Laporan Kasus Persalinan Endorphin Massage

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. S G4P3A0H3 UK 39-40


MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERINE DAN
PENGARUH ENDORPHIN MASSAGE TERHADAP
PENURUNAN NYERI DI PMB NURAIDAH

Disusun Oleh:
Yolanda
PO71242220023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan laporan kasus dengan
judul ”Asuhan Kebidanan Persalinanan Normal Pada Ny. S di PMB Nuraidah Jambi” ini
degan baik. Shalawat serta salam senantiasa tecurahkan kepada Rasul Allah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang benderang ini.
Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam
pembelajaran praktik klinik kebidanan komprehensif di program studi Profesi jurusan
kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya
kritik serta saran demi perbaikan yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.

Jambi, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan........................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Persalinan................................................................ 4
B. Konsep Nyeri.................................................................................. 30
C. Teori EBM Pada Pada Persalinan Dengan Endorphin Massage.... 32

BAB 3 TINJAUAN KASUS


A. Tinjauan Kasus................................................................................ 36

BAB 4 PEMBAHASAN
A. Pembahasan.....................................................................................51

BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 53
B. Saran............................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman dari
setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala empat
dan upaya pencegahan komplikasi teutama perdarahan pasca persalinan,
hipotemi serta asfiksia pada payi baru lahir.
Kualitas asuhan persalinan normal merupakan pelayanan asuhan
persalinna yang bersih dan aman di setiap tahapan persalinan dan dapat
memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan dari klien atas pelayanan yang
telah diberikan. Asuhan persalinan normal bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.
AKI di Indonesia sendiri pada tahun 2015 memang telah mengalami
peurunan yaitu dari 359 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. angka
kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu
yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor
determinan lainnya. (Kemnekes RI 2015).
Pada kala I persalinan, kontraksi uterus menyebabkan dilatasi serviks
dan mendorong janin melalui jalan lahir.Kontraksi uterus pada persalinan
menimbulkan rasa nyeri. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan
menyebar ke daerah lumbal punggung dan menurun ke paha. Penanganan
nyeri dalam persalinan merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh
pemberi asuhan. Penolong persalinan seringkali melupakan untuk
menerapkan tehnik pengontrolan nyeri, hal ini akan menyebabkan ibu
bersalin memiliki pengalaman persalinan yang buruk, mengalami trauma
persalinan yang dapat menyebabkan postpartum blues, maka sangat penting
untuk penolong persalinan memenuhi kebutuhan ibu akan rasa aman dan
nyaman.
Endorphin Massage merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan
yang cukup penting diberikan pada wanita hamil, di waktu menjelang hingga
saatnya melahirkan. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh

1
untuk melepaskan senyawa Endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan
dapat menciptakan perasaan nyaman. Endorphin Massage yang merupakan
teknik sentuhan serta pemijatan ringan yang dapat menormalkan denyut
jantung dan tekanan darah serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu
dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit (Kuswandi, 2011).
Dari uraian di atas penulis tetarik untuk mengambil studi kasus
dengan asuhan kebidanan komprehensif persalinan normal pada Ny.S
G4P3A0H3 UK : 39 – 40 minggu janin tunggal hidup intrauterine dan
pengaruh endorphin massage terhadap penurunan nyeri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan ”Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di
PMB Nuraidah”.

C. Tujuan
1. Umum
Dilaksanakan Asuhan Persalinan Normal pada Ny “S” Gestasi 39-40
minggu di PMB Nuraidah.
2. Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data pada Ny. S di PMB Nuraidah
Jambi Tahun 2022
b. Mampu melakukan interprestasi data pada Ny. S di PMB Nuraidah
Jambi Tahun 2022
c. Mampu menentukan Diagnosa Potensial Pada Ny. S di PMB Nuraidah
Jambi Tahun 2022
d. Mampu melakukan Tindakan Segera pada Ny. S di PMB Nuraidah
tahun 2022
e. Mampu melakukan perencanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. S di
PMB Nuraidah tahun 2022
f. Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. S di PMB
Nuraidah tahun 2022

2
g. Mampu melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan pada Ny. S di PMB
Nuraidah tahun 2022

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi bagi rekan-rekan mahasiswa kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
khususnya pada Asuhan Persalinan Normal di PMB Nuraidah Jambi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses alami yang berlansung dengan sendirinya,

persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang

membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,

pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba.

2019).

Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal, dimana

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu). Peran ibu itu sendiri sangat penting dalam proses persalinan dan

peran petugas kesehatan membantu persalinan untuk mendeteksi dini

adanya komplikasi sedangkan peran keluarga memberikan dukungan pada

ibu bersalin (Saifudin, 2016).

2. Patofisiologi Persalinan
a. Tanda-tanda Persalinan Sudah dekat
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang di
sebut dengan kala pendahuluan. Ini memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1) Lightening
Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
karena kepala bayi sudah memasuki pintu atas panggul yang
disebabkan oleh : Kontraksi braxton hicks, ketegangan otot,
ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin kepala
kearah bawah.

4
2) Terjadinya his permulaan
Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone dan
estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering yang disebut his
palsu, sifat his palsu yaitu rasa nyeri ringan dibagian bawah,
datanganya tidak teratur, tidak ada perubahan serviks,
durasinya pendek, tidak bertambah jika beraktivitas (Ai
Nursiah, dkk, 2014: 6).
b. Tanda-tanda Persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah : (Ari
Kurniarum, 2016:6-7)
1) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut degan his persalinan yaitu his pembukaan
yang mempunyai sifat sebagai berikut:
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
b) Pinggang teasa sakit dan menjalar kedepan
c) Sifatnya teratur, inteval makin lama makin pedek dan
kekuatannya makin besar
d) Mempunyai pegaruh pada pendataran dan atau pembukaan
servix
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang megakibatkan perubahan pada servix
(frekuesi minimal 2 kali dalam 10 meit). Kontraksi yang
terjadi dapat meyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan servix.
2) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai taanda pemula.
3) Bloody show ( lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang

5
sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capilair
darah terputus.
4) Premature rupture of membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong
dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput
janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap
atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang
ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang
selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian
persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar (power)
terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan yang
terdiri dari kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma
pelvis atau kekuatan mengejan dan kontraksi ligamentum
rotundum.
2) Tenaga mengejan
Power atau tenaga yang mendorong anak keluar.
Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna dengan sifat-sifat:
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dominan
c) Relaksasi
d) Involunter : terjadi di luar kehendak
e) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
f) Terasa sakit.

6
g) Terkoordinasi
h) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan
psikis.
Perubahan-perubahan akibat his:
- Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatisair ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement)
dan terbuka (dilatasi).
- Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia uterus dan kontraksi uterus.
Juga ada nadi dan tekanan darah.
- Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter
kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung
janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas di dengar
karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-benar
terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada
kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia
dengan denyut jantung janin di atas 160/menit, tidak
teratur.
b. Passage (Jalan Lahir)
Passage way merupakan jalan lahir dalam persalinan
berkaitan dengan keadan segmen atas dan segmen bawah rahim
pada persalinan. Segmen atas memegang peran yang aktif karena
berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan. Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peran
pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena
peregangan. Jalan lahir terdiri dari pelvis dan jaringan lunak
serviks, dasar panggul, vagina dan itroitus (bagian luar/lubang luar
dari vagina).
c. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)

7
1) Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin (Ai Nursiah, dkk, 2014:
39).
2) Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan normal (Widia,
2015: 29).
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran
yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang
menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin,
dengan demikian pembentukan komponen amnion yang
mencegah ruptur atau robekan. Penurunan ini terjadi atas 3
kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan amnion
dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara
dan saluran serviks yang terjadi di awal persalinan, dapat juga
karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama
ketuban masih utuh (Widia, 2015: 29).
d. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan
melancarkan sirkulasi darah. Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk, jongkok.
e. Factor Psikis (Psikologi)
Psychology adalah respon psikologi ibu terhadap peoses
persalinan. Faktor sosial terdiri dari persiapan fisik maupun mental
melahirkan, nilai dan kepercayaan sosiobudaya, pengalaman
melahirkan sebelumnya, harapan terhadap persalinan, kesiapan

8
melahirkan, tingkat pendidikan, dukungan orang yang bermakna
dan status emosional.
4. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Pembukaan)
1) Pengertian Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)
hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu terdiri atas
dua fase, yaitu :
2) Perubahan Fisiologi Pada Kala I
a) Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400ml darah dikeluarkan dari
uterus dan masuk kedalam sistem vaskuler ibu. Ini
mengakibatkan curah jantung meningkat 10%-15%
b) Perubahan tekanan darah
Pada ibu bersalin, tekanan darah mengalami
kenaikan/peningkatan selama terjadi kontraksi. Kenaikan
sistolik 10-20 mmHg, rata-rata naik 15 mmHg dan
kenaikan diastolik berkisar antara 5-10 mmHg dan antara
dua kontraksi, tekanan darah akan kembali normal pada
level sebelum persalinan.
Rasa sakit,takut, cemas dan posisi ibu saat pengukuran
tekanan darah juga akan mempengaruhi pemeriksaan.
c) Perubahan metabolisme
Peningkatan metabolisme ini ditandai dengan
meningkatnya suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, cardiac
output dan kehilangan cairan.
d) Perubahan suhu
Perubahan suhu dianggap normal tidak melebihi 0,5-
10C. Apabila melebihi 0,5-10C dan berlangsung lama, maka
harus dipertimbangkan kemungkinan ibu mengalami
dehidrasi atau infeksi.

9
e) Perubahan denyut nadi
Mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi
selama persalinan
f) Perubahan pernafasan
Hiperventilasi yang memanjang merupakan kondisi
abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis respiratorik
yaitu rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing
dan hipoksis.
g) Perubahan ginjal
Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya curah
jantung selama persalinan dan meningkatnya filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal. Kandung kemih yang
penuh bisa menjadi hambatan untuk penurunan kepala
janin.
h) Perubahan gastrointestinal
Pergerakan lambung dan absorbsi pada makanan padat
sangat berkurang selama persalinan.
i) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram per 100ml
j) Perubahan pada uterus
- Kontraksi uterus
- Perubahan serviks
3) Perubahan Psikologis Kala I
a) Fase laten
- Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
- Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
- Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara
20-30 detik.

10
b) Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.
- Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-
rata 1 cm per jam (nulipara atau primagravida) atau lebih
dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin (JNPK-RR: 38)
4) Partograf
Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala
satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan patograf adalah untuk :
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan
dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara
dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi
ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi
baru lahir.

Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan


Selama fase laten, semua asuhan, mengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkan secara terpisah,
baik di catatan kemajuan persalian maupun di Kartu Menuju

11
Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus ditulis setiap
kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua
asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara
seksama, yaitu :
a) Denyut jantung janin : setiap ½ jam
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
c) Nadi : ½ jam
d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
g) Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4
jam
Pencatatan selama fase aktif persalinan
Halaman depan patograf mengintruksikan observasi
dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan
kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, yaitu ;
a) Informasi tentang ibu :
- Nama, umur
- Gravida, para, abortus (keguguran)
- Nomor catatan medik/nomor puskesmas
- Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah,
tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat
ibu)
- Waktu pecahnya selaput ketuban.
b)Kondisi janin :
- DJJ
- Warna dan adanya air ketuban
- Penyusupan (molase) kepala janin
c) Kemajuan persalinan :
- Pembukaan serviks

12
- Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
- Garis waspada dan garis bertindak
d)Jam dan waktu :
- Waktu mulai fase aktif persalinan
- Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
e) Kontraksi uterus :
- Frekuensi dan lainnya
- Lama kontraksi (dalam detik)
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan :
- Oksitosin
- Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
g) Kondisi ibu :
- Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
- Urine (volume, aseton atau protein)
Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
(dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi patograf atau
di catatan kemajuan persalinan.

b. Kala II
1) Pengertian Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
2) Tanda dan Gejala Kala II
Tanda dan Gejala Kala II persalinan adalah :
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

13
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui pemeriksa dalam
(informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
a) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina 5-6
cm.
3) Mekanisme Persalinan Normal
Pada akhir kala 1, segmen uterus, serviks, dasar panggul,
dan pintu keluar vulva membentuk satu jalan lahir yang
continue. Gaya yang diperlukan untuk mengeluarkan janin
berasal dari aktifitas otot uterus dan dari otot abdomen sekunder
dan diagfragma, yang memperkuat kontraksi sewaktu kepala
janin melewati panggul, kepala bayi akan melakukan gerakan-
gerakan utama meliputi :
a) Turunnya kepala Turunnya kepala di bagian dalam :
- Masuknya kepala dalam Pintu Atas Panggul
(PAP)/Engagement
Masuknya kepala kedalam PAP pada primigrafida
terjadi di bulan akhir kehamilan sedangkan pada
multigrafida biasanya terjadi pada awal persalinan.
Kepala masuk ke PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan flexi yang ringan. Masuknya
kepala melintasi PAP dalam kuadran syinclitismus,
yaitu arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang PAP atau sutura sagitalis terdapat ditengah-
tengah jalan lahir/ tepat diantara simpisis dan
promotorium sehingga, dari parietal depan dan
belakang sama tingginya.
Kepala yang masuk dengan keadaan asyinclitismus
yaitu arah kepala janin miring dengan bidang PAP atau
sutura sagitalis agak kedepan mendekati simfisis/agak
kebelakang mendekati promotorium. Asyinclitismus
posterior bila sutura sagitalis mendekati simpisis dari

14
parietal biasa lebih rendah dari parietal depan, atau
apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip
kebelakang dengan PAP. Asyinclitismus anterior yaitu
bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga
parietal depan lebih rendah dari parietal belakang, atau
apabila arah sumbuh kepala membuat sudut lancip ke
depan PAP.
- Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah
kepala masuk kerongga panggul dan biasanya baru
mulai pada kala II. Pada multipara majunya kepala dan
masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi secara
bersamaan. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan
fleksi, putaran faksi dalam, dan extensi. Penyebab
majunya kepala : Meningkatnya cairan intra uterin,
tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan
mengedan, melurusnya badan anak oleh pelurusan
bentuk rahim.
- Flexi
Dengan majunya kepala, biasanya flexi juga
bertambah hingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari
ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya flexi
ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui
jalan lahir : diameter sub occipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan sub occipito frontalis (11 cm). Penyebab
flexi yaitu dikarenakan anak didorong maju dan
sebalikanya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, cerviks, dinding panggul atau dasar panggul,
akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak
simetris dengan sumbu mendekati sub occiput, tahanan
oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala anak akan
menurun/menurut hukum Koppel.

15
- Putaran paksi dalam
Yang dimaksud putaran paksi dalam ialah
pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan memutar kedepan
kebawah symfisis. Pada presentasi belakang kepala
bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang memutar kedepan kebawah symfisis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran
kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dan bentuk jalan
lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri,
tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai hodge III, kadang-
kadang baru setelah kepala sampai didasar panggul.
Penyebab putaran paksi dalam yaitu dikarenakan,
pada letak fleksi bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah dari kepala, bagian terendah dari
kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat
sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis, m.
levator ani kiri dan kanandan ukuran terbesar dari
bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.
- Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai
didasar panggul, terjadilah extensi atau defleksi dari
kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas,
sehingga kepala harus mengadakan extensi untuk
melaluinya. Pada kepala terjadi dua kekuatan, yang satu
mendesaknya kebawah dan satunya disebabkan tahanan
dasar panggul yang menolaknya keatas. Resultannya
ialah kekuatan kearah depan atas.

16
Setelah subociput tertahan pada pinggir bawah
symfisis maka yang dapat maju karena kekuatan
tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan
subociput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir
atas perineum ubun-ubn besar, dahi hidung, mulut dan
akhirnya dagu dengan gerakan extensi. Subociput yang
menjadi pusat pemutaran disebut hypomochilion.
- Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar
kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan
torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam. Gerakan ini disebut putaran retribusi (putaran
balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum
sepihak (disisi kiri). Gerakan yang terakhir ini adalah
putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari pintu bawah panggul.
- Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai
dibawah sympysis dan menjadi hypomochilion dan
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir
searah dengan paksi jalan lahir (Ai Nurasiah, dkk 2014:
144).
4) Langkah-langkah Pertolongan Persalinan Normal
Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
a) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II
- Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (doran)
- Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rectum dan vagina (teknus)
- Perineum tampak menonjol (perjol)

17
- Vulva dan singter ani membuka (vulka)
b) Menyiapakan pertolongan persalinan
- Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolon persalinan dan
menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL.
- Pakai celemek palastik
- Mencuci tangan (sekitar 15 detik) dan keringkan dengan
tissue/handuk. 5) Pakai sarung tangan DDT pada tangan
yang digunakan untuk PD.
- Masukkan oksitosin kedalam spuit (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT/steril, pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada spuit).
c) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
- Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya
dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas DTT.
- Lakukan pemeriksaan dalam (PD) untuk memastikan
pembukaan lengkap (bila selaput ketuban belum pecah
dan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi).
- Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
- Periksa DJJ setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus
bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).
d) Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
- Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan
posisi yang nyaman dan seusuai dengan keinginannya.
- Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
(Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang

18
kuat, bantu ibu keposisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
- Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa
ada dorongan kuat untuk meneran.
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan ektif.
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai;
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya, kecuali posisi terlentang dalam dalam waktu
yang lama; Anjurkan ibu untuk istirahat diantara
kontraksi;
- Anjurkan keluarga memberi dukungandan semangat
untuk ibu; Berikan asupan peroral yang cukup;
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai; Segera rujuk
jika bayi belum atau tidak akan segera lahir stelah 120
menit meneran (primigravida) atau 60 menit meneran
(multigravida).
- Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
- Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
- Letakkan kain bersihyang di lipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu.
- Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
- Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala
Bayi

19
- Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
- Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
- Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan. Lahirnya Bahu
- Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparietal. Lahirnya Badan dan Tungkai
- Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
- Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki serta
pegang masing-masing kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya.
g) Penanganan Bayi Baru Lahir
- Lakukan penilaian selintas
 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan ?
 Apakah bayi bergerak aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau
mengap-mengap lakukan langkah resusitasi (lanjut
kelangkah resusitasi pada asfiksia BBL).
- Keringkan tubuh bayi Keringkan bayi mulai dari muka,
kepala, bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks caseosa. Ganti handuk yang
basah dengan handuk kering. Biarkan bayi di atas perut
ibu.

20
- Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal)
- Beritahu ibu bahwa ia akan di suntikkan oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
- Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menuntikkan oksitosin).
- Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong tali
pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada
2 cm distal dari klem pertama.
- Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan
pengguntikan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
dengan sisi lainnya.
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
telah di sediakan.
- Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi,
letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.
- Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi dikepala bayi.
c. Kala III
1) Pengertian Kala III
Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan merupakan

21
kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala
pengeluaran bayi) persalinan.
2) Tanda-tanda Lepasnya Plasenta
- Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi kahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya bidawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus
berbentuk segi tiga, atau seperti buah pir atau alpukat
dan fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah ke
sisi kanan)
- Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
(tanda ahfeld)
- Semburan darah mendadak dan sinngkat
Darah yang terkumpul kebelakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacenta
pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta yang lepas.
3) Metode Pelepasa Plasenta
- Metode Sculze
Metode yang lebih umum terjadi adalah plasenta terlepas
dari satu titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam
kanton amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada
vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang
seperti payung terbalik saat terlepas dari dinding uterus.
- Metode Matthews Duncan
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke
vulva dengan batas lateral terlebih dahulu sperti kancing
yang memasuki lubang baju, sehingga sebagian plasenta
tidak berada dalam kantong. Walupun demikian sebagian

22
selaput ketuban berpotensi tertinggal dengan metode ini
karena selaput ketuban tidak terlupas semua selengkap
metode Schulze. Metode ini berkaitan dengan plasenta letak
rendah didalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih
lama dan darah yang hilang sangat banyak karena hanya
sedikit serat obilik dibagian bawah segmen.
4) Pengeluaran Plasenta
Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah
rahim, kemudian melalui serviks, vagina dan dikeluarkan ke
introitus vagina.
Dari tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga
mengedan, 20% secara spontan dan selebihnya memerlukan
pertolongan. Plasenta dikeluarkan dengan melakukan tindakan
manual apabila : perdarahan lebih dari 400 sampai 500 cc,
terjadi retensio plasenta, bersamaan dengan tindakan yang di
sertai narkaosa, dari anammese terdapat perdarahan hibitualis.
Lahirnya plasenta lebih baik dengan bantuan penolong
dengan sedikit tekanan pada fundus uteri setelah plasenta lepas.
Tetapi pengeluaran plasenta jangan dipaksakan sebelum terjadi
pelepasan karena di khawatikan menyebabkan inversio uteri.
Traksi pada tali pusat tidak boleh digunakan untuk menarik
plasenta keluar dari uterus. Pada saat korpus ditekan, tali pusat
tetap di regangkan. Maneuver ini diulangi sampai plasenta
mencapai introitus, setelah introitus penekanan dilepaskan.
Tindakan hati-hati diperlukan untuk mencegah membran
tidak terputus dan tertinggal jika mambrane robek pegang
robekan tersebut dengan klem dan tarik perlahan. Periksa
plasenta secara hati-hati untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta yang tertinggal.
5) Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
- Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.

23
- Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas
simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
- Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kea rah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah
belakang-atas (dorso cranial) secara hatihati (untuk mencegah
inversion uteri).
 Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting
susu.
- Mengeluarkan Plasenta
- Lakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso
carnial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses jalan
lahir (tetap melakukan tekanan dorso cranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta.
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat :
 Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
 Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung
kemih parah.
 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya.

24
 Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera
lakukan plasenta manual.
- Saat plasenta muncul di intoitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar
palsenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
di sediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung
tangan DTT/steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarakan bagian selaput
yang tertinggal
- Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
- Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di undus
dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
6) Pemeriksaan Plasenta
Pemeriksaan plasenta meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Selaput ketuban utuh atau tidak.
- Plasenta (ukuran plasenta) yang terdiri atas : bagian
maternal, jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon,
bagian fetal, utuh atau tidak.
- Tali pusat meliputi : jumlah arteri dan vena adalah arteri
atau vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta
suksenturia, dan insersi tali pusat apakah sentral,
marginal, panjang tali pusat.
d. Kala IV
Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta
lahir lengkap, hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau
penolong persalinan masih mendampingi ibu setelah persalinan
selama 2 jam (2 jam postpartum). Dengan cara ini kejadian-

25
kejadian yang tidak diinginkan karena perdarahan postpartum
dapat dikurangi atau dihindarkan.
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari
plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan
selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam
waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan
terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan
rangsangan taktil (masase) fundus uteri, dan bila perlu dilakukan
kompresi bimanual.
1) Pemeriksaan Serviks, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir,
periksa darah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir,
vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema
dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terluka dan
terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan
mengalami lecet (Ai Nursiah, dkk 2014: 182)
2) Pemantauan dan Evaluasi Lanjut
Pemantauan dan evaluasi lanjutan kala empat meliputi:
a) Tanda Vital
- Tekanan darah dan Nadi
Tekanan darah yang normal adalah <140/90 mmHg.
Sebagian Ibu mempunyai tekanan darah <90/60 mmHg.
Jika denyutan nadinya normal, maka tekanan darah yang
rendah seperti ini tidak akan menjadi masalah. Akan
tetapi, jika tekanan darah <90/60 mmHg dan nadi
>100x/menit, maka ini mengindikasikan suatu masalah.
Bidan seharusnya mengumpulkan data-data yang lain
untuk membuat diagnosa. Mungkin ibu termasuk sedang
mengalami demam atau terlalu banyak mengeluarkan
darah. Pantau tekanan darah, dan nadi setiap 15 menit
sselama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama

26
satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak
normal, tingkatkan observasi dan penilaian kondisi ibu.
- Suhu
Suhu tubuh normal adalah <380C, apabila suhu ibu
mencapai >380C, kemungkinan yang terjadi adalah
infeksi atau dehidrasi. Untuk dapat menegakkan
diagnosa dengan benar bidan harus mengumpulkan data-
data lain untuk menunjang masalah tersebut. Ibu
mungkin mengalami dehidrasi karena persalinan yang
lama dan tidak cukup minum atau mungkin mengalami
infeksi. Pantau suhu tubuh setiap jam dalam dua jam
pertama pasca persalinan. Jika meningkat, pantau dan
tatalaksana sesuai apa yang diperlukan.
b) Tinggi Fundus Uteri dan Kontraksi Uterus
Palpasi uterus untuk menentukan tonus dan tinggi
fundus uteri. Uterus akan terasa lembek jika tidak
berkontraksi dengan baik. Tinggi fundus yang normal
segera setelah persalinan adalah setinggi umbilikus. Jika
ibu tersebut sudah berkali-kali melahirkan anak, atau jika
anaknya adalah kembar atau bayi yang besar, maka tinggi
fundus uteri yang normal adalah di atas umbilikus. Bidan
harus mengetahui batasan tinggi fundus uteri yang normal
dari ibu tersebut. Jika bidan menemukan tinggi fundus uteri
yang lebih tinggi, maka bidan harus mengumpulkan data-
data lain untuk mengetahui apakah kontraksinya cukup
memadai atau kandung kemihnya penuh atau tidak. Jika
tinggi fundus uteri lebih tinggi dari normal, bidan perlu
melakukan langkah-langkah yang spesifik. Apabila tinggi
fundus uteri lebih tinggi dari normal disebabkan oleh
kandung kemih yang penuh, maka bidan harus membantu
ibu untuk mengosongkannya. Apabila uterus lembek dan
terjadi perdarahan, lakukan pelaksanaan atonia uteri.

27
Masase uterus bertujuan untuk merangsang uterus
agar berkontraksi dengan baik. Lakukan masase setiap 15
menit selama satu jam pertama setiap 30 menit selama satu
jam kedua kala empat.
c) Darah (lokhia)
Melalui proses katabolisme jaringan, uterus dengan cepat
menurun dari sekitar 1000 gram pada saat kelahiran menjadi
sekitar 50 gram pada saat tiga minggu masa nifas. Serviks
juga kehilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti
sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah
kelahiran, sekret rahim (lokhia) tampak merah (lokhia rubra)
karena adanya eritrosit. Setelah 3-4 hari, lokhia menjadi
lebih pucat (lokhia serosa) dan di hari ke-10 lokhia tampak
putih atau putih kekuningan (lokhia alba). Lokhia yang
berbau busuk diduga adanya endometriosis. Nilai jumlah
darah yang keluar. Periksa perineum dan vagina setap 15
menit selama satu jam pertama setiap 30 menit selama jam
kedua pada kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
lakukan penanganan lanjutan.
d) Kandung kemih
Apabila uterus naik di dalam abdomen, dan tergeser
kesamping, hal ini biasanya merupakan pertanda kandung
kemih penuh. Kandung kemih yang penuh akan
mengganggu penilaian nyeri dan prosedur pervaginam.
Pantau kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala
empat.
e) Perineum
Perhatikan dan temukan penyebab perdarah dari laserasi
atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi
perineum. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya
robekan.

28
3) Penatalaksanaan kala IV
1) Menilai perdarahan.
- Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik dan tempat
khusus.
- Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan
penjahitan.
2) Melakukan prosedur pasca persalinan.
- Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
- Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada
ibu paling sedikit 1 jam.
- Setelah 1 jam, lakukan penimbangan dan pengukuran
bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K
1 mg IM di paha kiri antero lateral.
- Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B dipaha kanan antero lateral.
3) Evaluasi
- Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervaginam
- Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
- Evaluasi dan estimulasi jumlah kehilangan darah.
- Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
- Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5 0 C) l. Kebersihan dan Keamanan

29
- Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
clorin 0,5 % untukdekontaminasi.
- Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat
yang sesuai.
- Bersikan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihakan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
- Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu
memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk meberi ibu
minuman dan makanan yang diinginkan.
- Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5
%
- Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5 %, balik bagian dalam keluar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
- Cuci kedua tangan dengan sabut dan air mengalir.
d) Dokumentasi
- Lengkapi partograf (halaman delapan dan belakang),
periksa tanda-tanda vital dan asuhan kala IV (Widia,
2015: 152-161).

1. Konsep Nyeri
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan
sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Intensitas
nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual
dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan 15 pendekatan objektif yang paling mungkin
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007: 73). Beberapa

30
hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara
lain:
a. Intensitas Nyeri

Minta individu untuk membuat tingkatan nyeri pada


skala verbal, misal : tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang,
nyeri berat, hebat atau sangat nyeri, atau dengan membuat skala
nyeri yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat
kuantitatif dengan menggunakan skala 0 – 10 yang bermakna
0 = tidak nyeri, dan 10 = nyeri sangat hebat.
b. Karakteristik Nyeri

Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan


lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan),
irama/periodenya (terus menerus, hilang timbul, periode
bertambah atau berkurangnya intensitas) kualitas (nyeri
seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial,
atau bahkan seperti digencet) (Tamsuri, 2007: 73).

c. Skala Atau Pengukuran Nyeri


1) Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana

Gambar 2.1 Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana 16

Keterangan :
1 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan


baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.

31
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
2) Skala Nyeri Muka
Gambar 2.2 Skala Nyeri Muka

B. Konsep Dasar Manajemen


1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan

masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah

dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses

pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode

yang terorganisir melalui tindakan logika dalam memberi pelayanan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan

kebidanan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri

dengan evaluasi. Tahapan dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada

7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan

klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan

32
sekarang, pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus

memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber

dan menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan

masalah. Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun

keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering

berhubungan dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan

suatu kenyataan yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan

diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa

yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama

klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan

data baru segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan

suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk

menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

33
Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien

serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi

meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling,

bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis.

Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus

didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus

berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya serta

situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan

oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi

ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi

bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan

yang diberikan kepada klien. (Varney, 2019:1958).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup

nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta

keluhankeluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada

klien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

34
b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah

yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan

dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi

ancaman keselamatan ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan

oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah

pasien/klien. (Wahyuningsih, 2018:267).

C. Evidence Based Midwifery (EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi

berdasarkan pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan

(Gray, 1997).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru

dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi

(Jayanti, 2020).

35
2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan

evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi

angka kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang dialami selama

persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki

keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya

dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena

di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada

sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu

pelayanan kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu

tantangan profesi kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan

kasus yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil

penelitian dapat diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan

pasien.

36
4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari

internet maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin,

atau CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar

namun banyak pula yang public domain.

5. Evidece Based Midwifery pada kasus

- Hasil Penelitian Wiwi & Adi (2019) mengenai Efektifitas Endorphin


Massage Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I pada Ibu Bersalin
didapatkan hasil intensitas nyeri persalinan Kala I sebelum intervensi rata-
rata sebesar 6,38 dan sesudah intervensi rata- rata sebesar 5,19. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Endorphin Massage efektif untuk
meurunkan intensitas nyeri persalinan Kala I pada ibu bersalin dengan
nilai p-value 0,001.
- Penelitian yang dilakukan Dedeh & Astrit (2021) dengan judul Pengaruh
Pijat Endorphin Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Bersalin Kala I Fase
Aktif di PMB Sri Budhi Rahayu S,ST Depok menunjukkan 33 responden
ibu bersalin kala I fase aktif yang mengalami nyeri berat dengan skala 7-9
yang diukur dengan analog scale. Sebelum di lakukan pemijatan
endorphin didapatkan hasil bahwa yang mengalami nyeri sedang sebanyak
10 responden dengan presentase 32,4%, dan nyeri berat 20 responden
58,8%, nyeri sangat berat 3 responden 8,8%, setelah dilakukan pemijatan
endorphin didapatkan hasil yang mengalami nyeri sedang 19 responden
57,6%, nyeri berat 12 responden 36,4% dan nyeri sangat berat 2 responden
6,1%.
- Hasil penelitian Benny Karuniawati (2019) mengenai Pengaruh Massage
Endorphin Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I di dapatkan hasil
terjadi penurunan skala nyeri setelah perlakuan dimana sebelum masaage
endhorpin terdapat 22,6% skala nyeri sangat berat, namun setelah
dilakukan massage endhorpin tidak ada responden dengan skala nyeri
sangat berat.

37
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. IDENTIFIKASI DATA DASAR


Tanggal/Jam : 03 November 2022 / 13.30 WIB
1 Biodata
Nama klien/ibu : Ny.S Nama suami : Tn. K
Umur : 35 Tahun Umur : 42 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : RT 03 S.IV.Sipin No :

Penanggung jawab
Nama : Tn.K
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : RT. 03 S.IV.Sipin
No. Telp/HP :-
Hubungan dengan klien: Suami
KELUHAN UTAMA
Nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang, adanya lendir bercampur darah dan
ketuban sudah pecah
2. Riwayat kehamilan pesalinan dan nifas yang lalu

No Tgl Tempat Umur Jenis Penolong Peny Anak Keadaan


Tahun Partus Hamil Persalinan Persalinan ulit Kel/ Anak sek
Partus BB
1 2003 Pmb Aterm Spontan Bidan - 3000g hidup
r/ Lk
2 2007 Pkm Aterm Spontan Bidan - 3300g Hidup
r/ PR

38
3 2014 PMB aterm Spontan Bidan - 3200/ Hidup
Lk
4 Ini

3. Riwayat Kehamilan Saat Ini : G4 P3 A0 H3


Masalah yang pernah dialami :
Hamil muda : tidak ada
Hamil tua : tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga dan atau operasi yang lalu: (jenis
penyakit/operasi, dimana dan kapan)
Tidak ada
5. Makan/Minum/Eliminasi
Makan : 3-4 Kali/hari
Minum : ± 8 Gelas/hari
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi : Nasi, sayur-sayuran,
ikan/ayam, susu, dan air putih
BAK : 10 kali/hari
BAB : 1 Kali/hari
6. Psikososial
Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : diharapkan
Social support dari : suami dan keluarga besar

B. DATA OBYEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK) :


1. Keadaan Umum : gelisah
Tanda-tanda vital
TD : 116/80 mmHg
Pernapasan : 21 x/menit
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Turgor : Baik
Mata : Sklera tidak ikterus, konjuntiva tidak pucat, penglihatan jelas,
tidak menggunakan alat bantu

39
Muka : tidak tampak kelainan
Payudara : simetris
Putting Susu : menonjol dan bersih
Areola Mammae : bersih
Pengeluaran ASI : tidak tampak kolostrum
Abdomen : Bekas Operasi tidak ada

PEMERIKSAAN KHUSUS
PALPASI :
Leopod 1 :TFU 30 cm, teraba kurang bulat, lunak, dan tidak melenting
(bokong).
Leopod 2 : Teraba panjang, memapan,tidak putus-putus di sebelah kanan
( PU-KA ) dan teraba bagian-bagian kecil janin disebelah kiri.
Leopod 3 : Teraba bulat,keras, melenting ( kepala )
Leopod 4 : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP ( Konvergen 0/5 ).
TFU : 30 cm
Penurunan : Sudah masuk PAP ( Konvergen 0/5)
TBJ : 3.000 gram
Lain-lain : tidak ada
AUSKULTASI
DJJ : 140 kali/menit teratur
PERKUSI
Refleks Patella : (++) positif
Ano-genetalia
Vulva : Bersih
Pengeluaran : Darah-Lendir
Hemorroid : Tidak Ada
TOUCHER/PERIKSA DALAM
Tanggal / pukul : 03 November 2022/ 13.40 wib
Portio : Tipis
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : (-)

40
Presentase : Kepala
Penurunan : 0/5
3. Pemeriksaan Penunjang : Hb : 11 gr/dL, tanggal : 20 September 2022

C. Diagnosa Atau Masalah


Ibu datang dengan keluhan nyeri perut menjalar sampai ke pinggang,
keluar lendir bercampur darah, ibu mau melahirkan

II. INTERPRETASI DATA


1. Data subjektif :
Ibu mengatakan nyeri perut sampai kepinggang dan sudah mengeluarkan
lendir-darah. Ibu kelihatan gelisah dan cemas ketika menghadapi
persalinan
2. Data objektif :
a. Keadaan Umum : baik
b. Tanda-tanda Vital :
TD : 116/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24x/menit
DJJ : 140 x/menit
c. Palpasi
Leopold I : TFU 30 cm serta teraba kurang bulat, lunak dan tidak
melenting (bokong)
Leopold II : teraba panjang, memapan, tidak putus-putus disebelah
kanan (Pu Ka) dan teraba bagian-bagian kecil janin disebelah kiri
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (Konvergen 0/5)
d. Diagnosa : G4P3A0H3 usia kehamilan 39-40 minggu, JTH,
Intrauterin, Preskep
e. Masalah : tidak ada
f. Kebutuhan :

41
1) Istirahat yang cukup
2) Nutrisi yang cukup (Roti, biskuit, sayuran, buah-buahan, jus)

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada data yang mengarah pada munculnya diagnosa potensial

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada tindakan segera karena tidak ada data yang
mengarah pada munculnya diagnosa potensial

V. PERENCANAAN

PERENCANAAN
DIAGNOSA NAMA
TANGGAL/
DAN PERENCANAN RASIONALISAI &
PKL
MASALAH PARAF
3 November Ibu S G4 P3 1. Lakukan 1. Informed
2022/ 13.50 A0 H3 Informed consent adalah
WIB inpartu kala I consent persetujuan
uang diberikan
pada
keluarga/dasar
penjelasan
mengenai
tindakan medis
yang dilakukan
terhadap pasien
tersebut
2. Lakukan
anamnesa
2. Dengan
melakukan
anamnesa maka
data pasien akan
didapatkan
3. Lakukan
pemeriksaan
fisik
- tentukan tinggi 3. Untuk
fundus uteri mengetahui
- pantau kondisi
kontraksi kesehatan ibu
dan bayi serta

42
uterus tingkat
- pantau DJJ kenyamanan
- tentukan fisik saat ibu
presentasi bersalin
- tentukan
penurunan
bagian bawah
janin

4. Lakukan
periksa dalam 4. Pemeriksaan
setiap 4 jam dalam
dilakukan
berdasarkan
indikasi (his
tanda gejala
kala 2, dan
pecah ketuban)
5. Beritahu
pasien hasil
pemeriksaan 5. Dengan ibu
mengetahui
hasil
pemeriksaan ,
maka ibu tidak
6. Lakukan akan cemas
persiapan
asuhan
persalinan 6. Dengan
- Persiapan melakukan
ruangan persiapan
- Persiapan persalinan
perlengkapan, tenaga
bahan dan kesehatan dapat
obat-obatan menyiapkan
ruang serta
7. Berikan perlengkapan,
asuhan sayang bahan dan obat-
ibu obatan sesuai
- Berikan kebutuhan
dukungan pasien
emosional
- Berikan 7. Asuhan sayang
pengaturan ibu membantu
posisi ibu dan
keluarganya
- Berikan cairan
untuk merasa
dan nutrisi
aman dan
- Berikan

43
Endorphin nyaman selama
Massage proses
persalinan.

8. Catat
kemajuan 8. Dengan
persalinan mencatat
dalam kemajuan
partograf persalinan
untuk menilai
pembukaan
serviks ibu
9. Lakukan
pendokumenta 9. Sebagai alat
sian bukti dan data
akurat
mengenai
keterangan
klien.

44
VI. PELAKSANAAN
Diagnosis/masalah :
Ny S G4 P3 A0 H3 inpartu kala 1 fase aktif

NAMA
TANGGA
CATATAN PELAKSANAAN &
L & PKL
PARAF
3 November 1. Melakukan informed consent tentang tindakan
2022/ 13.50 yang akan dilakukan
WIB 2. Melakukan anamnesa
3. Melakukan pemeriksaan fisik
- Menentukan Tinggi Fundus Uteri
Leopold 1 : TFU 30 cm, teraba kurang bulat, lunak,
dan tidak melenting (bokong)
Leopold 2 : teraba panjang, memapan, tidak putus-
putus di sebelah kanan (PUKA) dan teraba bagian-
bagian kecil janin disebelah kiri
Leopold 3 : teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold 4 : bagian terbawah janin sudah masuk
PAP (konvergen 0/5)

TD : 112/87 mmHg
N : 89 x/mnt
Rr : 22 x/mnt
S : 36,6 0C
4. Melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam
5. Memberitahu pasien hasil pemeriksaan
6. Melakukan persiapan asuhan persalinan
- Mempersiapkan ruangan
- Mempersiapkan perlengkapan bahan dan obat-
obatan
7. Memberikan asuhan sayang ibu
- Memberikan dukungan emosional
- Memberikan pengaturan posisi
- Memberikan cairan dan nutrisi
- Memberikan Endoprhin Massage
8. Mencatat kemajuan persalinan dalam partograf
9. Melakukan pendokumentasian

45
VII. EVALUASI
NAMA &
TANGGAL/PKL EVALUASI
PARAF
03 November 1. Ibu telah melakukan informed consent
2022/ 13. 50 2. Ibu bersedia untuk anamnesa
3. Ibu telah mengerti hasil pemeriksaannya
bahwa janin yang ada didalam kandungan ibu
baik, janin hidup tunggal, begitu pula dengan
keadaan ibu yang baik
4. Ibu telah mengerti mengapa dilakukan
pemeriksaan dalam setiap 4 jam
5. Ibu telah mengetahui hasil pemerikasaan
dalam pembukaan 8 cm
6. Ibu merasa nyaman diruangan yang telah
disiapkan dan kelengkapan bahan serta obat-
obatan
7. Ibu merasa nyaman dan rileks saat diberikan
endorpin massage
8. Ibu bersedia untuk miring kiri agar sirkulasi
darah ibu ke janin lancar/ tekanan pembuluh
darah besar aorta dan vena cava inferior, bisa
meningkat bila ibu hamil tidur dalam posisi
terlentang.
9. Pencatatan kemajuan persalinan telah
dilakukan
10. Pendokumentasian telah dilakukan

46
LAPORAN PERSALINAN

Nama Ibu : Ny. S


Umur : 35 tahun
Alamat : Rt. 03.S.IV.Sipin
Ibu datang : 03 November 2022 Pukul 13.30 WIB
Keluhan :Nyeri perut bagian bawah menjalar kepinggang, kontraksi dan ada
mengeluarkan lendir bercampur darah dari vagina.

Tanggal/Jam Laporan persalinan


Kala I Ibu datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah menjalar
03 kepinggang dan mengeluarkan lendir bercampur darah dilakukan
November pemeriksaan TTV ; TD:116/80 mmHg, S: 36,5°C N: 82 x/i, Rr:
2022 13:30 21x/i. Dilakukan pemeriksaan kebidanan didapatkan pembukaan: 8
cm, portio tipis dan lunak, ketuban utuh, TFU: 30cm, Preskep,
Kontraksi baik.

Kala II Terdapat tanda dan gejala kala II yaitu adanya dorongan meneran,
16:00 tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva vagina serta
spingter ani membuka. K/U:Baik, TD:110/70 mmHg, S:36,6°C
N:88 x/i, Rr:21x/I, His : 5x dalam 10 menit frekuensi 50 detik,
Pembukaan:10 cm, portio tidak teraba, tidak teraba bagian kecil,
kepala crowning dan meletakkan handuk bersih diatas perut ibu,
menahan perineum dengan duk stenen, setelah kepala bayi lahir
pegang kepala secara biparietal, melahirkan bahu depan atau
anterior kearah bawah dan melahirkan bahu belakang atau
posterior kearah atas, melakukan sanggah susur untuk melahirkan
tubuh bayi, selipkan telunjuk diantara kedua tungkai, Bayi lahir
spontan segera menangis kuat . mengeringkan dan menghangatkan
bayi, pastikan tidak ada janin kedua, melakukan penyuntikan
oksitosin, mengklem dan memotong tali pusat, meletakkan bayi
diantara kedua payudara ibu lalu menyelimuti ibu dan bayi.

Kala III Mengecek tanda pelepasan plasenta, tali pusat memanjang dan ada
16.30 semburan darah, tangan kiri diletakkan disupra pubik menekan
korpus uteri tangan kanan melakukan PTT, setelah plasenta
tampak diintroitus vagina sambut plasenta dengan tangan kiri dan
kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput
plasenta lahir lengkap.

Kala IV - K/U : Baik

48
16.40 TD : 110/80 mmHg
N : 90x/i
Rr : 21x/i
S : 36,5°cn

- Perdarahan : ±150 cc
Kontraksi : Baik
Laserasi : Tidak ada
TFU : 2 jari dibawah pusat

- Bayi :
BB : 3300 gr
PB : 50 cm
LK : 34 cm
JK : Laki-laki
Anus : (+)
Cacat : (-)

49
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan data dasar


Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa masalah yang ada pada Ny.
S adalah kurangnya adaptasi terhadap rasa nyeri pada waktu kontraksi dan cemas
dalam menghadapi persalinan. Nyeri yang muncul pada saat proses persalinan,
diakibatkan karena munculnya respon dari psikis dan refleks fisik. Peningkatan
aktivitas sistem saraf simpatik timbul sebagai respon terhadap nyeri dan dapat
mengakibatkan perubahan warna kulit, tekanan darah, nadi, dan respirasi.
Perubahan afektif bisa berupa rasa cemas, menangis, mengerang, otot yang tegang
diseluruh tubuh, mapun gerakan tangan yang menandakan rasa nyeri yang
dialami.

4.2 diagnosa kebidanan

Ny. S dengan Asuhan Persalinan Normal ditegakkan berdasarkan adanya


keluhan yaitu nyeri pada perut bagian bawah yang menjalar kepinggang, yang
disertai dengan adanya pelepasan lendir bercampur dengan darah, dan sifat nyeri
yang dirasakan hilang timbul dan semakin lama semakin sering dan kuat, serta
pada pemeriksaan dalam di dapatkan pembukaan serviks 8 cm.
4.3 Identifikasi Masalah Potensial
Untuk mengatasi nyeri persalinan dapat dilakukan dengan metode
farmakologis dan nonfarmakologis. Metode farmakologis bisa berupa pemberian
obat obatan sedangkan Metode nonfarmakologis yaitu dengan menggunakan
Teknik Endhorpin. Endorphin Massage merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan
ringan yang cukup penting diberikan pada wanita hamil, di waktu menjelang
hingga saatnya melahirkan. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh
untuk melepaskan senyawa Endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan
dapat menciptakan perasaan nyaman (Kuswandi, 2011).

50
Endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya. Beberapa
diantaranya adalah, mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seks,
mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stres,
serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endorphin dalam tubuh bisa dipicu
munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam dan
relaksasi, serta meditasi (Kuswandi, 2011).

4.4 Mengidentifikasi Perlunya Tindakan Segera / Kalaborasi


Sebagai pemecahan masalah kurangnya adaptasi Ny. S terhadap rasa nyeri,
penulis memberikan Endorphin Massage selama kontraksi dan mengajarkan
suami serta keluarga untuk melakukannya. Dengan teknik Endorphin Massage
dapat membantu ibu untuk mengurangi rasa nyeri dan membuat ibu rileks serta
nyaman dalam menghadapi persalinan.
Sejalan dengan penelitian Karuniawati, Benny (2019) yang dilakukan pada
22 orang ibu bersalin didapatkan hasil bahwa sebelum tindakan nilai rata-rata 7,9
dan setelah dilakukan tindakan turun menjadi 5,6. Diperkuat juga dengan
terjadinya penurunan skala nyeri setelah perlakuan dimana sebelum Endorphin
Massage terdapat 22,6% skala nyeri sangat berat, namun setelah dilakukan
Endorphin Massage tidak ada responden dengan skala nyeri sangat berat.
Penelitian yang dilakukan oleh Rodiyah & Rachmawati (2021) didapatkan
hasil skala nyeri pada ibu bersalin sebelum di lakukan pijat endorphin dari 33
responden yang mengalami nyeri berat sebanyak 58,8% dan yang mengalami
nyeri sedang sebanyak 32,4% dan setelah dilakukan pijat endoprhin yang
nengalami rasa nyeri berat menurun menjadi sebanyak 36,4% dan yang
mengalami nyeri sedang sebanyak 57,6%.
4.5 Rencana Tindakan

Sesuai dengan teori beberapa penelitian hasil yang di dapat dari Endorphin
Massage memiliki efektivitas menurunkan intensitas nyeri kala I pada ibu bersalin
dengan cara sentuhan halus pada tubuh ibu yang membuat ibu merasa lebih
nyaman serta rileks dalam menjalani proses persalinan dimana hal tersebut yang
dapat membuat ibu merasakan penurunan dalam merasakan nyeri sehingga ibu
bisa menyambut proses persalinan dengan tenang.

51
4.6 Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Semua rencana telah dilaksanakan seluruhnya dengan menyesuaikan
dengan kondisi keadaan dan kebutuhan ibu, Dalam pelaksanaan tindakan asuhan
kebidanan, penulis tidak menemukan hambatan, karena adanya kerjasama dan
penerimaan yang baik dari klien dan keluarga serta dukungan dari pembimbing.
(maternity,dainty,DKK 2016)
4.7 Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
Adapun evaluasi yang dimaksud untuk memperoleh dan memberi nilai
terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan kriteria yang diberikan
kepada Ny.S di PMB Nuraidah tahun 2022. Hal tersebut terjadi karena
manajemen asuhan yang diberikan sesuai dengan teori dan sesuai dengan
wewenang bidan.(sarwono 2018)

52
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan Asuhan Persalinan Normal
dilakukan dengan teknik pendekatan asuhan kebidanan yang dimulai dari
pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian
dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan
yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.
2. Diagnosa Ny. S dengan Asuhan Persalinan Normal ditegakkan
berdasarkan adanya keluhan yaitu nyeri pada perut bagian bawah yang
menjalar kepinggang, yang disertai dengan adanya pelepasan lendir
bercampur dengan darah, dan sifat nyeri yang dirasakan hilang timbul
dan semakin lama semakin sering dan kuat, serta pada pemeriksaan
dalam di dapatkan pembukaan serviks 8 cm.
3. Rencana tindakan yang telah disusun pada Ny “S” bertujuan agar ibu
mendapatkan penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan
kondisinya dan mencegah terjadinya komplikasi serta mencegah
terjadinya trauma berat pada ibu dan bayinya.
4. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai
dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat
lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.
5. Tindakan evaluasi pada Ny “S” dengan Asuhan Persalinan Normal telah
diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana
asuhan kebidanan serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi
dapat teratasi.
6. Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 03 November 2022 di
PMB Nuraidah. Pengkajian dilakukan mulai dari pasien datang sampai
proses persalinan dari Kala I sampai Kala IV selesai.

53
7. Ada pengaruh pemberian Endorphin Massage terhadap penurunan
intensitas nyeri kala I persalinan.

B. Saran
1. Saran untuk institusi kebidanan
Dapat digunakan sebagai acuan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk Asuhan
Kebidanan Persalinan fisiologis.
2. Saran untuk Lahan Praktik
Diharapkan bidan dapat menerapkan metode pengendalian nyeri
non farmakologis Pijat Endorphin kepada ibu bersalin untuk mengurangi
tingkat nyeri yang dirasakan selama inpartu kala I fase aktif

54
DAFTAR PUSTAKA

Ari Kurniarum, S.SiT., M. K. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL


Komperhensif.

Ilmiah, Widia Shofa. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal,Yogyakarta: Nuha


Medika, 2015.

Indrayani & Moudy. 2016. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Trans Info Media

JKPK-KR depkes RI. 2013 Asuhan Persalinan Normal. Jakarta

Karuniawati, Benny. 2019. Pengaruh Massage Endorphin Terhadap Intensitas


Nyeri Persalinan Kala I. PSNKH/2686-5521/Tahun 2019

Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan dalam Kerangka Sistainable Development


Goals (SDG'S). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.

Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: BPPSDM

Kuswandi, 2011. Asuhan Kebidanan: Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Lailiyana, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: EGC

Mufdlilah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nurha Medika

Nurasiah, Ai, dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT.
Refika Aditama.

Manuaba, Ida Bagus Gede, dkk, 2019. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB. Jakarta EGC

Maryunani, Anik. 2010. Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara Penangananya.
Jakarta: TIM.

Obstetri Fisologi UNPAD Bandung

Saifuddin, (2016) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Sarwono.2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina


Pustaka
Setiawati, Dewi. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan, Makassar : Alauddin
University Press, 2013.
Tamsuri,2007, Konsep Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta

Varney, H., Kriebs, J. M., dan Gegor, C. L. 2007. Buku Saku Asuhan Kebidanan
Varney Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai