Tugas 5 Makalah Disorientasi Dan Disfungsi Keluarga
Tugas 5 Makalah Disorientasi Dan Disfungsi Keluarga
Tugas 5 Makalah Disorientasi Dan Disfungsi Keluarga
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Ilmu kesejahteraan Keluarga
DISUSUN OLEH
NIM : 23075170
Dosen Pengampu :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGATAR…………………………………………………..………...……........….
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…....................
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…...............…..
A.Latar belakang………………………………………………………...........…...…
B.Rumusan masalah……………………………………………………….……..…..
C.Tujuan masalah………………………………………………………..…….…......
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..………….…..……………….
A.Kesimpulan………………………………………………...…….……….………..
B.Saran…………………………………………………………...….………....…….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keluarga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan anak secara fisik, emosi,
spiritual dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber bagi kasih sayang perlindungan dan identitas
bagi anggotanya. Keluarga menjalankan fungsi yang penting bagi keberlangsungan masyarakat dari
generasi ke generasi. Dari kajian lintas budaya ditemukan 2 fingsi utama keluarga yakni internal,
memberikan perlindungan psokososial bagi para anggotanya-dan ekternal, mentransmisikan nila-nilai
budaya pada generasi selanjutnya (Minuchin, 1974).
Kajian tentang keberfungsian keluarga merupakan salah satu topik yang memperoleh perhatian
dari para peneliti dan terapis. Secara umum, keberfungsian keluarga merujuk pada kualitas kehidupan
keluarga, baik pada level sistem maupun subsistem, dan keberkenaan dengan kesejahteraan,
kompetensi, kekuatan dan kelemahan keluarga (Shek, 2002).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Keluarga merupakan suatu sistem sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga merupakan
sistem karena di dalamnya setiap anggota keluarga saling berinteraksi dengan anggota keluarga yang
lain untuk suatu keutuhan. Sebagai sebuah sistem keluarga memiliki ciri-ciri saling ketergantungan
(interdependence), keutuhan (wholeness), tata cara dan peraturan diri (patterns and self regulation),
serta keterbukaan (openness) (Addler & Rodman,1991).
Fungsi keluarga yaitu sistem dimana setiap anggota keluarga mampu menjalankan tugas dan
kedudukannya di dalam keluarga. Sedangkan Disfungsi keluarga dapat diartikan sebagai sebuah
sistem sosial terkecil dalam masyarakat dimana anggota-anggotanya tidak atau telah gagal
manjalankan fungsi-fungsi secara normal sebagaimana mestinya. Hubungan yang terjalin di
dalamnya tidak berjalan dengan harmonis, seperti fungsi masing-masing anggota keluarga tidak jelas
atau ikatan emosi antar anggota keluarga kurang terjalin dengan baik (Siswanto, 2007). Sebagai
sebuah sistem, keluarga dapat terpecah apabila salah satu atau lebih anggota keluarga tidak
menjalankan tugas dan fungsinya dalam keluarga hingga menyebabkan terjadinya keluarga disfungsi.
B. Fungsi keluarga
1. Agama
2. Sosial Budaya
Keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur
budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan dan diajarkan melalui contoh
perilaku orangtuanya melalui interaksi antar keduanya.
Dengan cinta dan kasih sayang suasana rumah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi
anak dan seluruh penghuninya. Sehingga rumah menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya
seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan.
4. Fungsi perlindungan
Keluarga sebagai unit terkecil dari sistem sosial adalah tempat bernaung atau berlindung bagi
seluruh anggotanya.
5. Reproduksi
Merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi atau melanjutkan keturunan secara universal
(menyeluruh) diantaranya seksualitas yang sehat dan berkualitas, pendidikan seksualitas bagi anak
dan yang lainnya.
6. Sosialisasi pendidikan
Fungsi pendidikan dimana hal ini terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan
anggota keluarga pada umumnya.
7. Ekonomi
Keluarga sebagai tempat membina dan menanamkan nilai-nilai keuangan keluarga dan
perencanaan keuangan keluarga sehingga terwujud keluarga sejahtera.
8. Lingkungan
Berhubungan dengan penempatan diri untuk keluarga sejahtera dalam lingkungan hidup yang
dinamis secara serasi, selaras dan seimbang.
1. Kurangnya Persiapan antara Suami dan Istri Ketika Hendak Membina Rumah Tangga. Adanya
pernikahan yang didorong oleh emosi hanya akan menimbulkan adanya disfungsi keluarga. Hal ini
dapat terlihat dari suami/istri yang tidak dapat menerima kekurangan yang ada. Ketika nanti terjadi
suatu kesalahpahaman, emosi masing-masing terlalu mudah meningkat hingga berujung pada
perdebatan mempertahankan ego masing-masing. Perdebatan yang terlalu sering terjadi ini bahkan
menyebabkan pertengkaran. Apabila pertengkaran yang sering terjadi ini pada suami dan istri yang
belum mempunyai anak, tidak akan menjadi masalah yang berakibat pada orang lain. Namun, akan
berdampak fatal apabila pertengkaran yang sering terjadi ini di hadapan anak secara langsung.
2. Salah Satu atau Kedua Orang tua Terlalu Sibuk. Target-target untuk memenuhi kebutuhan hidup
terkadang membuat seseorang lalai akan kewajiban lain yang seharusnya dilaksanakan. Apabila salah
satu diantara ayah/ibu yang terlalu divorsir menggunakan waktunya untuk bekerja, maka anak akan
sangat kurang mendapatkan waktu senggang untuk berkumpul dengan kedua orang tua. Bahkan
apabila kedua orang tua mampu untuk menyediakan pembantu rumah tangga, tidak menutup
kemungkinan bagi anak untuk justru lebih dekat dengan pembantu rumah tangganya.
3. Komunikasi yang Tidak Efektif . Komunikasi di sini tidak semata-mata percakapan dengan bahasa
biasa antara anggota keluarga. Apabila kedua orang tua di dalam rumah terlalu sering bertengkar di
hadapan anak secara langsung, anak akan menumpuk rasa marah karena merasa tidak nyaman dengan
suara-suara yang keras itu. Anak akan beranggapan bahwa dalam kehidupan sehari-hari berbicara
dengan suara keras adalah hal biasa. Bahkan mungkin termasuk kata-kata yang sering digunakan
merupakan kata-kata yang kasar dan terkesan tidak sopan bagi masyarakat pada umumnya. Nantinya
ketika rasa marah ini memuncak, anak akan berusaha mencari berbagai cara yang dianggapnya dapat
melampiaskan amarahnya. Anak akan berada pada posisi tidak mampu lagi membedakan mana yang
baik dan buruk serta mana yang benar dan salah. Nilai-nilai hidup bermasyarakat yang seharusnya
dimiliki pun perlahan luntur karena tuntutan ego nya untuk melampiaskan amarah.
4.Ketidakmampuan Kedua Orang tua dalam Menyatukan Dua Budaya yang Berbeda.
Kedua orang tua yang berasal dari budaya berbeda apabila tidak terbiasa mampu menyesuaikan diri
dan saling mengerti akan sering terjadi kesalahpahaman ketika proses komunikasi berlangsung. Salah
paham ini mengarah pada perdebatan samapi pada pertengkaran. Masing-masing akan merasa bahwa
dirinya sudah benar, tidak terima akan kritik dan masukan yang diberikan. Sekalipun masukan itu
bermaksud baik, namun bila yang ada hanya kesalahpahaman maka semua itu hanya akan menjadi
penyebab pertengkaran kedua orang tua.
Dalam kategori ini setiap gangguan keluarga yang dapat merupakan komplikasi atau variasi dari
perkembangan keluarga yang biasa.
Catatan: ada juga single parent family, yaitu ayah dan ibu yang tidak kawin, namun mempunyai anak
angkat (adopsi) atau anak yang diperolehnya bukan dari perkawinan.
• Keluarga baru, satu bentuk keluarga di mana masing-masing suami/istri kawin kembali.
Permasalahan dapat timbul karena hubungan dengan keluarga yang lama, sebelum terjadi
perceraian. Dalam bentuk keluarga ini diperlukan kembali penyesuaian diri dari masing-
masing pihak, suami/istri atau ayah/ibu dan anak-anaknya.
• Keluarga tidak stabil yang berkelanjutan. Ketidakstabilan yang terjadi karena perpindahan,
perpisahan, atau perceraian yang berulang kali.
Dilihat dari sudut perkembangan, maka berbagai gangguan atau disfungsi yang dapat terjadi pada
keluarga adalah:
a. Disfungsi keluarga primer. Terjadi disfungsi anggota pasangan suami istri yang disebabkan
oleh:
• Kegagalan untuk menciptakan suasana psikologis yang sehat untuk keluarga yang semakin
besar.
• Kesukaran dalam mengorganisasi keluarga sebagai suatu kelompok.
• Kesukaran dalam menghadapi beberapa anak dengan usia yang berbeda-beda.
• Kesukaran dalam menghadapi permasalahan kebersamaan dan perpisahan dalam upaya
mengatasi segi tiga antara ayah, ibu dan anak.
d. Disfungsi maturitas (kematangan) keluarga, di mana anak-anak sudah besar dan ingin berdiri
sendiri. Orang tua mungkin mempunyai kesulitan untuk melepaskan diri dari anak-anaknya yang
sudah dewasa dan untuk menegakkan kembali keseimbangan kembali perkawinan mereka.
e. Disfungsi keluarga karena berkurangnya anggota keluarga. Hal ini terjadi manakala orang tua tidak
siapuntuk berpisah dengan salah satu anggota keluarganya. Keluarga dapat mengalami kesukaran
penyesuaian diri kembali setelah berpisah dengan salah seorang anggota keluarganya itu.
Keluarga sebagai suatu subsistem (ayah, ibu dan anak-anak) dapat pula mengalami berbagai gangguan
di antara anggota keluarga. Termasuk dalam kategori ini adalah gangguan hubungan suami istri
(orang tua), antara orang tua dan anak-anak, serta antara sesama anak. isfungsi subsistem suami istri
terjadi karena perkawinan. Sebagai individu, suami/istri dapat berfungsi dengan baik, namun dalam
bentuk perkawinan malah terbalik. Berdasarkan sifat hubungan suami istri, maka berbagai disfungsi
dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Disfungsi perkawinan di mana suami istri merupakan pasangan yang saling melengkapi.
Kombinasi pasangan tersebut ialah:
b. Disfungsi perkawinan penuh konflik di mana suami istri merupakan kombinasi dua orang yang
kedua-duanya mempunyai kecendrungan untuk menguasai dan mengendalikan.
c. Disfungsi perkawinan di mana kedua suami istri saling menggantungkan diri, merasa tidak berdaya
dan secara emosional imatur (tidak dewasa).
d. Disfungsi perkawinan di mana hubungan suami istri menjadi berkurang dan hubungan menjadi
dingin. Perkawinan dipertahankan semata-mata karena alsan agama dan sosial.
e. Disfungsi perkawinan di mana terajadi perbedaan tanaj antara suami istri. Terdapat perbedaan
besar dalm kepribadian, cara hidup, sistem nilai, usia, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
Dalam hal ini permasalahan keluarga timbul karena terjadi gangguan interaksi (hubungan) antara
orang tua dan anak, yang dapat berupa:
· Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi psikopatologis (sakit secara psikologis)
pada ke dua orang tua.
· Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan kondisi yang simbolik dan bersamaan pada
psikopatologi orang tua dan anak.
· Disfungsi keluarga terjadi sehubungan dengan adanya konflik segitiga antara ayah, ibu dan
anak.
Terjadi permasalahan dalam keluarga karena adanya persaingan atau perselisihan antara satu anak
dengan anak yang lain. Perselisihan antara anak-anak ini dapat melibatkan kedua orang tua ataupun
keluarga lainnya.
Berbagai permasalahan dapat timbul sehubungan dengan organisasi keluarga itu sendiri, integrasi
antar anggota, komunikasi, pembagian peran, penyelesaian tugas, hubungan emosional, dan lain
sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut:
· Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang imatur (tidak dewasa).
· Keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua yang perfeksionis (harus serba sempurna).
· Keluarga di mana antara sesama anggota keluarga tidak terdapat kepuasan satu dengan lainnya.
· Keluarga di mana terjadi kekacauan peran dan fungsi antar anggota keluarga.
Self concept yang sudah terbentuk pada diri anak kelak akan terwujud menjadi sebuah kepribadian
dan jati diri bagi anak. Namun apabila kedua orang tuanya tidak mampu menjadi sebuah teladan dan
pegangan bagi anak, maka pada diri anak hanya akan terjadi kebimbangan harus mengikuti yang
mana. Demikian hal nya ketika fungsi-fungsi dalam keluarga itu tidak terasa manfaatnya bagi anak,
maka anak akan kehilangan pedoman dan arah tujuan yang seharusnya merupakan sesuatu yang utuh,
yang menjadi tujuan bersama dalam suatu keluarga
2. Depresi
Ayub Sani Ibrahim (2007:12) menyatakan menurut ilmu kesehatan jiwa (psikiatri), depresi
merupakan penyakit yang bagian-bagiannya terdiri dari sindroma klinik. Sindroma klinik berkaitan
dengan gangguan alam perasaan, alam pikir dan tingkah laku motoriknya yang menurun (berkurang).
Pada keadaan depresi, anak akan merasa bahwa dirinya tidak hanya sedih, perasaannya menjadi tidak
senang dan murung. Merasa kasihan terhadap dirinya sendiri. Depresi pada anak akan muncul dalam
berbagai sikap dan perilaku. Antara lain:
· Sulit tidur
3. Terlalu menutup diri, hingga sulit bergaul dengan teman dan Kesulitan dalam Menyesuaikan Diri
Akibat dari sikap yang terlalu tertutup dan sangat sensitif, maka anak akan merasa nyaman dengan
melakukan segala sesuatunya sendiri. Apabila ada penolakan dalam dirinya, anak akan cenderung
memilih untuk diam dan tidak berdaya untuk menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Baik
dengan alasan merasa malu atau pun takut salah. Rasa takut salah akan muncul jika sejak kecil anak
sudah terbiasa dipersalahkan orang tuanya. Segala sesuatu yang dilakukan selalu dianggap dan
dikatakan salah. Anak akan merasa kesulitan menerima keberadaan orang lain di lingkungan baru.
Sesuatu yang baru jika dirasa tidak sesuai dengan kemauannya maka anak akan lebih memilih untuk
melakukan segala sesuatunya sendirian tanpa mempedulikan keberadaan orang lain di sekitarnya.
Kenakalan merupakan segala sesuatu yang apabila dilakukan oleh anak dapat menimbulkan keresahan
pada orang tua, cenderung merupakan perilaku yang mengganggu kenyamanan orang lain dan
bertentangan dengan nilai-nilai baik dan benar.
Singgih D. Gunarsa (2004:23) menyatakan beberapa bentuk kenakalan anak antara lain:
a. Berbohong/ dusta
1. Upaya Preventif .
Konselor dapat sedini mungkin mengadakan pengisian cumulative record, sehingga secara mandiri
peserta didik dapat mengenali keadaan keluarganya. Keadaan kedua orang tua, saudara kandung,
anggota keluarga lain yang tinggal satu rumah dengannya. Pengenalan identitas diri dan keluarga
sediri secara mandiri setidaknya sebagai upaya agar anak mampu mengetahui keadaan keluarganya,
posisi diri sendiri dalam keluarga, potensi dan konsep diri yang dimilikinya.
Konselor dapat menyelenggarakan pengisian angket orang tua. Di dalamnya akan terlihat sejauh mana
orang tua memahami keadaan anaknya. Upaya apa saja yang dilakukan orang tua dalam rangka
membimbing anak belajar di rumah. Apa saja harapan orang tua terhadap proses perkembangan
kepribadian anak khususnya secara psikis (kognisi dan afeksi). Dari sini dapat diketahui sejak dini
seberapa kondusif lingkungan keluarga dalam mendukung prestasi anak.
2. Upaya Kuratif
Terhadap Peserta didik dan Orang tua Konselor dapat menyelenggarakan bimbingan/ konseling
individual. Anak bermasalah (keluarga) cenderung introvert ketika diupayakan dengan pendekatan
bimbingan kelompok. Perasaannya sangat sensitif dengan lingkungan sekitar, termasuk terhadap
teman dan guru di sekolah.
Adapun konseling individual ini juga ditujukan kepada orang tua/ anggota keluarga lain yang
sekiranya tinggal satu rumah dengan anak yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari
2.Keluarga Disorientasi
Arti disorientasi menurut kamus besar bahasa indonesia adalah : kekacauankiblat,kesamaran arah
tujuan,hilangnya suatu tujuan.
Disorientasi berarti kehilangan orientasi (tujuan) atau sudak tidak mempunyaiorientasi (tujuan).
Secara sederhana, disorientasi adalah kehilangan orientasi.Disorientasi merupakan penyimpangan dari
misi dan visi semula; penyimpangan yang terus menerus terjadi, dan tidak pernah ataupun sulit
untukdiperbaiki, ataupun berusaha agar menjadi normal
➢ orang yang kepribadiannya rapuh, lemah, dan tidak dewasapsikologis atau adanya keterlamba
tan perkembangan psikologis, mudah terkena depresi, frustrasi, dan stres akibat tekanan-
tekanan tertentu yang datang dariluar dirinya. Mereka tidak kuat atau tak mampu menghadapi
ataupun menemukan
jalan keluar dari permasalahan dan problem hidup dan kehidupannya. Sehingga mengalami
gangguan jiwa akut, tidak terobati, dan tak mengalami perawatan
➢ Mereka, bisa saja, adalah orang dewasa yang dulunya (ketika masih anak-
anak dalam keluarga) adalah anak-
anak manja dan dimanjakan. Misalnya, anaktunggal, bungsu, atau mereka yang mengalami k
elebihan perhatian danperlindungan dari orang tuanya; ataupun anak-
anak korban kekerasan dalamrumah tangga; serta mereka yang ditelantarkan oleh orang
tuannya.
➢ Anak-anak muda yang bertumbuh dalam keluarga yang sangat
kaya;semua kebutuhan dan keinginannya mudah terpenuhi; tanpa pendidikan tinggiataup un
bekerja keras, mereka dapat hidup [bahkan bisa meninggalkan warisanuntuk anak cucu].
Model ini, memunculkan anak-anak muda yang terjerumus padagaya hidup hedonis dan
penggunaan obat-obat terlarang.
➢ Orang yang tak berpendidikan karena kemiskinan. Akibatnya,mereka tidak mampu bersaing
dalam masyarakat; anak-anak terlantar; parayatim-piatu yang ditelantar oleh sanak familinya,
dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga yang sehat adalah keluarga di mana hubungan antar anggota keluarganya berfungsi
sepenuhnya, dalam UU No. 10 tahun 1992 dikemukakan delapan fungsi keluarga yaitu: keagamaan,
budaya, cinta kasih, perlindungan atau proteksi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan dalam
keluarga, ekonomi, serta fungsi pembinaan dan penggunaan lingkungan. Fungsi keluarga yang tidak
berjalan menurut semestinya (disfungsi keluarga) dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga.
Disfungsi keluarga dapat dikategorikan sebagai disfungsi keluarga biasa, disfungsi perkembangan
keluarga, disfungsi antar anggota keluarga, disfungsi hubungan orang tua dan anak, disfungsi sesama
saudara/anak, dan disfungsi keluarga sebagai anggota kelompok.
B. SARAN
Anak merupakan anugerah yang berhak mendapat bimbingan melalui pendidikan yang
diberikan kedua orang tua. Sudah sewajarnya jika kedua orang tua mengupayakan semaksimal
mungkin terbentuknya kepribadian anak yang sehat, melalui sikap dan perilaku sehari-hari yang dapat
dijadikan contoh sehingga anak tidak kehilangan jati dirinya Seperti apapun permasalahan yang
terjadi antara kedua orang tua, ketika terjadi pertengkaran hendaknya tidak dengan sengaja di hadapan
anak secara langsung. Hal ini akan membuat anak merasa kehilangan rasa nyaman dan dilindungi.
DAFTAR PUSTAKA