Filsafat Ilmu, Ilmu Pengetahuan Dan Penelitian
Filsafat Ilmu, Ilmu Pengetahuan Dan Penelitian
Filsafat Ilmu, Ilmu Pengetahuan Dan Penelitian
DAN PENELITIAN
EDISI REVISI
all rights reserved
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
EDISI REVISI
Penulis:
Dr. H. Indra Muchlis Adnan, S.H.,M.H.,M.M.,Ph.D.
Prof. Dr. Sufian Hamim, S.H.,M.Si.
Editor/ Penyunting:
Minan Nuri Rohman
Penerbit:
Trussmedia Grafika
Jl. Dongkelan No. 357 Krapyak
Kulon, Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) Phone. 0821 34 797 663
Email: [email protected]
v
FILSAFAT ILMU, ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN
komponen ilmu dan proses berfikir. Bab Ketiga, membahas
tentang metode ilmiah/ penelitian yang merupakan satu
kesatuan dalam kajian filsafat ilmu. Akhir dari pembahasan
buku ini, yakni bab IV membahas tentang teori, konsep,
variabel, dimensi, hipotesis dan pengukuran.
Penulisan buku ini tentu tidak luput dari khilaf dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran konstruktif demi penyempurnaan di kemudian
hari. Semoga karya sederhana ini bermanfaat dan memberi
inspirasi bagi pembaca dalam pengembangkan ilmu
pengetahuan dan proses berfikir kreatif dan analitis.
PENULIS
KATA PENGANTAR..................................................v
DAFTAR ISI.........................................................vii
Bab I
FILSAFAT ILMU................................................1
Bab II
ILMU SEBAGAI PENGETAHUAN........................................5
A. Pengertian Ilmu dan Pengetahuan.......................5
B. Sifat-sifat dan Asumsi Dasar Ilmu........................9
C. Anatomi / Komponen Ilmu...............................10
D. Ilmu dan Proses Berfikir..................................................13
Bab III
PENELITIAN....................................................17
A. Penelitian dan Kebenaran................................17
B. Metode Ilmiah.............................................19
C. Metode Penelitian........................................48
vii
FILSAFAT ILMU, ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN
Bab IV
TEORI, KONSEP, VARIABEL, DIMENSI, HIPOTESIS
DAN PENGUKURAN.........................................................51
A. Definisi Teori.......................................................................52
B. Fungsi Teori..................................................57
C. Konsep dan Pengembangannya........................74
D. Variabel dan Dimensi....................................88
E. Pengembangan Hipotesis...............................................90
F. Definisi Operasional, Indikator dan Pengukuran.......94
DAFTAR PUSTAKA................................................99
FILSAFAT ILMU
F
ilsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat.
Pembahasan filsafat ilmu berkisar pada: ontologi,
yaitu hakekat ilmu pengetahuan; epistemologi,
yaitu pencarian/penemuan ilmu pengetahuan; dan
aksiologi, yaitu: manfaat ilmu pengetahuan.
Filsafat Ilmu berbeda dengan filsafat. Tetapi keduanya
sulit untuk dipisahkan. Filsafat merupakan dasar bagi
Filsafat Ilmu. Filsafat bersangkutan dengan pengetahuan,
sedangkan Filsafat Ilmu bersangkutan dengan ilmu
(sains). Ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua ilmu
pengetahuan adalah ilmu. Dengan demikian jelas berbeda
antara ilmu dan pengetahuan, tetapi keduanya tidak dapat
dipisahkan.
1
Sebagai studi antara filsafat dan Filsafat Ilmu
dibedakan menurut bidang kajiannya. Untuk memahami
perbedaan kajiannya dapat dilihat dari pengertian masing-
masing.
Filsafat (falsafi : Arab) adalah pengetahuan dan
penyelidikan dengan menggunakan akal budi mengenai
sebab-sebab, azas-azas, hukum-hukum dan sebagainya dari
segala sesuatu yang ada di alam semesta, atau mengenai
kebenaran dan arti penting tentang adanya sesuatu.
Sedangkan Filsafat Ilmu diartikan sebagai analisis prosedur-
prosedur dan logika tentang penjelasan ilmiah (keilmuan).
Penelitian adalah upaya (kegiatan) membangun ilmu,
yang dilakukan tidak dengan semena-mena, melainkan
dengan melalui prosedur-prosedur dan menggunakan
metode-metode tertentu, yang dilakukan secara sistematis.
Prosedur-prosedur sistematis itu menunjuk kepada Filsafat
Ilmu, sedangkan metode-metode tertentu yang sistematis
menunjuk kepada metodologi. Dengan demikian, untuk
dapat memahami dan melakukan penelitian itu, selain
harus menguasai metodologinya juga harus menguasai
Filsafat Ilmunya. Oleh karena itu pula biasanya Metodologi
Penelitian tidak dapat dipisahkan dari Filsafat Ilmu.
Inti pembahasan Filsafat Ilmu dalam tulisan ini, yang
dapat mendukung metodologi penelitian berkisar pada
ilmu, Metode Ilmiah, dan Logika Penjelasan Ilmiah
sebagaimana yang diartikan oleh Filsafat Ilmu itu sendiri.
Tentang Ilmu akan dijelaskan mengenai pengetahuan dan
ilmu, sifat-sifat dan
Indra Muchlis Adnan & Sufian Hamim
2
asumsi dasar ilmu, dan anatomi/komponen ilmu. Tentang
Metode Ilmiah menjelaskan tentang prosedur langkah
penjelasan Ilmiah seperti : menetapkan, merumuskan,
mengidentifikasikan, merumuskan, menyusun pendekatan
masalah/kerangka pikiran/kerangka teoritis/konsep teoritis,
menyusun hipotesis, menguji hipotesis, pembahasan faktual
dan penarikan kesimpulan teoritis.
Tentang logika penjelasan ilmiah akan menjelaskan
teknik berfikir induktif-empirik atau deduktif-hipotetik.
Sebenarnya logika ini termasuk dalam metode ilmiah yang
bersangkutan dengan perumusan hipotesis (deduktif-
hipotetek : berfikir deduktif untuk menarik kesimpulan
hipotesis) dan pengujian hipotesisnya (induktif-empirik:
berfikir induktif untuk menyatakan proposisi hipotesis
menjadi fakta).
Hendaknya Filsafat Ilmu inibersambung dengan
metode- metode Penelitian dan Teknik Penelitian,
sedemikian rupa sehingga lengkap menjadi satu kesatuan
Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.[]
5
yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai
sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universal.
2. lmu (science) adalah akumulasi pengetahuan yang
menjelaskan hubungan sebab-akibat (kausalitas)
yang hakiki dan universa, dari suatu obyek
menurut metode-metode tertentu yang
merupakan satu kesatuan sistematis.
(sebagai ilmu)
Alam abstrak (general)
PENELITIAN
17
bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah
yang dapat dipecahkan.
Bagaimana hubungan antara penelitian, ilmu dan
kebenaran ? penelitian dan ilmu adalah sama-sama proses,
sehingga penelitian dan ilmu adalah proses menghasilkan
kebenaran (truth).
Kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap
fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah
ditemukan melalui proses ilmiah, karena penemuan
tersebut dilakukan secara ilmiah. Namun ada juga
kebenaran terhadap fenomena yang fana dapat diterima
tidak melalui proses penelitian, misalnya secara kebetulan,
secara common sense (akal sehat), melalui wahyu, secara
intuitif, secara trial dan error, spekulasi, dan juga karena
kewibawaaan.
Umumnya, suatu kebenaran ilm,iah dapat diterima
dikarenakan oleh tiga hal, yaitu :
1. Adanya koheren (konsisten(, yaitu :
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan
tersebut koheren/konsisten dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar;
2. Adanya koresponden (berhubungan), yaitu :
Suatu pernyataan dianggap benar, jika materi
pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan
tersebut berhubungan atau mempunyai
B. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedure atau langkah-
langkah sistematik dalam mendapatkan pengetahuan
atau ilmu itu. Metode adalah prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis
jika metode ilmiah ini disangkutkan dengan
anatomi/komponen ilmu, maka metode ilmiah adalah
proses mendapatkan komponen-komponen
Menurut M Nazir (1985) Metode Ilmiah dalam meneliti
mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam
bekerja, seperti tertera pada skema dibawah ini:
Metode Ilmiah
Kriteria Langkah-langkah
1. Berdasarkan fakta 1. Memilih dan mendefenisikan
masalah
2. Bebas dari prasangka 2. Survei terhadapdata yang tersedia
3. Menggunakan prinsip-prinsip 3. Memformulasikan analisishipotesis
4. Menggunakan hipotesis 4. Membangun kerangka analisis
a. Menetapkan Masalah
Menetapkan masalah yaitu menetapkan masalah apa
yang akan dijadikan objek pengkajiannya. Menetapkan
objek kajian saja masih belum spesifik, hal itu baru
menetapkan pada ruang lingkup mana pengkajian yang
akan dilakukan/ bergerak. Penetapan masalahnya mulai
dengan menangkap kesenjangan antara realita dengan
harapan-harapan yang telah menjadi fakta atupun teori-
teori yang telah ada. Sedemikian rupa sehingga apa yang
ditangkap itu tidak dapat dijelaskan secara sempurna, baik
oleh kewajaran- kewajaran oleh teori-teori yang telah ada
itu.
Cara yang paling sederhana untuk menangkap masalah
ini melalui data sekunder. Dari data itu dapat diketahui
tentang sesuatu keadaan dari padanya apakah dijumpai
adanya kesenjangan jika dibandingkan dengan ketentuan-
ketentuan, kewajaran-kewajaran ataupun teori-teori
yang telah ada. Data sekunder yang dapat digunakan
bagi penetapan masalah adalah data sekunder yang telah
dianggap mempunyai data yang kuat, sedemikian rupa
sehingga benar-benar menggambarkan realita sebenarnya.
b. Merumuskan Masalah
Setelah masalah yang akan dikaji ditetapkan, kemudian
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian (research
question), yaitu pertanyaan terhadap mana belum
c. Mengidentifikasi Masalah
Seperti telah dikatakan bahwa mengidentifikasi
masalah adalah mempertegaskan masalah yang telah
dirumuskan, yang pertanyaannya bersifat umum (Problem
Statement) itu. Seperti misal perumusan masalah diatas
“Pada situasi atau kondisi mana tidak ada golongan
penolak inovasi (laggard)”, ada yang tidak jelas dan tegas
yaitu situasi atau kondisi yang berhubungan dengan
penerapan inovasi, padahal terbatas, misalnya keadaan
fisik suatu desa, keadaan sosial desa dan keadaan ekonomi
masyarakat desa. Jadi paling tidak, ada tiga hal yang
If X.....................................................Then Y
Jika/andaikata/jika tidak X…............Maka / Jadi Y
Secara formal harus benar; tidak hanya material/kenyataannya saja yang benar,
tetapi agar konsekuensi benar maka :
(3) Dependensi
Mengandung arti bahwa antara Antiseden dan
Konsekuen merupakan hubungan sebab-akibat yang
benar. Konsekuen tergantung pada kebenaran antiseden.
Antiseden yang tidak benar menyebabkan konsekuen yang
tidak benar (tidak dependen).
Hubungan kausalitas antara dua variabel atau lebih
itu akan berbentuk sederhana dan berbentuk kompleks.
Beberapa contoh terutama yang bersifat komplek itu
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Hubungan sederhana
X Y
X Y
X I I A = innovativeness
Y
1 2 X = penerapan teknologi
I1 = produktivits usaha
I2 = pendapatan
Y = kebutuhan hidup
A A A A = penerapan teknologi
A2 = nilai-nilai sosial
A3 = tanggung jawab
X I Y X = produktivitas
I = pendapatan
Y = kesejahteraan dan sebagainya
1. P1 : P2 : P3 F
1. F
P1 : P2 : P3 : P4
2. P1 : P2 : P3
Peristiwa
2. P5 : P1 : P2
3. P1 : P2 : P3 : P4 : p 5 : P 6 P1 : P2 : P3
C. Metode Penelitian
Para peneliti memilih berjenis-jenis metode dalam
melaksanakan penelitiannya. Sudah terang, metode yang
dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta
desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus
sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Prosedur
serta alat yang digunakan dlm penelitin hrus cocok enn
metoe penelitin yang digunakan. Karena itu, sebelum
melaksanakan penelitian seseorang peneliti perlu
menjawab tiga buah pertanyaan pokok sebagai berikut :
a. Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam
melaksanakan penelitian ?
b. Alat-alat apa yang digunakan dalam mengukur
ataupun dalam mengumpulkan data ?
c. Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
S
eringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
ada seseorang berkomentar “Itukan hanya teori
tetapi kenyataannya tidaklah begitu”. Betulkah ada
pertentangan antara teori dan kenyataan? Sesungguhnya
teori tidaklah bertentangan dengan kenyataan. Justru
teori bertujuan untuk menjelaskan kenyatan yang ada.
Lalu, apakah yang dimakud dengan teori sosial? Teori sosial
adalah terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersifat
abstrak dan umum yang bertujuan untuk menerangkan
(Bimana dan mengapa) beberapa aspek dari kenyataan
dalam bermasyarakat (Baik kenyataan itu dapat diketahui
secara langsung maupun tidak).
54 51
Indra Muchlis Adnan & Sufian Hamim
Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyk berteori. Baik
itu dilakukan secara sadar maupun tidak. Misalnya, masih
adanya sementara penduduk yang tidak mau berpartisipasi
dalam keluarga berencana. Salah satu pertanyaan yang
timbul adalah mengapa masih banyak orang yang tidak
mau melakukan KB? Secara sadar atau tidak, kita akan
mencoba memberi jawaban dari pertanyaan mengapa itu.
Beberapa jawaban kita kembangkan. Kita memberikan
alasan-alasan untuk mendukung jawaban tersebut.
Jawaban-jawaban yang diperoleh kebanyakan juga
berdasarkan fakta atau pengalaman yang mampu kita
serap. Beberapa jawaban dibuang. Secara sadar atau tidak
kita sedang berteori, mengembangkan teori. Jadi berteori
adalah merupakan aktivitas mental untuk
mengembangkan ide yang dapat menerangkan mengapa
dan bagaimana sesuatu itu terjadi. Dalam kegiatan ilmiah,
mengembangkan teori tidak berbeda dengan apa yang kita
temui dalam kehidupan sehari-hari. Kalau ada perbedaan
hanyalah pengembangan teori ini dilkukan dengan lebih
sistematis, lebih komprehensi, hru memenuhi turn dan
mematuhi larangan, dan yang penting lagi, dilakukan
dengan penuh kesadaran.
A. Definisi Teori
Ada banyak ahli yang memberikan definisi teori.
Kaerlinger (1973) menyatakan teori adalah sekumpulan
konsep, definisi, dan proposisi yang saling kait mengkait
yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis atas
52 Indra Muchlis Adnan & Sufian Hamim
fenomena yang ada dengan menunjukkan secara sfesifik
hubungan-hubungan diantara variabel-variabel yang
terkait dalam fenomena, dengan tujuan memberikan
ekplnasi dan prediksi atas fenomena tersebut. Gibbs (1972)
mendefinisikan teori sebagai suatu kumpulan tatemen
yang mempunyai kaitan logis, merupakan cermin dari
kenyataan yang ada tentang sifat-sifat atau ciri-ciri suatu
khas, peristiwa atau sesuatu benda. Ahli lain Hage (1972)
menyatakan bahwa teori harus mengandung tidak hanya
konsep dan statemen tetapi juga definisi, baik definisi
teoritis maupun definisi operasional dan hubungan logis
yang bersifat teoritis dan operasional antara konsep atau
statemen tersebut. Konsep dan definisi harus disusun
kedalam “Primitive” dan “Derived”, statemen dan
hubungan harus disusun kedalam premis dan persamaan.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa suatu teori harus :
a. Mengandung konsep, definisi, dan proposisi,
b. Ada hubungan logis antara konsep-konsep,
definisi- definisi, dan proposisi-proposisi,
c. Hubungan-hubungan tersebut menunjukkan atau
meruapakan cermin fenomena sosial,
d. Dengan demikian teori dapat digunakan untuk
eksplanasi dan prediksi.
Proposisi merupakan suatu pernyataan yang
mengandung dua konsep atau lebih. Sedangkan sesuatu
B. Fungsi Teori
Sebagaimana telah disinggung di muka, taori memiliki,
paling tidak tiga fungsi:
1. Untuk sistemisasi pengetahuan.
2. Untuk eksplanasi, Prediksi dan kontrol sosial dan
Sistemisasi pengetahuan
Kegunaan pertama dari teori adalah untuk sistemisasi
pengetahuan atau disebut typologies. Setiap konsep dapat
digunakan untuk kategorisasi dan klasifikasi. Misalnya
individu dapat diklasifikasikan menurut tinggi badan, berat
badan, kekuatan badan (ciri-ciri fisik), sikap, loyalitas dan
sebagainya.
Kategorisasi dan klasifikasi dapat dilaksanakan dengan
lewat beberapa cara, antara lain : Artikulasi, logika yang
runtut dan tepat, pertimbangan situasi dan kondisi dan
pertimbangan berfikir responden (Black and champion,
1976). Dengan artikulasi berarti informasi yang ada
diklasifikasi dan dikategorikan menurut skopnya, dari
yang bersifat umum sampai kategori yang bersifat khusus.
Dengan demikian, informasi yang ada bisa dengan cepat
dikaji dan difahami. Logika yang tepat digunakan untuk
menyusun klasifikasi informasi atau pengetahuan agar
klasifikasi tersebut tidak tumpang tindih. Apabila objek
sudah diklasifikasikan menurut beberapa aspek dalam
waktu yang sama, maka setiap aspek harus memiliki
kategori- kategori sendiri-sendiri. Dalam melaksanakan
klasifikasi ini masalah situasi dan kondisi harus
dipertimbangkan. Disamping dipertimbangkan kerangka
fikir responden
1. Ciri-ciri konsep
Konsep yang berguna untuk menggambarkan
teori memiliki substansi pokok, yakni konsep tersebut
memberikan makna yang satu kepada semua pihak yang
menggunakannya. Namun demikian, karena konsep
seringkali dinyatakan dalam bahasa sehari-hari, sehingga
sulit untuk menghindari penggunaan kata-kata yang bisa
78 Indra Muchlis Adnan & Sufian Hamim
mempunyai arti bermacam-macam, sehingga menunjukkan
fenomena yang berbeda pula. Belum lagi, seringkali kata-
kata yang digunakan merupakan bentuk Jargon- jargon.
Oleh karenanya suatu konsep ilmiah hendaknya
dikemukakan dalam bahasa yang netral atau teknis, seperti
simbol sistematis.
Dalam teori sosial konsep yang dikemukakan dalam
bahasa yang jelas tidak hanya mungkin, tetapi juga sangat
dikehendaki. Suatu konsep harus dikemukakan secara
tepat sehingga pembaca memiliki tafsiran yang sama. Konsep
yang digunakan membangun teori memiliki teori dan juga
ciri lain, yakni bersifat abstrak. Beberapa konsep
menunjukkan fenomena yang konkret waktu dan tempat
tertentu. Konsep yang lain lebih abstrak menunjukkan
fenomena yang tidak ada kaitannya dengan waktu dan
tempat secara konkret. Perlu dicatat, bahwa konsep
memiliki problema yakni bagaimana hal yang abstrak
tersebut bisa cocok dengan kenyataan yang ada sehari-hari
dalam masyarakat? Dalam teori sosial, konsep abstrak
harus diiringi dengan apa yang disebut dengan definisi
operasional. Yakni prosedur menunjukkan kepada peneliti
bagaimana cara melihat dan menafsirkan konsep yang
abstrak ke dalam wujud yang konkret dan riil.
Salah satu pengembangan teori dimulai dengan
menemukan konsep. Sebab teori adalah merupakan
pernyataan-pernyataan, dimana masing-masing
pernyataan- pernyataan mengandung dua konsep atau
lebih. Oleh
FILSAFAT ILMU, ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 79
karenanya apabila seseorang ingin mempelajari suatu
aspek dalam kehidupan dan kemudian mengembangkan
teori yang berkaitan dengan aspek yang dipelajari, maka
yang bersangkutan harus menemukan konsep-konsep
yang menunjukkan apa yang sesungguhnya ia hadapi.
Dalam mengembangkan teori, konsep dapat
dikelompokkan ke dalam konsep kategori dan konsep
dimensi. Pengelompokan lain, konsep dapat disebut
konsep khusus non variabel dan konsep variabel. Konsep
khusus non variabel merupakan sekumpulan konsep
kategori yang secara sederhana hanya menunjukkan label
suatu fenomena. Misalnya, group, kelas sosial,
fundamentalis, kapitalis, demokrasi, birokrasi. Sedang
konsep variabel adalah konsep yang menunjukkan
fenomena dalam berbagai tingkat yang berbeda. misalnya,
pendidikan,umut, kepadatan penduduk.
Ciri dari konsep kategori atau “spesifik non variabel
adalah konsep tersebut bisa mempunyai makna yang
berbeda-beda bagi masyarakat yang berbeda-beda. Atau
bahkan makna tersebut bisa berbeda bagi satu orang
dengan yang lain. Sebutlah sebagai contoh konsep
demokrasi bagi masyarakat Amerika dan juga berbeda bagi
masyarakat Cina. Tetapi bukanlah, derajat demokrasi
tersebut dapat diukur, sehingga bisa dikatakan satu
masyarakat lebih demokrasi, sebenarnya seseorang sudah
mulai mengukur derajat demokrasi, atau dikatakan sudah
mulai memasuki konsep