Ayu Julianti Fajrin-1-33

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

OPTIMASI FORMULA ORALLY DISINTEGRATING TABLET

(ODT) LORATADINE MENGGUNAKAN KOMBINASI


SUPERDISINTEGRAN DENGAN METODE KEMPA
LANGSUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Ayu Julianti Fajrin


12151005

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2019
OPTIMASI FORMULA ORALLY DISINTEGRATING TABLET
(ODT) LORATADINE MENGGUNAKAN KOMBINASI
SUPERDISINTEGRAN DENGAN METODE KEMPA
LANGSUNG

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk memenuhi persyaratan Tugas Akhir II

Ayu Julianti Fajrin


12151005

Bandung, 22 Juli 2019


Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

( Garnadi Jafar, M.Si., Apt. ) ( Ira Adiyati Rum, M.Si. )


PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di


Perpustakan Sekolah Tinggi Farmasi Bandung dan terbuka untuk
umum.

Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau


peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh skripsi


haruslah seizin Ketua Program Studi di lingkungan Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung.

i
ABSTRAK

OPTIMASI FORMULA ORALLY DISINTEGRATING TABLET


(ODT) LORATADINE MENGGUNAKAN KOMBINASI
SUPERDISINTEGRAN DENGAN METODE KEMPA
LANGSUNG

Oleh:
AYU JULIANTI FAJRIN
12151005

Orally Disintegrating Tablet (ODT) merupakan suatu bentuk


modifikasi sediaan obat yang dapat dengan cepat terdisintegrasi dan
terlarut dalam saliva, umumnya kurang dari 60 detik yang dirancang
dalam bentuk sediaan tablet. Pada penelitian ini model bahan aktif
yang digunakan adalah Loratadine. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh kombinasi superdisintegran
Croscarmellose Sodium dan Crospovidone terhadap ODT
Loratadine dengan parameter waktu disintegrasi, waktu pembasahan,
dan disolusi, serta memperoleh komposisi formula dengan kombinasi
superdisintegran Croscarmellose Sodium dan Crospovidone yang
menghasilkan ODT loratadine paling baik. Pada penelitian ini dibuat
6 rancangan formula dengan F1 sebagai control negatif tanpa
superdisintegran, selanjutnya kombinasi superdisintegran
croscarmellose sodium dan crospovidone secara berurutan dalam
persentase F2 (0:5), F3 (1:4), F4 (2,5:2,5), F5 (4:1), dan F6 (5:0).
Berdasarkan hasil penelitian konsentrasi crospovidone tertinggi (5%)
merupakan hasil ODT terbaik, meskipun pada penelitian ini
konsentrasi crospovidone tertinggi merupakan komposisi tunggal
tanpa croscarmellose sodium. Hasil penelitian formula pada
crospovidone tertinggi (F2) adalah sebagai berikut: kekerasan 1,58
kp, kerapuhan 0,53%, waktu disintegrasi 1 3,83 detik, waktu
disintegrasi 2 3,52 detik, waktu pembasahan 4,92 detik, dan disolusi
pada menit ke-15 yaitu 115,60 %.

Kata kunci: ODT, superdisintegran, loratadine.

ii
ABSTRACT

FORMULA OPTIMIZATION OF LORATADINE ORALLY


DISINTEGRATING TABLET (ODT) USING
SUPERDISINTEGRANT COMBINATION BY DIRECT
COMPRESSION

By:
AYU JULIANTI FAJRIN
12151005

Orally Disintegrating Tablet (ODT) is a modified form of a drug


preparation that can quickly disintegrate and dissolve in saliva,
generally less than 60 seconds designed in tablet dosage forms. In
this study the active ingredient used was Loratadine. The purpose to
this study was to determine the effect of a combination of
Croscarmellose Sodium and Crospovidone superdisintegrants on
Loratadine ODT with parameters of disintegration time, wetting
time, and dissolution, as well as obtaining the composition of the
formula with a combination of superdisintegrant Croscarmellose
Sodium and Crospovidone which produces the best loratadine ODT.
In this study 6 formula formulas were made with F1 as negative
controls without superdisintegrants, then a combination of
superdisintegrant croscarmellose sodium and crospovidone
sequentially in percentage F2 (0: 5), F3 (1: 4), F4 (2.5: 2.5) , F5 (4:
1), and F6 (5: 0). Based on the research results, the highest
crospovidone concentration (5%) is the best ODT result, although in
this study the highest crospovidone concentration was a single
composition without croscarmellose sodium. The results of the
research formula on the highest crospovidone (F2) were as follows:
hardness of 1.58 kp, fragility of 0.53%, disintegration time of 1.83
seconds, disintegration time of 2 3.52 seconds, wetting time of 4.92
seconds, and dissolution in the 15th minute of 115.60%.

Keywords: ODT, superdisintegrant, loratadine.

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan atas


kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, atas
petunjuk dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan
proposal penelitian tugas akhir ini dengan judul “Optimasi Formulasi
Orally Disintegrating Tablet (ODT) Loratadine dengan
menggunakan metode Desain Faktorial” tepat pada waktu yang telah
ditentukan meskipun tidak sedikit hambatan yang dihadapi penulis.

Adapun proposal ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu


syarat kelulusan di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung pada program
studi strata satu.

Dengan segala kerendahan hati, rasa terima kasih penulis sampaikan


tiada terhingga atas segala bimbingan dan bantuan yang telah
diberikan dalam penyusunan proposal ini, kepada yang terhormat:
1) Bapak Garnadi Jafar, M.Si.,Apt selaku dosen pembimbing
utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
dalam membimbing dan mengarahkan penyusunan proposal
ini.
2) Ibu Ira Adiyati Rum, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing
serta yang telah membimbing dan mengarahkan selama
penyusunan proposal ini.
3) Ibu Lia Marliani, M.Si.,Apt selaku dosen wali yang selalu
memberikan arahan selama proses perkuliahan.

iv
4) Kedua orang tuaku, ibu N Karsilah, A.md dan bapak
Enceng Suryadi, S.Pd.I yang selalu memberikan dukungan
moril maupun materil serta doa yang tiada hentinya.
Terimakasih atas segala nasehat dan dorongan serta
kesabaran yang tiada putus – putusnya.
5) Suamiku Hendri Yudi Sulaeman Ros, S.Ak., terimakasih
atas segala dukungan, doa, dan kesabaran yang diberikan.
6) Seluruh dosen Sekolah Tinggi Farmasi Bandung yang telah
meberikan ilmu serta mendidik penulis.
7) Seluruh staf dan karyawan Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung yang telah memberi bantuan selama proses
perkuliahan.
8) Rekan – rekan seperjuangan angkatan 2015 dan semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang
telah mendukung dan membantu penulis dalam proses
penyusunan proposal ini.
9) Tasya, Erni, Fury, dan Dieka rekan di PT. Errita Pharma
yang telah mendukung dan membantu penulis dalam proses
penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari atas jauhnya kesempurnaan dalam penyusunan


proposal ini, baik dari segi materi dan mungkin juga dari segi bahasa
serta penyajian. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan segala
kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan penulisan proposal
ini.

v
Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberi manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Bandung, Juli 2019


Penulis

(Ayu Julianti Fajrin)

vi
DAFTAR ISI

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ............................................ i


ABSTRAK ........................................................................................ ii
ABSTRACT ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
I.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah .................................................................. 5
I.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
I.4. Hipotesa Penelitian ................................................................. 5
I.5. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 7
II.1 Orally Disintegrating Tablet (ODT) ....................................... 7
II.2 Superdisintegran .................................................................... 9
II.3 Monografi Bahan ................................................................. 13
II.4 Uji Karakterisasi Bahan ....................................................... 17
II.5 Uji Evaluasi Sediaan ODT ................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 21
BAB IV ALAT DAN BAHAN ....................................................... 23
VI.1 Alat ..................................................................................... 23
VI.2 Bahan .................................................................................. 23
BAB V PROSEDUR KERJA .......................................................... 24
V.1 Formulasi ODT Loratadine .................................................. 24

vii
V.2 Uji Karakterisasi Bahan ....................................................... 25
V.3 Uji Evaluasi ODT Loratadine .............................................. 26
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 33
VI.1 Hasil Uji Karakterisasi Bahan ............................................ 33
VI.3 Hasil Uji Evaluasi Tablet Loratadine ................................. 35
BAB VII .......................................................................................... 45
Kesimpulan dan Saran ..................................................................... 45
VII.1 Kesimpulan ....................................................................... 45
VII.2 Saran ................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 46
LAMPIRAN A ................................................................................ 51
LAMPIRAN B ................................................................................ 52
LAMPIRAN C ................................................................................ 57
LAMPIRAN D ................................................................................ 61

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Pemeriksaan Organoleptis Bahan ............................... 51


Lampiran B. Hasil Evaluasi Tablet.................................................. 52
Lampiran C. Data Uji Statistik Evaluasi Tablet .............................. 57

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Mekanisme swelling dan wicking................................ 10


Gambar II.2 Mekanisme deformation dan repulsion ....................... 11
Gambar II.3 Struktur kimia loratadine ............................................ 13
Gambar II.4 Struktur kimia Microcrystalline cellulose ................... 14
Gambar II.5 Struktur kimia Sucralose ............................................. 16
Gambar VI.1 Hasil Evaluasi Karakterisasi Bahan dengan FTIR ..... 33
Gambar VI.2 Hasil Evaluasi Karakterisasi Bahan dengan X-RD.... 34
Gambar VI.3 Hasil Evaluasi Keragaman Bobot .............................. 35
Gambar VI.4 Hasil Evaluasi Keseragama Ukuran .......................... 36
Gambar VI.5 Hasil Evaluasi Kekerasan .......................................... 37
Gambar VI.6 Hasil Evaluasi Kerapuhan (Friability) ....................... 38
Gambar VI.7 Hasil Evaluasi Disintegrasi ........................................ 40
Gambar VI.8 Hasil Evaluasi Waktu Pembasahan ........................... 41
Gambar VI.9 Hasil Evaluasi Uji Disolusi........................................ 42
Gambar VI.10 Hasil Evaluasi Uji Kadar Loratadine ....................... 43
Gambar VI.11 Hasil Evaluasi Uji Keseragaman Kandungan .......... 44

x
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Penyimpangan Bobot Tablet ........................................... 18


Tabel II.2 Ketentuan Keseragaman Sediaan .................................... 20
Tabel V.1. Formula ODT Loratadine .............................................. 24
Tabel VI.1 Hasil Uji Disolusi ......................................................... 42

xi
BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pengembangan obat di Industri Farmasi yang dilakukan oleh bagian
Research and Development (RD) bertujuan untuk meningkatkan efek
farmakologis yang baik dengan cara meningkatkan kecepatan kerja
obat dan meningkatkan mutu obat. Pengembangan obat tersebut
seiring perkembangan teknologi dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya modifikasi bentuk sediaan (Lestari, 2015).

Orally Disintegrating Tablet (ODT) merupakan suatu bentuk


modifikasi sediaan obat yang dapat dengan cepat terdisintegrasi dan
terlarut dalam saliva, umumnya kurang dari 60 detik yang dirancang
dalam bentuk sediaan tablet (Bhowmik dkk., 2009). Definisi ODT
menurut Food and Drug Administration (FDA) tahun 2008 Amerika
Serikat adalah suatu sediaan obat padat yang mengadung zat aktif,
yang ketika ditempatkan di lidah dapat terintegrasi dengan cepat dan
biasanya dalam hitungan detik. Tujuan utama suatu tablet dibuat
ODT adalah untuk meningkatkan onset aksi obat (Onset of Action/
OOA) (Mettu & Veerareddy, 2013).

OOA pada suatu obat meningkat ditandai dengan parameter


farmakokinetik diantaranya mempercepat waktu untuk obat
mencapai konsentrasi maksimal (Tmax) dengan hasil konsentrasi
maksimal (Cmax) dan Area Under Cover (AUC) yang semakin
besar. Hal tersebut telah dibuktikan pada salah satu penelitian dari

1
2

keterolac tromethamine yang di optimasi dalam sediaan ODT dan di


uji coba terhadap 6 orang dewasa. Hasil penelitian tersebut
merupakan komparasi keterolac tromethamine dalam sediaan ODT
dengan tablet konvensional antara lain Tmax yang semakin cepat
dari 2 jam menjadi 1 jam serta meningkatnya Cmax dari 988,22
ng/mL menjadi 1248,39 ng/mL dan AUC dari 3173,07 ng/mL.jam
menjadi 3890,68 ng/mL.jam (Mettu & Veerareddy, 2013).

Sebelum kepada parameter farmakokinetik yang diujikan kepada


manusia, ODT juga dapat dilihat parameternya berdasarkan uji
secara in vitro. Pengujian in vitro yang dilakukan yaitu pada uji
disintegrasi, uji waktu pembasahan, dan uji disolusi dimana
rancangan suatu ODT akan mempercepat waktu disintegrasi serta
waktu pembasahan dan memperbesar hasil uji disolusi. Hal ini telah
dibuktikan terhadap beberapa penelitan diantaranya yang dilakukan
oleh (Rani dkk., 2017) yang melakukan optimasi terhadap atenolol
tablet dengan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran.
Setelah atenolol dibuat ODT waktu disintegrasi semakin cepat yaitu
dari 15,48 detik menjadi 4 detik jika dibandingkan dengan tablet
konvensional. Sama halnya seperti waktu disintegrasi, waktu
pembasahan semakin cepat pula yaitu dari 9,53 detik menjadi 7
detik. Setelah itu dilakukan uji disolusi dengan hasil yang lebih besar
yaitu dari 53,85% menjadi 98,31%.

Penelitian kedua dan ketiga dilakukan ODT terhadap piroksikam


tablet dengan superdisintegran yang berbeda. Pada penelitian kedua
ODT piroksikam dioptimasi dengan primogel sebagai
3

superdisintegran. Hasil dari penelitian antara lain mempercepat


waktu disintegrasi dari 174 detik sebagai tablet konvensional
menjadi 52,33 detik setelah dibuat ODT dengan penambahan 5%
primogel, sedangkan hasil disolusi meningkat dari 90,26% sebagai
tablet konvensional menjadi 95,24% setelah dibuat ODT dengan
penambahan 5% primogel (Praswati, 2005). Pada penelitian ketiga
dengan model bahan aktif farmasi (BAF) yang sama, namun
superdisintegran yang berbeda yaitu Ac-Di-Sol. Jika dikomparasikan
tablet hasil optimasi ODT 3% Ac-Di-Sol dengan tablet konvensonal
yaitu waktu disintegrasi menjadi lebih cepat dari 223,67 detik
menjadi 11,33 detik serta meningkatkan hasil disolusi dari 32,71%
menjadi 94,37 % (Sayekti, 2006).

Hasil dari ketiga penelitian tersebut membuktikan bahwa, ODT


dapat mempercepat waktu disintegrasi dan waktu pembasahan serta
meningkatkan hasil disolusi. Optimasi ODT pada penelitian ini
menggunakan model BAF loratadine. Loratadine merupakan
antihistamin generasi ke 2 yang diperbolehkan beredar sejak tahun
1993 (Gunawijaya, 2001). Mekanisme obat ini yaitu bekerja dengan
selektif mengikat kehistamin H-1 reseptor perifer pada sel efektor
dan tidak menimbulkan efek sedasi (MIMS, 2015). Farmakokinetik
dari loratadine memiliki dosis independen dari 10 mg sampai 40 mg
dengan kadar puncak dalam darah (Cmax) antara lain 30.5 ng/mL.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak kadar (Tmax)
selama 1,3 jam dan waktu paruh (T 1/2) 8,4 jam (Salem dkk., 2010).
Pemberian loratadine 10 mg selama 10 hari sebagai sediaan ODT
pada orang dewasa yang sehat menghasilkan konsentrasi plasma
4

puncak dan area di bawah kurva konsentrasi-waktu plasma (AUCs)


sekitar 6 dan 11% lebih besar dibandingkan dengan tablet loratadine
konvensional (Mcevoy, 2008).

Kelebihan loratadine ini antara lain tidak mempunyai efek terhadap


susunan saraf pusat dan tidak pula menimbulkan efek sedasi
dibandingkan dengan antihistamin generasi sebelumnya
(Gunawijaya, 2001).

Dalam membuat ODT penambahan superdisintegrant merupakan hal


paling penting, karena berperan terhadap disintegrasi (Solaiman
dkk., 2016). Adanya kombinasi dari superdisintegran croscarmellose
sodium dan crospovidone diharapkan bisa mempercepat disintegrasi
pada suatu ODT. Crospovidone memiliki mekanisme kerja jika
terkena air akan mengalami sedikit pembengkakan (swelling) dan
akan kembali ke ukuran seperti pada saat awal dikempa, namun
bekerja secara kapiler (wicking) sehingga akan semakin membesar
lalu menghancurkan tablet 7 – 12 kalinya dalam waktu kurang dari
30 detik. Sedangkan croscarmellose sodium memiliki 2 mekanisme
kerja, yaitu pembengkakan (swelling) 4 – 8 kalinya dalam waku 10
detik dan aksi kapiler (Wicking) yang akan membuat ikatan antar
partikel menjadi lemah hingga pada akhirnya tablet akan hancur
(Bhowmik dkk., 2009).

Optimasi ODT dengan kombinasi superdisintegrant dilakukan


dengan metode kempa langsung. Metode kempa langsung dipilih
5

karena lebih efisien dibandingkan metode pembuatan tablet lainnya


dan lebih mudah diimplementasi dalam sebuah industri farmasi.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh kombinasi superdisintegran
croscarmellose sodium dan crospovidone terhadap waktu
disintegrasi, waktu pembasahan, dan disolusi ODT
loratadine?
2. Pada formula dengan kombinasi bagaimanakah
superdisintegran croscarmellose sodium dan crospovidone
yang menghasilkan ODT loratadine lebih baik?

I.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh kombinasi superdisintegran
Croscarmellose Sodium dan Crospovidone terhadap ODT
loratadine dengan parameter waktu disintegrasi,waktu
pembasahan, dan disolusi.
2. Memperoleh komposisi formula dengan kombinasi
superdisintegran Croscarmellose Sodium dan Crospovidone
yang menghasilkan ODT loratadine paling baik.

I.4. Hipotesa Penelitian


Formula Orally Disintegrating Tablet (ODT) paling baik
terdapat dari kombinasi superdisintegran Croscarmellose
Sodium dan Crospovidone dengan konsentrasi crospovidone
tertinggi, karena dapat mempercepat waktu disintegrasi dan
waktu pembasahan.
6

I.5. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di salah satu Industri Farmasi
Kabupaten Bandung pada bulan Februari sampai bulan April
2019.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Orally Disintegrating Tablet (ODT)


II.1.1 Mekanisme ODT
Secara umum ODT diformulasikan untuk cepat terdisintegrasi di
dalam mulut hanya dengan saliva tanpa bantuan air. Hal ini mebuat
kenyamanan dan kepatuhan pasien meningkat baik untuk anak,
dewasa, maupun lanjut usia. Selain hal tersebut, ODT juga dapat
digunakan untuk memberikan obat ke rongga mulut dengan efek
lokal sehingga menghindari first-pass metabolism di hati (Razak
dkk., 2015).

II.1.2 Karakteristik Ideal ODT


ODT mempunyai karekteristik ideal yang menjadi pembeda dengan
tablet konvensional. Karakterisik yang hendaknya dimiliki,
diantaranya yaitu (Razak dkk., 2015):
1. Mempermudah administrasi obat
ODT yang didesain memiliki waktu disintegrasi kurang dari 60
detik di mulut hanya dengan saliva, dapat mempermudah
administrasi obat. Kepatuhan pasien juga lebih baik karena
administrasi yang mudah. Seperti dalam kasus pasien geriatrik
dan pediatrik yang sulit menelan tablet konvensional.
2. Penutupan rasa dari BAF.
Penutupan ODT akan mengalami disintegrasi dalam mulut,
oleh karena itu rasa memiliki peran penting. Penutupan rasa
ideal hendaknya memberikan mouth feel yang baik tanpa
sensasi berpasir (grittiness).

7
8

3. Friability
ODT dibuat dengan kekuatan kempa yang sangat rendah,
sehingga kerapuhan menjadi lebih tinggi dari tablet
konvensional. Hal tersebut dilakukan agar ODT cepat
terdisintegrasi dan melarut dalam mulut.

II.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Formulasi ODT


ODT memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki
ODT antara lain, yaitu (Bhowmik dkk., 2009):
1. ODT dapat diberikan kapan dan dimana saja tanpa bantuan air.
2. Sesuai untuk pasien pediatri dan geriatri yang sulit menelan.
3. Memberikan manfaat bagi pasien yang membutuhkan tindakan
sangat cepat seperti ketika mabuk perjalanan atau serangan
alergi.
4. Bioavaibilitas meningkat dikarenakan disintegrasi dan
pelarutan obat dalam waktu cepat pada obat yang sukar larut
dan hidrofobik.
5. ODT menggabungkan dua kelebihan yakni sediaan padat yang
stabil dan sediaan cair yang memiliki bioavailabilitas yang
baik.

Kekurangan ODT yang dimilki antara lain, yaitu:


1. Penanganan yang hati – hati sangat diperlukan karena tablet
biasanya memiliki kekuatan mekanik yang tidak baik.
2. Jika diformulasikan tidak baik, maka tablet yang dikonsumsi
akan meninggalkan rasa yang tidak enak di mulut.
9

II.1.4 Metode Formulasi ODT


Metode formulasi ODT secara umum dibagi menjadi 2, yaitu metode
yang melibatkan proses pemanasan dan tanpa melibatkan proses
pemanansan. Metode yang melibatkan proses pemanasan antara lain:
pencetakan tablet (tablet molding), proses gula kapas (cotton candy
process), tekanan peleburan (melt extrusion), dan sublimasi
(sublimation). Sedangkan metode tanpa melibatkan pemanasan
diantaranya kempa langsung (direct compression), liofilisasi (freez
drying), dan sistem efervesen (effervescent system) (Goel dkk.,
2008).

Metode yang paling efisien untuk membuat ODT adalah kempa


langsung (direct compression). Pada metode ini tidak banyak
tahapan yang dilakukan serta dapat menggunakan alat konvensional,
maka dari itu industri farmasi lebih menyukai metode ini (Razak
dkk., 2015). Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk BAF
yang memiliki sifat termolabil dan tidak tahan lembab (Goel dkk.,
2008).

II.2 Superdisintegran
Bahan penghancur atau superdisintegran merupakan komponen
penting pada ODT. Superdisintegran dapat memfasilitasi ODT agar
mudah hancur, sehingga disolusi dapat berlangsung lebih cepat.
Superdisintegran mempunyai kemampuan mengembang yang sangat
tinggi dan cepat sehingga teblet lebih cepat hancur dibandingkan
disintegran biasa. Penggunaan superdisintegran yang sesuai dalam
jumlah yang optimal diperlukan untuk memberikan laju disintegrasi
10

tablet yang cepat (Pahwa and Gupta, 2011). Beberapa mekanisme


superdisintegran untuk disintegrasi, antara lain :
a. Pengembangan (Swelling)
Superdisintegran dengan aksi pengembangan (swelling) paling
sering dijumpai. Hancurnya tablet dipengaruhi porositas. Semakin
rendah porositas tablet, maka semakin besar tenaga untuk
menghancurkan tablet (Bhowmik dkk., 2009).
b. Porositas dan Aksi kapiler (Wicking)
Aksi kapiler selalu menjadi langkah pertama pada disintegrasi.
Mekanisme dari superdisintgran ini antara lain, ketika tablet
dimasukan ke media yang cocok maka media tersebut akan
menembus ke dalam tablet menggantikan udara yang terabsorbsi
pada partikel. Hal tersebut membuat ikatan antar molekul melemah
sehingga dapat memecah tablet menjadi partikel halus. Penyerapan
air oleh tablet tergantung pada hidrofilisitas obat / eksipien dan pada
kondisi tablet.(Bhowmik dkk., 2009).

Gambar II.1 Mekanisme swelling dan wicking


(Bhowmik dkk., 2009)
11

c. Perubahan bentuk (Deformation)


Selama proses pengempaan, partikel pada tablet akan mengalami
deformasi. Partikel yang membentuk tablet akan kembali ke bentuk
semula ketika terkena air, sehingga partkel tablet saling berdesakan
kemudian hancur (Bhowmik dkk., 2009).
d. Perenggangan (Repulsion)
Pada teori ini menjelaskan mengenai mekanisme disintegrasi tablet
selain pengembangan (swelling), yaitu perenggangan (repulsion).
Mekanisme aksi dari perenggangan (repulsion) antara lain ketika air
masuk ke dalam tablet maka partikel akan tolak menolak sehingga
partikel tablet akan lepas dan hancur (Bhowmik dkk., 2009).

Gambar II.2 Mekanisme deformation dan repulsion


(Bhowmik dkk., 2009)
12

II.2.1 Croscarmellose Sodium


Bahan yang mempunyai nama lain Ac-Di-Sol, carmellosum natricum
conexum, crosslinked carboxymethylcellulose sodium, explocel,
modified cellulose gum, nymcel ZSX, pharmacel XL, primellose,
solutab, dan vivasol ini merupakan hasil modifikasi antara carboxy
methyl cellulose yang diproduksi oleh FMC Biopolymer.
Croscarmellose sodium memiliki pemerian berupa serbuk berwarna
putih atau putih keabuan yang tidak berbau. Bahan ini memiliki 2
aksi kerja antara lain porositas dan aksi kapiler (wicking) dan
pembengkakan secara cepat (rapdly swelling). Croscarmellose
sodium berfungsi sebagai disintegran tablet pada konsentrasi 0,5 –
5,0 % dan disintegran kapsul dengan konsentrasi 10 – 25 % (Rowe
dkk., 2009).

II.2.2 Crospovidone
Crospovidone dengan nama kimia 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone
homopolymer memiliki rumus kimia (C6H9NO)n dan bobot molekul
lebih dari 1.000.000. Nama lain dari crospovidone diantaranya,
crospovidonum, crospopharm, crosslinked povidone, E1202,
Kollidon CL, Kollidon CL-M, Polyplasdone XL, Polyplasdone XL-
10, polyvinylpolypyrrolidone, PVPP, 1-vinyl-2-pyrrolidinone
homopolymer. Pemerian dari bahan ini adalah serbuk berwarna putih
hingga putih krem yang tidak berbau dan tidak berasa, mudah
mengalir, dan bersifat higroskopik. Crospovidone sebagai bahan
tambahan berfungsi sebagai disintegran tablet pada konsentrasi 2 – 5
% pada tablet dengan metode granulasi basah, granulasi kering, dan
13

kempa langsung. Dengan gaya kapilaritas yang tinggi dan cepat


membuat tablet mudah hancur (Rowe dkk., 2009).

II.3 Monografi Bahan


II.3.1 Bahan Aktif Farmasi (BAF)
Loratadine
Loratadine merupakan antihistamin generasi ke 2 yang
diperbolehkan beredar sejak tahun 1993 (Gunawijaya, 2001). Secara
umum loratadine memiliki 2 sifat, yaitu sifat fisika maupun sifat
kimia.

Loratadine dengan nama kimia Etil 4-(8-kloro-5,6-dihidro-11H-


benzo[5,6] siklo hepta [1,2-b]piridin-11-ilidena)-1-piperidin
karboksilat memiliki beberapa sifat kimia, diantaranya memiliki
rumus kimia C22H23ClN2O2 dengan bobot molekul 382,88 dan
struktur kimia seperti pada gambar II.3. Selain sifat kimia, loratadine
juga memiliki sifat fisika diantaranya, berbentuk serbuk putih atau
hampir putih yang tidak larut dalam air namun mudah larut dalam
aseton, kloroform dan toluen (Ditjen POM, 2014).

Gambar II.3 Struktur kimia loratadine


(Ditjen POM, 2014)
14

Mekanisme kerja dari obat ini yaitu dengan selektif mengikat


histamin H-1 reseptor perifer pada sel efektor dan tidak
menimbulkan efek sedasi karena memiliki sifat lipofilik yang lebih
rendah dibandingkan antihistamin generasi pertama sehingga sulit
menembus sawar darah otak (MIMS, 2015). Loratadine
membutuhkan waktu 1,3 jam untuk mencapai puncak kadar (Tmax),
sehingga obat ini secara oral dapat diabsorbsi dengan baik. Waktu
paruh (T1/2) yang dimiliki loratadine adalah 8,4 jam. Proses
metabolisme dilakukan di hati yang menghasilkan metabolit aktif
berupa desloratadine. Sejumlah 80 % dari dosis yang dikonsumsi
dalam bentuk metabolit aktif dieskresi dalam bentuk urin dan feses
(Salem dkk., 2010).

II.3.2 Bahan Eksipien


Microcrystalline cellulose

Gambar II.4 Struktur kimia Microcrystalline cellulose


(Rowe dkk., 2009)

Microcrystalline cellulose merupakan selulosa yang dipolimerisasi


menjadi serbuk kristal berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau,
15

dan terdiri dari partikel berpori. Bahan ini digunakan sebagai


eksipien terutama sebagai pengikat (binder) - pengisi (diluent) tablet
maupun kapsul. Microcrystalline cellulose tidak kompatibel dengan
zat pengoksidasi kuat (Rowe dkk., 2009).

Lactose Spray Dried


Lactose Spray Dried merupakan kristal berwarna putih, tidak berasa,
dan memiliki sedikit rasa manis. Bahan eksipien ini berfunsi sebagai
pengikat (binder), pengikat (binder) - pengisi (diluent), dan
meningkatkan laju alir pada metode kempa langsung (Rowe dkk.,
2009).

Croscarmellose Sodium
Croscarmellose Sodium merupakan serbuk putih hingga putih
keabuan, tidak berbau, dan tidak berasa. Kelarutan dari
Croscarmellose Sodium tidak larut air namun mampu membengkak
4 hingga 8 kalinya. Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, dan
toluena. Dalam sediaan oral bahan ini digunakan sebagai
superdisintegran hingga 5% pada sediaan tablet, kapsul, dan granul.
Croscarmellose Sodium tidak kompatibel dengan asam kuat atau
dengan garam besi yang larut dan beberapa logam lain seperti
aluminium, merkuri, dan seng (Rowe dkk., 2009).

Crospovidone
Crospovidone merupakan serbuk halus berwarna putih atau putih
krem, mudah mengalir, tidak berasa, tidak berbau, dan higroskopis.
Bahan ini praktis tidak larut dalam air namun mudah larut dalam
16

pelarut organik. Crospovidone merupakan bahan eksipien obat yang


berfungsi sebagai superdisintegrant dan peningkat disolusi pada
konsentrasi 2 – 5 %, baik pada tablet kempa langsung, granulasi
basah, dan granulasi kering. Bahan ini tidak kompatibel dengan
bahan pengawet karena akan terjadi pembentukan komplek (Rowe
dkk., 2009).

Sucralose

Gambar II.5 Struktur kimia Sucralose


(Rowe dkk., 2009)

Sucralose merupakan serbuk kriltal berwarna putih atau hampir


putih. Kelarutan dari sucralose yaitu mudah larut dalam etanol,
metanol, dan air. Bahan eksipien ini berfungsi sebagai pemanis
dengan tingkat kemanisan 300 – 1000 kali dari sucrose (Rowe dkk.,
2009).

Magnesium stearate
Magnesium stearate merupakan serbuk halus berwarna putih terang.
Memiliki sedikit bau asam stearate dan bau khas. Bahan ini praktis
tidak larut dalam air, etanol, dan, eter. Pada formulasi tablet dan
17

kapsul digunakan sebagai lubricant pada konsentrasi 2,5 – 5,0 %.


Tidak kompatibel dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Magnesium stearate
tidak dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin,
beberapa vitamin, dan sebagian besar garam alkaloid.

II.4 Uji Karakterisasi Bahan


II.4.1 Uji Fourier Transform-Infra Red (FTIR)
Uji FTIR dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi
pada masing-masing bahan yang digunakan dalam formula ODT
loratadine. Adanya interaksi dapat dilihat pola spectra bahan yang
diuji, dengan terbentuknya puncak baru. Bahan uji dikatakan
inkompatibel jika membentuk puncak baru (Bandari dkk,. 2012).

II.4.2 X-Ray Diffraction (X-RD)


X-RD dilakukan untuk mengetahui sifat kristalinitas dari BAF dan
eksipien. Semakin kristal suatu bahan semakin rendah kelarutannya.

II.5 Uji Evaluasi Sediaan ODT


II.5.1 Uji Keragaman Bobot
Tablet yang tidak bersalut harus memenuhi keragaman bobot dengan
ketentuan yang ada pada tabel II.4. Tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang bobotnya melebihi 10% serta tidak satupun tablet dan bobot
rata – rata yang melebihi dari 20% terhadap 20 tablet dengan bobot
teoritis untuk 1 tablet 26 mg sampai dengan 150 mg (Ditjen POM,
1979).
18

Tabel II.1 Penyimpangan Bobot Tablet


(Ditjen POM, 1979)
Bobot rata – rata Penyimpangan Bobot rata – rata(%)
tablet ( mg) A B

< 25 15 30
26 – 150 10 20
151 – 300 7,5 15
> 300 5 10

II.5.2 Uji Keseragaman Ukuran dan Kekerasan Tablet


Tablet dinyatakan memenuhi syarat jika diameter tablet tidak lebih
dari 3 kali dan kurang dari 4/3 tebal tablet. Selain berkaitan dengan
estetika jika suatu tablet melebihi syarat maka akan sulit ditelan,
sedangkan jika kurang dari syarat maka saat proses stripping maka
tablet akan mudah patah. Sementara itu pengujian kekerasan tablet
dilakukan untuk menggambarkan kekuatan tablet. Kekerasan tablet
dipengaruhi oleh tekanan kompresi, sifat dari bahan yang dikempa,
banyaknya bahan pengikat, dan metodepembuatan tablet (Ditjen
POM, 1979).

II.5.3 Uji Kerapuhan Tablet


Uji kerapuhan dilakukan untuk memprediksi ketahanan tablet
terhadap goncangan dan pengikisan pada saat proses produksi dan
distribusi. Pengujian dilakukan terhadap 20 tablet pada friability
tester. Nilai kerapuhan tidak boleh lebih dari 1% (Lestari, 2015).
19

II.5.4 Uji Waktu Pembasahan


Waktu pembasahan mempunyai hubungan yang erat dengan struktur
tablet dan hidrofilisitas bahan tambahan. Waktu pembasahan
semakin meningkat dengan adanya penurunan porositas. Waktu
pembasahan memiliki hubungan yang linier dengan waktu
disintegrasi, sehingga semakin cepat waktu pembasahan maka akan
semakin cepat pula waktu disintegrasi (Bhowmik dkk., 2009)

II.5.5 Uji Disintegrasi Tablet


Uji disintegrasi dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
untuk tablet hancur menjadi fine partice. Uji disintegrasi pada
penelitian ini dilakukan dengan dua metode. Metode pertama
menggunakan Alat yang digunakan yaitu disintegration tester yang
di isi air suling dengan mempertahankan suhu 37 oC ± 2oC (USP 40,
2017) dan mengisi gelas kimia 10 mL dengan 10 mLair suling suhu
37oC ± 2oC ( Battue dkk., 2007).
.
II.5.6 Uji Disousi
Disolusi merupakan proses melarutnya BAF dalam suatu sediaan
obat pada mediumnya. Tablet mengalami proses disintegrasi setelah
kontak dengan cairan tubuh. Uji disolusi dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui profil dan kinetika pelepasan obat dari bentuk
sediann yang selanjutnya dapat mengevalusi formula yang terbaik,
oleh karena itu pengujian ini merupakan salah satu pengujian yang
penting pada ODT (Lestari, 2015).
20

II.5.7 Uji Keseragaman Kandungan


Pengujiaan keseragaman terdiri dari 2 jenis yaitu, keragaman bobot
dan keseragaman kandungan. Adapun ODT loratadine diuji
keseragaman kandungan sesuai dengan ketentuan yang ada pada
tabel II.5.
Tabel II.2 Ketentuan Keseragaman Sediaan
(Ditjen POM, 2014)
Bobot BAF
Bentuk
Tipe Subtipe ≥ 25 mg & < 25 mg atau
Sediaan
≥25 % < 25 %
Tidak Keragaman Keseragaman
bersalut Bobot Kandungan
Film Keragaman Keseragaman
Tablet
Bobot Kandungan
Bersalut
Lainnya Keseragaman Keseragaman
Kandungan Kandungan

Anda mungkin juga menyukai