Perencanaan Job Mix Design
Perencanaan Job Mix Design
Perencanaan Job Mix Design
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPOPNEGORO
2017 / 2018
PEMBAHASAN
1. Semen Portland tipe I, yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang
tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan
pada jenis-jenis lain.
2. Semen Portland tipe II, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Semen Portland tipe III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
4. Semen Portland tipe IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
membutuhkan kalor hidrasi rendah.
b. Agregat
Agregat adalah material yang digunakan secara bersamaan dengan
sutu media pengikat untuk pembentuk beton, seperti pasir, kerikil, batu pecah.
Fungsi agregat adalah sebagai bahan pengisi dengan jumlah sekitar 75% dari
volume beton. Berdasarkan yang tertulis pada teknologi beton, butiran pada
agregat kasar besarnya lebih besar dari 4,80 mm. Sedangkan yang lebih kecil dari
4,8 mm biasa disebut dengan agregat halus.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar agregat dapat
memberikan campuran pada beton dengan baik:
1. Bentuk Agregat (bulat, panjang, pipih);
2. Tekstur permukaan butiran (halus atau kasar, mengkilap atau
kusam);
3. Ukuran maksimum agregat;
4. Gradasi (distribusi ukuran butiran agregat).
Agregat Halus
Agregat Kasar
2. Agregat berat Agregat berat adalah agregat yang berat jenisnya lebih dari 2,8
gram/cm3 , misalnya magnetil (Fe3O4), barites (BaSO4) atau serbuk besi. Beton
yang dihasilkan mempunyai berat jenis yang tinggi yaitu sampai dengan 5
gram/cm3 yang digunakan sebagai dinding pelindung. 15
3. Agregat ringan Agregat ringan adalah agregat yang berat jenisnya kurang dari 2
gram/cm3 misalnya tanah bakar (bloated clay), abu terbang (fly ash), busa terak
tanur tinggi (foamed blast furnace slag). Agregat ini biasanya digunakan untuk
beton ringan yang biasanya dipakai untuk elemen non-struktural.
c. Pasir
1. Jenis-jenis pasir
Pasir Merah
Pasir merah atau suka disebut Pasir Jebrod kalau di daerah Sukabumi
atau Cianjur karena pasirnya diambil dari daerah Jebrod Cianjur. Pasir
Jebrod biasanya digunakan untuk bahan Cor karena memiliki ciri lebih
kasar dan batuannya agak lebih besar.
Pasir Elod
Ciri ciri dari pasir elod ini adalah apabila dikepal dia akan menggumpal
dan tidak akan puyar kembali. Pasir ini masih ada campuran tanahnya dan
warnanya hitam. Jenis pasir ini tidak bagus untuk bangunan. Pasir ini
biasanya hanya untuk campuran pasir beton agar bisa digunakan untuk
plesteran dinding, atau untuk campuran pembuatan batako.
Pasir Pasang
Yaitu pasir yang tidak jauh beda dengan pasir jenis elod lebih halus dari
pasir beton. Ciri-cirinya apabila dikepal akan menggumpal dan tidak akan
kembali ke semula. Pasir pasang biasanya digunakan untuk campuran pasir
beton agar tidak terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran dinding.
Pasir Beton
Yaitu pasir yang warnanya hitam dan butirannya cukup halus,
namun apabila dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan puyar
kembali. Pasir ini baik sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi,
pemasangan bata dan batu.
Pasir Sungai
Pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-
batuan yang keras dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara
0,063 mm – 5 mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan
pasangan. Biasanya pasir ini hanya untuk bahan campuaran saja.
3. MHB
1. Satu set ayakan 4.75 mm,2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm dan
sisa.
2. Alat getar ayakan
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
4. Kuas pembersih ayakan
5. Cawan
Modulus halus butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga dapat
untuk mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil.
Penggolongan gradasi pasir dapat diperoleh dari grafik modulus halus butiran
pasir.
Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan :
1. Modulus halus butiran pasir = 2,41
2. Berdasarkan grafik modulus halus butiran pasir maka gradasi pasir termasuk
daerah II ( agak kasar )
3. Termasuk modulus halus butiran pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan
Seperti halnya saat kita hendak membuat campuran semen , pasir , kerikil dan air
untuk mendapatkan kualitas beton yang baik.
Biasanya kita menggunakan perbandingan 1 : 2 : 3. Atau semen satu bagian, pasir
dua bagian dan kerikil tiga bagian dari keseluruhan campuran.
Namun terdapat kendala dimana satuan semen biasanya adalah dalam kilogram,
sedangkan pasir dan kerikil adalah meter kubik (m3).
Untuk mendapatkan perbandingan campuran ketiga bahan tersebut agar sesuai
dengan yang kita kehendaki, maka satuannya harus disamakan.
Karena satuan semen adalah kilogram dan kita harus mengubahnya ke dalam
satuan volume yaitu meter kubik (m3), maka kita harus tahu berapa meter kubik
(m3) semen dengan berat 1 kg.
Atau berapa kilogram berat semen sebanyak volume 1 meter kubik (1 m3).
Untuk mengetahui hal ini, maka diperlukan suatu percobaan sederhana, yaitu
dengan menggunakan wadah ukur dengan volume 1 liter, lalu wadah tersebut kita
isi semen sampai penuh satu liter.
Setelah itu kita timbang berat semen yang sudah kita tetapkan volumenya
sebanyak 1 liter.
Berat semen 1 liter setelah ditimbang ternyata seberat 1,5 kg.
Maka dapat kita hitung untuk 1 meter kubik semen adalah :
1 liter = 1 desimeter kubik (dm3)
1 m3 = 1000 dm3
1m3 semen = 1000 x 1,5 kg = 1500 kg
Maka didapat semen dengan berat 1500 kg sama dengan 1 m3
Jika perbandingan campuran adalah 1 : 2 : 3
Maka rincian campurannya untuk membuat beton dengan volume 1m3, adalah :
Karena semen pada umumnya tersedia dengan satuan kilogram, maka semen
dengan volume 0,167 m3 dapat kita ubah ke dalam satuan berat kilogram,yaitu :
1 m3 semen = 1500 kg
Percobaan untuk mengetahui berapa berat suatu benda dalam satuan volume
adalah sama dengan bagaimana cara mengetahui berapa berat jenis benda tersebut.
http://eprints.ums.ac.id/27768/3/BAB_I.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/8784/4/3TS14043.pdf