Teknik Pembenihan Ikan Patin
Teknik Pembenihan Ikan Patin
Teknik Pembenihan Ikan Patin
( Pangasius hypophthalmus )
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERIKANAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan malakah yang berjudul “ Tehnik
Pembenihan Ikan Patin”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada “ Bapak/Ibu Dosen “yang
telah membantu kami dalam belajar Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan
demi kesempurnaan karya kami. Semoga makalah ini dapat membawa
pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang.
David Kristiadi
BAB 1
PENDAHULUAN
Patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang
tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin
memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas,
enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih
aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan
daging hewan ternak. Selain itu ikan patin memilki beberapa kelebihan lain, yaitu
ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm
(Susanto dan Amri, 2002).
Ketersediaan benih sebagai unsur yang mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya
tidak cukup bila hanya mengandalkan benih secara alami, karena bersifat
musiman seperti ikan patin (Pangsius) yang ditemukan hanya pada awal musim
hujan. Penyediaan benih tidak hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-
menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik serta tepat sasaran.
Pemijahan dapat dilakukan dengan cara alami atau buatan. Pemijahan alami
dimaksudkan pemijahan yang dilakukan secara alami antara jantan dan betina di
dalam media pemijahan. Sedangkan pemijahan buatan dilakukan di luar media
pemijahan, biasanya dilakukan dengan bantuan manusia atau dengan stripping
(pemijahan). Saat ini, telah dijual dipasaran hormon gonadotropin yang dibuat
dari ekstrak kelenjar hipofisa, ikan salmon dengan nama dagang ovaprim produksi
Syndel Co, Vancoaver, Canada.
1.2. Tujuan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub-kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidae
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Ikan patin mempunyai warna tubuh putih keperak – perakan dan punggung kebiru
– biruan.
Pada bagian sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi
patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya.
Sirip dubur relatif panjang yang terletak di atas lubang dubur terdiri dari 30-33
jari-jari lunak.
Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari – jari keras yang berubah
menjadi senjata yang dikenal dengan patil.
Bagian permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang berukuran
kecil.
BAB III
a. Pengringan Kolam
Pengeringan kolam tanah harus dilakukan setiap kali budidaya ikan dimulai.
Caranya dengan mengosongkan isi kolam dan menjemur dasar kolam.
Penjemuran berlangsung selama 3-7 hari tergantung cuaca dan jenis tanah.Sebagai
patokan, penjemuran sudah selesai apabila tanah terlihat retak-retak. Penjemuran
yang terlalu lama akan menyebabkan tanah membatu. Sebaiknya jangan sampai
seperti itu. Untuk mengukurnya, injak dasar kolam. Bila telapak kaki kita hanya
meninggalkan jejak sedalam kurang lebih 1 cm, pengeringan sudah dianggap
cukup. Bila jejak yang ditinggalkan masih dalam, penjemuran belum maksimal.
Pengeringan dasar kolam tanah dilakukan untuk memutus siklus hidup hama dan
penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya sebelumnya. Sebagian besar
mikroorganisme patogen akan mati dengan sinar matahari kekeringan. Selain itu,
penjemuran juga membantu menghilangkan gas-gas beracun yang terperangkap di
dasar kolam.
Dasar kolam yang telah dikeringkan dan dijemur, selanjutnya diolah dengan cara
dibajak atau dicangkul. Kedalaman pembajakan sekitar 10 cm. Pembajakan tanah
berfungsi untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur.
e. Pengapuran
Kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman tanahnya
meningkat (pH-nya turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan
kapur pertanian atau dolomit. Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan
biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat keasaman tanah kurang dari itu perlu
pengapuran. Tujuan dari pengapuran adalah:
Menaikan pH tanah
Mengikat zat harah lumpur yang melayang-layang dalam air sehingga air bisa
menjadi jernih
f. Pemupukan
Pupuk organik akan merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang
kaya bahan organik merupakan surga bagi berbagai macam organisme untuk
berkembang biak. Organisme tersebut nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan
alami ikan.
Tahap terakhir persiapan kolam tanah adalah penggenangan kolam dengan air.
Caranya dilakukan secara bertahap. Pertama-tama genangi dasar kolam dengan air
setinggi 10-15 cm. Dengan kedalaman air seperti ini sinar matahari masih bisa
menembus dasar kolam. Sehingga berbagai macam tumbuhan dan hewan bisa
berkembangbiak.
Biarkan kondisi tersebut selama 2-3 hari. Warna air akan terlihat kehijauan. Itu
tandanya gangang sebagai makanan biota air dan ikan telah tumbuh. Setelah itu
ketinggian air bisa dinaikkan hingga 60-75 cm dan kolam siap untuk ditebari
benih ikan.
Menurut Hamid dkk., (2009), induk yang ideal di pelihara dalam sangkar
(keramba atau jaring apung) yang dipasang di danau, sungai atau perairan alami
atau dipelihara dalam penampungan kolam secara khusus. Pematangan gonad
dilakukan selama 3-4 bulan dengan kepadatan 3-5 ekor/m2 dengan berat Induk
1,5-2 kg.
Kualitas induk ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal .
Faktor internal dilihat dari keturunanya atau genetiknya, sedangkan faktor
eksternal yaitu dilihat dari perawatannya. Dua hal yang harus diperhatikan dalam
memelihara induk yaitu kolam pemeliharaan dan pakan. Sumber air harus terjaga
dari pencemaran lingkungan. Kolam memiliki saluran pemasukan dan
pembuangan, debit air masuk minimal 0,5 liter per detik, kedalaman air antara
100-150 cm dan tersinari oleh matahari, kepadatan 0,25 kg/m2, kolam induk
jantan dan betina dibuat terpisah (Jauhari dkk., 2012).
Menurut Purnama dkk., (2011), induk betina yang akan di pijahkan yaitu yang
memiliki ciri-ciri bagian perut besar dan oosite berwarna opaque, seragam dan
tidak mengandung cairan. Sedangkan untuk induk jantan memiliki kualitas
sperma yang baik diciri-cirikan apabila diurut pada bagian ujung anus, keluar
cairan putih kental (tidak encer). Setelah didapatkan induk yang siap memijah,
induk di bawa ketempat inkubasi induk, untuk selanjutnya dilakukan penyuntikan.
Menurut Supriyadi dkk., (1997), kriteria induk yang matang gonad adalah sebagai
berikut :
Induk betina bagian perut terlihat membuncit dan lunak serta daerah sekitar
lubang uregenetical berwarna kemerah-merahan. Contoh telur di ambil dengan
kateter, kemudian diamati tingkat dengan pengamatan visual. Induk yang siap
untuk dipijahkan telurnya berwarna kekuningan, dengan diameter 1,0 – 1,2 mm
dan jika direndam larutan serta terlihat inti berada dipinggir.
Induk jantan bagian perut terlihat biasa, bentuk alat kelamin menonjol. Bila dipijat
bagian perut kearah lubang uregenetical akan mengeluarkan cairan sperma
berwarna putih susu.
Menurut Jauhari dkk., (2012) keriteria seleksi induk didasarkan pada bentuk fisik,
ukuran berat, umur, tingkat kesehatan dan kematangan gonad memiliki ciri-ciri :
postur tubuh cenderung melebar, perut lembek, halus dan membesar kearah anus,
urogenital membengkak dan membuka serta berwarna merah tua. Sedang postur
tubuh induk jantan relative lebih langsing dan panjang, apabila bagian perut dekat
lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental/cairan sperma.
Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel telur dari induk betina. Induk yang
siap dipijahkan mempunyai diameter telur yang seragam, warna putih kekuningan
dengan diameter telur 1 – 1,2 mm.
Menurut Purnama dkk., (2011), induk betina yang sudah ovulasi di striping dan
telurnya ditampung dalam baskom plstik kering, kemudian induk jantan di
striping untuk diambil spermanya dan ditampung dalam baskom yang berisi telur
dari induk betina. Telur dan sperma diaduk secara perlahan sampai sperma dan
telur tercampur merata. Untuk memudahkan proses pencampuran sperma dengan
telur dapat ditambahkan larutan NaCl 0,8%. Tahap selanjutnya adalah melakukan
pembuahan (inseminasi). Pembuahan dilakukan dengan cara memasukan wadah
telur yang sudah dicampur dengan sperma.
Setelah menetas menjadi larva, 10-12 jam kemudian mulai bergerak naik turun.
Larva yang berumur 1 hari dapat dipindahkan ke wadah lain untuk pemeliharaan.
Sebuah aquarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm dapat diisi larva sebanyak
500 ekor. Selama 2 hari larva memanfaatkan kuning telur (yolk sack) pada
tumbuhannya. Bekal kuning telur tersebut mulai habis ketika memasuki hari ke-3,
sehingga segera diberi suspensi makanan alami berupa kutu air (Moina), atremia,
rotifera dan jentik-jentik nyamuk. Pada hari ke-5, larva sudah dapat diberikan
pakan berupa tepung hati dan pada hari ke-10 larva sudah dapat diberikan tubifex
atau daging ikan yang telah digiling. Jumlah pakan yang diberikan kepada larva
adalah sampai kenyang (ad libitum) (Kordi, 2005).
Makanan yang cocok untuk larva yang dipelihara di aquarium dapat berupa
plankton yang diberikan dalam kondisi hidup, segar atau awetan. Pada awal
penebaran larva diberi pakan berupa Rotifera, pakan diberikan sedikit demi
sedikit setiap 0,5 jam –1 jam Pada hari ke empat pakan diberikan yang ukurannya
lebih besar berupa Nauplii Artemia sp. atau Paramaecium. Untuk benih
1.000.000 dalam satu minggu diberikan pakan sebanyak 3-4 liter pakan alami
dengan taksiran larva akan memakan 3-4 ekor pakan alami. Pakan tambahan dapat
diberikan berupa cincangan cacing Tubifex, Moina sp, Daphnia sp. emulsi telur
dan pellet yang kemudian disaring dengan saringan ukuran 100-200 mikron
(Susanto, 2009).
Lama penetasan telur ikan setelah ditebar didalam bak fiber yang di lengkapi hapa
yaitu selama 35 - 40 jam setelah pembuahan. Pada keesokan paginya dihitung
jumlah telur yang terbuahi untuk mendapatkan nilai dari Fertility Rate (% FR).
Pada sore harinya dilakukan penghitungan terhadap telur-telur yang sudah
menetas untuk mengetahui daya tetas telur (% HR). Selanjutnya itu dilakukan
pemeliharaan larva.
Telur yang telah menetas, menjadi larva dan berkembang menjadi benih akan
bergerak mengikuti aliran menuju ke bak penampungan yang telah dipasang hapa
halus. Proses pemanenan dilakukan pada hari ke-15 dari penebaran dengan cara
benih yang ber ada di hapa penampungan diseok dengan menggunakan serok
dengan jaring halus secara hati-hati, kemudian benih yang didapat ditampung
dalam wadah yang telah disiapkan (BBAT Jambi, 2011).
Pemanenan dilakukan setelah benih mencapai ukuran tertentu atau satu bulan
pemeliharaan. Pemanenan dapat dilakukan pada pagi dan malam hari saat suhu
masih rendah guna menghindari ikan patin terkena stres. Pemanenan dilakukan
dengan mengurangi air didalam media pemeliharaan sebesar 80–90 %. Setelah air
dikurangi, benih ditangkap dengan menggunakan serok, dan ditampung didalam
baskom (Khairuman dan Sudenda, 2009).
Menurut Kordi (2005), yang menyatakan bahwa pemanenan benih dilakukan pada
akhir masa pemeliharaan. Panen dilakukan secara total dengan menangkap semua
benih dan mengeringkan baknya. Air dibuang sebanyak 90 % dari total volume
bak. Benih ditangkap dengan menggunakan serok, kemudian ditampung
sementara dalam ember atau wadah lain.
3.7. Pendederan
Benih yang telah di pelihara selama 15 hari, kemudian dipindahkan lagi ke wadah
yang lebih besar untuk didederkan. Adapaun tahapan-tahapan pendederan adalah
sebagai berikut :
Untuk pendederan benih ikan patin, dapat digunakan kolam tanah. Kolam
dikeringkan terlibih dahulu selama 3 – 5 hari untuk menguapkan gas beracun yang
terdapat di dalam tanah. Dasar kolam diratakan dan dibuat agak miring kearah
saluran pembuangan. Pada dasar kolam juga dibuatkan kemalir dengan lebar 40
cm dan tinggi 10 cm, kemalir ini dibuat untuk memudahkan saat pemanenan.
Setelah semua konstruksi kolam telah selesai, kemudian kolam dipupuk dengan
menggunakan kotoran ayam sebanyak 50 – 100 gr/m2. Kolam yang telah dipupuk
selajutnya diisi air setinggi 40 cm dan dibiarkan selama 5 hari (air tidak dialirkan).
2. Penebaran Benih
Setelah wadah dan media siap, maka dilakukan penebaran benih. Padat
penebrannya sebanyak 60-100 ekor/m2. Sebelum dilakukan penebaran, dilakukan
aklimatisasi agar benih tidak stress. Proses aklimatisasi ini dengan cara
menambahkan sedikit demi sekit air kolam pemeliharaan ke bak atau kantong
benih agar kualitas airnya sama.
Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pagi hari saat
kondisi perairan tidak terlalu panas. Agar ikan tidak stress, sebelum ikan di
tebarkan, perlu dilakukan aklimatisasi (Penyesuaian kondisi lingkungan) sekitar
5-10 menit.(Siregar,2002).
3. Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi laju pertumbuhan
benih. Pakan yang digunakan untuk pendederan patin sebaiknya yang mempunyai
kandungan protein diatas 30%.penggunaan pakan menjadi penting
Pakan tambahan lainnya juga bisa diberikan adalah limbah ikan, udang-udangan,
moluska dan bekicot. Pemberian pakan jenis ini sesuai dengan pakan ikan patin di
alam (Susanto dan Amri, 2005).
keuntungan. Ikan budidaya mempunyai konversi pakan yang berbeda, tergantung
dari jenis, umur, ukuran ikan, pakan dan kondisi lingkungan (Kordi, 2005)
Jumlah pakan biasanya 3-4% dari bobot total ikan per hari. Pellet ini ada yang
dibuat sendiri (pellet lokal) dan ada pula pellet buatan pabrik (pellet komersial).
Pakan tambahan lainnya juga bisa diberikan adalah limbah ikan, udang-udangan,
moluska dan bekicot. Pemberian pakan jenis ini sesuai dengan pakan ikan patin
dialam (Susanto dan Amri, 2005).
4. Kualitas Air
Kualitas air penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin. Air yang
kurang baik dapat menyebabkan ikan terserang penyakit. Ikan patin bisa bertahan
hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek. Akan tetapi, ikan patin akan
tumbuh normal dan optimal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal
sebagaimana perairan alami atau habitat aslinya (Djarijah, 2001).
Adapun parameter kualitas air yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Kualitas air penting untuk diperhatikan dalam budidaya ikan patin. Air yang
kurang baik dapat menyebabkan ikan terserang penyakit (Khairuman dan
Sudenda, 2002) .
Menurut Djarijah (2001), ikan patin bisa bertahan hidup pada perairan yang
kondisinya sangat jelek. Akan tetapi, ikan patin akan tumbuh normal dan optimal
di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana perairan alami atau
habitat aslinya. Setelah proses aklimatisasi selesai, benih siap
Suhu
Menurut Djarijah (2001), keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan
patin adalah 28-29 0C. Kehidupannya mulai terganggu pada apabila suhu perairan
mulai turun sampai 14-15 0C atau meningkat di atas 35 0C. Aktivitasnya terhenti
pada perairan yang suhunya di bawah 6 0C atau di atas 42 0C. Sedangkan menurut
Ghufran (2005), suhu optimal untuk patin berkisar antara 26-33 0C.
Oksigen Terlarut
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang cukup tahan dengan kekurangan
oksigen di dalam air, hampir sama halnya dengan ikan lele. Apabila kandungan
oksigen di dalam air kurang, ikan patin akan mengmbil langsung oksigen di udara
bebas. Bahkan ikan patin dapat bertahan hidup selama beberapa saat di darat.
Kandungan oksigen yang baik minimal 4 mg/liter air (Khairuman dan Sudenda,
2002). Sedangkan kandungan oksigen yang optimal bagi larva ikan patin adalah 3
mg/liter. Apabila konsentrasi oksigen cukup tinggi larva, larva menyebar secara
merata dalam tangki. Sebaliknya, apabila konsentrasi oksigen sangat rendah, larva
berkonsentrasi dibagian yang banyak arus aerasi atau jalan pemasukan air
(Slambrouck, dkk., 2005).
3.8. Pemanenan
Setelah proses pendederan selesai, maka dilakukan pemanen. Panen ini dilakukan
dengan cara memasang saringan pada saluran pembuangan bagian dalam,
kemudian air di kolam di buang sampai hanya tersisa di kemalir. Ikan yang
terkumpul di kemalir diambil dengan menggunakan seser yang lembut agar benih
tidak terluka. Ikan yang telah di panen di tampung pada bak dengan menggunakan
air bersih. Setalah semua benih dipanen, dilakukan seleksi ukuran (grading) untuk
memisahkan ukuran yang berbeda. Ikan yang telah di seleksi ukurnnya, sudah
siap untuk di tebar di kolam pembesaran. Apabila jarak kolam pembesaran jauh
dari tempat pendederan, perlakukan pengemasan (packing). harus diperhatikan
dalam melakaukn pengemasan benih.
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak
cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem
tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan
penyakit serta
bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah
diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi
yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5
m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas
sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam
pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
1) Sistem terbuka Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atautidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba
dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih
ukuran 3-5 cm.
memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume
media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na 2(HPO)4
H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan
kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian
benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air.
3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume
keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1);
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Dalam melakukan penyuntikkan, diharapkan pada saat memegang ikan kita tidak
banyak bergerak agar ikan kondisi tetap tenang sehingga kita mudah untuk
melakukan penyuntikan pada ikan serta kita dapat menghasilkan kualitas telur dan
embrio yang lebih baik sehingga kita mendapatkan kualitas benih yang baik.
DAFTAR PUSTAKA