut sebagai karya anugerah (Yoh 4:10).
8. Kehendak Allah dalam Tindakan Yesus: Yohanes menekankan bahwa semua tindakan
Yesus adalah sesuai dengan kehendak Allah, menegaskan bahwa inkarnasi dan misi Yesus
adalah ungkapan dari karya anugerah Allah (Yoh 5:19-20).
Dengan demikian, dalam Injil Yohanes, karya Allah yang penuh anugerah diperlihatkan melalui
berbagai aspek kehidupan dan misi Yesus Kristus, menegaskan bahwa segala sesuatu yang
diberikan oleh Allah kepada manusia adalah hasil dari anugerah-Nya.
Penekanan yang kuat atas prakarsa Allah dalam anugerah-Nya, membuat kita cenderung
mengharapkan dari Injil Yohanes petunjuk-petunjuk bahwa Allah tidak membiarkan manusia
untuk memilih sendiri apakah ia akan mengambil bagian di dalam keselamatan atau tidak.
9
Petunjuk- petunjuk itu terdapat dalam beberapa nats yang perlu diperhatikan. Kita mulai dengan
percakapan tentang roti dalam Yohanes 6. "Semua yang diberikan Bapa kepadaku akan datang
kepadaku, dan barang siapa datang kepadaku, ia tidak akan Kubuang" (Yoh 6:37). "Tidak ada
seorangpun yang dapat datang kepadaku, jikalau ia tidak ditarik olch Bapa yang mengutus Aku"
(Yoh 6:44). "Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya
kepadanya" (Yoh 6:65). Ketiga nats ini memastikan bahwa "datang" kepada Allah, yang berarti,
datang dengan iman, tidak mungkin terjadi tanpa karya sebelumnya dari pihak Allah. Ia
mengerahkan kuasa menarik mereka yang datang.
Menurut Donald Guthrie Rasul Paulus sungguh-sungguh menyadari bahwa ia berhutang pada
anugerah Allah. Ia memandang panggilannya sebagai suatu tindakan anugerah (Gal 1:15). Oleh
karena itu perkataan 'kharis' mempunyai tempat utama dalam salam pembukaan dan ucapan syukur
penutup dalam Surat-surat Paulus, dan ditambahkan pada ucapan salam 'damai yang biasa. Dasar
dari ajaran Paulus terdapat dalam (Roma 1:16-3:20). Manusia dinyatakan berdosa, tapi oleh kasih
karunia dibenarkan (Rm 3:21-4:25), yaitu Allah dalam kasih karunia-Nya memperlakukan dia,
walaupun bersalah, seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa.
Iman adalah tanggapan manusia atas kasih karunia Allah (Rm 52; 109; Ef 2:8). Iman ini adalah
pemberian Allah (Ef 2:8); kata-kata 'bukan hasil usahamu mungkin dikaitkan dengan sesosmenoi
('diselamatkan'), tapi Paulus mencoba untuk menunjukkan bahwa perkataan 'iman' tidak
dimaksudkan untuk menyatakan suatu tindakan bebas pada pihak orang percaya, lih juga 2 Kor
4:13; Flp 1:29. Iman ini, meskipun menyatakan bahwa tidak ada keselamatan melalui hukum,
bukanlah tidak etis. Iman secara moral dengan sendirinya adalah vital Iman 'bekerja oleh kasih'
(Gal 5:6).
Kedudukan orang percaya dalam anugerah dijelaskan, bukan oleh sesuatu dalam dirinya, tapi oleh
kehendak Allah. Ajaran tentang pemilihan mempunyai 2 fungsi: ia mengawasi kebebasan manusia
10
dan pembenaran dirinya, dan menunjukkan bahwa dalam melimpahkan karunia-Nya, Allah adalah
bebas sama sekali (Ef 1:1-6; 2 Tim 19; Tit 3:5).6
Ajaran tentang anugerah menjadi lebih jelas dalam surat-surat Paulus daripada di tempat lain
dalam PB. Namun karena Paulus membuat pernyataan-pernyataan yang sangat mendalam maupun
samar-samar ten- tang anugerah, predestinasi dan kehendak bebas manusia, maka ajaran- nya telah
menjadi pusat pertikaian. Mula-mula kita memperhatikan bahwa karena Paulus bertumbuh sebagai
seorang Farisi, maka pasti ia sudah biasa dengan pembicaraan tentang pokok predestinasi dan
tanggung jawab manusia. la pasti sudah menganut keyakinan orang Farisi tentang kedaulatan Allah
dalam perkara-perkara manusia, sementara pada waktu yang sama menganggap manusia
bertanggungjawab atas karya-karyanya.
Kita mulai dengan tinjauan atas wawasan Paulus tentang anugerah Allah. Bukanlah tanpa makna
bahwa dalam semua suratnya ia mencan tumkam istilah "anugerah" pada salam pembukaan dan
penutupnya. Ini merupakan suatu perluasan dari salam Yunani yang biasa (khairein), yang diisi
dengan gagasan kemurahan Allah. Tak ada sangkalan bahwa anugerah Allah merupakan ciri yang
utama dalam teologi Paulus.
Penulis Surat Ibrani dalam membicarakan tema keselamatan manusia, sangat menekankan
prakarsa Allah. Allahlah yang telah berbicara pada zaman akhir ini dengan perantaraan Anak-Nya
(Ibr 1:2). Pernyataan dalam Ibrani 2:9 tentang Yesus yang "oleh anugerah Allah mengalami maut
bagi semua manusia", menunjukkan bahwa keselamatan berasal dari Allah (kata Yunani theou di
sini tidak memakai kata sandang, dengan demikian dapat menekankan anugerah sebagai bagian
dari kodrat Allah). Panggilan atas orang Kristen disebut "panggilan sorgawi" (Ibr 3:1), ini
6
ALDOMARADONA dalam Jurnal(https://www.slideshare.net/ALDOMARADONA/paper-kasih-karunia-anugerah-
allah)
11
merupakan cara menunjukkan asal- usulnya yang ilahi, dan dengan demikian panggilan itu
merupakan suatu ketetapan dari anugerah.7
Dalam surat Galatia, Paulus menjawab bahwa manusia memperoleh kebaikan hati Allah bukan
melalui hasil moral danagama, dengan menyatakan bahwa mereka mendapat status dibenarkan
hanya melalui iman. Argumentasinya adalah bahwa pembenaran hanya melalui iman di luar segala
macam jasa manusia sebagai dasar untuk mendapat status dari Allah, bahkan segala jasa termasuk
iman atau pemilikan iman itu. Dengan kata lain, pembenaran oleh iman melenyapkan segala
macam jasa, termasuk jasa percaya! Iman adalah jalan untuk menerima keselamatan sebagai
pemberian cuma-cuma dari Allah, yang tidak diberikan sebagai hak (karena tabungan jasa kita),
tetapi semata-mata karena anugerah. Karena itu, bila seseorang jatuh dari jalan iman, ia jatuh juga
dari jalan anugerah (Galatia 5:4).
Kendati Surat Yakobus pada hakikatnya adalah surat yang berkenaan dengan soal-soal praktis,
namun nasihat-nasihatnya itu bukan tanpa dasar teologis Apa yang dikatakannya tentang anugerah
memang lebih sederhana dibandingkan dengan surat-surat Paulus, tetapi anugerah itu menurut
Yakobus juga sangat diperlukan. Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna
datang dari atas, diturunkan dan Bapa (Yak 1:17) Atas kehendak-Nya sendiri Allah menjadikan
kita oleh Firman kebenaran.
Dari kata-kata pembukaan 1 Petrus jelas bahwa orang-orang percaya dianggap sebagai "orang-
orang yang dipilih sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita" (1 Ptr 1:2). Wawasan pilihan ini
dilanjutkan dengan menyatakan hasil kemurahan Allah: orang-orang percaya lahir kembali, lalu
"dipelihara dalam kekuatan Allah karena iman, sementara menanti kan keselamatan yang tersedia
untuk dinyatakan pada zaman akhir (ay 5). Maksud Allah yang berdaulat jelas terwujud dalam
umat-Nya Hanya berkat kuasa Allahlah pewarisan yang sepenuhnya, yaitu sorga, dipastikan bagi
7
Teologi Perjanjian BAru2 (Donald Guthrie 2006) hal 281
12
mereka. Kemurnian iman mereka, yang diuji bagaikan emas, akan membuat mereka beroleh pujian
dari Allah (ay 7) Kemurnian itu tidak diragukan: keselamatan ada terjamin oleh iman itu.
Anugerah Allah yang memilih juga terlihat dalam I Petrus 2:9-10, di mana orang-orang Kristen
disebut "bangsa yang terpilih, umat kepunyaan Allah sendiri". Petrus sadar bahwa Allah suka
memiliki umat-Nya yang dalam mata-Nya tak ternilai harganya, sebagaimana mahalnya Kristus
bagi mereka (bnd. ay 7)
janji Allah ten tang pemulihan (1 Ptr 5:10), jaminan tentang perlindungan Allah (1 Ptr 1:5; 4:19)
dan pemberian anugerah Allah (1 Ptr 4:10 dst.). Petrus yakin bahwa para pembacanya akan
menerima "mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu" bila Gembala Agung itu datang (1 Ptr 5:4).
Mereka harus meletakkan pengharapan mereka atas anugerah yang dianugerahkan kepada mereka
pada waktu penyataan Yesus Kristus (1 Ptr 1:13)
13
moralitas, hati nurani, sensus divinitatis (perasaan beragama secara umum), serta bayangan
kebenaran yang ada pada diri manusia. Melalui perangkat tersebut semua manusia sedikit banyak
dapat berbuat baik dan memiliki kesadaran mengenai perbedaan baik dan jahat walaupun ia belum
percaya dan masih berstatus sebagai orang berdosa (lih. Luk. 6:33). Aspek ketiga juga terlihat pada
pribadi-pribadi yang sekadar terpesona pada pengalaman rohani tertentu atau kuasa dan kemuliaan
dunia spiritual dan religius. Sebagai contoh,ketika Petrus dan Yohanes tiba di Samaria dan orang-
orang di sana menerima penumpangan tangan dan sekaligus menerima Roh Kudus (Kis. 8:16-17),
Simon, seorang tukang sihir, serentak terpesona pada fenomena religious itu dan menawarkan
uang kepada kedua rasul untuk memperoleh kuasaserupa (ay. 18-19). Hal ini memperlihatkan
adanya indikasi orang yang hanya tertarik pada anugerah secara umum.
Sedangkan anugerah khusus adalah pemberian Allah yang cuma-cuma melalui pribadi dan karya
penebusan Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya untuk menyediakan jalan keselamatan. Hal
ini dibuktikan melalui fakta bahwa Ia telah menang atas kuasa dosa melalui karya penebusan,
pengudusan dan pemuliaan. Berbeda dengan anugerah umum, pemberian Allah melalui Kristus ini
hanya diperoleh melalui iman kepada karya Kristus. Keselamatan di sini sepenuhnya merupakan
bagian dari rencana Allah (Devine decree) yang kekal. Dalam rancangan kekal itu, keselamatan
ditetapkan selengkapnya oleh Allah.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Definisi Anugerah:
• Anugerah Allah adalah pemberian cuma-cuma dari Allah kepada manusia tanpa didasari
oleh kebaikan atau jasa manusia.
• Anugerah Allah berbeda dengan upah atau balas jasa atas perbuatan manusia.
• Anugerah Allah merupakan dasar bagi keselamatan manusia.
15
o Tanggung jawab manusia untuk merespon anugerah Allah dengan iman dan
ketaatan.
• Paulus menekankan bahwa keselamatan adalah hasil dari anugerah Allah, bukan usaha
manusia.
• Iman adalah respon manusia atas anugerah Allah, tetapi iman itu sendiri pun merupakan
pemberian Allah.
• Anugerah Allah tidak membatalkan tanggung jawab manusia untuk hidup secara etis.
16
Anugerah Allah dalam Surat-surat Lain:
• Anugerah umum: Berkat jasmani, material, ekologis, moralitas, hati nurani, sensus
divinitatis, bayangan kebenaran.
• Anugerah khusus: Keselamatan melalui karya penebusan Kristus, iman kepada Kristus,
rencana kekal Allah.
Pesan Utama:
17
18