UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN WUNGU Graptophyllum Pi
UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN WUNGU Graptophyllum Pi
UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN WUNGU Graptophyllum Pi
Abstract
Graptophyllum pictum is one of the popular traditional medicine that is widely used in Indonesia.
These leaves are used traditionally for the treatment of arthritis, menstruation, hemorrhoids,
urinary tract infections, scabies, swelling, sores, dermatitis, ear disease, laxative, and cancer. This
study was an experimental study using male mice as experimental animals were randomly divided
into 4 groups, consist of 3 treatment groups and one negative control group. The treatment group
was administered the extract Graptophyllum pictum and negative control group aqua dest given
orally for 20 days. Variations doses used were 50, 150 and 450 mg / KgBW mice. On the 21st day of
taking blood sampling in the treatment group and negative control group through an incision in the
neck. The observation parameters influenced on the body weight of experimental animals, checking
the levels of hemoglobin, the number of erythrocytes, leukocytes, platelets, and hematocrit. These
results indicated that the extract Graptophyllum pictum had no effect on body weight of mice in the
treatment group and the extract with the doses used did not affect the experimental mice
hematological profile. It can be concluded that the extract Graptophyllum pictum secure against
hematological profile male white mice.
Keywords: Toxicity, Grapthophylum pictum, Hematologi
Abstrak
Daun wungu merupakan salah satu obat tradisional populer yang banyak digunakan di Indonesia.
Daun ini digunakan secara tradisional untuk pengobatan rematik, menstruasi, wasir, infeksi saluran
kencing, kudis, bengkak, luka, dermatitis, penyakit telinga, pencahar, dan kanker. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan mencit jantan sebagai hewan percobaan
yang dikelompokkan secara acak mencadi 4 kelompok, terdiri dari 3 kelompok perlakuan dan 1
kelompok kontrol negatif. Kelompok perlakuan diberikan ekstrak daun wungu dan kelompok
kontrol negatif diberikan aqua dest secara oral selama 20 hari. Variasi dosis yang digunakan adalah
50, 150 dan 450 mg/KgBB mencit. Pada hari ke -21 dilakukan pengambilan darah pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol negatif melalui penyayatan pada leher. Parameter yang diamati
meliputi pengaruh terhadap berat badan hewan percobaan, pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah
sel eritrosit, leukosit, trombosit, serta hematokrit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
daun wungu tidak memiliki pengaruh terhadap berat badan mencit pada kelompok perlakuan dan
pemberian ekstrak dengan dosis yang digunakan tidak mempengaruhi profil hematologi mencit
percobaan. Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun wungu tidak bersifat toksik terhadap
profil hematologi mencit putih jantan.
Kata kunci : Toksisitas, Grapthophylum pictum, Hematologi
menanggulangi masalah kesehatan.
PENDAHULUAN Pengetahuan tersebut diterapkan
Bangsa indonesia telah lama mengenal berdasarkan pengalaman dan
dan menggunakan tanaman berkhasiat keterampilan yang secara turun-temurun.
obat sebagai salah satu upaya dalam Masyarakat beranggapan bahwa
penggunaan tanaman obat secara rutin Penelitian ini dilakukan pada
tidak akan menimbulkan bahaya karena Laboratorium Farmakologi Akademi
bersumber dari tanaman. Pernyataan Farmasi Imam Bonjol, Laboratorium
tersebut sangat tidak dibenarkan karena Hematologi Rumah Sakit Ahmad Mochtar
pemakaian tanaman obat yang tidak pada Bukittinggi dan Laboratorium Kimia
takaran akan membahayakan Universitas Negeri Padang
penggunanya. Tanaman obat dapat Alat dan Bahan
dikatakan aman jika digunakan dalam Alat yang digunakan adalah botol
takaran yang tepat (Sukmono, 2009). maserasi, corong, rotary evaporator,
Salah satu tanaman obat yang biasa botol ekstrak kental, kaca arloji, spatel,
digunakan adalah daun wungu. timbangan digital, lumpang, stamfer,
Daun wungu (Graphtophyllum pictum) gelas ukur, pipet tetes, vial 100 ml,
diketahui mengandung berbagai senyawa masker, alat tulis, kandang mencit
kimia, diantaranya alkaloid, pektin, asam lengkap, timbangan hewan, beker gelas,
format, steroid, saponin, tannin, flavonoid sonde oral, pisau bedah, tabung darah
serta alkohol (Thomas, 1992). Daun yang sudah berisi K2EDTA, Kit
wungu merupakan salah satu obat-obatan pemeriksaan profil hematologi, pipet
tradisional populer yang banyak darah dan Auto Hemolyzer Analises.
digunakan di Indonesia. Daun ini Bahan
digunakan secara tradisional untuk Bahan yang digunakan adalah mencit
pengobatan sembelit, rematik, menstruasi, (Mus musculus) jantan berumur 2-3 bulan
wasir, infeksi saluran kencing, kudis, dengan berat 20-30 gram sebanyak 12
bengkak, luka, dermatitis, penyakit ekor, daun wungu (Graptophyllum pictum
telinga, pencahar, dan kanker (Medicinal (L.) Griff), etanol destilasi, aquadest,
herb index Indonesian, 1995). Beberapa makanan dan minuman mencit.
penelitian menyatakan daun wungu Cara Kerja
memiliki aktivitas oksitoksik dan anti Tahapan Penelitian
implantasi terhadap tikus (Stella et al., Sampel yang digunakan adalah ekstrak
2009). Menghambat atrofi kelenjar etanol daun wunggu. Ektraksi sampel
mammae pada mencit, anti-jamur dengan metoda maserasi. Daun wungu
(Marhaman, 2008), anti-inflammation segar 4 kg, bersihkan dari pengotor
(Yukhiro et al., 1989) dan anti-plaque kemudian dikering anginkan, selanjutnya
(Endang, 2005). dirajang halus. Setelah itu diekstraksi
Beberapa tanaman telah dilaporkan dengan metoda maserasi dimana sampel
memiliki efek beracun, misalnya, alkaloid dimasukkan kedalam wadah yang tertutup
pyrolizidine yang diketahui dapat baik dan terlindungi cahaya lalu
menyebabkan kerusakan hati (Roulet et ditambahkan etanol destilasi sampai
al., 1988). Overdosis saponin telah sampel terendam sempurna sambil
dilaporkan untuk menginduksi diare sesekali diaduk, kemudian didiamkan.
berdarah pada mencit (Diwan et al., Proses dilakukan selama 3 hari dengan 3
2000). Kebanyakan laporan dari efek kali pengulangan. Maserat disaring dan
racun merupakan akibat penggunaan obat- diuapkan secara in vacuo dengan rotary
obatan herbal yang berhubungan dengan evaporator sehingga diperoleh ektrak
hepatotoksik, meskipun laporan efek kental. Setelah ekstrak kental diperoleh
beracun lainnya pada ginjal, darah dan dilakukan karakteristik ektrak etanol daun
jantung telah didokumentasikan (Saad et wungu yaitu : Pemeriksaan Organoleptis
al., 2006). dan penentuan Susut Pengeringan dengan
METODE PENELITIAN cara; Kurs porselen dipanaskan didalam
Tempat Penelitian oven 105oC selama 30 menit, kemudian
dinginkan dalam desikator dan berat awal
ditimbang (A). Masukkan ekstrak Sebelum pengujian hematologi dilakukan
sebanyak 1 gram sampai 2 gram kedalam pengambilan darah mencit pada hari ke-
kurs tersebut dan ditimbang kembali (B). 21 dengan cara penyayatan pada leher.
Kemudian kurs digoyang secara perlahan- Darah ditampung dengan tabung darah
lahan agar ekstrak merata. Masukkan yang sudah berisi K2EDTA lebih kurang
kedalam oven, buka tutup kurs dan 1,5 ml, kemudian dilakukan pemeriksaan
dibiarkan tutup terbuka dalam oven. eritrosit, leukosit, platelet, hemoglobin
Panaskan selama 1 jam pada suhu 105oC, dan hematokrit dengan Auto Hemolyzer
dinginkan dalam desikator, kemudian Analises.
timbang kembali. Ulangi perlakuan diatas
hingga diperoleh bobot tetap. Parameter yang Diamati
Hewan percobaan yang digunakan Perubahan berat badan mencit
adalah mencit putih jantan yang kelompok perlakuan dan kelompok
berumur 2 – 3 bulan dengan berat badan kontrol negatif, pemeriksaan kadar
20 – 30 gram. Hewan percobaan dibagi hemoglobin, jumlah sel eritrosit, leukosit,
dalam 4 kelompok secara acak yang dan trombosit, serta hematokrit. Data dari
terdiri dari 3 kelompok perlakuan dan 1 hasil penelitian dianalisa secara statistik
kelompok kontrol. Masing-masing dengan metoda varian satu arah
kelompok terdiri dari 3 ekor mencit putih (ANOVA).
jantan.
Sebelum digunakan, semua mencit HASIL DAN PEMBAHASAN
diaklimatisasi selama 7 hari untuk Setelah dilakukan penelitian toksisitas
membiasakan hewan berada pada ekstrak daun wungu terhadap nilai
lingkungan percobaan (Ridwan, 2013). hematologi mencit jantan diperoleh hasil
Makanan dan minuman diberikan sebagai berikut :
secukupnya. Mencit yang digunakan Ekstrak daun wungu termasuk ekstrak
adalah mencit yang sehat dan tidak kental, berwarna hijau kehitaman, bau
mengalami perubahan berat badan lebih aromatik. Susut pengeringan rata-rata
dari 10% dan secara visual menunjukkan daun wungu sebesar 15,71 %, serta
perilaku yang normal. mengandung metabolit sekunder yaitu
Dosis sediaan uji yang diberikan fenolik, flavonoid, saponin, steroid dan
kepada hewan perlakuan adalah 50 terpenoid.
mg/kgBB, 150 mg/kgBB, 450 mg/kgBB. Ekstrak daun wungu diproses dengan
Sediaan uji diberikan secara oral dengan mengeringkan daun wungu yang telah
frekuensi pemberian 1 x sehari selama 20 diperoleh hingga didapat berat kering
hari. Untuk kontrol hanya diberikan seberat 900 g. Daun wungu yang telah
aquadest. kering di maserasi menggunakan etanol
Sediaan uji dibuat dengan cara destilasi sebanyak 15 L selama 3 hari
melarutkan ekstrak daun wungu dengan dengan 3 kali pengulangan hingga
menggunakan air hangat. Berat ekstrak diperoleh ekstrak etanol daun wungu
yang akan dilarutkan ditimbang sebanyak 12,5 L. Ekstrak etanol daun
berdasarkan dosis yang direncanakan. wungu yang diperoleh lalu dipekatkan
Bobot ekstrak yang ditimbang dengan menggunakan rotary evaporator
berdasarkan konsentrasi: sehingga diperoleh ekstrak kental
sebanyak 99,85 g. Selanjutnya dilakukan
Dosis mg/kgBB x BB (kg)
Konsentrasi (mg/ml) = susut pengeringan ekstrak daun wungu
VAO (ml)
(Volume pemberian 1% dari berat badan yang didapat rata-rata sebesar 15,71%.
mencit). Setelah susut pengeringan dilakukan
skrining fitokimia untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder yang percobaan agar mencegah terjadinya
terdapat pada daun wungu. Hasil skrining stress yang dapat mempengaruhi data
fitokimia yang didapat ialah adanya hasil percobaan (Ridwan, 2013). Setelah
metabolit sekunder pada daun wungu aklimatisasi hewan uji dilanjutkan dengan
(Marlinda et al, 2012) berupa fenolik, perlakuan yakni dengan menginduksikan
flavonoid, saponin, steroid dan terpenoid. ekstrak daun wungu
Hewan uji yang digunakan adalah Ekstrak daun wungu yang diberikan
mencit jantan yang berumur 2 – 3 bulan secara per oral selama 20 hari, terhadap
dengan berat badan 20 – 30 gram. Alasan berat badan mencit putih jantan
pemilihan mencit jantan sebagai hewan memperlihatkan adanya perbedaan berat
uji karena mencit jantan tidak memiliki badan antara kelompok kontrol dengan
daur estrus seperti mencit betina yang kelompok dosis. Berat badan mencit pada
akan menjadikan data hematologi tidak kelompok kontrol negatif mengalami
akurat dengan adanya daur estrus tersebut. peningkatan berat badan yang berarti
Untuk menghindari kesalahan tersebut dibandingkan dengan kelompok dosis 50
maka digunakan mencit jantan pada mg/kgBB, 150 mg/kgBB, 450 mg/kgBB
penelitian hematologi ini (Ridwan, 2013). (Gambar 1).
Hewan uji yang digunakan terdiri dari Berdasarkan uji statistik disimpulkan
12 ekor mencit jantan yang di bagi secara bahwa berat badan mencit pada hari ke 21
acak kedalam 4 (empat) kelompok dari kelompok pemberian ekstrak daun
masing-masing kelompok terdapat 3 wungu tidak berpengaruh secara
(tiga) ekor mencit. Sebelum dilakukan bermakna jika dibandingkan dengan
perlakuan terhadap hewan uji, hewan uji kelompok kontrol (p>0,05).
diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7
hari. Aklimatisasi bertujuan untuk
membiasakan mencit pada lingkungan
38
36
34
Berat Badan (g)
32 Kontrol
30 50 mg/kgBB
28 150 mg/kgBB
26 450 mg/kgBB
24
1 7 14 21
Hari
2007): Kelompok
1. Karbon dioksida. Hemoglobin Gambar 2. Jumlah Hemoglobin
membantu mengangkut gas ini dari sel Hasil rerata eritrosit mencit pada hari ke
jaringan kembali ke paru 21 menunjukkan adanya peningkatan
2. Bagian ion hydrogen asam (H+) dari untuk semua kelompok perlakuan dosis.
asam karbonat terionisasi, yang Tetapi untuk kelompok kontrol negatif bila
dibandingkan dengan kelompok perlakuan kurang dari 0,1% dari semua sel di
dosis tidak mengalami peningkatan sumsum tulang (Sherwood, 2007).
(Gambar 3). Hasil uji statistik Eritrosit yang bersirkulasi di dalam
menunjukkan rerata jumlah eritrosit darah mempunyai waktu hidup ± 120 hari
mencit pada kelompok perlakuan dosis 50, (Ganong, 1995). Seiring dengan proses
150, 450 mg/kgBB pada hari ke 21 bila penuaan, membran plasma eritrosit yang
dibandingkan dengan kontrol tidak tidak dapat diperbaiki menjadi rapuh dan
menunjukkan perbedaan yang bermakna mudah pecah sewaktu sel terjepit melewati
(p>0,05). titik-titik penyempitan di dalam sistem
vascular. Sebagian besar SDM tua
10 mengakhiri hidupnya di limpa, karena
9.9
9.8
jaringan kapiler organ ini yang sempit dan
9.7 berkelok-kelok merusak sel-sel rapuh ini.
9.6
Limpa terletak di bagian kiri atas
Eritrosit (10 6 µL)
9.5
9.4 abdomen. Selain menyingkirkan sebagian
9.3
9.2
besar eritrosit tua dari sirkulasi, limpa
9.1 memiliki kemampuan terbatas untuk
9 menyimpan eritrosit sehat di interior
8.9
Kontrol negatif 50 mg/kgBB 150 mg/kgBB 450 mg/kgBB
pulpanya, berfungsi untuk cadangan untuk
Kelompok
trombosit, dan mengandung banyak
limfosit (Sherwood, 2007).
Gambar 3. Jumlah Eritrosit
Konsentrasi sel darah merah perlu
diketahui untuk menilai fisiologi tubuh.
Eritrosit adalah sel datar berbentuk
Sel darah merah yang cukup ikut
piringan yang mencekung di bagian tengah
menjamin jumlah oksigen yang cukup
di kedua sisi (piringan bikonkaf dengan
untuk sel-sel di berbagai jaringan sehingga
garis tengah 7,5 μm, ketebalan 2 μm di
sel-sel tersebut dapat bekerja maksimal.
tepi luar, dan ketebalan 1 μm di bagian
Sebaliknya, bila jumlah sel darah merah
tengah) (Ganong, 1995). Bentuk unik ini
tidak cukup/ kurang dari jumlah normal
berperan, melalui dua cara, dalam
maka akan terjadi anemia (Sadikin, 2002).
menentukan efisiensi sel darah merah
Anemia cukup sering ditemukan pada
melakukan fungsi utamanya mengangkut
penyakit kronis seperti penyakit inflamasi,
O2 dalam darah: (1) Bentuk bikonkaf
sepsis dan keganasan pada saluran
menghasilkan luas permukaan yang lebih
pencernaan. Salah satu penyebab anemia
besar untuk difusi O2 menembus membran
yakni karena adanya defisiensi vitamin
dibandingkan dengan bentuk sel bulat
B12 (Davey, 2002).
dengan volume yang sama.(2) Tipisnya sel
Hasil rerata hematokrit darah mencit
memungkinkan O2 cepat berdifusi antara
jantan pada hari ke 21 relatif lebih tinggi
bagian paling dalam sel dan eksterior sel
bila dibandingkan dengan kelompok
(Sherwood, 2007).
kontrol negatif. Untuk dosis 150 mg/kgBB
Eritropoiesis merupakan proses
mengalami banyak peningkatan
pembentukan sel darah merah di dalam
dibandingkan dengan kontrol negatif dan
sumsum tulang. Sumsum merah tidak
dengan kelompok variasi dosis 50 dan 450
hanya memproduksi SDM tetapi juga
mg/kgBB (Gambar 4). Hasil uji statistik
merupakan sumber leukosit dan trombosit
menunjukkan rerata jumlah hematokrit
(Ganong, 1995). Di sumsum tulang
mencit pada kelompok perlakuan dosis 50,
terdapat sel punca pluripoten tak
150, 450 mg/kgBB pada hari ke 21 bila
berdifensiasi yang secara terus-menerus
dibandingkan dengan kontrol negatif tidak
membelah diri dan berdiferensiasi untuk
menunjukkan perbedaan yang bermakna
menghasilkan semua jenis sel darah. Sel-
(p>0,05).
sel punca sulit dicari karena membentuk
Perlakuan
Parameter - satuan Ekstrak daun wungu
Kontrol 150
50 mg/kgBB 450 mg/kgBB
mg/kgBB
Hemoglobin g/dL 16,10 ± 10,44 16,6 ± 0,87 17,07 ± 0,513 16,53 ± 0,21
Eritrosit 106uL 9,27 ± 0,63 9,74 ± 0,91 9,84 ± 0,85 9,86 ± 0,72
Hematokrit % 46,7 ± 0,38 47,8 ± 2,35 48,13 ± 3,52 47,13 ± 3,41
Leukosit 103/uL 9,36 ± 3,46 8,51 ± 3,46 10,69 ± 0,93 7,14 ± 0,29
1271 ± 1180,7 ± 1315,3 ± 1132,7 ±
Platelet 103/uL 115,05 273,6 501,8 607,85
2
48.5
0
48 Kontrol negatif 50 mg/kgBB 150 mg/kgBB 450 mg/kgBB
Kelompok
Hematokrit (%)
47.5
47
Gambar 5. Jumlah Leukosit
46.5
46
1200
lubang-lubang didalam dinding pembuluh.
1150
Keping-keping darah dianggap
1100
menghasilkan suatu enzim tromboplastin
1050
yang penting dalam mekanisme
1000
Kontrol negatif 50 mg/kgBB 150 mg/kgBB 450 mg/kgBB
pembekuan. Tromboplastin membantu
Kelompok
transformasi protrombin menjadi trombin
dan trombin mentransformasi fibrinogen
Gambar 6. Jumlah Platelet
menjadi fibrin. Penurunan jumlah keping
Selain eritrosit dan leukosit, trombosit darah dalam peredaran darah tampak
(platelet, keeping darah) adalah tipe ketiga dalam klinik pada suatu keadaan yang
elemen seluler yang terdapat dalam darah. disebut trombositopenia (Leeson, 1985).
Dalam setiap milliliter darah secara normal Trombositopenia ialah kelainan yang
disebabkan oleh mekanisme autoimun. Ganong, W.F.(1995). Reviewe of Medical
Trombositopenia juga dapat disebabkan Physology, Editor M. Djauhari
oleh berkurangnya produksi sel-sel Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi
megakaryosit oleh sumsum tulang Kedokteran, Penerbit Buku
(Sadikin M, 2002). Trombositopenia Kedokteran, EGC
ditandai oleh purpura kulit spontan dan Hoffbrand, A. (1987). Haematologi
perdarahan mukosa (Hoffbrand, 1987). (Essential Haematology). Jakarta:
EGC.
SIMPULAN Leeson, C.R., T.S. Leeson& A.A. Paparo.,
Pemberian ekstrak daun wunggu 1996, Buku Ajar Histologi.
dengan variasi dosis yang diberikan tidak Penerjemah: StafAhli FK UI. Jakarta:
PenerbitBukuKedokteran EGC.
mempengaruhi nilai hematologi rutin
Marhaman. (2008) Pengaruh pemberian
mencit. Dimana tidak terdapat perbedaan perasaan daun ungu (Graptophullym
bermakna (p>0,05) antara kelompok pictum) terhadap pertumbuhan
perlakuan dengan kontrol negatif sehingga Candida albicans pada anak‐anak
dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak penderita Angular cheilitis. Skripsi.
daun wungu tidak bersifat toksik terhadap Perpustakaan Universitas Jember
profil hematologi mencit putih jantan. Marlinda, M., Sangi, MS dan Wuntu, AD.
(2012). Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak
UCAPAN TERIMA KASIH
Eyanol Biji Buah Alpukat. Manado:
Terima kasih kami ucapkan kepada
Universitas Sam Ratulangi.
Akademi Farmasi Imam bonjol yang telah
Moyle, P.B., J.J. Cech., 2004, Fish An
memberikan fasilitas untuk penelitian ini,
Introduction to Ichthyology, 5th
kemudian ucapan terima kasih kepada
Edition, New Jersey.
pihak Laboratorium Hematologi Rumah
PT Eisai Indonesia editor. (1995)
Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi serta
Medicinal herb index in Indonesia.
Laboratorium Kimia Universitas Negeri
Jakarta.
Padang yang sangat membantu dalam
Provan, D., C.R.J. Singer., T. Baglin& J.
penelitian ini.
Lilleyman.(2004). Oxford Handbook
of Clinical Haematology, Second
DAFTAR PUSTAKA edition, Queen Mary’s School of
Medicine and Dentistry,University of
Diwan, F. H., Abdel-Hassan, I. A. and London.
Mohammed, S. T. (2000). Effect of Ridwan, E. (2013). Etika pemanfaatan
saponin on mortality and hewan percobaan dalam penelitian
histopathological changes in mice. kesehatan. Jakarta: Universitas
Eastern Mediterranean Health J 6: Indonesia.
345-351. Roulet M, Laurini R, Rivier L, Calame A,
Dwintasari, M. (2014). Hubungan antara (1988). Hepatic veno-occlusive
peningkatan jumlah leukosit dengan disease in newborn infant of a woman
apendisitis akut perforasi di RSU drinking herbal tea. J Pediatr.
provinsi NTB pada tahun 2012-2013. 112:433–6.
Endang W. (2005). The Graptophyllum Saad, B., Azaizeh, H., Hijleh, G. A. and
pictum extract effect on acrylic Said, O. (2006). Safety of traditional
complete denture plaque growth. Maj Arab herbal medicine. eCAM
Ked Gigi (Dent J); 38 Suppl 4: 3(4):433-439.
201‐204. Sadikin, M. (2002). Biokimia Darah.
Jakarta: Widya Medika.
Sherwood, Lauralee.(2007). Fisiologi Yukihiro O, Setsuko S, Soekeni S,
Manusia : Dari Sel ke Sistem.(Edisi Masatoshi H.(1989)
6). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Antiinfammatory effect of
EGC. Graptophyllum pictum (L.) GRIFF.
Stella O. OD., Grace E.U.,Herbert A.B C Chem Pharm Bull ; 37 Suppl 10:
& S.A Adesina.(2009). Oxytocic and 2799‐2802.
antiimplantation activities of the leaf Wijaya, H.S. (2009). Analisis Nilai
extracts of Graptophyllum pictum Leukosit Terhadap Morfologi Sediaan
(Linn.) Griff.(Acanthaceae), Apus Darah Tepi Pada Darah
Academia Journal. Pendonor di Palang Merah Indonesia
Surabaya: Universitas Katolik Widya Kota Bandung. Bandung: Universitas
Mandala. Kristen Maranata.