Uas Praktik Kebidanan - Melia Rahma Desi
Uas Praktik Kebidanan - Melia Rahma Desi
Uas Praktik Kebidanan - Melia Rahma Desi
a. Benar Pasien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien dan meminta
klien menyebutkan namanya sendiri. Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus
diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung
kepada pasien atau keluarganya.
Jika pasien tidak sanggup merespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya.
Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.Jadi terkait dengan klien yang
benar, memiliki implikasi keperawatan diantaranya mencakup memastikan klien
dengan memeriksa gelang identifikasi dan membedakan dua klien dengan nama yang
sama.
b. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Baca Label Obat 3 Kali Untuk menghindari kesalahan, sebelum memberi obat kepada
pasien, label obat harus dibaca tiga kali:
1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat
2. Sebelum menuang/ mengisap obat dan
3. Setelah menuang/mengisap obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke
bagian farmasi.
Bidan harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya hampir
sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin, quinidin dan quinine,
Demerol dan dikumarol, dst.
Implikasinya adalah pertama, periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah.
Jika perintah tidak lengkap atau tidak sah, beritahu perawat atau dokter yang
bertanggung jawab. Kedua, ketahui alasan mengapa pasien mendapat terapi tersebut
dan terakhir lihat label minimal 3 kali.
c. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker, sebelum dilanjutkan
ke pasien. Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar
pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung
kembali dan diperiksa oleh perawat lain. Jika pasien meragukan dosisnya perawat
harus memeriksanya lagi.
Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul
atau tabletnya. Misalnya dapat dilihat pada gambar dibawah, Diazepam Tablet,
dosisnya berapa? Ini penting !! karena 1 tablet amlodipin dosisnya ada 5 mg, ada juga
10 mg. Jadi anda harus tetap hati tetap hati-hati dan teliti.
d. Benar Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberikan melalui oral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah
(misalnya garam besi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat dipersiapkan dalam
bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi
menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis
ini, bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien
diberitahu untuk tidak minum antasida atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah
minum obat.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti diluar usus atau tidak melalui saluran cerna. Obat dapat diberikan
melalui intracutan, subcutan, intramusculer dan intravena.
c. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulcolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar/kejang
(stesolid supp).
Pemberian obat melalui rektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbutamol (ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
e. Benar Waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis
obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari),
t.i.d (tiga kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar
obat dalam plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½) yang
panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu. Beberapa obat
diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama
makanan (Kee and Hayes, 1996).
Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan,
harus diberikan satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu/produk susu karena kandungan kalsium dalam
susu/produk susu dapat membentuk senyawa kompleks dengan molekul obat sebelum
obat tersebut diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
Dalam hal terapi,setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasa