44066-Article Text-194888-1-10-20221108
44066-Article Text-194888-1-10-20221108
44066-Article Text-194888-1-10-20221108
Terakreditasi Peringkat 2
Jurnal Teknologi Industri Pertanian 32 (2): 121-136, Agustus 2022
DOI: https://doi.org/10.24961/j.tek.ind.pert.2022.32.2.121 SK Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021
ISSN: 0216-3160 EISSN: 2252-3901 Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin
Makalah: Diterima 10 Maret 2022; Diperbaiki 20 Juli 2022; Disetujui 10 Agustus 2022
ABSTRACT
Apple production as a typical fruit of Malang Regency has decreased due to land degradation, land
conversion, climate change, and old tree age. This can disrupt the apple supply chain sutainability in Malang
Regency. This study aimed to produce simulations of several scenarios for the sustainable apple supply chain
development and provide policy recommendations for the apple supply chain sustainability in Malang Regency.
The model made consisted of 3 sub models, i.e. economic, social, and environmental. The respondents were 53
farmers, 3 collectors, and 20 retailers. The parameters measured were the profit of farmer, collectors, and
retailers, employment, and the area of degraded land. Simulations were carried out in 3 scenarios from 2020 to
2030, i.e. the original conditions (scenario 1), controlling land (scenario 2), and increasing productivity and
controlling land simultaneously (scenario 3). The best parameter values were obtained from the scenario 3
simulation results, i.e. adding land by 1.15%/year, reducing the conversion rate to 2.93%, and increasing
productivity by 5%/year. This scenario showed that in 2030 yields 4,905,656 kg of apples with profits of farmer,
collectors, and retailers were Rp 26,374,922,326, Rp 31,597,327,651, and Rp 27,996,576,448, respectively,
employment of 22,349 people/hectare, and a degraded land area of 11.7 hectares. The scenario 3 implementation
can reduce the decline in apple land area and productivity over the next 10 years. Policies that can be implemented
include providing training and incentives for farmers, strengthening policies on apple commodities, restoring soil,
and transitioning to organic farming.
Keywords: apple, supply chain, sustainability, system dynamics
ABSTRAK
Produksi apel sebagai buah khas Kabupaten Malang mengalami penurunan yang diakibatkan oleh degradasi
lahan, konversi lahan, perubahan iklim, dan umur pohon yang tua. Hal tersebut dapat mengganggu keberlanjutan
rantai pasok apel di Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan simulasi beberapa skenario
pengembangan rantai pasok buah apel yang berkelanjutan dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk
keberlanjutan rantai pasok buah apel di Kabupaten Malang. Model yang dibuat terdiri dari 3 sub model, yaitu
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Responden penelitian ini adalah 53 petani, 3 pengepul, dan 20 orang pengecer.
Parameter yang diukur adalah keuntungan petani, keuntungan pengepul, keuntungan pengecer, penyerapan tenaga
kerja, dan luas lahan terdegradasi. Simulasi dilakukan pada 3 skenario dari tahun 2020 hingga 2030, yaitu tanpa
perubahan dari kondisi riil, perubahan dilakukan dengan pengendalian lahan, serta perubahan dilakukan dengan
meningkatkan produktivitas dan pengendalian lahan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai parameter paling
baik diperoleh dari hasil simulasi skenario 3, yaitu melakukan penambahan lahan sebesar 1,15%/tahun,
menurunkan tingkat konversi menjadi 2,93%, dan meningkatkan produktivitas sebesar 5%/tahun. Skenario
tersebut pada tahun 2030 memberikan hasil 4.905.656 kg apel dengan keuntungan petani Rp 26.374.922.326,
keuntungan pengepul Rp 31.597.327.651, keuntungan pengecer Rp 27.996.576.448, penyerapan tenaga kerja
22.349 orang/hektar, dan luas lahan terdegradasi 11,7 hektar. Penerapan skenario 3 dapat menekan penurunan luas
lahan apel dan penurunan produktivitas apel selama 10 tahun ke depan. Kebijakan yang dapat dilakukan antara
lain memberikan pelatihan dan insentif bagi petani, penguatan kebijakan pada komoditas apel, melakukan
pemulihan tanah, dan peralihan menuju pertanian organik.
Kata kunci: apel, dinamika sistem, keberlanjutan, rantai pasok
Kabupaten Malang, yaitu 1.009.499 kg (BPS variabel (Jokar dan Mokhtar, 2018). Penggunaan
Kabupaten Malang, 2017). Produktivitas apel di dinamika sistem akan memberikan informasi yang
Kecamatan Poncokusumo mengalami penurunan dapat membantu pemerintah Kabupaten Malang
karena degradasi lahan. Bahan kimia dan racun hama dalam mengembangkan rantai pasok buah apel yang
yang terkandung dalam pupuk dan pestisida dapat berkelanjutan.
mengakibatkan kerusakan tanah (PEMDA, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
Umur pohon yang tua dan hama penyakit juga simulasi beberapa skenario dan memberikan
menurunkan produktivitas apel (Balitjestro, 2014) . rekomendasi kebijakan untuk pengembangan
Faktor iklim, seperti kenaikan suhu, kekeringan, dan keberlanjutan rantai pasok buah apel di Kabupaten
hujan ekstrim di Kabupaten Malang dapat Malang. Analisis keberlanjutan rantai pasok apel di
menurunkan produksi buah apel dalam kuantitas dan Kabupaten Malang dilakukan dengan mengusulkan
kualitas (DAI, 2018). alternatif kebijakan yang dapat diterapkan kemudian
Penurunan produksi apel dapat menyebabkan merekomendasikan alternatif kebijakan terpilih
penurunan pendapatan petani. Penurunan pendapatan sesuai dengan hasil simulasi sistem. Analisis
petani juga dapat terjadi karena pengurangan lahan keberlanjutan rantai pasok buah apel di Kabupaten
apel akibat degradasi dan konversi lahan yang Malang dilakukan dengan memperhatikan dimensi
menyebabkan penurunan produktivitas apel (Anggara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
et al., 2017). Penurunan produktivitas tersebut
mengakibatkan jumlah buah apel tidak tersedia secara METODE PENELITIAN
kontinyu sehingga mengganggu aliran rantai pasok
buah apel. Penelitian mengenai rantai pasok di Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Indonesia telah banyak dilakukan sebelumnya pada kuantitatif. Aktor rantai pasok buah apel yang
industri makanan dan minuman (Astuti et al. 2018; dianalisis pada penelitian ini terdiri dari petani,
Melly et al. 2019; Mustaniroh et al. 2019), komoditas pengepul, dan pengecer. Aktor rantai pasok yang
hasil perikanan (Untsayain et al., 2017; Malik et al., dipilih menjadi sampel hanya mencakup di
2021), komoditas hasil peternakan (Noerdyah et al., Kabupaten Malang. Penelitian tidak membahas impor
2020), komoditas hasil pertanian dan perkebunan karena struktur informasi yang tidak jelas. Biaya yang
(Slamet et al., 2017; Amalia et al., 2018; Astuti et al., dihitung pada penelitian ini adalah biaya variabel.
2019; Dharmawati et al., 2020; Dania et al., 2021; Biaya investasi tidak dihitung dalam penelitian ini.
Effendi et al., 2021; Purnomo et al., 2021; Susanto et
al., 2021; Kusumaningtyas et al., 2022), komoditas Variabel Penelitian
hasil hutan (Saputra et al., 2018), dan di bidang Variabel yang digunakan dalam penelitian
logistik (Pradita et al., 2020). Penelitian tersebut saling mempengaruhi elemen-elemen dalam rantai
belum meninjau keberlanjutan rantai pasok yang pasok buah apel. Variabel dibagi berdasarkan 3
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan dimensi keberlanjutan, yaitu ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Penelitian tentang keberlanjutan rantai lingkungan. Variabel dan deskripsi operasional yang
pasok juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
(Choirun et al., 2020; Putri et al., 2020), tetapi Tabel 1.
penelitian tersebut tidak berobjek komoditas yang
Populasi dan Sampel
merupakan komoditas spesifik daerah. Komoditas
Populasi pada penelitian ini adalah semua
speifik daerah perlu dipertahankan untuk
aktor rantai pasok apel di Kabupaten Malang.
menggerakkan perekonomian dan sebagai identitas
Penentuan sampel dipilih dengan sengaja berdasarkan
daerah tersebut. Oleh karena itu, analisis
metode purposive sampling, yaitu memilih subjek
keberlanjutan rantai pasok apel sebagai komoditas
berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan oleh
spesifi di Kabupaten Malang dilakukan pada
peneliti (Carter et al., 2011). Pemilihan sampel pada
penelitian ini.
penelitian ini berdasarkan pada arahan dari penyuluh
Analisis keberlanjutan rantai pasok dilakukan
petani di Kecamatan Poncokusumo, Kepala Seksi
menggunakan dinamika sistem. Dinamika sistem
Perbenihan dan Perlindungan Hortikultura dari Dinas
dapat mendeskripsikan dengan baik aliran bahan dan
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
material dalam permasalahan rantai pasok. Dinamika
Malang, serta sekertaris Badan Pengembangan
sistem juga dapat melakukan simulasi keseluruhan
Potensi Daerah Kabupaten Malang. Sampel pada
rantai pasok untuk menemukan kebijakan yang
penelitian ini terdiri dari 53 petani apel, 3 pengepul
optimal berdasarkan modifikasi model dan umpan
apel, dan 20 pengecer buah apel yang melakukan
balik informasi. Informasi tersebut dapat membantu
kegiatan di Kabupaten Malang. Responden pakar
pengambil keputusan untuk memahami hubungan
dilibatkan pada penelitian ini untuk memastikan
beberapa faktor dengan tujuan yang ingin dicapai
bahwa struktur dan logika model sudah sesuai dengan
(Tan et al., 2018; Rebs et al., 2019; Song et al., 2019).
sistem secara nyata. Daftar responden pakar yang
Keunggulan dinamika sistem adalah kemampuannya
terlibat dalam validasi konstruksi dapat dilihat pada
menyimulasikan umpan balik antar variabel dan
Tabel 2.
mengidentifikasi waktu tunda pada hubungan antar
Analisis Data model. Jika tidak terdapat error, maka model telah
Analisis simulasi dilakukan dengan dinamika terverifikasi.
sistem. Analisis diawali dengan membuat causal loop Validasi konstruksi pada model bertujuan
diagram (CLD) menggunakan aplikasi Vensim untuk memastikan bahwa strukur model sudah sesuai
Personal Learning Edition (PLE). CLD berisi dengan konstruksi model pada sistem nyata. Jika
hubungan sebab akibat antar variabel yang hubungan sebab akibat pada model tidak sesuai
mempengaruhi rantai pasok buah apel. CLD dengan kenyataan, maka model simulasi tidak dapat
diterjemahkan lebih rinci dengan membuat stock and menghasilkan rekomendasi (Kurnianingtyas et al.,
flow diagram (SFD) menggunakan aplikasi Powersim 2020). Validasi konstruksi membutuhkan bantuan
Studio 10. SFD berisi formulasi matematika yang dari responden pakar yang memahami sistem secara
akan digunakan untuk melengkapi logika sistem. nyata dan juga disesuaikan dengan teori yang telah
Validasi dan verifikasi model kemudian dilakukan ada.
sebelum mensimulasikan beberapa skenario dalam Validasi menggunakan uji Mean Absolute
penelitian ini. Jika model telah valid dan terverifikasi, Precentage Error (MAPE) untuk mengetahui
maka simulasi model dapat dilakukan. Tahap analisis kesesuaian data hasil simulasi dengan data aktual.
data dan pemodelan sistem pada penelitian ini dapat Perhitungan uji MAPE dilakukan menggunakan
dilihat pada Gambar 1. rumus (1).
Kriteria ketepatan model adalah sangat tepat Budidaya apel di Kabupaten Malang saat ini
jika MAPE < 5%, tepat jika 5%<MAPE<10%, dan dilakukan di 5 kecamatan, yaitu Kecamatan
tidak tepat jika MAPE>10% (Ustriyana, 2014). Tumpang, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pujon,
Kecamatan Poncokusumo, dan Kecamatan
Karangploso. Kecamatan Poncokusumo memiliki
lahan apel terbanyak di Kabupaten Malang (Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Malang, 2019). Luas Kecamatan Poncokusumo
sekitar 3,46 persen dari total luas Kabupaten Malang,
yaitu sekitar 100,43 km2 (BPS Kabupaten Malang,
2020).
Jenis apel yang dibudidayakan di Kecamatan
Poncokusumo adalah apel manalagi, apel anna, dan
apel rome beauty. Petani menanam pohon apel
dengan jumlah dan jenis pohon apel sesuai
keinginannya. Penanaman pohon apel tersebut tidak
berdasarkan permintaan dari pengepul. Petani
membutuhkan waktu 5-6 bulan untuk satu siklus
tanam apel dari proses perompesan hingga panen
sehingga petani dapat melakukan panen apel
sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Luas lahan tanam
apel di Kecamatan Poncokusumo pada tahun 2018
tersisa 433 hektar dengan rata-rata produktivitas
11kg/pohon atau 20.000 kg/Ha/tahun (Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Gambar 1. Analisis data dan pemodelan sistem Malang, 2019).
Petani menginformasikan waktu panen apel
kepada pengepul tiga hari sebelumnya. Pengepul
HASIL DAN PEMBAHASAN kemudian melakukan panen dan membawa buah apel
hasil panen tersebut dari tempat petani. Pembayaran
Rantai Pasok Apel di Kabupaten Malang
dilakukan oleh pengepul secara mengangsur sesuai
Anggota primer pada rantai pasok apel di
dengan harga dan waktu yang disepakati bersama
Kabupaten Malang adalah petani, pengepul, industri
antara petani dan pengepul. Pengepul kemudian
pengolahan apel, pengecer, dan konsumen akhir.
melakukan sortasi buah apel di gudang milik
Anggota rantai pasok sekunder pada rantai pasok apel
pengepul. Ketersediaan buah apel diinformasikan
di Kabupaten Malang adalah lembaga pemerintah dan
oleh pengepul kepada pengecer. Pembayaran
lembaga keuangan. Anggota sekunder rantai pasok
dilakukan oleh pengecer sesuai dengan harga yang
ini berperan mendukung secara teknis, finansial, dan
disepakati bersama antara pengepul dan pengecer.
kebijakan pada seluruh kegiatan rantai pasok apel di
Pengecer lokal Malang Raya dapat melakukan
Kabupaten Malang. Salah satu contoh peran anggota pembayaran secara cash atau transfer kepada
sekunder rantai pasok apel di Kapubaten Malang pengepul. Pengecer dapat memilih sendiri buah apel
adalah pemberian contoh lapang secara rutin bagi yang akan dibeli di gudang pengepul atau meminta
petani apel dari Balai Penelitian dan Pengembangan
pengantaran buah apel oleh pengepul. Jika buah apel
Daerah Kabupaten Malang dan hibah pohon
yang diantarkan pengepul tidak sesuai dengan
cangkokan apel dari Dinas Tanaman Pangan dan
permintaan pengecer, maka pengecer
Hortikultura Kabupaten Malang. Penelitian ini hanya
mengembalikannya dan pengepul mengganti dengan
membahas anggota rantai pasok primer dengan aliran
buah apel yang sesuai dengan permintaan pengecer.
barang, finansial, dan informasi dari petani hingga
pengecer. Aliran rantai pasok pada sampel penelitian
Penyusunan Causal Loop Diagram (CLD)
ini ditunjukkan pada Gambar 2.
CLD rantai pasok apel di Kabupaten Malang
menunjukkan hubungan sebab akibat antar variabel.
CLD rantai pasok apel di Kabupaten Malang yang
ditunjukkan pada Gambar 3 dibuat berdasarkan tiga
aspek keberlanjutan, yaitu aspek ekonomi, aspek
sosial, dan aspek lingkungan. Asumsi dalam
: Aliran barang
pembuatan CLD pada penelitian ini adalah harga apel
: Aliran finansial yang digunakan dalam simulasi model dianggap
: Aliran informasi tetap, upah tenaga kerja, biaya bahan bakar, harga
pupuk, dan harga pestisida yang digunakan dalam
Gambar 2. Aliran rantai pasok pada sampel penelitian model telah memperhatikan kenaikan harga
berdasarkan data masa lalu, serta lahan yang pengepul, harga apel di tingkat pengecer, tingkat
terdegradasi juga naik (dengan pola pertanian yang konsumsi per kapita, dan pertumbuhan penduduk.
tetap) jika luas lahan naik. Sub model sosial terdiri dari variabel luas
Pada sub model ekonomi, produksi tanam, penambahan lahan, konversi lahan, lahan
dipengaruhi oleh luas panen dan produktivitas. Luas terdegradasi, penyerapan tenaga kerja per hektar,
panen dipengaruhi oleh luas tanam dan tingkat upah tenaga kerja, dan biaya tenaga kerja. Luas tanam
kegagalan panen. Variabel produksi mempengrauhi dipengaruhi oleh penambahan lahan, konversi lahan,
pendapatan petani dan pendapatan pengepul. dan lahan terdegradasi. Luas tanam mempengaruhi
Kentungan petani dipengaruhi oleh pendapatan penyerapan tenaga kerja per hektar, penentuan upah
petani, harga apel di tingkat petani, dan biaya tenaga kerja, dan biaya tenaga kerja pada biaya
operasional petani. Keuntungan pengepul operasional petani. Sub model lingkungan terdiri dari
dipengaruhi oleh pendapatan pengepul, harga apel di varibel luas tanam, penambahan lahan, konversi
tingkat pengepul, dan biaya operasional pengepul. lahan, dan lahan terdegradasi. Lahan terdegradasi
Keuntungan pengecer dipengaruhi oleh konsumsi naik seiring dengan kenaikan luas tanam sesuai
apel penduduk, harga apel di tingkat pengecer, dan dengan asumsi yang digunakan pada penelitian ini.
biaya operasional pengecer. Total permintaan adalah
kuantitas konsumsi apel oleh penduduk yang Formulasi Model Stock and Flow Diagram (SFD)
dipengaruhi oleh populasi penduduk, pertumbuhan Pembuatan SFD rantai pasok apel di
penduduk, dan tingkat konsumsi apel per kapita. Kabupaten Malang bertujuan untuk melakukan
Konstanta yang dijadikan input untuk model adalah simulasi perilaku model dinamika sistem. Simulasi
perubahan produktivitas, tingkat kegagalan panen, dilakukan selama 10 tahun, yaitu tahun 2020 hingga
biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, 2030. SFD dibagi menjadi 3 sub model yaitu
harga apel di tingkat petani, harga apel di tingkat ekonomi, sosial, dan lingkungan, yang dapat dilihat
pada Gambar 4.
Sub Model Ekonomi dapat dilihat pada rumus (2), (3), dan (4). Total
Input data yang dimasukkan ke dalam sistem permintaan merupakan total konsumsi apel penduduk
terdiri dari nilai beberapa variabel. Formulasi yang di Kabupaten Malang.
berkaitan dengan variabel permintaan dalam 1 tahun
Total konsumsi apel penduduk (kg) = Populasi penduduk x Tingkat konsumsi apel (2)
Populasi penduduk (jiwa) = Nilai populasi penduduk + Pertumbuhan penduduk (3)
Pertumbuhan penduduk (jiwa) = Nilai populasi penduduk x Laju pertumbuhan penduduk (4)
Produksi (kg) = (Luas panen x Produktivitas) x 2 (5)
Produktivitas (kg/Ha) = Produktivitas + Perubahan Produktivitas (6)
Luas panen (Ha) =Luas tanam – (Tingkat kegagalan panen x Luas tanam) (7)
Luas tanam (Ha) = Luas tanam awal + Penambahan lahan – Konversi lahan – Lahan terdegradasi (8)
Pendapatan Petani (Rp) = Produksi x harga tingkat petani (9)
Biaya operasional petani (Rp) = Total biaya pupuk +Total biaya pestisida + Biaya tenaga kerja (10)
Total biaya pupuk (Rp) = (Biaya pupuk per hektar x luas tanam) x 2 (11)
Total biaya pestisida (Rp) = (Biaya pestisida per hektar x Luas tanam) x 2 (12)
Biaya tenaga kerja (Rp) = (Penyerapan TK x Upah TK per orang) x 2 (13)
Keuntungan petani (Rp) = Pendapatan petani – Biaya operasional petani (14)
Keuntungan pengepul (Rp) = (Produksi x (Harga tingkat pengepul-Harga tingkat petani)
– (Biaya transportasi+Biaya tenaga kerja) (15)
Keuntungan pengecer (Rp) = (Produksi x (Harga tingkat pengecer-harga tingkat pengepul)
- (Biaya transportasi x produksi) (16)
Penambahan lahan (Ha) = Luas tanam x tingkat penambahan lahan (17)
Konversi lahan (Ha) = Luas tanam x tingkat konversi lahan (18)
Penyerapan TK (orang) = Luas tanam x Jumlah TK per hektar (19)
Nilai populasi adalah jumlah penduduk diperoleh dari hasil wawancara dengan pengecer
Kabupaten Malang tahun 2019, yaitu 2.606.204 jiwa. adalah harga apel di tingkat pengecer Rp 20.300/kg
Laju pertumbuhan penduduk adalah 0,62 % (BPS dan biaya transportasi Rp 293/kg.
Kabupaten Malang, 2020). Pertumbuhan penduduk
merupakan penambahan jumlah penduduk Sub Model Sosial
berdasarkan laju pertumbuhan penduduk. Tingkat Formulasi pada sub model sosial terdiri dari
konsumsi apel adalah 1,08 kg/kapita/tahun (BPS, formulasi untuk variabel penambahan lahan, konversi
2020). lahan, penyerapan tenaga kerja (TK), upah tenaga
Produksi apel dipengaruhi oleh luas panen dan kerja, dan biaya tenaga kerja dalam 1 tahun.
produktivitas. Luas panen dipengaruhi oleh luas Formulasi pada sub sosial dapat dilihat pada rumus
tanam dan tingkat kegagalan panen. Formulasi (17), (18), dan (19). Formulasi luas tanam
variabel produksi dalam 1 tahun dapat dilihat pada menggunakan rumus (8) dan biaya tenaga kerja
rumus (5), (6), (7), dan (8). Panen apel dapat terjadi menggunakan rumus (13) pada sub ekonomi.
2 kali dalam satu tahun. Produktivitas apel di Data pada sub model sosial yang diperoleh
Kabupaten Malang adalah 10.000 kg/Ha dengan dari hasil wawancara dengan sampel petani adalah
perubahan produktivitas 0%/tahun. Luas tanam awal jumlah tenaga kerja 116 orang/Ha dan upah tenaga
sebesar 433 hektar dengan tingkat kegagalan panen kerja Rp 36.000/orang. Tingkat penambahan lahan
5% (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura 0%/tahun dan tingkat konversi lahan di Kabupaten
Kabupaten Malang, 2019). Malang adalah 5,86%/tahun (Dinas Tanaman Pangan
Variabel utama pada sub model ekonomi dan Hortikultura Kabupaten Malang, 2019).
adalah keuntungan petani, pengepul, dan pengecer.
Keuntungan dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya Sub Model Lingkungan
operasional. Rumus pendapatan petani, biaya Data tingkat degradasi lahan pada sub model
operasional petani, total biaya pupuk, total biaya lingkungan diperoleh dari hasil wawancara dengan
pestisida, biaya tenaga kerja, keuntungan petani, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
keuntungan pengepul, dan keuntungan pengecer Malang (2019), yaitu 5,8%/tahun. Formulasi luas
dalam 1 tahun dapat dilihat pada rumus (9), (10), (11), degradasi lahan dalam 1 tahun dapat dilihat pada
(12), (13), (14), (15), dan (16). rumus (20). Formulasi luas tanam menggunakan
Data yang diperoleh dari hasil wawancara rumus (8) pada sub ekonomi.
dengan petani adalah harga apel di tingkat petani Rp
6.850/kg, biaya pupuk Rp 2.826.000/Ha/siklus, biaya Lahan terdegradasi (Ha)
antracol Rp 6.851.600/Ha/siklus, biaya confidor Rp = Luas tanam x tingkat degradasi lahan (20)
1.200.000/Ha/siklus. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan pengepul adalah harga apel di Hasil Verifikasi dan Validasi Model
tingkat pengepul Rp 13.500/kg, biaya transportasi Rp Hasil check model pada SFD dengan aplikasi
117/kg, dan biaya tenaga kerja Rp 442/kg. Data yang Powersim Studio 10 menunjukkan bahwa pada model
tidak muncul simbol tanda tanya (?) berwarna merah menanam komoditi lain yang perawatannya lebih
dan simbol tagar (#) yang berwarrna kuning di tiap mudah dan biaya lebih murah, seperti jeruk, cabai,
variabel. Hal ini berarti tidak terdapat error pada dan sayuran.
formulasi dan satuan tiap variabel model sehingga
model telah terverifikasi. Tabel 3. Perhitungan nilai MAPE permintaan apel
Validasi pada penelitian ini dilakukan Nilai Nilai (Xm –
menggunakan validasi konstruksi berdasarkan hasil Tahun
aktual simulasi Xd)/Xd
simulasi permintaan apel dan luas lahan apel. 2011 2669749 2765529 -0.03587595
Konsumsi apel penduduk Kabupaten Malang pada 2012 2690148 2782675 -0.03439467
tahun 2012 adalah 2.690.148 kg/tahun yang 2013 2690148 2799927 -0.0408077
meningkat dari tahun 2011 dengan konsumsi 2014 2709394 2817287 -0.03982188
sebanyak 2.669.749 kg/tahun (BPS, 2020). Hasil 2015 2747860 2834754 -0.03162235
simulasi menunjukkan konsumsi apel penduduk 2016 2765529 2852330 -0.03138676
Kabupaten Malang pada tahun 2012 sebanyak 2017 2782724 2870014 -0.03136866
2.782.675 kg/tahun meningkat dari sebelumnya, yaitu 2018 2799139 2887808 -0.03167739
2.765.529 kg/tahun. Perhitingan nilai MAPE pada MAPE 3.4619
hasil simulasi permintaan apel secara lengkap dapat
Tabel 4. Perhitungan nilai MAPE luas lahan apel
dilihat pada Tabel 3. Nilai MAPE pada hasil simulasi
permintaan apel di Kabupaten Malang adalah 3,4619 Nilai Nilai (Xm –
Tahun
yang berarti data hasil simulasi sangat tepat dengan aktual simulasi Xd)/Xd
data aktual. 2011 724 798 -0.10220994
Luas lahan apel di Kabupaten Malang pada 2012 705 753 -0.06808511
tahun 2012 adalah 705 Ha. Luas lahan tersebut 2013 605 700 -0.15702479
berkurang dibanding dengan tahun 2011, yaitu 724 2014 380 419 -0.10263158
hektar (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura 2015 421 447 -0.06175772
Kabupaten Malang, 2019). Hasil simulasi 2016 430 483 -0.12325581
2017 431 427 0.009280742
menunjukkan bahwa luas lahan apel di Kabupaten
2018 473 377 0.202959831
Malang pada tahun 2012 adalah 753 hektar. Luas
MAPE 5.034
lahan tersebut berkurang dibanding dengan tahun
2011, yaitu 798 hektar. Perhitungan nilai MAPE pada
hasil simulasi luas lahan secara lengkap dapat dilihat Keuntungan petani pada tahun 2020-2030
pada Tabel 4. Nilai MAPE pada hasil simulasi luas mengalami penurunan dari Rp 44.552.582.400
lahan di Kabupaten Malang adalah 5,034 yang berarti menjadi Rp 12.895.756.714. Keuntungan pengepul
data hasil simulasi tepat dengan data aktual. mengalami penurunan dari Rp 52.990.107.000
menjadi Rp 15.338.000.443. Keuntungan pengecer
Pengembangan Skenario mengalami penurunan dari Rp 46.951.489.000
Skenario 1: tanpa perubahan model menjadi Rp 13.590.120.862. Keuntungan aktor rantai
Skenario 1 tidak melakukan perubahan nilai pasok yang menurun dapat mengganggu
variabel pada model. Skenario 1 menggambarkan keberlanjutan rantai pasok apel. Menurut Betts
kondisi yang sedang terjadi. Hasil dari skenario 1 (2015), pertanian yang berkelanjutan harus layak
menjadi perbandingan untuk skenario-skenario secara ekonomi, yaitu menghasilkan keuntungan
berikutnya. Hasil simulasi skenario 1 dapat dilihat yang konsisten dari tahun ke tahun. Penyerapan
pada Gambar 5 dengan hasil produksi pada bagian (a), tenaga kerja menurun selama tahun 2020-2030 dari
keuntungan aktor rantai pasok pada bagian (b), 50.228 orang menjadi 14.439 orang. Hal tersebut
penyerapan tenaga kerja pada bagian (c), dan luas disebabkan oleh penurunan luas tanam apel akibat
lahan terdegradasi pada bagian (d). Sumbu X adalah konversi lahan dan lahan yang terdegradasi. Konversi
tahun simulasi, yaitu 2020 hingga 2030, sedangkan lahan terjadi karena penggunaan lahan tanam apel
sumbu Y adalah parameter yang diukur menjadi lahan tanam komoditas lain (Yudichandra,
Produksi apel di Kabupaten Malang pada 2019).
skenario 1 turun hingga pada tahun ke 9 tidak dapat Luas lahan yang terdegradasi pada tahun
memenuhi permintaan. Produksi apel selama tahun 2020-2030 turun sebesar 71,05% dari 25,11 hektar
2020-2030 turun sebesar 71,05% dari 8.227.000 kg menjadi 7,27 hektar. Penelitian (Simon et al., 2011)
menjadi 2.381.307 kg. Hal tersebut disebabkan oleh mengemukakan bahwa pertanian organik dapat
luas panen yang semakin menurun. Konversi lahan diterapkan secara bertahap untuk pemulihan tanah
terjadi sebesar 5,86%/tahun dan lahan terdegradasi dengan menerapkan sistem low input terlebih dahulu,
sebesar 5,8%/tahun, sedangkan penambahan lahan yaitu membatasi penggunaan pestisida kimia
tanam apel tidak ada. Menurut Yudichandra (2019), diimbangi dengan memulai penggunaan pupuk
konversi lahan terjadi karena petani lebih tertarik organik.
Gambar 5. Hasil simulasi skenario 1: (a) produksi, (b) keuntungan aktor rantai pasok, (c) penyerapan tenaga kerja,
(d) luas lahan terdegradasi
Skenario 2: Penambahan Lahan dan Penurunan cangkokan pada penelitian ini. Formulasi tambahan
Konversi pada skenario 2 dapat dilihat pada rumus (2), (22),
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dan (23). Harga benih cangkokan apel manalagi dan
mengembangkan rantai pasok apel yang anna yang digunakan adalah Rp 28.500/buah.
berkelanjutan adalah menanam pohon apel yang baru
pada tanah yang masih sehat. Penambahan pohon Penambahan lahan (Ha/tahun) =
harus diimbangi dengan penurunan tingkat konversi DELAYMTR('Luas tanam'*'Tingkat penambahan
lahan. Menurut Kuntari dan Madiyanto (2019), salah lahan';'Waktu delay';4;0 <<Ha>>) (21)
satu masalah dalam pengembangan apel adalah Biaya bibit cangkokan (Rp/Ha) =
konversi lahan apel menjadi lahan tanaman lain 28.500 x 800 = 22.800.000 (22)
dengan komoditas yang paling banyak ditanam
adalah sayuran. Tingkat penambahan lahan pada Biaya operasional petani (Rp/tahun) =
skenario 2 diubah dari 0%/tahun menjadi Biaya tenaga kerja + biaya pupuk + biaya pestisida
1,15%/tahun, tingkat konversi turun menjadi + biaya bibit cangkokan (23)
2,93%/tahun, dan lahan terdegradasi tetap
5,8%/tahun. Skenario 2 dikembangkan berdasarkan Hasil simulasi menunjukkan bahwa produksi
data dari Balitjestro (2018) yang menyebutkan bahwa masih menurun pada skenario 2, namun produksi
pada tahun 2007-2017 terdapat penambahan lahan 2- tersebut dapat memenuhi permintaan hingga tahun
5 hektar tiap tahun. Perubahan model pada SFD 2030. Penurunan produksi terjadi sebesar 55,5% pada
skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil tahun 2020-2030 dari 8.227.000 kg menjadi
simulasi skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 7 3.660.676 kg. Produksi apel tahun 2030 pada skenario
dengan hasil produksi pada bagian (a), keuntungan 2 lebih banyak dibandingkan dengan skenario 1. Hal
aktor rantai pasok pada bagian (b), penyerapan tenaga ini disebabkan oleh peningkatan luas tanam sebagai
kerja pada bagian (c), dan luas lahan terdegradasi hasil penambahan lahan dan penurunan konversi
pada bagian (d). lahan. Menurut Saputra dan Wardana (2018), lahan
Penambahan rumus model di SFD dilakukan merupakan salah satu faktor produksi sebagai tempat
pada skenario 2, yaitu menggunakan fungsi DELAY menghasilkan produk pertanian. Keuntungan petani,
MATERIAL. Fungsi delay digunakan karena pohon pengepul, dan pengecer selama tahun 2020-2030
apel yang ditanam dari hasil cangkokan baru dapat masih turun. Keuntungan petani turun dari Rp
berbuah setelah 4 tahun. Menurut Dulkamar dalam 43.319.052.000 menjadi Rp 19.207.180.485.
Oktavia (2019), pohon apel dapat produktif sejak Keuntungan pengepul turun dari Rp 50.110.657.000
berusia 4 tahun setelah ditanam. Penanaman pohon menjadi Rp 22.297.175.880. Keuntungan pengecer
apel baru juga menambah biaya operasional yang juga turun dari Rp 53.533.089.000 menjadi Rp
dikeluarkan oleh petani yang disebut biaya benih 23.820.016.
Gambar 6. Penambahan delay dan biaya bibit cangkokan pada SFD skenario 2
Luas tanam yang tersedia pada tahun 2030 Hasil simulasi skenario 2 menunjukkan terjadi
lebih besar dibandingkan dengan skenario 1. penurunan lahan terdegradasi dari 25,11 hektar
Penyerapan tenaga kerja pada skenario 2 turun dari menjadi 11,17 hektar dengan persentase yang tetap.
50.228 orang menjadi 22.349 orang. Menurut Luas lahan terdegradasi dapat dikurangi dengan
(Firmansyah et al., 2021), upaya yang dapat melakukan efisiensi penggunaan pupuk dan pestisida
dilakukan untuk mengendalikan konversi lahan kimia serta kombinasi penggunaan pupuk dan
antara lain memberikan bantuan dan insentif bagi pestisida alami. Menurut Ruminta (2015), manfaat
petani atau pelaku di sektor pertanian, peningkatan utama pemberian bahan organik adalah memperbaiki
kapasitas sumber daya alam di bidang pertanian, dan kondisi fisik tanah dan menjamin kehidupan mikroba
penguatan kebijakan pada sektor pertanian. Upaya- sehingga perkembangan akar lebih baik dan
upaya tersebut dapat membuat petani bergairah penyerapan unsur hara lebih mudah diserap oleh
menanam apel kembali. tanaman.
Gambar 7. Hasil simulasi skenario 2 (a) Produksi (b) Keuntungan aktor rantai pasok (c) penyerapan tenaga kerja
(d) luas lahan terdegradasi
Gambar 8. Penambahan produktivitas maksimal dan biaya pemulihan lahan pada SFD skenario 3
Gambar 9. Hasil simulasi skenario 3 (a) Produksi (b) Keuntungan aktor rantai pasok (c) penyerapan tenaga kerja
(d) luas lahan terdegradasi
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada juga mempertimbangkan realitas di lapang sehingga
tahun pada tahun 2020-2025 terjadi peningkatan seluruh parameter pada hasil simulasi tidak ada yang
produktivitas sebesar 5% per tahun dengan luas panen mengalami kenaikan, namun mempertahankan
yang tetap. Penambahan luas panen yang kondisi yang ada sebaik mungkin dengan persentase
menghasilkan apel juga terjadi mulai tahun 2024. penurunan parameter yang lebih kecil.
Oleh karena itu, penurunan produksi apel dari tahun Skenario yang direkomendasikan untuk
2020-2030 memiliki angka lebih kecil dibandingkan keberlanjutan rantai pasok apel berdasarkan hasil
dengan skenario yang lain. simulasi adalah skenario 3. Rangkuman hasil simulasi
Hasil produksi apel dapat memenuhi dapat dilihat pada Tabel 5. Penambahan lahan sebesar
permintaan dari tahun pertama sehingga permintaan 1,15%/tahun, menurunkan konversi lahan menjadi
dari luar Kabupaten Malang dapat terpenuhi. Menurut 2,93%/tahun, dan meningkatkan produktivitas
Widianto (2020), produksi apel selama ini dikirim ke sebanyak 5%/tahun dilakukan pada skenario 3. Hasil
pasar di Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan skenario 3 menunjukkan penurunan paling sedikit
Jakarta. Apel jenis manalagi dan rome beauty sering pada produksi apel, keuntungan petani, keuntungan
digunakan pada acara keagamaan di Bali, antara lain pengepul, dan keuntungan pengecer. Luas lahan
Galungan dan Kuningan. Hasil simulasi skenario 3 terdegradasi pada skenario 3 lebih besar daripada
pada aspek ekonomi menunjukkan bahwa skenario lainnya karena luas tanamnya juga lebih
keuntungan petani, pengepul, dan pengecer besar. Persentase luas lahan terdegradasi adalah
mengalami penurunan sebanyak 33,8%. Keuntungan 5,8%/tahun. Hasil simulasi skenario 3 telah
petani, pengepul, dan pengecer turun paling sedikit memberikan hasil yang lebih baik berdasarkan
pada tahun 2024-2025 dibandingkan dengan tahun realitas di lapang.
lain dalam periode simulasi. Pengendalian lahan dan peningkatan
produktivitas berdasarkan hasil simulasi memberikan
Rekomendasi Kebijakan hasil yang lebih baik pada keberlanjutan rantai pasok
Pengembangan komoditas apel di Kabupaten apel di Kabupaten Malang. Menurut Mockshell and
Malang telah menjadi perhatian pemerintah Villarino (2018), produktivitas dan luas lahan saling
Kabupaten Malang. Dinas Tanaman Pangan dan berhubungan dan mempengaruhi produksi komoditas
Hortikultura pada tahun 2008 telah membuat pertanian. Jika menambah atau mempertahankan
Masterplan Agropolitan yang berisi rencana lahan pertanian akibat tingkat konversi yang semakin
pengembangan komoditas apel di Kecamatan tinggi tidak dapat dilakukan, maka optimalisasi
Poncokusumo dan Kecamatan Pujon. Dinas Tanaman penggunaan lahan untuk meningkatkan produktivitas
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Malang pada dapat dilakukan.
tahun 2016 juga membuat Road Map Penguatan Upaya penambahan lahan dapat dilakukan
Sistem Inovasi Daerah untuk upaya pemulihan melalui pelatihan secara teori dan praktek secara
komoditas apel di Kabupaten Malang. Usaha yang langsung di lapang. Pelatihan memberikan hasil yang
telah dilakukan mencakup pemberian pelatihan dan positif bagi petani. Petani memiliki pengetahuan baru
penyuluhan kepada petani, pemberian hibah pohon dan muncul keinginan untuk menanam apel kembali
apel, dan percontohan pemulihan lahan apel di (Kuntari dan Madiyanto, 2019). Menurut Jin et al.
Kecamatan Poncokusumo. Upaya-upaya tersebut di (2022), upaya pemberian fasilitas budidaya apel yang
lapang belum memberikan hasil yang maksimal berkelanjutan memerlukan kebijakan yang
karena beberapa hal, seperti konversi lahan yang mendorong petani dapat mengadopsi inovasi dan
masih dilakukan oleh petani, iklim yang berubah, teknologi baru yang menghasilkan manfaat sosial dan
serta kemunculan hama dan penyakit denggan lingkungan, serta membantu petani mengurangi risiko
varietas baru. Penentuan skenario pada penelitian ini kerugian finansial dalam produksi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk perlu disempurnakan dengan kualitas dan kuantitas
mengendalikan konversi lahan antara lain pemberian data yang lebih lengkap.
bantuan dan insentif bagi petani atau pelaku di sektor
pertanian, peningkatan kapasitas sumber daya alam di DAFTAR PUSTAKA
bidang pertanian, dan penguatan kebijakan pada
sektor pertanian (Firmansyah et al., 2021). Amalia RR, Hairiyah N, Nuryati N. 2018. Analysis of
Peningkatan produktivitas pada apel dapat dilakukan mechanical damage and shelf life on dragon
dengan berbagai cara, antara lain pemulihan tanah fruit supply chain in tanah laut regency.
dan tanaman, penggunaan teknologi yang ramah Indonesia Jurnal Teknologi dan Manaemenj
lingkungan, mencegah konversi lahan (Ruminta, Agroindustri. 7(2):107–115.
2015). Solusi lain untuk meningkatkan produktivitas doi:10.21776/ub.industria.2018.007.02.5.
apel sehingga keberlanjutan rantai pasok dapat Aminudin M, Mahbubi A, Puspita Sari RA. 2014.
tercapai adalah mulai menerapkan pertanian organik. Simulasi model sistem dinamis rantai pasok
Menurut Kuntari dan Madiyanto (2019), pertanian kentang dalam upaya ketahanan pangan
organik dapat memberikan manfaat, antara lain nasional. Agribus Jurnal 8(1):1–14.
menghasilkan produk bersih dan sehat serta dapat doi:10.15408/aj.v8i1.5125.
meningkatkan produksi apel. Anggara DS, Suryanto A, dan Ainurrasjid. 2017.
Kendala produksi apel (Malus sylvestris Mill)
KESIMPULAN DAN SARAN var. manalagi di desa Poncokusumo Kabupaten
Malang. Jurnal Produksi Tanam. 5(2):198–
Kesimpulan 207.
Produksi apel yang terus menurun akibat Astuti R, Dewi IA, dan Levitasari N. 2019. Risk in
degradasi lahan, konversi lahan, perubahan iklim, dan the supply chain of organic rice: an example
umur pohon yang tua dapat mengganggu from Mojokerto Regency, Indonesia.
keberlanjutan rantai pasok apel di Kabupatan Malang. Advances Economics, Business and Manageme
Penelitian ini melakukan simulasi model rantai pasok nt Research 100 Icoi:98–102.
apel berdasarkan beberapa skenario yang doi:10.2991/icoi-19.2019.18.
memperhatikan realitas di lapang. Pengembangan Astuti R, Prastiani T, dan Sucipto. 2020. Supply
keberlanjutan rantai pasok apel di Kabupaten Malang Chain Analysis of Local Beef in Malang ,
dapat dilakukan berdasarkan simulasi menggunakan Indonesia.
dinamika sistem. Skenario dengan penurunan nilai Astuti R, Purbianita T, dan Setiyawan D. 2018.
parameter terkecil adalah skenario 3, yaitu 40,37% Pengaruh supply chain management terhadap
untuk produksi, 33,8 % untuk keuntungan petani, kinerja usaha: studi empiris pada umkm brem
pengepul dan pengecer, 55,5% % untuk penyerapan padat di kabupaten madiun. Pros Semin Nas
tenaga kerja dan 53,4 % untuk luas lahan Agrol 40 Peluang dan Tantangan di Era Digit
terdegradasi. Hasil tersebut lebih baik jika Sekol Pascasarj IPB dan Kongr ke-2 ISLI., siap
dibandingkan dengan penurunan tiap parameter pada terbit.
kondisi saat ini, yaitu 71,05%. Balitjestro. 2014. Permasalahan apel di kota Batu.
Skenario terbaik yang dapat disarankan dari Kementeri Pertan., siap terbit. [diakses 2020
penelitian ini adalah penambahan lahan apel sebesar Nov 11].
1,15%/tahun, konversi maksimal 2,93%/tahun dan http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/permas
peningkatan produktivitas 5%/tahun. Pengendalian alahan-apel-di-kota-batu/.
lahan dan peningkatan produktivitas dapat menjaga Balitjestro. 2018. Perkembangan Apel Di
ketersediaan apel dalam 10 tahun, yang selanjutnya Poncokusumo. Malang: Badan Penelitian
dapat menjaga keberlanjutan rantai pasok apel di Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika.
Kabupaten Malang. Kebijakan yang dapat dilakukan Betts N. 2015. Introduction to Sustainable
antara lain memberikan pelatihan dan pendampingan Agriculture. Minist Agric Food Rural Aff
bagi petani, memberikan insentif bagi petani, Ontario., siap terbit.
penguatan kebijakan pada komoditas apel, melakukan http://www.omafra.gov.on.ca/english/busdev/f
pemulihan tanah, dan peralihan menuju pertanian acts/15-023.htm.
organik. BPS Kabupaten Malang. 2017. Produksi Buah-
buahan Menurut Kecamatan dan Jenis Buah Di
Saran Kabupaten Malang, 2016. Malang: Badan
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk Pusat Statistik Kabupaten Malang.
melengkapi variabel yang dapat mengukur lebih BPS Kabupaten Malang. 2020. Penduduk, Luas
lengkap dari aspek ekonomi (memperhatikan Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut
fluktuasi harga dan biaya), sosial (kesejahteraan Kecamatan, Tahun 2015-2020.
tenaga kerja), dan lingkungan (limbah yang Carter RE, Lubinsky J, dan Domholdt E. 2011.
dihasilkan dari budidaya apel). Model penelitian Rehabilitation research : principles and
applications. USA: St. Louis, Mo. : Elsevier