Proposal Penelitian Metodologi
Proposal Penelitian Metodologi
Proposal Penelitian Metodologi
NISM : ………………………………..
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan suatu anggota individu didalam rumah tangga. Dengan adanya
komunikasi atau interaksi antar sesamanya dan juga adanya aturan untuk dilaksanakan dan saling
dihormati. Dengan kata lain keluarga adalah lembaga terkecil selain menjadi tempat berteduh
juga untuk pembinaan setiap individu itu sendiri yang paling dasar dan selanjutnya ditindak
lanjuti bermacam usaha atau upaya lainnya.1
Komponen utama dalam keluarga adalah orang tua. Mereka adalah orang yang paling
berpeluang mempengaruhi anak. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang paling awal
bergaul dengan anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan
waktu untuk anak terutama ketika ia masih kecil. Tidak sulit dipahami jika orang tua memiliki
pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya.2
Anak ialah amanah Allah SWT maka dari amanah itulah kita selaku orang tua
memberikan tanggung jawab penuh bagi anak. Anak bukan hanya perlu rasa kasih dan sayang,
dan fasilitas tapi orang tua harus menyadari bahwa ada hal yang perlu disadari untuk anak yakni
pendiidkan yang layak untuk anak. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-
anak mereka karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan yang pada hakikatnya
merupakan lingkungan yang membentuk dan mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku anak
oleh karena itu orang tua harus mendidik anak berdasarkan Al- Quran dan Al-Hadist. 3
Yang pertama kali dilihat oleh anak adalah rumah dan lingkungannya. Tergambarlah
dalam benaknya, kehidupan pertama yang dilihat dari sekitar mereka serta berbagai cara
kehidupan mereka. Jiwanya yang masih lentur siap menerima segala yang memberikan pengaruh
terhadapnya sesuai dengan lingkungan pertamanya. Imam Ghazali mengatakan, “Anak
merupakan amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang
masih polos tanpa ukiran dan gambar. Dia sia diukir dan cenderung kepada apa yang
mempengaruhinya. Jika dia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, dia akan tumbuh
menjadi anak yang baik. Dengan begiu, kedua orang tuanya akan berbahagia di dunia dan akhirat.
Demikian juga guru dan pendidiknya. Sedangkan apabila dia dibiasakan berbuat jahat dan
dibiarkan begitu saja seperti membiarkan binatang ternak, maka dia akan sengsara dan binasa.
1
Yakub, Wanita Pendidikan dan Keluarga Sakinah (Medan: CV. Naspar Djaya Medan, 2010), h.2.
2
Yunahar Iilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta: LPPI, 2014), h. 11.
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 35
Dosanya pun akan dipikul oleh orang yang bertanggungjawab untuk mengurunsya dan walinya.
Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda,
َفَأَبَو اُه ُيَهِّو َداِنِه َأْو ُيَم ِّج َس اِنِه َأْو ُيَنِّص َر اِنِه،ُك ُّل َم ْو ُلْو ٍد ُيْو َلُد َع َلى اْلِفْط َرِة
Setiap anak sebenarnya dilahirkan di atas fithrah (Islam). Kedua orang tuanyalah yang
akan membuatnya menjadi Yahudi, Majusi dan Nasrani.4
Oleh karena itu kita temukan bahwa Rasulullah صلى هللا عليه وسلمmemikulkan tanggung
jawab pendidikan anak ini secara utuh kepada kedua orang tua. Diriwayatkan dari Ibnu Umar
رضي هللا عنهbahwa dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda, ‘Seorang
Imam adalah pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Seorang lelaki
adalah pemimpin di keluarganya, dan dia bertanggung jawab ata keluarga yang dipimpinnya.
Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan dia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta milik tuannya dan dia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Masing-masing dari kalian adalah pemimpin,
dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya.” (Muttafaq ‘alaih).5
Pendidikan yang diberi kepada anak harus dibiasakan dari usia sedini mungkin karena
sangat berperan untuk penentu perkembangan maupun pertumbuhan sekarang maupun
perkembangannya yang akan datang baik itu dari segi perkembangan, bahasa, psikologi, kognitif
dan bahasanya.6
Perkembangan seorang anak tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi
juga pada perkembangan psikologisnya : mental, sosial dan emosional. Perkembangan anak usia
6-12 tahun ada dua tahapan : Tahapan pertama: usia 6-10 tahun. Dalam usia ini, ia menilai anak
sudah bisa menilai hukuman atau akibat yang diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dari
kesalahan yang dilakukannya. Sehingga ia sudah bisa mengetahui bahwa berperilaku baik akan
mampu membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman. Tahapan kedua: usia 10-12 tahun.
Dalam usia ini,, ia sudah bisa berpikir bijaksana. Hal ini ditandai dengan ia berperilaku sesuai
dengan aturan moral agar disukai oleh orang dewasa, bukan karena takut dihukum. Sehingga
berbuat kebaikan bagi anak usia seperti ini lebih dinilai dari tujuannya. Ia menjadi anak yang tahu
akan aturan.7
Berbicara mengenai pendidikan karakter, maka tidak terlepas dari cara membentuk
karakter anak sejak dini yang dimulai dari lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat. Namun
4
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, (Solo: Pustaka Arafah, 2021), h.19
5
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, (Solo: Pustaka Arafah, 2021), h.20
6
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), h. 21.
7
Dharma, A. & Andriyanto, Pengantar Psikologi (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 91
dari tiga unsur tersebut yang snagat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak adalah
keluarga. Bagi orang tua yang sadar mengenai pentingnya pendidikan anak dalam rumah tangga,
akan mendukung anak itu sebagai makhluk berakal yang sedang tumbuh, bergairah dan ingin
menyelidiki segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Itu pula lah sebabnya mengapa orang tua perlu
merasa terpanggil untuk mendidik anak-anaknya sejak kecil demi mengembangkan segala potensi
yang masih terpendam dalam diri mereka. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang tua yang
lalai dan belum tahu cara melaksanakan tugas mendidik dan membentuk karakter anak.
Kebanyakan ibu atau bapak beranggapan jika anak sudah diserahkan kepada guru disekolah,
maka selesailah tugas mereka dalam mendidik anak. Tugas mereka sekarang hanyalah mencari
uang untuk membiayai sekolah anak-anak mereka. Padahal awal terbentuknya karakter dalam diri
seoarng anak ketika anak berada dalam didikan orang tua.
Faktor yang banyak berpengaruh bagi timbulnya kenakalan anak ialah faktor religious,
salah satunya ialah akhlak dan hilangnya kepribadian mereka merupakan keteledoran kedua
orang tua dalam memperbaiki diri anak, mengarahkan dan mendidiknya. Kita tidak boleh
melupakan peran seorang ibu dalam memikul amanat dan tanggungjawab terhadap anak-anak
yang berada di bawah pengawasannya. Dialah yang mendidik, mempersiapkan dan mengarahkan
mereka. Tanggungjwab seorang ibu sama besarnya dengan seorang bapak. Bahkan bagi seorang
ibu tanggungjawab itu lebih berat, lantaran ibulah yang selalu berdampingan dengan anaknya
semenjak ia dilahirkan hingga tumbuh besar dan mencapai usia yang layak untuk memikul
tanggungjawab.8
Ada dua hambatan yang dihadapi orang tua dalam mebentuk karakter anak yakni berasal
dari faktor intern danekstern. Faktor intern yakni hambatan yang berasal dari orangtua itu sendiri.
Contohnya dalam penelitian Hasbi Wahy, ia menemukan beberapa orang tua yang kurang
memahami cara mendidik anak yang benar. 9 Faktor ekstern, yakni hambatan yang berasal dari
lingkungan. Sebagai contoh, adanya berbagai informasi yang mempengaruhi perkembangan anak
dari berbagai sisi. Abudin Nata menyebutkan bahwa krisi karakter anak terjadi disebabkan karena
derasnya arus informasi dan arus budaya matrealistik, hedonistic dan sekularistik. 10
Berdasarkan observasi, penulis mendapati masih banyak anak-anak yang melakukan
perbuatan-perbuatan yang mencerminkan karakter buruk, baik itu yang dilakukan oleh anak laki-
laki maupun perempuan. Kebanyakan dari mereka terlihat masih melakukan perbuatan yang
kurang mencerminkan karakter atau perilaku yang baik. Seperti contohnya berkata kasar, suka
8
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2017), h. 145
9
Hasbi Wahy, Keluarga sebagai Basis Pendidikan dan Utama, Jurnal Ilmiah Didaktika Vol XII, NO. 2, Februari, 248
10
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2003),
h.222
berbohong, pemarah, tidak disiplin, tidak melaksanakan ibadah, kurang sopan, kecanduan
bermain hp dan perbuatan buruk lainnya.
Perbuatan-perbuatan yang tidak baik tersebut merupakan karakter anak yang buruk.
Mereka melakukan perbuatan tersebut dikarenakan kurangnya pendidikan agama, pendidikan
akhlak, kurangnya perhatian di dalam keluarga mereka terutama orangtua mereka yang memiliki
kesibukan masing-masing.
Peneliti berpendapat bahwa keterlibatan orangtua berkontribusi besar dalam
pembentukan karakter religious anak yang mencakup sikap atau perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Peran Keterlibatan Orang Tua dalam Membentuk Karakter dan Sikap Religius Anak Usia Dini”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran keterlibatan orang tua dalam membentuk
karakter dan sikap religius anak usia dini ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui dan menjelaskan Peran Keterlibatan Orang Tua dalam Membentuk Karakter
dan Sikap Religius Anak Usia Dini.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang bisa peneliti kemukakan terkait dengan permasalahan yang telah
dipaparkan di atas dapat dibagi menjadi dua yaitu teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman
dan pengetahuan bagaimana gambaran serta pengaruh peran orangtua dalam membentuk
karakter dan sikap religious anak di usia dini.
2. Manfaat Praktis
Adapun secara praktis manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ialah bisa
memberikan manfaat kepada selutuh pihak yang terkait, sebagai berikut :
a. Manfaat Bagi Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam membentuk karakter anak dan
keluarga, sehingga karakter anak dapat menjadi lebih baik sesuai harapan orang tua.
Memberikan pengertian kepada orang tua bahwa pendidikan dalam keluarga itu sangat
penting dan tidak bisa dianggap hal yang mudah.
b. Manfaat Bagi Anak
Dengan penelitian ini diharapkan agar anak dapat memahami ajaran Islam dan
memperbaiki periakunya menjadi lebih baik lagi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Manfaat Bagi Masyarakat Luas
Memperkaya keilmuan khusunya pengetahuan tentang bagaimana peran orangtua dalam
mengembangkan sikap religious anak usia dini.
d. Manfaat Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan keilmuan bidang sosiologi
dalam memahami peran orang tua dalam pendidikan islam.
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Peran
Peranan berasal dari kata “peran”. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat
diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. (Kamus Besar Indonesia,
2007: 845) “peranan adalah bagian tugas utama yang harus dilaksanakan”.11
Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status,
setiap orang mungkin memiliki sejumlah status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai
dengan status tersebut. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang
sama, status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari
perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut.12
Peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peranan orang tua yang merupakan
suatu lembaga keluarga yang di dalamnya berfungsi sebagai pendidik dan pembimbing bagi
anak.
2. Orang Tua
a) Pengertian Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. 13 Orang tua adalah
pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya. Disebut
pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya. Disebut pendidik pertama, karena
merekalah yang pertama mendidik anaknya. Sekolah, pesantren dan guru agama yang
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2007) h.845
12
Aminudin Ram, Tita Sobari Sosiologi, (Jakarta: Erlagga, 1999), Cet 6, hal.118
13
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Askara, 2019) h. 35
diundang ke rumah adalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar mebantu orang
tua.14
Sebagaimana Firman Allah dalan QS Adz Dzuriyat ayat 56, sebagai berikut :
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
14
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga (Bandung: PT Remaja Posda Karya, 2012), h. 8
orang tua. Orang tua memiliki peran utama dalam mengasuh anak disegala norma
dan etika yang berlaku dalam amsyarakat, dan budayanya.15
Peran ayah ibu sebagaimana ajaran Islam itu akan terkuatkan dalam
lingkungan masyarakat muslim. Demikian pula penghayatan anak akan
terkuatkan oleh kebiasaan-kebiasaan di masyarakat.16 Peranan ibu dalam keluarga
amat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surge
bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan
suaminya. Sebagai istri hendaknya ia bijaksana, tau hak dan kewajibannya yang
telah ditentukan oleh agamanya.17
Tidak perlu dipertanyakan lagi seberapa besar peran ibu dalam keluarga
dan dalam mendidik anak-anaknya. Walau masih bersifat tidak lansung, ibu telah
memainkan peran yang sangat penting ketika sang anak masih berada di dalam
kandungan. Apabila kita menengok tuntutan syari’at islam, ibu menempati posisi
yang paling tinggi, beberapa derajat di atas ayah. Begitu tingginya derajat seorang
ibu sehinga Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda bahwa surge berada di telapak kaki
ibu.
Selanjutnya adalah ayah. Sebagai pemimpin keluarga, sosok ayah harus
menghadirkan nuansa kedamaian, ketenangan dan kasih sayang bagi setiap angogta
keluarga. Ayah pun harus mampu memecahkan masalah-masalah yang menimpa anggota
keluarganya, termasuk masalah materi. Ayah merupakan penolong utama lebih bagi anak
baik laki-laki maupun perempuan, bila mau mendekati memahami hati anaknya. 18
Ayah dianggap sebagai orang yang paling memiiki kewajiban untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan pemenuhan materi karena dinilai paling memiliki
kekuatan atau kemampuan lahiriah yang berguna untuk menggali setiap sumber
kekayaaan yang berada di sekitarnya.
Semnetara itu, ibu lebih menonjol pada kelembutan dan kekuatan perasaan yang
bersifat baitiniah. Dua hal ini merupaka senjata yang sangat ampuh untuk mendidik dan
mengasihi anak-anaknya. Oleh karenanya, ia sangat cocok mendapat peran sebagai
madrasah bagi keluarganya. Dengan kelebihan kasih sayang yang dimilikinya,
15
Binti Maimunah, Interaksi Sosial Anak Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, (Surabaya: Jenggala, Pustaka
Utama, 2016), h. 31
16
Nur Ahid, Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.111
17
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, h.47
18
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, h.4
diharapkan si anak tumbuh dalam balutan kedamiaan dan memahami rasanya dicintai dan
disayangi.19
3. Karakter
Menurut KBBI, arti karakter adalah tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak.20
Menurut Soemarno Soedarsono karakter adalah suatu nilai yang terpatri dalam
diri seseorang yang didapatkan dari pengalaman, pendidikan, pengorbanan,
percobaan, serta pengaruh lingkungan yang kemudian di padupadankan dengan
nilain-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan menjadi nilai intrinsic yang terwujud
di dalam sistem daya juang yang kemudian melandai sikap, perilaku, dan pemikiran
seseorang.
Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan dianggap
mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat. Sebagaimana
firman Allah SWT di dalam Alqur’an surat An-nahl ayat 90 sebagai berikut:
ِإَّن ٱَهَّلل َيْأُم ُر ِبٱْلَع ْد ِل َو ٱِإْل ْح َٰس ِن َوِإيَتٓاِئ ِذ ى ٱْلُقْر َبٰى َو َيْنَهٰى َع ِن ٱْلَفْح َش ٓاِء َو ٱْلُم نَك ِر َو ٱْلَبْغ ِى ۚ َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن
19
Muhammad Zaairul Haq dan Sekar Dina Fatimah, Cara Mendidik Anak Agar Saleh dan Salehah (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2015), h.35-39
20
https://www.bola.com diakses pada tanggal 9 Januari 2023, pukul 20.55 WIB
1) Mengemabngkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Ada 9 pilar pendidikan karakter, diantaranya adalah :
1) Cinta Allah سبحنه وثعلىdan segenap ciptaan-Nya
2) Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3) Kejujuran/amanah dan karifan
4) Hormat dan santun
5) Dermawan, suka menolong dan gotong royong/kerjasama
6) Percaya diri, kreatif dan bekerja keras
7) Kepemimpinan dan keadilan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi kedamaian dan kesatuan21
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter yaitu
mencipatakan manusia yang beriman dan betakwa melalui ilmu pengetahuan,
ketrampilan dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Islam.
4. Sikap Religius
Kata religious berakar dari kata religi (religion) yang artinya taat pada agama.
Religious adalah kepercayaan atau keyakinan pada suatu kekuatan kodrati di atas
kemampuan manusia.22
Menurut Harun Nasution Pengertian agama berasal dari kata, yaitu: al-Din, religi
(relegere, religare) dan agama. Al-Din (sempit) berarti undang-undang atau hukum.34
Kemudian dalam bahasa arab, kata lain ini mengandung arti mengusai,
menundukkan, patuh, utang, balasa, dan kebinasaan. Sedangkan dari kata religi (latin)
atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca.23
Religious menurut islam adalah menjelaskan ajaran agama secara menyeluruh. Allah
berfirman dalam Al-Qir’a surat Al Baqarah ayat 208 :
َاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْدُخ ُلْو ا ِفى الِّس ْلِم َك ۤا َّفًۖة َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّشْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْين
21
E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Askara, 2012), h.4
22
Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 2015), h.79
23
Nata, Abudin, Metode Studi Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persedian, 2014), h.9
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Berdasarakan uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa religiusitas adalah
kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya
Tuhan yang diwujudkan dengan keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan
agama dan pengalaman . Menurut Glock dan Strak menyatakan bahwa terdapat lima
dimensi dalam religiusitas, yaitu:24
1) Keyakinan (ideologi)
Dimensi keyakinan adalah tingkat sejauh mana seseorang menerima hal-hal
yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada tuhan, malaikat,
surga, dan neraka. Pada dasrnya setiap agama juga menginginkan adanya unsur
ketaatan bagi setiap pengikutnya.
Adapun dalam agama yang dianut oleh seseorang makna yang terpenting
adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang
dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati oleh
panganut agama. Dengan sendirinya dimensi keyakinan ini menuntut
dilakukannya prakter-praktek peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
2) Praktek Agama (ritualistik)
Dimnensi praktek agama yaitu sejauh mana seseorang mengerjakan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini
mencakup pemujian, kataatan, serta hal-hal yang ada dalam dimensi ini adalah
perilaku masyarakat pemgikut agama tertentu dalam menjalankan ritual-ritual
yang berkaitan dengan agama. Demensi praktek dalam agama islam dapat
dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek
muamalah lainnya.
3) Pengalaman (eksperiensial)
Dimensi pengalaman adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang
pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan tuhan, merasa takut
berbuat dosa, merasa dikabulkan, diselamatkan oleh Allah. Dan sebagainya.
24
Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h.77-78
4) Pengetahuan Agama (intelektual)
Dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberepa
jauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada
dialam kiatab suci maupun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang beragama
harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan ritual-ritual,
kitab suci dan tradisi. Dimensi ini yang harus diimani dan dilaksanankan, hukum
islam dan pemahaman terhadap kaidah-kaidah keilmunan islam.
5) Pengalaman (konsekuensi)
Yaitu dimensi mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh
ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosisl, misalnya apakah ia menujungi
tetanggganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermawakan hartanya,
dan sebagainya.
Jadi karakter religious adalah berperilaku dan berakhlak sesuai dengan apa
yang diajarkan dala pendidikan. Nilai religious pada anak tidak cukup diberikan
melalui pelajaran pengertian, penjelasan, dan pemahaman. Penanaman religious
pada anak memerlukan bimbingan, yaitu usaha untuk menuntun, mengarahkan
sekaligus mendampingi anak dalam hal-hal tertentu, terutama ketika anak
merasakan ketidakberdayaannya atau ketika anak sedang mengalami suatu
masalah yang dirasakannya berat. Maka, kehadiran orang tua dalam
membimbingnya akan sangat berarti dan berkesan bagi anaknya. Keteladanan
orang tua juga merupakan hal penting dalam penanaman nilai religius anak.25
5. Anak Usia Dini
Dalam Kamus Besar Indonesia (KBBI) anak adalah “keturunan yang kedua,
manusia yang masih kecil dan orang yang berasal atau dilahirkan pada suatu negri. 26
Adapun anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah turunan yang kedua atau
anak kandung dari orang tua yang berumur 0-12 tahun.
Anak adalah generasi penerus bangsa yang akan sangat menentukan nasib dan
masa depan bangsa secara keseluruha di masa yang akan dating. 27 Agama Islam
25
Syamsul kurniawan. M. S. I Pendidikan Karakter konsepsi dan implementasi secara terpadu di lingkungan
keluarga, sekolah, perguruan tinggi, dan masyarakat (Yogyakarta AR RUZZ MEDIA 2016), h.85
26
Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.4
27
Panca Nurwati, Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter Religius Anak Usia Sekolah Dasar Di Dusun Batuan
Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma (IAIN Bengkulu : Bengkulu, 2020), h. 16-18
memandang anak sebagai nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, untuk itu anak
dalam Al-Qur’an disebut sebagai qurrata’ain atau penyenang hati.28
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif . penelitian kualitatif adalah
penelitian terhadap suatu proses, peristiwa, atau perkembangan di mana bahan atau
data yang dikumpulkan adalah berupa keterangan-keterangan kualitatif. Misalnya
keterangan tentang adat dan budaya, keterangan tetang proses pengakaran, keterangan
tentang riwayat hidup dan sebagainya.29
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat peneltitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Kenongomulyo,
tahun pelajaran 2024-2025.
3. Sumber Data
Sumber Data adalah subyek yang akan diteliti. Subyek penelitian adalah orang atau
siapa saja yang menjadi sumber penelitian.30 Sumber data dibedakan menjadi dua,
antara lain :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan, sumber
data pertama yaitu subjek yang akan diteliti. Menurut Iskandar. Informasi
penelitian dapat diartikan sebagai orang yang memberikan informasi berkenaan
dengan penelitian yang dilakukan, maka informan dapat dikatakan sama dengan
reponden. Disini penentuan orang yang enjadi sumber data dilakukan sesuai
purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.
Dalam hal ini yang menjadi subjek dan informasi dalam penelitian ini
yaitu siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kenongomulyo.
b. Data Sekunder
28
Ali Ghufron Sudirman, Lahir Dengan Cinta, Fikh Hamil & Melahirkan (Jakarta: Amzah, 2017), h.57
29
Rusdin pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Lanarkan Publisher, 2007), h.7
30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Bina Askara, 2019), h.107
Data sekunder adalah data pendukung dari data primer atau sumber-
sumber lain. Data sekunder yaitu data-data dari hasil karya orang lain sebagai data
pendukung dalam penelitian ini, yang didapatkan dari beberapa sumber bacaan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini perlu menggunakan metode penelitian yang tepat, juga perlu
memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini ialah : observasi, wawancara, dokumentasi.
Ketiga teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu informasi yang dapat
melengkapi dan menunjang proses penelitian.
5. Teknik Analisid Data
Analisis data merupaakn proses mencari dan menyusun secara sistematis data tang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting, dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.31
G. DAFTAR PUSTAKA
Yakub, Wanita Pendidikan dan Keluarga Sakinah (Medan: CV. Naspar Djaya Medan, 2010)
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi (Solo: Pustaka Arafah, 2021)
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi (Solo: Pustaka Arafah, 2021)
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi (Jakarta:
31
Sugiyono, Op., Cit, h.335
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2017)
Hasbi Wahy, Keluarga sebagai Basis Pendidikan dan Utama, Jurnal Ilmiah Didaktika Vol
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga (Bandung: PT Remaja Posda Karya,
2012)
Binti Maimunah, Interaksi Sosial Anak Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat,
Nur Ahid, Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
Muhammad Zaairul Haq dan Sekar Dina Fatimah, Cara Mendidik Anak Agar Saleh dan
Nata, Abudin, Metode Studi Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persedian, 2014)
Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam Atas Problem-
MEDIA 2016)
Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, (Jakarta:
Panca Nurwati, Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter Religius Anak Usia Sekolah
Dasar Di Dusun Batuan Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma
Ali Ghufron Sudirman, Lahir Dengan Cinta, Fikh Hamil & Melahirkan (Jakarta: Amzah,
2017)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Bina Askara,
2019)