Asuhan Kebidanan Menopause Lengkap
Asuhan Kebidanan Menopause Lengkap
Asuhan Kebidanan Menopause Lengkap
H DENGAN KELUHAN
HOT FLUSHES DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI
PROVINSI SULAWESI TENGAH
DISUSUN OLEH
RAHMI
BOTANG NIM.
052022164
PERSADA 2023
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
Jl. Dr. Ratulangi Telp. (0471) 33114848 Kota Palopo
Halaman Persetujuan
Laporan Praktik Klinik Praktik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause ini telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
(……..…………………………) (……………….………………)
Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Prodi Profesi Bidan
Halaman Pengesahan
Laporan Praktik Klinik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause ini telah disahkan
sebagai tugas laporan Praktik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause mahasiswa
Profesi bidan Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada Palopo
Palopo,……………..………….
(……..……………………) (……………………………)
B. ETIOLOGI
Penyebab hot flashes masih belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, para ahli
menduga keluhan ini terjadi karena adanya penurunan kadar hormon estrogen yang
memengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih sensitif
terhadap perubahan suhu. Selain perubahan hormon, gaya hidup, seperti kebiasaan
merokok, konsumsi minuman beralkohol dan kafein, konsumsi makanan pedas, dan
kebiasaan memakai pakaian yang terlalu ketat, juga diyakini berkaitan dengan
kemunculan hot flashes ini.
C. KLASIFIKASI
Hot flashes adalah gejala menopause yang bisa terjadi saat Anda menjalani fase
transisi kehidupan ini. Rata-rata, menopause terjadi pada usia akhir 40-an hingga awal
50-an. Hal ini bisa berbeda-beda tergantung masing-masing orang.
E. PATOFISIOLOGI
Meskipun penelitian ekstensif, patofisiologi hot flashes tidak sepenuhnya
dipahami. Timbulnya hot flashes dihipotesiskan terkait dengan disfungsi nukleus
termoregulasi, yang penting dalam mengatur rentang homeostatis dan suhu inti
tubuh. Inti termoregulasi mempertahankan suhu inti tubuh dalam rentang homeostatis
yang disebut zona termoregulasi. Berkeringat terjadi ketika suhu inti tubuh meningkat
di atas ambang atas zona termoregulasi, sedangkan menggigil terjadi ketika suhu inti
turun di bawah ambang bawah zona ini. Freedman menemukan bahwa wanita yang
mengalami hot flash menunjukkan zona termoregulasi yang lebih kecil, yang
mengarah ke kemungkinan lebih besar untuk melewati ambang ini dan dengan
demikian mengembangkan keringat dan menggigil yang berhubungan dengan hot
flash.
Selain itu, saat kadar estrogen menurun pada menopause, kadar norepinefrin
meningkat, menyebabkan peningkatan reseptor serotonin hipotalamus, yang terlibat
dalam pengaturan suhu. Reseptor α-2 sentral dapat dipengaruhi oleh penipisan
estrogen, yang mengarah ke tingkat norepinefrin sentral yang lebih tinggi. Aktivasi
jalur noradrenergik dan serotonin ini selanjutnya dapat mempersempit ambang atas
zona termoregulasi, yang mengarah ke kecenderungan yang lebih besar untuk hot
flash. Namun, kadar estrogen absolut tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas hot
flashes, karena peneliti tidak menemukan korelasi yang signifikan antara kadar
estrogen plasma, urin, atau vagina dan munculnya gejala ini. Sebaliknya,
penurunan relatif kadar estrogenlah yang tampaknya memediasi perubahan sentral
pada norepinefrin dan serotonin ini. Teori ini didukung oleh temuan prevalensi hot
flashes yang lebih besar pada wanita yang mengalami penarikan estrogen akut setelah
ooforektomi bilateral dibandingkan pada mereka yang mengalami kegagalan ovarium
bertahap terkait dengan menopause alami. Menariknya, keterlibatan sistem
opioidergik telah dieksplorasi; namun, tidak ada bukti yang konsisten untuk interaksi
opiat.
F. DIAGNOSIS MEDIK
Mengalami hot flash adalah gejala, bukan penyakit, sehingga hot flash tidak dapat
didiagnosis. Mereka adalah gejala umum dari transisi menopause . Tidak ada tes yang
menunjukkan bahwa seseorang mengalami hot flashes, tetapi biasanya dapat
mengidentifikasi bahwa seseorang mengalaminya berdasarkan status menopause dan
deskripsi gejala orang tersebut.
G. PENATALAKSANAAN
Meskipun tidak bisa menghilangkan gejalanya secara permanen, cara-cara di atas
setidaknya mampu meredakan rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh hot flashes.
Selain cara-cara tadi, beberapa hal berikut juga bisa dicoba untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat hot flashes.
1. Mengenakan pakaian yang nyaman
Menggunakan pakaian yang nyaman, tidak terlalu ketat, dan berbahan dasar
katun, bisa membantumu untuk merasa lebih nyaman dan mengurangi
ketidaknyamanan saat hot flashes tiba-tiba kambuh. Karena hot flashes juga bisa
muncul di malam hari, jangan lupa untuk menjaga suhu kamar tidurmu tetap
nyaman, jangan sampai membuatmu kedinginan atau kepanasan.
2. Menerapkan pola hidup sehat
Mengubah pola hidup menjadi lebih sehat juga dapat membantumu untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat hot flashes. Upayakan untuk menjaga berat
badan tetap ideal dengan berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan
sehat. Selain itu, hindarilah merokok dan konsumsi minuman beralkohol. Batasi
juga konsumsi teh, kopi, dan makanan pedas.
3. Menjalani terapi
Terapi penggantian hormon bisa menjadi solusi untuk meredakan gejala
menopause pada wanita, termasuk hot flashes. Terapi ini dapat mencegah
gejalanya muncul kembali dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun
atau kurang. Selain itu, kamu juga bisa mencoba terapi alternatif lainnya, seperti
akupuntur. Sama halnya dengan terapi penggantian hormon, terapi ini juga
diyakini efektif untuk meredakan gejala hot flashes. Melakukan meditasi secara
rutin, menggeluti hobi, atau melakukan kegiatan positif lainnya juga bisa
membantumu untuk tidak fokus pada keluhan hot flashes.
4. Konsumsi obat-obatan
Untuk meredakan keluhan hot flashes, umumnya dokter akan meresepkan obat
hormonal, seperti estrogen. Namun, selain itu, beberapa obat tertentu,
seperti clonidine, gabapentin, atau obat antidepressan, juga bisa diresepkan dokter
untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat hot flashes. Hot flashes memang tidak
bisa dihindari. Namun, jangan sampai kehadirannya mengganggu aktivitasmu, ya.
Jika kondisi ini dirasa sudah berdampak pada kehidupanmu, jangan ragu untuk
berkonsultasi dengan dokter, agar kamu bisa mendapat penanganan yang tepat dan
sesuai dengan kondisimu.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dokter akan menanyakan kepada pasien terkait gejala yang dirasakan, siklus haid
terakhir, dan riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik, termasuk memeriksa leher pasien untuk melihat apakah ada
pembengkakan tiroid. Setelah itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain jika
pasien dicurigai menderita penyakit tertentu yang dapat memicu hot flashes.
Pemeriksaan tersebut antara lain:
1. Tes darah, untuk mengukur kadar hormon tertentu dan mendeteksi infeksi
2. Tes tiroid, untuk memeriksa fungsi kelenjar tiroid
3. USG kandungan, untuk memastikan apakah hot flashes disebabkan oleh
kehamilan atau bukan
4. Pemindaian dengan CT scan atau MRI, untuk mendeteksi keberadaan tumor.
ASUHAN KEBIDANAN MENOPAUSE PADA NY “H” DENGAN HOT FLUSH DI
PUSKESMAS BUNTA
TANGGAL
Tanggal Kunjungan :
Tanggal Pengkajian :
Nama Pengkaji : Rahmi Botang
NIM 052022164
V. RENCANA TINDAKAN
Tujuan : Agar ibu tidak merasa cemas dengan rasa panas (hot flush) yang
dirasakan.
Kriteria : Ibu mengerti dan dapat memahami bahwa rasa panas atau hot flush
yang dialaminya merupakan gejala normal di usianya yang sekarang.
VII. EVALUASI
(…………………………………..) (…………………………………..)