Renungan WPL WPP 18 Oktober
Renungan WPL WPP 18 Oktober
Renungan WPL WPP 18 Oktober
Umumnya orang menginginkan kehidupan yang bahagia walaupun jalan yang ditempuh setiap orang
tidak sama, tetapi setiap kita sama-sama menjalani hidup untuk berusaha mencapai kebahagiaan itu.
Hari ini bacaan kitab suci mengingatkan kita akan salah satu kuncinya, yaitu, dua kata saja : Jangan
kuatir. Siapakah diantara kita yang tidak pernah kuatir? Apakah mungkin kita bisa hidup tanpa
merasa takut? Setiap hari ada banyak hal yang dapat membuat kita kuatir dan takut. Mungkin itulah
sebabnya, ada banyak sekali kata “Jangan takut” atau “jangan kuatir” ditulis dalam Kitab Suci. Kata
kuatir jumlahnya ada sekitar 365 kali, untuk mengingatkan kita setiap hari dalam setiap tahun agar
kita tidak lekas takut dan kuatir akan apapun dalam hidup ini.
Pemazmur: dalam bacaan hari ini mau mengingatkan kita bahwa ; Jangan marah kepada orang yang
berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang.(ayat 1) Mengapa hal itu diingatkan
pemazmur? Karena memang kecenderungan kita manusia adalah suka iri hati dan marah kepada orang
lain. Anak-anak Tuhan yang merasa hidup ini tidak adil sering bertanya: mengapa orang yang suka
berbuat dosa hidupnya enak, sukses dan kaya? Sebaliknya, mengapa orang yang taat kepada Tuhan
selalu berada dalam pergumulan bahkan penderitaan? Di manakah keadilan Tuhan? Lalu mereka
kecewa kepada Tuhan. Pertanyaan seperti itu, bukan hanya terucap pada masa kini, tetapi sudah
dilontarkan orang percaya kepada Tuhan di masa lalu. Namun demikian, pemazmur melalui
perenungan dan pengalaman hidupnya akhirnya memberitakan kesimpulan yaitu bahwa keadaan
orang fasik akan seperti rumput yang layu. Kebahagiaan mereka seperti tumbuh-tumbuhan yang
dulunya hijau kemudian kering (ayat 2). Tidak demikian hidup orang benar sekalipun sering
diperhadapkan dengan tantangan, namun hidup mereka dipelihara Tuhan. Karena itu, pemazmur
mengingatkan, percayalah kepada Tuhan dan tetaplah lakukan yang baik (ayat 3). Berhentilah marah,
jangan panas hati. Karena dalam kondisi demikian, kita gampang melakukan kejahatan.
Bagian kesaksian pemazmur ini juga memberikan kekuatan iman serta penghiburan bagi kita selaku
persekutuan laki-laki gereja. Dalam menjalani hidup ini, jangan suka marah dan iri hati kepada
mereka yang melakukan kejahatan dan kelihatannya sukses atau bahagia. Sebaliknya kita serahkan
semua kekuatiran kita akan kebutuhan hidup ini, sambil tetap berusaha, bekerja keras dan menjaga
langkah kita untuk tetap setia kepada Tuhan. Mari berdiam diri di hadapan Tuhan, dan rangkailah
keinginan serta harapan kita kepadaNya, karena hanya Tuhan yang tahu apa yang baik bagi kita.
Firman Tuhan ini menasihati kita sebagai persekutuan laki-laki gereja untuk tidak perlu kuatir dalam
hidup ini. Kekuatiran akan melemahkan iman dan percaya kita. Ketika kita kuatir kita meragukan
kemahakuaasaan Tuhan dalam hidup kita. Untuk itu, yakinlah bahwa kita tidak sendiri dan Tuhan ada
bersama-sama dengan kita. Ia telah berjanji dan selalu menggenapinya dengan tetap menuntun,
menyertai dan memberkati kita dalam kehidupan ini. Sebab itu tetaplah bersukacita dan
mengagungkan Tuhan dalam hidup kita maka segalanya akan dipenuhi dan ditambahkan-Nya bagi
kita.
Dalam menjalani proses kehidupan ini, ada dua hal yang selalu dikejar oleh manusia. Yakni jasmani
dan rohani. Namun kenyataannya, banyak orang dalam hidup ini lebih condong dan nyaman dengan
menyukai dan mengejar hal-hal yang bersifat jasmani dari pada rohani.
Begitu juga dua perempuan yang disebutkan dalam bacaan kita saat ini. Kedua perempuan tersebut
adalah Martha dan Maria. Disebutkan dalam bacaan kita tadi Maria lebih menyukai hal-hal yang
bersifat Rohani, seperti duduk dekat kaki Tuhan dan mendengar perkataan Tuhan. Sebaliknya Martha
sibuk melayani yesus dengan hal-hal yang bersifat jasmani, seperti soal makan dan minum. Bagi
Yesus.
Kisah ini bukan hendak menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Marta adalah salah, namun
semangat pelayanan dan penyambutan Maria dan Martha terhadap Yesus sama-sama menjadi
pengajaran bagi kita. Pengajaran yang dimaksud adalah ketika kita memadukan kedua cara
penyambutan yang mereka lakukan. Adalah timpang jika perbuatan baik itu tidak memiliki dasar
kebenaran, demikian juga mengenal kebenaran Tuhan tetapi tidak ada aplikasi. Mengenal dan
mencintai kebenaran Tuhan harus beriringan dengan perbuatan.
Itulah sebabnya Lukas menuliskan kisah Maria dan Martha ini tepat disetelah Lukas menuliskan
tentang perumpamaan “Orang Samaria yang murah hati” (10: 25-37). Bahwa tidak cukup hanya
mengenal dan mengetahui tentang kebenaran firman Tuhan, namun lebih dari itu harus menyatakan
pengenalan kebenaran Firman Tuhan itu dalam kehidupan.
Yang menjadi permasalahan bagi Marta adalah terletak pada sikap hatinya, sebab tidak ada yang salah
jika dilihat dari niatnya yang tulus untuk berbuat yang terbaik bagi Yesus. Itulah sebabnya Yesus
mengatakan “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak
perkara”. Kekawatirannya telah membawa dia pada sikap yang salah sampai-sampai dia telah
memerintah Tuhan Yesus. Marta sampai lupa untuk apa dan untuk siapa menyibukkan dirinya.
Sebagi perempuan gereja, sebagai ibu-ibu rumah tangga, terkadang kekuatiran-kekuatiran seperti
yang dialami Martha juga katong alami dalam kehidupan setiap hari. Ketika uang bulanan habis, uang
makan seng ada lai katong mulai kuatir dan marah. Kemudian melampiaskan kemarahan kepada
suami dan anak-anak kita. Padahal hal-hal seperti demikian bisa didiskusikan , dibicarakan dengan
baik tetapi karena rasa kuatir yang berlebihan membuat pertengkaran dalam rumah tangga itu terjadi.
Firman Tuhan bilang; Jang Balisa soal eso lusa, susah sahari cukup par sahari. Jang balisa soal apa
yang katong makang deng minong, soal apa yang katong pake tapi berusahalah dan serahkan samua
par Tuhan, percaya Tuhan dengan demikian segala sesuatu akan dipenuhi dan ditambahkanNya par
katong. Tuhan menolong kita. Amin!