1986-Article Text-10226-1-10-20221223
1986-Article Text-10226-1-10-20221223
1986-Article Text-10226-1-10-20221223
Corresponding Author:
Isyatur Rodhiyah
Universitas Muhammadiyah Gresik, Gresik, Indonesia; [email protected]
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi di era globalisasi sekarang ini begitu pesat terutama pada sektor
teknologi informasi, hal tersebut memberikan dampak yang luas terhadap perilaku masyarakat yang
bisa dengan mudah dapat menerima dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas.
Manfaat teknologi informasi selain memberikan dampak positif juga dapat memberikan dampak
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/almanhaj
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 592 of
negatif yakni memberi peluang untuk dijadikan sarana melakukan cyber crime. Cyber crime
diartikam sebagai suatu kegiatan ilegal dengan peraturan komputer yang dilakukan melalui jaringan
elektronik global. Cyber crime berkaitan juga dengan istilah cyber space dipandang sebagai dunia
komunikasi berbasis komputer.
Judhariksawan dalam bukunya yang berjudul Pengantar Hukum Telekomunikasi berpendapat
bahwa cyber space adalah kegiatan yang maemanfaatkan komputer sebagai media yang didukung
oleh suatu sistem telekomunikasi yang baik yakni menghubungkan komputer ke internet dengan
menggunakan saluran telepon, menggunakan jalur telepon, atau wireless system, yang menggunakan
antena khusus seperti nirkabel (Judhariksawan, 2005). Cyber space juga dianggap sebuah realitas
baru dalam kehidupan yang sehari-hari dikenal dengan sebutan internet. Sistem kerja dari cyber
space ini dapat dikatakan mengubah suatu jarak dan waktu yang dulu terbatas sekarang menjadi
tidak terbatas. Penyalahgunaan dalam suatu cyber space ini yang kemudian disebut sebagai cyber
crime yang menjadi persoalan baru dalam hukum Pidana.
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, munculah suatu kejahatan baru yang
sedang marak terjadi dimasyarakat, yakni perjudian yang dilakukan secara online, Perjudian online
dikategorikan sebagai cyber crime karena dalam melakukan kejahatannya perjudian online
menggunakan komputer dan internet sebagai media untuk melakukan tindak pidana perjudian
tersebut. Perjudian pada dasarnya bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, dan moral
pancasila, serta membahayakan bagi keberlangsungan hidup masyarakat, bangsa dan negara.
Perjudian merupakan pelanggaran terhadap budaya sosial di Indonesia. Selanjutnya dengan semakin
online majunya teknologi modern judi juga ikut berkembang menjadi judi berbasis online. Oleh
karenanya, dibutuhkan adanya pendidikan hukum yang berkesinambungan sejak dini dalam
masyarakat. (Muttaqin & Saputra, 2019)
Tindak pidana perjudian merupakan suatu perbuatan pidana yang lazim dilakukan oleh banyak
orang, karena dari perjudian orang bisa mendapatkan berlipat ganda kekayaan dari hasil judi.
Praktek perjudian dari hari kehari justru semakin banyak terjadi di kalangan masyarakat mulai dari
kalangan bawah sampai kalangan atas bahkan perjudian tidak memandang umur dan dilakukan oleh
orang dewasa bahkan sampai anak-anak. Perjudian adalah tindak pidana yang sangat sering kita
jumpai di kalangan masyarakat, pada umumnya perjudian banyak dilakukan di dalam lingkungan
masyarakat dengan cara sembunyi-sembunyi. Tindak pidana perjudian sudah masuk ke tahap yang
sangat mengkhawatirkan di kalangan masyarakat atau mahasiswa khusunya perjudian online
melalui situs- situs yang mudah untuk di akses di internet. Hal tersebut bermula dari pertandingan-
pertandingan olahraga khusunya sepak bola yang ditambahkan unsur taruhan. Perjudian dapat
menjadi penghambat pembangunannasional yang beraspek materiel-spiritualdan mendidik orang
untuk mencari nafkah dengan tidak sewajarnya dan membentuk watak “pemalas” (Munawar, 2019).
Di Indonesia judi merupakan kejahatan atau tindak pidana sehingga setiap yang terlibat
didalamnya akan dikenakan sanksi. Judi online di internet umumnya dilakukan dengan cara
membuat situs khususnya judi online dan melakukan deposit di ATM tertentu pada akun yang telah
di buat sebelumnya sesuai jumlah nominal yang di inginkan. Pada hakikatnya dalam tindak pidana
perjudian, pihak yang paling banyak memperoleh keuntungan baik secara konvesional maupun
online adalah pengelola. Dalam aktivitas perjudian, ada unsur minat dan pengharapan yang makin
meninggi, juga unsur ketegangan, disebabkan oleh ketidakpastian untuk menang atau kalah (Ismail,
2019). Selanjutnya jika melihat dari kasus judi online yang terjadi di Indonesia, pada permainan judi
secara khusus judi online ialah menimbulkan akibat ketergantungan dan menimbulkan kerugian
dalam segi materil atau immateril tidak saja bagi para pemain tetapi juga terhadap keluarga.
Maka dapat dirumuskan bahwa cyber crime merupaka perbuatan melawan yang dilakukan
dengan memakai komputer sebagai sarana atau alat komputer sebagi objek, baik memperoleh
keuntungan maupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Dikaitkan sebagai kejahatan dalam dunia
maya termasuk kejahatan online gambling atau yang bisa disebut dengan perjudian online (Maskun,
2013). Perjudian dalam jaringan merupakan satu dari sekian banyak bentuk kegiatan judi, akan tetapi
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 593 of
perbedaannya adalah bagwa perjudian jaringan ini dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas
teknologi elektronik yang selanjutnya difungsikan untuk mengakses dokumen elektronik maupun
informasi elektronik dalam kegiatan perjudian yang akan dilakukan. Dalam dunia maya perjudian
termasuk komunikasi terbsesar. Metode perjudian yang dilakukan oleh masyarakat cenderung
menggunakan cara lama, yakni dengan hanya sekedar mencoba peruntungan nasib baik dengan jalan
mengikuti aturan dan intruksi yang telah ditentukan yang ada dalam model dan macam-macam
bentuk permainan judi.
Di dalam internet sendiri terdapat banyak sekali situs-situs di yang menyediakan fasilitas
perjudian yang dapat dimainkan dengan mudah dari model klasik yang dilakukan hanya dengan
cara memainkan fungsi tombol angka-angka pada keyboard sampai dengan yang sangat canggih
dengan menggunakan cara-cara yang rumit serta perhitungan yang sangat matang hingga
perhitungan soal adu keberuntungan. Modus dalam tindak pidana perjudian secara online ini
menawarkan banyak keuntungan bagi pemilik serta pengelolanya, karena dalam prakteknya skema
bisnis perjudian online tidak diperlukan lagi perizinan-perizinan khas untuk membuat usaha
perjudian via internet. Cukup dengan bermodal sebuah web atau akun aplikasi perjudian menarik
seperti judi bola. Sehingga setiap orang memiliki kebebasan untuk mempunyai rumah perjudian di
internet.
Berdasarkan uraian diatas judi atau perjudian dalam bentuk apapun adalah sesuatu perbuatan
yang dilarang baik dilakukan secara langsung maupun secara online. Upaya penegakkan hukum dan
penindakan terhadap pelaku kejahatan cyber crime khususnya perjudian online sangat diperlukan
untuk mencegah dan memberantas kejahatan tersebut agar tidak semakin marak dan meluas terjadi
di masyarakat. Menjadi tantangan tersendiri dalam upaya memberantas tindak pidana judi online,
karena tentu sangat sulit untuk dibuktikan jika para penyidik dan penegak hukum tidak memiliki
kemampuan dalam menggali dan mengelolah informasi dan teknologi (Darmadi et al., 2019). Oleh
karena itu, jika SDM penegak hukum dan peraturan hukum tidak memiliki kemampuan dan dapat
menjangkau informasi dan teknologi, maka akan berakibat sulit terungkapnya praktek kejahatan
perjudian online yang semakin menyebar dan berkembang di masyarakat. Dalam perkembangannya,
judi online sekarang tidak hanya sebatas pada situs yang benar-benar menyediakan permainan judi
secara online akan tetapi juga menyebar ke situs-situs game pada umumnya yang dengan tujuan
dijadikan sarana untuk memperlancar usaha judi online. Oleh karenanya, penulis ingin mengangkat
persoalan tentang bagaimana bentuk pertanggung jawaban pidana pelaku penyelenggaraan
perjudian online
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif atau biasa disebut penelitian
hukum perpustakaan, Penelitian ini ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis sehingga akan
membutuhkan data-data yang sifatnya sekunder pada perpustakaan yang dalam hal ini
menitikberatkan terkait hukum pidana Indonesia bagi pelaku revenge porn. Ada 2 metode
pendekatan yang digunakan dalam penulisan jurnal ini yaitu: Metode pendekatan perundang-
undangan (staapproach) yakni menelaah dan menganalisis aturan-aturan yang ada dalam dan diluar
KUHP yang bersangkutan dengan tindak pidana perjudian. Metode kedua yang digunakan adalah
pendekatan konseptual yakni bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier, yang kemudian ketiganya dikumpulkan dengan teknik studi dokumen. Seluruh bahan
hukum yang telah berhasil dikumpulkan yang kemudian dibahas secara kualitatif artinya bahan-
bahan hukum yang relevan diolah dengan melihat kualitas kegunaan.
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 594 of
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 595 of
mahir. Disitu
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 596 of
termasuk segala peraturan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain – lainnya yang tidak
diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala peraturan
lainnya.” Menegaskan bahwa secara prinsip Indonesia melarang segala bentuk aktifitas perjudian
karena terdapat unsur merugikan masyarakat, bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan melanggar
norma agama. Hukum mengandung ajaran-ajaran, kaidah-kaidah mengenai perintah dean larangan
yang harus segera dipatuhi dan dilaksanakan (-, 2018)
Selanjutnya, berkaitan dengan perbuatan judi yang dilakukan secara online, hukum di
Indonesia telah juga mengatur sebagaimana terdapat didalam Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) yang digunakan sebagai usaha untuk mengurangi perbuatan judi yang
terjadi di masyarakat dengan cara menjerat para pelaku maupun orang yang mendistribusikan
muatan perjudian dengan ancaman /hukuman pidana.
Pasal 27 ayat (2) UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 Mengatakan;
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan, mentransmisikan, dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian”
Kemudian dalam Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan
atas Transaksi Elektronik dikatakan bahwa;
“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar”
Berdasarkan keterangan dari bunyi peraturan perundang-undangan diatas dapat diambil
pemahaman bahwa pengertian judi online adalah kegiatan permainan pertaruhan yang dilakukan
menggunakan uang sebagai alat taruhan dengan ketentuan tata cara permainan serta jumlah nilai
taruhannya ditentukan oleh pelaku perjudian online dengan cara memanfaatkan media elektronik
dengan akses internet sebagai media perantaranya. Kegiatan judi secara online sama halnya dengan
judi secara konvensional yakni dapat dikatakan merupakan sejenis candu, dimana bermula dari
hanya mencoba–coba dan memperoleh kemenangan yang selanjutnya secara alami akan memacu
hasrat atau keinginan untuk mengulanginya dengan taruhan yang lebih besar dan lebih besar lagi
dengan pemikiran semakin banyak uang yang dipertaruhkan maka kemenanganpun akan
memperoleh hasil yang lebih banyak. Judi online itu sendiri dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja selama pelaku judi online tersebut memililiki banyak waktu luang, sejumlah uang yang
digunakan sebagai taruhan yang terdapat di rekening tabungan pelaku, dan komputer atau
smartphone serta koneksi internet yang digunakan sebagai alat untuk melakukan perjudian online.
Berdasarkan uraian diatas penyelenggaraan pertaruhan atau perjudian dalam bentuk apapun
adalah sesuatu yang dilarang baik dilakukan secara langsung maupun secara online terhadap
pelakunya. Pelaku kejahatan cyber crime khususnya perjudian online diperlukan upaya penegakkan
untuk mencegah dan memberantas kejahatan tersebut agar tidak semakin marak dimainkan. Secara
konsepsional, cyber crime juga didefinisikan sebagai kejahatan komputer, tetapi penggunaan istilah
tindak pidana untuk kejahatan komputer. Penyelenggaraan perjudian menjanjikan banyak
keuntungan bagi pemiliknya, tidak diperlukan administratif perizinan-perizinan yang rumit untuk
membuat sebuah usaha bisnis perjudian via internet. Jika seseorang melakukan atau terlibat judi
online maka pasal yang dikenakan tidak lagi mengacu pada KUHP akan tetapi menggunakan Pasal
27 Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau disebut UU ITE sebagai wujud dari prinsip lex
spesialis derogate legi lex generalis (Hasaziduhu Moho, 2019).
Konsep pertanggungjawaban atas suatu tindak kejahatan mendasar pada aspek dampak negatif
yang muncul akibat dari terjadinya suatu bentuk kejahatan. Oleh karenanya, menjadi penting untuk
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 597 of
menjadi bahasan bagaimana asal muasal atau latar belakang dari konsep pertanggungjawaban
pidana yang berlaku. Dalam bahasa inggris pertanggungjawaban pidana disebut sebagai konsep
pertanggungjawaban pidana sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal hukum semata-mata
melaikan juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau kesusilaan umum yang dianut oleh suatu
masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat, hal ini dilakukan agar
pertanggungjawaban pidana itu tercapai dengan memenuhi keadilan (Sulistyo & Ardjayeng, 2020).
Pertanggungjawaban pidana merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk menentukan
terhadap seorang yang disangka melakukan suatu perbuatan pidana atau terhadap seseorang yang
telah dijatuhi dakwaan telah melakukan suatu perbuatan pidana untuk dapat
dipertanggungjawabkan atas terjadinya suatu tindak pidana.
Roeslan Saleh menerangkan bahwa, dalam hal pertanggungjawaban pidana dapat diartikan
sebagai diteruskannya celaan yang objektif yang ada dalam perbuatan pidana dan secara subjektif
memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu (Saleh, 2014). Dimaksud sebagai
celaan objektif adalah bahwa suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau siapapun itu
merupakan perbuatan yang dilarang, yakni perbuatan yang bertentangan atau dialarang oleh
hukum baik hukum formil maupun hukum materil. Sedangkan yang dimaksud sebagai celaan
subjektif adalah merujuk kepada seseorang yang melakukan perbuatan terlarang tersebut, atau
dengan kata lain celaan yang subjektif adalah orang atau pelaku yang melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum atau dilarang. Jika perbuatan yang dilakukan merupakan suatu
perbuatan yang dicela atau suatu perbuatan yang dilarang, namun apabila didalam diri seseorang
tersebut terdapat kondisi yang menyebabkan tidak dapat bertanggungjawab maka
pertanggungjawaban pidananya atas terjadinya peristiwa tersebut tidak mungkin ada.
Pertanggungjawaban pidana adalah suatu bentuk pandangan dalam teori hukum pidana yang
digunakan untuk menentukan apakah seseorang tersebut dibebaskan atau dipidana. Konsep
pertanggungjawaban pidana, beban pertanggungjawabannya dibebankan kepada pelaku
pelanggaran tindak pidana, hal demikian berkaitan dengan dasar untuk menjatuhkan sanksi pidana.
Dikatakan dapat memiliki sifat pertanggungjawaban pidana, yaitu jika suatu perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang memiliki sifat melawan hukum. Namun, terdapat kondisi khusus yakni
hilangnya sifat bertanggungjawab terhadap suatu pidana apabila ada dalam diri seorang tersebut
suatu unsur yang menyebabkan hilangnya kemampuan bertanggungjawab seseorang yang dapat kita
kenal dengan alasan pembenar dan alasan pemaaf.
Dasar adanya tindak pidana adalah asas legalitas, sedangkan dapat dipidananya pelaku
perbuatan adalah atas dasar kesalahan. Hal tersebut menjelasakan bahwa seseorang dapat dikatakan
bertanggungjawab secara pidana apabila ia telah melakukan perbuatan yang salah dan bertentangan
secara hukum. Pada hakikatnya pertanggungjawaban pidana adalah suatu bentuk mekanisme yang
diciptakan untuk merespon atas pelanggaran suatu perbuatan tertentu yang telah disepakati
(Antoni, 2019). Unsur kesalahan dalam suatu perbuatan pidana merupakan unsur pokok dalam
pertanggungjawaban pidana. Selanjutnya, dalam perkembangannya pengertian perbuatan tindak
pidana menerangkan bahwa tidak termasuk pertanggungjawaban pidana apabila perbuatan pidana
hanya menunjuk kepada apakah perbuatan tersebut melawan hukum atau dilarang oleh hukum,
sehingga mengenai apakah seseorang yang melakukan perbuatan pidana dapat kemudian dipidana,
maka itu tergantung kepada apakah seseorang yang melakukan perbuatan pidana tersebut terdapat
adanya unsur kesalahannya atau tidak.
Berkaitan dengan kesalahan baik berupa kesengajaan maupun kealpaan banyak disebutkan
didalam pasal-pasal dan ketentuan didalam KUHP, namun sayangnya mengenai pengertian
kesalahan kesengajaan maupun kealpaan tidak dijelaskan dengan terang terkait pengertiannya oleh
undang-undang. Ketiadaan penjelasan lebih lanjut terhadap makna dari kesalahan kesengajaan
maupun kealpaan, membuat penafsirannya disandarkan kepada doktrin dan pendapat para ahli
hukum mengenai pasal-pasal yang ada dalam KUHP. Sehingga kesimpulan terhadap seuatu
perbuatan dalam pasal-pasal tersebut yang berkaitan dengan unsur-unsur kesalahan kesengajaan
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 598 of
maupun kealpaan harus dibuktikan oleh pengadilan, sehingga untuk memidanakan pelaku yang
melakukan perbuatan tindak pidana, harus juga terdapat unsur kesalahan yang disengaja ataupun
kealpaan juga harus dibuktikan jika berkehendak sebaliknya. Artinya dalam pertanggungjawaban
pidana, peranan hakim sangat besar dalam membuktikan terhadap adanya unsur-unsur
pertanggungjawaban pidana dalam suatu perbuatan, sebab apabila unusur-unsur tersebut tidak
dapat dibuktikan kebenarannya maka seseornag tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban.
3.3. Perjudian Online Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Transaksi Elektronik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Undang-Undang yang
disebut dengan singkatan UU ITE ini, pada dasarnya muncul sebagai respons terhadap
perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi elektronik berupa internet. Beragam
interprestasi serta cakupan UU ITE yang begitu luas menjadi alasan banyaknya tanggapan negatif
terhadap UU ini, hal tersebut secara umum dikarenakan penggunaan bahasa dalam penyusunan UU
tersebut. Alasan lain terhadap kritik yang bermunculan adalah bahwa Undang-Undang ini dinilai
mencampuradukkan berbagai pokok bahasan yang cenderug dipaksakan dalam interpretasinya.
Seperti pada pasal 27 ada banyak pokok bahasan antara lain tentang pendistribusian dan
pengaksesan informasi elektronik yang memiliki muatan kesusilaan, muatan perjudian, muatan
pencemaran nama baik, dan muatan pemerasan dan pengancaman.
Selanjutnya, berkaitan dengan perbuatan perjudian secara online telah diatur dalam Pasal 27 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2006 tentang Informasi Transaksi dan Elektronik yang
berbunyi: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.”
Dari bunyi ketentuan pasal tersebut diatas dapat diketahui unsur-unsur subjektif dan objektif
dalam pasal tersebut. Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang terdapat didalam diri sipelaku
tindak pidana. Unsur subjektif dalam pasal tersebut terdapat dalam kata “setiap orang dengan
sengaja” yang megandung makna pertama, adanya kehendak atau maksud pelaku untuk
menjadikan kesengajaan mendistribusikan atau mentransmisikan dan/atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan perjudian. Kedua, adanya pengetahuan pelaku bahwa yang ia lakukan itu
dapat membuat orang lain dapat mengakses informasi yang memiliki muatan perjudian.
Selanjutnya, Unsur objektif adalah unsur-unsur yang terdapat diluar diri sipelaku tindak pidana.
Unsur objektif dalam pasal tersebut yang pertama terdapat dalam kata “tanpa hak mendistribusikan
atau mentransmisikan” maksudnya ialah pelaku haruslah terbukti melakukan sesuatu perbuatan
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan perjudian tanpa mempunyai izin dari pihak yang
berwenang untuk melakukan perbuatan mendistribusikan dan/atau mentranmisikan perjudian.
Kedua, “Membuat dapat diaksesnya informasi dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan
perjudian” bahwa pelaku haruslah terbukti melakukan suatu perbuatan yang dapat membuat orang
lain mengakses informasi dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian.
Kemudian dijelaskan dalam Pasal 45 UU ITE bahwa, setiap orang apabila telah melakkukan
perbuatan perjudian dan memenuhi unsur sebagaimana telah diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU ITE,
maka orang tersebut terancam dengan pidana penjara cukup berat yakni paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dari uraian penjelasan pasal-pasal yang diatas sebelumnya tersebut yang mengatur tentang
perjudian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu perbuatan dapat dipidana dengan adanya
peraturan yang mengatur, apabila seseorang telah melakukan perbuatan pidana perjudian, maka ia
hanya dapat diadili berdasarkan peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku pada saat
perbuatan dilakukan. Dari aspek sanksi yang sangat penting untuk dilakukan ialah kepastian
lembaga yang berkompeten menerapkan sanksi, sikap konsisten, tegas adil dan tidak pandang
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 599 of
bulu (Sutrisno, 2020) Dengan adanya peraturan perundang-undangan tersebut juga bisa untuk
menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak baik seperti banyak
dimasyarakat sekitar yang melakukan perjudian dan untuk mendidik orang yang telah pernah
melakukan perbuatan tidak baik supaya menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan
masyarakat dan lingkungannya. Juga tujuannya agar terciptanya masyarakat yang tentram dan
aman dari tindak pidana perjudian dengan adanya peraturan perundang-undangan yang telah
diatur diatas.
Setiap bentuk kejahatan hukum selalu bermula dari niat para pelaku yang menggerakan untuk
melakukan perbuatan kejahatan hukum. penegakan hukum di Indonesia melalui analisa sosial dan
menawarkan penggunaan hukum progresif sebagai paradigma baru dalam penegakan hukum (Al
Arif, 2019). Perjudian yang merupakan perbuatan kejahatan yang marak terjadi dimasyarakat jika
dilihat secara niat dan motif kebanyakan karena digerakkan oleh bayangan ingin hidup kaya
dengan cara yang instan. Pertanggungjawaban hukum terhadap pelaku perjudian online diatur
didalam ruang pengaturan hukum pidana. Di Indonesia pengaturan terhadap perjudian online
menerapkan prinsip lex specialis derogate legi lex generalis dengan menggunakan UU ITE bukan
UU secara umum dalam ruang pidana sebagaimana biasanya diatur didalam KUHP. Penerapan
prinsip peraturan yang lebih spesifik dalam tindak pidana perjudian merupakan aktualisasi dari
teori dan asas hukum yang mampu secara dinamis mengikuti perkembangan dan kemajuan
teknologi dan peradaban.
Permainan perjudian online yang dilakukan oleh seseorang sejatinya merupakan salah satu
bentuk dari perbuatan tindak pidana yang dilarang di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
hal pertanggungjawaban hukum terhadap perbuatan judi online secara pidananya tergolong
kedalam tindak pidana yang sedang dengan ancaman pidana denda dan/atau penjara. Bagi pelaku
perbuatan judi online pertanggungjawaban pidananya telah diatur dengan bentuk balasan atas
perilaku tersebut dengan ancaman pidana penjara yang cukup berat yakni 6 tahun penjara ataupun
juga dengan membayar denda dengan nominal maksimal satu milyar rupiah. Pertanggungjawaban
pidana terhadap pelaku perjudian online tidak hanya dikenakan terhadap pelaku pemain saja
namun juga termasuk pelaku yang memberikan kesempatan terhadap seseorang untuk bermain judi
seperti penyedia jasa dan pengelolah platform perjudian yang diselenggarakan secara online. Oleh
sebab itu, penentuan pelaku yang masuk dalam kategori penyedia layanan perjudian secara
onlineadalah dengan cara mengkonstatir, dan mengkualifisir tindakannya (PURNAWINATA, 2021).
Perbuatan judi secara online merupakan pengembangan dari perilaku perbuatan judi yang
mengalami perubahan bentuk karena dampak dari perkembangan dan kemajuan teknologi.
Perubahan bentuk tersebut secara prinsip tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap maksud
para pelaku untuk melakukan perbuatan judi tersebut baik secara online maupun secara tradisional.
Oleh karenanya, dari tujuan dan motivasi para pelaku untuk melakukan perbuatan judi
dikarenakan menginginkan hidup kaya dengan cara yang instan. Dari alasan tersebut tidak jarang
bagi masyarakat menempatkan perbuatan judi sebagai aktifitas mata pencahariannya baik sebagai
pelaku pemain judi ataupun pengelolah permainan judi. Atas dasar uraian sebagaimana dijelaskan
sebelumnya terkait dengan perjudian online yang jika ditelaah secara mendalam mampu
memberikan dampak negatif yang begitu besar. Tidak hanya terhadap masalah kejahatan hukum,
namun juga sangat memberikan dampak terhadap perilaku masyarakat baik secara ekonomi, sosial
hingga urusan keyakinan agama. Sehingga setidaknya harus ada beberapa kebijakan yang dilakukan
dalam pembenahan tindak pidana perjudian online, antaralain sebagai berikut:
a. Tindak pidana perjudian sebagai salah satu bentuk tindak pidana dibidang kesusilaan
seharusnya tidak hanya diancam dengan pidana berdasarkan golongan 6 KUHAP dan 5 KUHP
penjara dan denda, melainkan harus ditentukan pidana tambahan seperti pencabutan hak
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 600 of
menjalankan profesi terhadap pembuat dan pengelolah yang melakukan tindak pidana
perjudian dalam menjalankan profesinya.
b. Setiap bentuk tindak pidana perjudian baik yang dilakukan secara langsung maupun secara
online tidak bisa jika hanya individu pribadi saja yang dimintai pertanggung jawaban,
melainkan harus dan bisa juga badan hukum dimintai pertanggung jawaban pidana. Dalam hal
pemidanaan harus dipertimbangkan keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat. Artinya pidana yang dijatuhkan harus disesuaikan pada kepentingan
individu. Selain itu, juga rasa keadilan dan perlindungan terhadap masyarakat perlu dijadikan
pertimbangan dalam melakukan suatu pemidanaan.
4. KESIMPULAN
Pertanggungjawaban pelaku perjudian online dibuktikan dengan mengandung unsur adanya
suatu tindak pidana. Selanjutnya, unsur perbuatan merupakan salah satu unsur pokok dalam
pertanggungjawaban pidana, karena seseorang tidak dapat dipidana apabila ia tidak melakukan
suatu perbuatan yang digolongkan merupakan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, hal
itu sesuai dengan asas legalitas. Pertanggungjawaban pidana perbuatan judi yang dilakukan secara
online di Indonesia diatur didalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
dengan maksud tujuan sebagai usaha untuk mengurangi perbuatan judi yang terjadi di masyarakat
dengan cara menjerat para pelaku maupun orang yang mendistribusikan muatan perjudian dengan
hukuman pidana. Perbuatan judi secara online merupakan pengembangan dari perilaku perbuatan
judi yang mengalami perubahan bentuk karena dampak dari perkembangan dan kemajuan
teknologi, namun tetap memiliki motif yang sama bagi para pelakunya yakni untuk mendapat
kekayaan dengan cara yang instan. Sehingga tidak jarang hal tersebut juga dijadikan mata
pencaharian secara ekonomi oleh masyarakat para pelaku judi online.
Dengan adanya aturan sanksi atau pertanggungjawaban hukuman yang berlaku maka
senantiasa harus berhati-hati dalam bergaul di lingkungan sosial masyarakat dan berhati-hati
dengan menggunakan handphone agar tidak disalah gunakan untuk melakukan perjudian online.
Perjudian online ini bisa melalui situs-situs yang mudah untuk di akses di internet. Selanjutnya
harus dicermati bahwa melakukan kegiatan perjudian online dapat menimbulkan ketergantungan
dan menimbulkan kerugian dalam segi materil atau immateril tidak saja bagi para pemain tetapi
juga pada keluarga.
REFERENSI
-, R. F. N. L. S. (2018). MEMBANGUN BUDAYA HUKUM INDONESIA DI ERA GLOBALISASI. Jurnal
Cahaya Keadilan, 6(1). https://doi.org/10.33884/jck.v6i1.878
Al Arif, M. Y. (2019). Penegakan Hukum dalam Perspektif Hukum Progresif. Undang: Jurnal Hukum,
2(1). https://doi.org/10.22437/ujh.2.1.169-192
Antoni, A. (2019). MENUJU BUDAYA HUKUM (LEGAL CULTURE) PENEGAK HUKUM YANG
PROGRESIF Antoni *. Kajian Syari’ah Dan Masyarakat, 19(2).
Arliman. S, L. (2019). MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM YANG BAIK DI NEGARA HUKUM
INDONESIA. Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis Dan Investasi, 11(1).
https://doi.org/10.28932/di.v11i1.1831
Astini, D., & Lubis, G. F. A. (2019). Tindak Pidana Perjudian Melalui Media Elektronik. Semdi Unaya,
Vol. 3(1).
Darmadi, Yusa, A., & Purwani, S. (2019). Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian
Online (Studi Kasus Unit Cyber Crime). Jurnal Kertha Wicara, 8(10).
Hasaziduhu Moho. (2019). Penegakan Hukum di Indonesia Menurut Aspek Kepastian Hukum,
Keadilan, dan Kemanfaatan. Universitas Dharmawangsa, 13(1).
Ismail, Z. (2019). PERAN HUKUM PIDANA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA
PERJUDIAN SABUNG AYAM PADA MASA YANG AKAN DATANG MELALUI
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di
Al-Manhaj: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam, Vol. 4, 2 (Desember, 2022): 591- 601 of
Isyatur Rodhiyah, Ifahda Pratama Hapsari, Hardian Iskandar / Pertanggung Jawaban Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online di