Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. RASIONAL
1. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan
dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh
satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian
program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada
di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri
atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan
standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan
acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang
pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan
pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu,
penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain
1
yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP
19/2005.
Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian :
Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan
umum pengembangan kurikulum yang dapat
diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu
pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam ketentuan
umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20 Tahun
2003 dan ketentuan PP 19 Tahun 2005 serta prinsip
dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan
KTSP.
Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil
akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL
dengan berpedoman pada Panduan Umum yang
dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat
mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya
digunakan sebagai referensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara
lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk:
1) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; 2) belajar untuk memahami dan menghayati; 3)
belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara
efektif; 4) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk
orang lain; dan 5) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
a. Kondisi ideal
Kondisi ideal yang diharapkan tercapai di SMK Negeri
6 kota Serang adalah terpenuhinya 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan (SNP), sehingga penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu dan hasil pendidikan yang
bermutu pula dapat tercapai. Namun demikian, kondisi
nyata saat ini SMK Negeri 6 Kota Serang masih harus terus
berbenah dan mengupayakan pemenuhan delapan standar
2
pendidikan. Secara rinci kondisi nyata SMK Negeri 6 Kota
Serang adalah sebagai berikut:
1) Standar Isi
Sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
2) Standar Proses
Sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
3) Standar Kompetensi Lulusan
Sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
5) Standar Sarana Prasarana
Sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
6) Standar Pengelolaan
Sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
7) Standar Pembiayaan
Sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
8) Standar Penilaian
Sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Kondisi nyata
Tabel 1. Analisa Pemenuhan 8 Standar Nas ional Pendidikan
di SMK Negeri 6 Kota Serang
Besarnya
Kondisi yang diharapkan
No. Kondisi saat ini Tantangan
( satu tahun ke depan )
Nyata
1. Standar Isi : Kurikulum
1.1 Kurikulum 90% Kurikulum 100% memenuhi 10%
memenuhi standar standar nasional pendi di
Nasional Pendidikan kan (Perangkat
( perangkat pembelajaran sudah
pembelajaran disusun untuk kelas X, XI,
sudah disusun XII semua mata pelajaran)
3
untuk kelas X,XI,XII
semua mata
pelajaran)
1.2 Masih menjalankan
sistim paket Menjalankan sistim paket 100%
2. Pengembangan Proses
Pembelajaran:
2.1Proses Proses pembelajaran sudah 10%
pembelajaran memenuhi standar
belum memenuhi nasional pendidikan , yaitu
standar nasional 90% guru melaksanakan
pendidikan , yaitu SCL
baru 70% guru
melaksanakan CTL
2.2Guru yang Sudah 50% guru mampu 50%
menggunakan menggunaka media ICT
media ICT dalam blended learning
dalam model (perpaduan luring,
pembelajaran 80% daring dan tatap muka)
blended learning
model
3. Standar Kelulusan:
3.1Prestasi akademik Prestasi akademik lulusan SKM,10%
lulusan belum belum memenuhi standar
memenuhi standar nasional ( SKM 90% dan
nasional (rata-rata rata-rata NUN 7,0)
SKM 70% dan rata-
rata NUN 4.01)
3.2Prestasi non Prestasi non akademik Tingkat 2
akademik sekolah sekolah tinggi (rata-rata
masih rendah mencapai kejuaraan tingkat
(rata-rata mencapai nasional )
kejuaraan tingkat
kabupaten/ kota)
4. Pengembangan
pendidikan dan tenaga
kependidikan:
4.1 Pendidik dan Pendidik dan tenaga 5%
tenaga kependidikan terdapat 95%
kependidikan sudah memenuhi standar
terdapat 90% nasional
memenuhi standar
nasional pendidikan
5. Pengembangan
prasarana dan sarana:
5.1Prasarana, sarana, Prasarana, sarana,media 25%
media pembelajaran, bahan ajar,
pembelajaran, sumber belajar terdapat
bahan ajar, sumber rata–rata 90 % memenuhi
belajar terdapat standar Nasional
rata-rata 75% Pendidikan
memenuhi standar
nasional
pendidikan
5.2Perlengkapan Perlengkapan Almari di 20%
4
Almari di kelas kelas ada 40%
baru
20%
6. Pengembangan
pengelolaan: 90% fungsi-fungsi 10%
6.1 80% fungsi-fungsi pengelolaan sekolah
pengelolaan memenuhi standar
sekolah memenuhi nasional pendidikan
standar nasional
pendidikan
7. Pengembangan
pembiayaan:
7.1 Pembiayaan sudah Pembiayaan memenuhi 47%
ditanggung dan standar nasional di atas
BOS dan BOSDA . Rp.6000.000/thn/anak
8. Pengembangan
penilaian:
8.1 Guru dan sekolah Guru dan sekolah 98% 10%
95% melaksanakan melaksanakan sistim
sistim penilaian penilaian sesuai dengan
sesuai dengan tuntutan kurikulum atau
tuntutan standar nasional
kurikulum atau pendidikan
standar nasional
pendidikan (belum
memenuhi standar
nasional )
5
karakteristik pendidikan kejuruan yang tercermin dalam
aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum,
yaitu :
a) Orientasi (Orientation)
Pendidikan kejuruan berorientasi pada proses dan
hasil atau lulusan, terhadap proses (pengalaman dan
aktivitas dalam lingkungan sekolah) dan hasil
(pengaruh pengalaman dan aktivitas tersebut pada
peserta didik).
b) Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
Pengembangan pendidikan kejuruan perlu adanya
justifikasi jelas berupa kebutuhan nyata tenaga kerja
di lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri.
Dasar kebenaran/justifikasinya meluas hingga
lingkungan sekolah dan masyarakat.
c) Fokus (Focus)
Fokus pendidikan kejuruan harus secara simultan
mempersiapkan peserta didik yang produktif,
berhubungan langsung dengan membantu siswa
untuk mengembangkan suatu tingkat pengetahuan,
keahlian, sikap dan nilai yang luas. Lingkungan
belajar pendidikan kejuruan mengupayakan di dalam
mengembangkan pengetahuan peserta didik, keahlian
meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-
aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja
yang sebenarnya.
Dari hasil belajar atau kemampuan yang telah
dikuasai diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada pengembangan diri peserta didik, sehingga
mereka mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dunia
usaha dan industri.
d) Standar keberhasilan di sekolah (In-school success
standards)
Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu
lembaga pendidikan kejuruan diukur dari
keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai
beberapa aspek yang akan dia masuki. Penilaian
6
keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada
penilaian sebenarnya atau kemampuan melakukan
suatu pekerjaan yang mengacu pada standar atau
prosedur kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja
(dunia usaha dan dunia industri).
e) Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school
success standards)
Penentuan keberhasilan di luar sekolah SMK
dilakukan dengan uji level untuk kelas X dan XI, serta
uji kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh
dunia usaha atau industri berdasarkan standar
kompetensi nasional sesuai bidang keahlian.
Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school
success standards) dilakukan oleh dunia usaha dan
industri yang mengacu pada standar kompetensi
sesuai bidang keahlian atau produk yang dihasilkan
oleh masing-masing industri.
f) Hubungan kerja sama dengan masyarakat (School-
community relationships)
Suatu usaha pendidikan harus berhubungan dengan
masyarakat (dunia usaha dan dunia industri) agar
relevan dengan tuntutan kerja pada dunia usaha atau
industri yang merupakan suatu ciri karakteristik bagi
pendidikan kejuruan.
Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan
dunia usaha atau industri, menampung peserta didik
untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar di
lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk
kerjasama yang saling menguntungkan.
g) Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement)
Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan
dana pendidikan yang akan dialokasikan. Ketentuan
jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis
perlengkapan tertentu yang digunakan di bengkel atau
laboratorium dapat membantu perkembangan suatu
tingkat kualitas yang lebih tinggi.
h) Kepekaan (Responsivenenss)
7
Perwujudan situasi belajar yang dapat mencerminkan
situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif,
diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan
perbekalan logistik yang dapat mengembangkan
kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia
usaha dan industri.
i) Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada
pendidikan kejuruan yang menunjang kegiatan
pembelajaran layaknya di industri. Pembelian bahan
habis sebagai bahan praktikum yang digunakan
secara rutin sesuai dengan program keahlian yang
dikembangkan pada SMK masing-masing.
3) Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Perkembangan teknologi menuntut adanya
perkembangan pula pada pendidikan kejuruan untuk
meningkatkan kemampuan persaingan dalam
perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan
daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan
manajemen, teknologi dan sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan sumber daya aktif
yang dapat menentukan kelangsungan hidup dan
kemenangan dalam persaingan suatu bangsa. Tuntutan
perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya
pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di
SMK untuk masa depan.
a) Tuntutan peserta didik
Tuntutan peserta didik dan lulusan yang sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan
sumber pijakan di dalam merumuskan tujuan
pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan.
b) Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat
Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan
pembelajaran dan aksesibilitas duia usaha/industri,
sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi
tantangan bagi SMK, baik dalam konteks regional
8
maupun nasional.
9
manajemen mandiri (prinsip desentralisasi).
(10) Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari
pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana dengan
subsidi pemerintah pusat.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan adalah salah satu wujud kebudayaan
manusia yang selalu tumbuh dan berkembang, tetapi
ada kalanya mengalami penurunan kualitas sehingga
hancur perlahan-lahan seiring dengan perkembangan
zaman. Kurikulum SMK disusun untuk mengemban misi
agar dapat turut mendukung perkembangan
kebudayaan pada arah yang positif. Karena itu,
kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang harus
memperhatikan beberapa hal mendasar sebagai berikut :
a. Pendidikan harus menanamkan tata nilai yang kuat dan
jelas sebagai landasan pembentukan watak dan
perkembangan kehidupan manusia.
b. Pendidikan harus memberikan sesuatu yang bermakna,
baik yang ideal maupun pragmatis, sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
c. Pendidikan harus memberikan arah yang terencana
bagi kepentingan bersama peserta didik, keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan menjadi bermakna apabila secara
pragmatis mendidik manusia dapat hidup sesuai dengan
zamannya. Pendidikan harus dilihat sebagai wahana untuk
membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan
guna menjalani dan mengatasi masalah kehidupan pada
hari esok maupun masa depan yang selalu berubah.
Pendidikan Keahlian perlu mengajarkan dan melatih
peserta didik untuk menguasai kompetensi dan
kemampuan lain yang dibutuhkan untuk menjalani
kehidupan sebagai modal untuk pengembangan dirinya di
kemudian hari.
Secara filosofis, penyusunan kurikulum SMK Negeri 6
Kota Serang perlu mempertimbangkan perkembangan
10
psikologis peserta didik dan perkembangan/kondisi
kehidupan sosial budaya masyarakat Kota Serang.
11
serta keharmonisan antar sistem pendidikan dengan
sistem-sistem yang lain (ekonomi, sosial, politik, religi,
dan moral). Secara sosial-budaya, Kurikulum SMK
Negeri 6 Kota Serang- dikembangkan dengan
memperhatikan berbagai dinamika, kebutuhan
masyarakat, dan tidak meninggalkan akar budaya
Indonesia.
Dengan mempertimbangkan faktor budaya, tata
nilai, dan opini sosiologis masyarakat, kurikulum SMK
Negeri 6 Kota Serang juga disusun berdasarkan prinsip
diversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan pada satuan
pendidikan, baik dengan kondisi dan kekhasan potensi
yang ada di daerah Kota Serang, maupun dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itu, berbagai jenis program keahlian pada
pendidikan menengah Keahlian semestinya dapat
diterima dan diapresiasi secara positif oleh berbagai
kelompok masyarakat Indonesia.
3. Landasan Teoritis
Dua tokoh pendidikan kejuruan berbeda aliran
sangat kuat mewarnai teori-teori pendidikan kejuruan
dunia. Tokoh tersebut adalah Charles Prosser dan John
Dewey. Teori Prosser menyatakan bahwa Pendidikan
Kejuruan membutuhkan lingkungan pembelajaran
menyerupai dunia kerja dan peralatan yang memadai
sesuai kebutuhan pelaksanaan pekerjaan di dunia kerja.
Agar efektif Pendidikan Kejuruan harus melatih dan
membentuk kebiasaan kerja sebagai suatu kebutuhan
yang harus dimiliki bagi setiap individu yang mau
bekerja. Penguatan kemampuan dan skill kerja dapat
ditingkatkan melalui pengulangan cara berpikir dan cara
bekerja yang efisien. Pendidikan Kejuruan harus
melakukan seleksi bakat dan minat. Guru Pendidikan
Kejuruan akan berhasil jika telah memiliki pengalaman
sukses dalam menerapkan skill dan pengetahuan sesuai
12
bidang yang diajarkan. Kemampuan produktif sebagai
standar performance dikembangkan
berdasarkankebutuhan industri sesuai actual jobs.
Pendidikan Kejuruan membutuhkan biaya
pendidikan dan pelatihan yang harus terpenuhi dan jika
tidak sebaiknya tidak diselenggarakan. Pendidikan
Kejuruan dalam pandangan teori John Dewey
menegaskan bahwa Pendidikan Kejuruan menyiapkan
peserta didik memiliki kemampuann memecahkan
permasalahan sesuai perubahan-perubahan dalam cara-
cara berlogika dan membangun rasional melalui proses
pemikiran yang semakin terbuka dalam menemukan
berbagai kemungkinan solusi dari berbagai pengalaman.
Dampak pokok dari TVET yang diharapkan oleh Dewey
adalah masyarakat berpengetahuan yang mampu
beradaptasi dan menemukan kevokasionalan dirinya
sendiri dalam berpartisipasi di masyarakat, memiliki
wawasan belajar dan bertindak dan melakukan berbagai
perubahan sebagai proses belajar sepanjang hayat.
Belajar berlangsung selama jiwa masih dikandung
badan. Dewey juga mengusulkan agar Pendidikan
Kejuruan dapat mengatasi permasalahan diskriminasi
pekerjaan, diskriminasi kaum perempuan, dan
minoritas. Dewey memberi advokasi
modernisasikurikulum Pendidikan Kejuruan menjadi
"scientific-technical". Studi ini mengkaitkan cara-cara
bekerja yang didukung pengetahuan yang jelas dan
memadai.
Dewey berargumen bahwa sekolah tradisional yang
tumpul dan mekanistis harus dikembangkan menjadi
pendidikan yang demokratis dimanapeserta didik
mengeksplorasi kapasitas dirinya sendiri untuk
berpartisipasi dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Dewey memberi wawasan bahwa sekolah harus mampu
melakukan proses transmisi dan transformasi budaya
dengan peningkatan dan kesetaraan posisi dalam ras,
etnik, posisi sosial ekonomi di masyarakat. Setiap
13
individu memiliki pandangan positif terhadap satu sama
lain. Pendidikan Kejuruan tidak hanya fokus pada
bagaimana memasuki lapangan pekerjaan, tetapi juga
fokus pada peluang-peluang pengembangan karir, adaptif
terhadap perubahan lapangan kerja dan berbasis
pengetahuan atau ide-ide kreatif.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan menurut Dewey
memuat kemampuan akademik yang luas dan kompetensi
generik, skill teknis, skill interpersonal, dan karakter kerja.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan mengintegrasikan
pendidikan akademik, karir, dan teknik. Ada artikulasi di
antara pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi,
dandekat dengan dunia kerja. Sekolah yang baik adalah
sekolah yang mampu membangun komunitas masyarakat
secara bersama-sama menjadi anggota masyarakat yang
aktif mengembangkan budaya. Menurut Dewey hanya
pengalaman yang benar dan nyata yang dapat membuat
peserta didik dapat menghubungkan pengetahuan yang
dipelajari. Teori pendidikan demokratis Dewey cocok
dengan tuntutan Pendidikan Kejuruan Abad XXI. Selain
dua teori induk Pendidikan Kejuruan yaitu Teori Efisiensi
Sosial dari Charles Prosser dan Pendidikan Vokasional
Demokratis dari John Dewey, adaTeori Tri Budaya sebagai
pemikiran awal yang dapat digunakan untuk
pengembangan kompetensi kevokasionalan (Sudira, 2011).
Teori Tri Budaya menyatakan Pendidikan Kejuruan akan
berhasil jika mampu mengembangkan budaya berkarya,
budaya belajar, dan budaya melayani secara simultan.
Pendidikan Kejuruan dalam melakukan proses pendidikan
dan pelatihan harus membangun budaya berkarya, belajar,
dan menerapkan hasil-hasil karya inovatif sebagai bentuk-
bentuk layanan kemanusiaan. Karya sebagai hasil inovasi
belajar harus digunakan untuk kesejahteraan bersama
melayani orang lain.
Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMK
Negeri 6 Kota Serang adalah pembelajaran berbasis
kompetensi. Pembelajaran yang membangun performa
14
peserta didik “individual ability to perform” mencakup
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara terpadu. Pendekatan pembelajaran ini harus
menganut pembelajaran tuntas (mastery learning) untuk
dapat menguasai sikap (attitude), pengetahuan
(knowledge) dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja
sesuai profesinya. Agar peserta didik dapat belajar
secara tuntas, dikembangkan prinsip pembelajaran
sebagai berikut.
a. Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan
nyata, otentik, kontekstual yang memberikan
pengalaman belajar bermakna), dikembangkan
menjadi pembelajaran berbasis produksi,
pembelajaran berbasis pemecahan masalah,
pembelajaran berbasis kerja, pembelajaran berbasis
inkuiri, pembelajaran berbasis diskoveri;
b. Individualized learning yakni pembelajaran dengan
memperhatikan keunikan setiap individu dan
dilaksanakandengan sistem modular.
c. Team work learning adalah pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan bekerja secara tim
dengan penguatan kompetensi diri bertanggung-jawab
dengan tugas-tugas dan memahami posisi dan
fungsinya dalam tim. Pembelajaran kejuruan tidak
cukup belajar menguasai kompetensi secara individu
tetapi perlu belajar dalam kelompok.
Pendidikan Kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia
kerja sangat penting fungsi dan posisinya dalam
memenuhi tujuan kebijakan ketenagakerjaan. Kebijakan
ketenagakerjaan suatu negara diharapkan mencakup lima
hal pokokyaitu: (1) memberi peluang kerja untuk semua
angkatan kerja yang membutuhkan; (2) pekerjaan tersedia
seimbang dan merata di setiap daerah dan wilayah; (3)
memberi penghasilan yang mencukupi sesuai dengan
kelayakan hidup dalam bermasyarakat; (4) pendidikan dan
pelatihan mampu secara penuh mengembangkan semua
potensi dan masa depan setiap individu; (5) matching
15
man and jobs dengan kerugian-kerugian minimum,
pendapatan tinggi dan produktif. Kebijakan
ketenagakerjaan tidak boleh memihak hanya pada
sekelompok atau sebagian dari masyarakatnya. Jumlah
dan jenis-jenis lapangan pekerjaan tersedia, tersebar
merata, seimbang, dan layak untuk kehidupan seluruh
masyarakat. Pendidikan kejuruan menjadi tidak efisien
jika lapangan pekerjaan tidak tersedia merata dan
seimbang bagi lulusannya.
Kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang dikembangkan
atas teori Efisiensi Sosial dan Pendidikan Demokratis,
“pendidikan berdasarkan standar” (standard-based
education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum), pembelajaran berbasis
kerja, pembelajaran berbasis produksi, danpembelajaran
berbasis pemecahan masalah. Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
standar minimal warga negara yang dirinci menjadi standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang menganut: (1)
pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk proses
belajar mengajar yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran teori di kelas, pembelajaran pembuktian
teori di laboratorium, pembelajaran skill di
bengkel/studio/workshop/kebun dsb, pembelajaran
ketrampilan kerja di tempat kerja (DU/DI, Teaching
factory, Business centre); dan (2) pengalaman belajar
langsung di dunia kerja untuk membangun kebiasan kerja.
Demikian juga dengan pembelajaran langsung di
masyarakat sesuai dengan latar belakang, karakteristik,
16
kompetensi keahlian dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik
menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
4. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pengembangan KTSP SMK antara lain:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Presiden nomor 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter;
4. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 tentang KKNI;
5. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2014 tentang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah 3 Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan
Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 79 tahun 2014 Tentang Muatan Lokal
Kurikulum 2013.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 64 tahun 2014 Tentang Peminatan pada
Pendidikan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 4
tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan dan Penilaian Hasil belajar oleh Pemerintah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
17
20 tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
di SMK.
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2018 tentang
Standar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
13. Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang BP/BK;
14. Permendikbud No. 61 Tahun 2014 Lamp III C.7 tentang
Tuntutan Dunia Kerja;
15. Peraturan Menteri Perindustrian No.
03/M-IND/PER/1/2017 tentang Pedoman Pembinaan
dan penegembangan Sekolah Menengah Kujuruan
Berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan
Industri;
16. Panduan Penilian Hasil Belajar Pada Sekolah Menengah
Kejuruan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Dikmenjur 2019;
17. Permendikbud No 4 tahun 2018 tentang Penilaian Hasil
Belajar oleh Pemerintah;
18. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan;
19. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 07/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum Struktur
Kurikulum Sekoah Menengah Kejuruan dan Madrasah
Aliyah Kejuruan.
20. SK Dirjen Dikdasmen No. 464/D.D5/KR/2018
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B),
Dasar Bidang Keahlian (C1) Dasar Program Keahlian
(C2), dan Kompetensi Keahlian (C3);
21. Pedoman Penilaian SMK tahun 2018 Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah DITSMK Tahun 2018
22. Keputusan Bersama 4 Menteri Tentang Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun ajaran
18
2020/2021 di Masa Pandemi Corona atau Covid 19
23. Keputusan Bersama Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri tentang Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan
Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Corona Virus
Disease (Covid-19), 16 Juni 2020;
24. Peraturan Gubernur no 15 tahun 2015 tentang muatan
lokal prov Banten;
25. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Banten No. 420/098-Dindikbud /2020 Tentang
Kalender Pendidikan Tahun Pelajaran 2020/2021;
26. Peraturan Daerah yang relevan;
27. Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan RKAS SMK Negeri 6
Serang Provinsi Banten tahun Pelajaran 2020 - 2021.
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang No 20 thn 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. PP No. 13 Tahun 2015 perubahan ke dua atas PP 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang KKNI.
4. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif.
5. Permendikbud RI No. 62 tahun 2014, tentang Ekstra kurikuler.
6. Permendikbud RI No. 63 tahun 2014, tentang Pendidikan
Pramuka.
7. Permendikbud RI No. 79 tahun 2014, tentang Mulok.
8. Permendikbud RI No. 111 tahun 2014, tentang Bimbingan dan
Konseling.
9. Permendikbud RI No. 20 tahun 2016, tentang. Standar
Kompetensi Lulusan.
10. Permendikbud RI No. 34 tahun 2018 tentang Standar Nasional
Pendidikan SMK/MAK.
11. Permendikbud RI No. 24 tahun 2016, tentang. Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar.
12. Permendikbud nomor 20 tahun 2018 tentang Penguatan
19
Pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal.
13. Kep. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
No.464/D.D5/KR/2018 tentang KI dan KD.
14. Peraturan Dirjen Dikdasmen Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan No. 06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum keahlian
SMK.
15. Peraturan Dirjen Dikdasmen Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan No. 07/D.D5/KK/2018 tentang Struktur Kurikulum
SMK.
16. Peraturan Gubernur no 15 tahun 2015 tentang muatan lokal
provinsi Banten.
17. Pedoman Penilaian SMK tahun 2017 Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah DITSMK Tahun 2017.
18. Peraturan Daerah yang relevan.
20
mutakhir untuk praktek sesuai dengan tuntutan dunia
usaha dan industri
Rasional Pengembangan Kurikulum:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi
pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang
mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah
penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih
banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-
14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya
mencapai 70%.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia
usia produktif yang melimpah ini dapat
ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang
memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus
globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari
agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat
industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat
di World Trade Organization (WTO), Association of
21
Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free
Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait
dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh
dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan
transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan
Indonesia di dalam studi International Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Program for International Student Assessment (PISA)
sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian
anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam
beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan
PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi
uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat
dalam kurikulum Indonesia.
Paradigma baru pengembangan K-13 SMK
mengembangkan keseimbangan antara pengembangan
sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik; sekolah merupakan bagian dari
masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar; mengembangkan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat; memberi waktu yang cukup leluasa untuk
mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan; kompetensi dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar Mata pelajaran; kompetensi inti kelas
menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada
prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan
22
memperkaya (enriched) antar Mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
23
demokratis perlu memperhatikan keragaman dan
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap
mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu,
keduanya harus ditampung secara berimbang dan
saling mengisi.
d. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung
tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh
sebab itu, kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang
memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta
didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting
terutama bagi peserta didik yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
e. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang
membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana
IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama
perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS
sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan
perubahan. Oleh karena itu, kurikulum SMK Negeri 6
Kota Serang dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
f. Agama
Kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang dikembangkan
untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta
akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan
kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan
kurikulum semua mata pelajaran harus ikut
mendukung peningkatan iman, taqwa, dan akhlak
mulia.
g. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada
individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika
24
dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antar
bangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang
mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai
kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku
dan bangsa lain.
h. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan
wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi
landasan penting bagi upaya memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh
karena itu, kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang
mendorong berkembangnya wawasan dan sikap
kebangsaan serta persatuan nasional untuk
memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
i. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat Kota Serang dan menunjang kelestarian
keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada
budaya ini harus terlebih dahulu ditumbuhkan
sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa
lain.
j. Kesetaraan jender
Kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang diarahkan
kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan
memperhatikan kesetaraan jender.
k. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang dikembangkan
sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas
satuan pendidikan.
25
bagi siswa bermasalah, dan pengayaan untuk pencapaian
peningkatan prestasi siswa, peserta didik diberikan
kesempatan pelayanan yang bersifat perbaikan (remedial)
dan juga pengayaan dengan tetap memperhatikan
pengembangan pribadi peserta didik, pelaksanaanya
berpedoman pada pencapaian SKM (Skor Ketuntasan
Minimum), artinya siswa yang memiliki nilai di bawah SKM
maka kepadanya akan diberikan remedial. Sedangkan,
pengayaan diberikan kepada siswa-siswi yang memiliki
nilai di atas SKM. Siswa-siswa ini diberikan materi
tambahan dan juga bimbingan khusus untuk menggali
kemampuannya dalam mata pelajaran tertentu. Pengayaan
menjadi satu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan lebih
dari anak-anak berkebutuhan khusus, seperti yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata (sesuai tes IQ)
maupun kemampuan di atas rata-rata kelompoknya.
Program pengayaan lahir sebagai respon (jawaban)
terhadap adanya keunikan kemampuan peserta didik.
Keunikan ini bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Keunikan kuantitatif, yaitu keunikan berdasarkan tes IQ,
sedangkan keunikan kualitatif yaitu sesuai dengan
kelompok belajarnya masing-masing. Hal ini menunjukkan
bahwa program remedial maupun pengayaan tidak
bergantung pada status standar sekolahnya, namun lebih
difokuskan pada kebutuhan anak dalam konteks
individual.
26
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian
tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan
pembelajaran berpusat pada peserta didik.
27
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
k`ehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia
kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang
mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan, dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang diarahkan kepada
proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah
Kurikulum SMK Negeri 6 Kota Serang dikembangkan
dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Kepentingan nasional dan daerah harus
saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan
Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
28