Perencanaan Job Mix Design

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN JOB MIX DESIGN

DENGAN METODE COBA-COBA

Disusun Oleh :

Wahyu Zidan Maftuh 40030117060079

Denni Yoga Setiawan 40030117060081

Mercusuar Kemal Gibran S 40030117060090

Tegar Bagus Wijanarko 40030117060100

Dosen Pengampu :

Ir. H. Suharjono, Sp, MT

PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPOPNEGORO
2017 / 2018

PEMBAHASAN

a. Semen dan Air

Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara


menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang
bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu
atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan
bahan tambahan lainnya (SNI 15-2049-2004).

Menurut SNI 15-2049-2004 semen Portland dibedakan menjadi 5


jenis/tipe, yaitu :

1. Semen Portland tipe I, yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang
tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan
pada jenis-jenis lain.

2. Semen Portland tipe II, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.

3. Semen Portland tipe III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

4. Semen Portland tipe IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya
membutuhkan kalor hidrasi rendah.

5. Semen Portland tipe V, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya


memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi


semen, membasahi agregat, dan memberikan kemudahan dalam proses pengerjaan
beton. Air yang dapat diminum umumnyan dapat digunakan sebagai campuran
beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan (Mulyono, 2004).

b. Agregat
Agregat adalah material yang digunakan secara bersamaan dengan
sutu media pengikat untuk pembentuk beton, seperti pasir, kerikil, batu pecah.
Fungsi agregat adalah sebagai bahan pengisi dengan jumlah sekitar 75% dari
volume beton. Berdasarkan yang tertulis pada teknologi beton, butiran pada
agregat kasar besarnya lebih besar dari 4,80 mm. Sedangkan yang lebih kecil dari
4,8 mm biasa disebut dengan agregat halus.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar agregat dapat
memberikan campuran pada beton dengan baik:
1. Bentuk Agregat (bulat, panjang, pipih);
2. Tekstur permukaan butiran (halus atau kasar, mengkilap atau
kusam);
3. Ukuran maksimum agregat;
4. Gradasi (distribusi ukuran butiran agregat).

Agregat Halus

Menurut Tjokrodimuljo (2007) agregat halus (pasir) adalah batuan


yang mempunyai ukuran butir antara 0,15 mm hingga 5 mm. Agregat halus dapat
diperoleh dari dalam tanah, dasar sungai atau dari tepi laut. Berdasarkan
gradasinya, agregat halus (pasir) memiliki batas sebagaimana tercantum pada
Tabel 3.1 seperti dibawah ini:

Agregat Kasar

Menurut Mulyono (2004), agregat kasar adalah batuan yang


mempunyai ukuran butir lebih besar dari 4,80 mm (4,75 mm), sedangkan menurut
Tjokrodimuljo (2007) agregat kasar dibedakan menjadi 3 berdasarkan berat
jenisnya, yaitu sebagai berikut:
1. Agregat normal Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antar 2,5–
2,7 gram/cm3 . Agregat ini biasanya berasal dari granit, basal, kuarsa dan lain
sebagainya. Beton yang dihasilkan mempunyai berat 2,3 gram/cm3 dan biasa
disebut beton normal.

2. Agregat berat Agregat berat adalah agregat yang berat jenisnya lebih dari 2,8
gram/cm3 , misalnya magnetil (Fe3O4), barites (BaSO4) atau serbuk besi. Beton
yang dihasilkan mempunyai berat jenis yang tinggi yaitu sampai dengan 5
gram/cm3 yang digunakan sebagai dinding pelindung. 15

3. Agregat ringan Agregat ringan adalah agregat yang berat jenisnya kurang dari 2
gram/cm3 misalnya tanah bakar (bloated clay), abu terbang (fly ash), busa terak
tanur tinggi (foamed blast furnace slag). Agregat ini biasanya digunakan untuk
beton ringan yang biasanya dipakai untuk elemen non-struktural.

c. Pasir

1. Jenis-jenis pasir

Pasir Merah
Pasir merah atau suka disebut Pasir Jebrod kalau di daerah Sukabumi
atau Cianjur karena pasirnya diambil dari daerah Jebrod Cianjur. Pasir
Jebrod biasanya digunakan untuk bahan Cor karena memiliki ciri lebih
kasar dan batuannya agak lebih besar.
Pasir Elod
Ciri ciri dari pasir elod ini adalah apabila dikepal dia akan menggumpal
dan tidak akan puyar kembali. Pasir ini masih ada campuran tanahnya dan
warnanya hitam. Jenis pasir ini tidak bagus untuk bangunan. Pasir ini
biasanya hanya untuk campuran pasir beton agar bisa digunakan untuk
plesteran dinding, atau untuk campuran pembuatan batako.

Pasir Pasang
Yaitu pasir yang tidak jauh beda dengan pasir jenis elod lebih halus dari
pasir beton. Ciri-cirinya apabila dikepal akan menggumpal dan tidak akan
kembali ke semula. Pasir pasang biasanya digunakan untuk campuran pasir
beton agar tidak terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran dinding.
Pasir Beton
Yaitu pasir yang warnanya hitam dan butirannya cukup halus,
namun apabila dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan puyar
kembali. Pasir ini baik sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi,
pemasangan bata dan batu.
Pasir Sungai
Pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-
batuan yang keras dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara
0,063 mm – 5 mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan
pasangan. Biasanya pasir ini hanya untuk bahan campuaran saja.

2. Tingkat kandungan lumpur

Menurut standar SK SNI S-04-1998-F,1989, pasir untuk bahan


bangunan (kecuali agregat khusus, misalnya : agregat ringan dan
sebagainya) sebaiknya dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai berikut
:

1) Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2


2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik
matahari dan hujan). Jika diuji dengan larutan garam natrium sulfat
bagian yang hancur maksimum 12% dan jika diuji dengan garam
magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimum 10%.
3) Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%, jika kandungan lumpur
pasir melebihi 5% maka pasir harus dicuci.
4) Tidak mengandung zat organik yang terlalu banyak, yang
dibuktikan dengan percobaan warna dengan menggunakan larutan
NaOH 3%. Warna cairan di atas endapan pasir tidak boleh lebih
gelap dari warna standar pembanding.
5) Distribusi ukuran butiran pasir mempunyai modulus kehalusan
antara 1,5 sampai 3,8 dengan variasi butiran sesuai standar gradasi
pasir.
6) Untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat halus tidak
boleh reaktif terhadap alkali.
7) Agregat halus dari laut/pantai, penggunaannya harus dengan
petunjuk lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

3. MHB

Pemeriksaan modulus halus pasir adalah cara untuk mengetahui


nilai kehalusan atau kekasaran suatu agregat. Kehalusan atau kekasaran
agregat dapat mempengaruhi kelecakan dari mortar beton, apabila agregat
halus yang terdapat dalam mortar terlalu banyak akan menyebabkan
lapisan tipis dari agregat halus dan semen akan naik ke atas.
Benda uji yang digunakan adalah pasir dengan berat minimum 500 gr.
Sedangkan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Satu set ayakan 4.75 mm,2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm dan
sisa.
2. Alat getar ayakan
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
4. Kuas pembersih ayakan
5. Cawan

Cara pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :

1. Ambil pasir dengan berat 500 gr


2. Masukkan pasir ke dalam set ayakan
3. Pasanglah set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian getarkan selama
30 detik
4. Ambil ayakan dari atas alat getar, kemudian timbang lah pasir yang tertinggal
dari masing-masing tingkat ayakan

Untuk mengetahui gradasi pasir, perhatikan contoh perhitungan dibawah ini :


Pada saat pengayakan pasir, maka akan didapatkan berat pasir yang tertinggal
untuk masing-masing ayakan. selanjutnya adalah dilakukan pengolahan atas
data yang diperoleh tersebut.
1. Cara perhitungan berat tertinggal (%) = { ( berat tertinggal / total tertinggal
) x 100% }

 Ayakan 4,75 mm = { ( 1,6 / 499,6 ) x 100% } = 0,4 %


 Ayakan 2,36 mm = { ( 32,5 / 499,6 ) x 100% } = 6,5 %
 Ayakan 1,18 mm = { ( 94,1 / 499,6 ) x 100% } = 18,9 %
 Ayakan 0,60 mm = { ( 113,9 / 499,6 ) x 100% } = 22,7 %
 Ayakan 0,30 mm = { ( 111,3 / 499,6 ) x 100% } = 22,3 %
 Ayakan 0,15 mm = { ( 88,9 / 499,6 ) x 100% } = 17,8 %
 Ayakan sisa = { ( 57,3 / 499,6 ) x 100% } = 11,4 %

2. Cara perhitungan berat kumulatif (%) = berat tertinggal ayakan + berat


kumulatif ayakan diatasnya

 Ayakan 4,75 mm = 0,4 + 0 = 0,4 %


 Ayakan 2,36 mm = 0,4 +6,5 = 6,9 %
 Ayakan 1,18 mm = 6,9 + 18,9 = 25,8 %
 Ayakan 0,60 mm = 25,8 + 22,7 = 48,5 %
 Ayakan 0,30 mm = 48,5 + 22,3 = 70,8 %
 Ayakan 0,15 mm = 70,8 + 17,8 = 88,6 %
 Ayakan sisa = 88,6 + 11,4 = xxxxx
3. Cara perhitungan berat kumulatif lewat ayakan (%) = 100% – berat
kumulatif ayakan

 Ayakan 4,75 mm = 100 – 0 = 99,6 %


 Ayakan 2,36 mm = 100 – 6,9 = 93,1 %
 Ayakan 1,18 mm = 100 – 25,8 = 74,2 %
 Ayakan 0,60 mm = 100 – 48,5 = 51,5 %
 Ayakan 0,30 mm = 100 – 70,8 = 29,2 %
 Ayakan 0,15 mm = 100 – 88,6 = 11,4 %
 Ayakan sisa = 100 – 100 = xxxxx

Dari perhitungan diatas bisa didapatkan tabel dibawah ini :

Contoh Hasil Pengujian


4. Cara perhitungan modulus halus (MHB) = total berat kumulatif / 100
MHB = 241 / 100 = 2,41
5. Dari modulus halus (MHB) tersebut didapatkan gradasi pasir masuk daerah
II dengan menggunakan grafik modulus halus butiran pasir.
Pada umumnya pasir dapat dikelompokkan menjadi 3 macam tingkat
kehalusan, yaitu :

 Pasir halus : m.h.b 2,20 – 2,60


 Pasir sedang : m.h.b. 2,60 – 2,90
 Pasir kasar : m.h.b. 2,90 – 3,20

Modulus halus butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga dapat
untuk mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil.
Penggolongan gradasi pasir dapat diperoleh dari grafik modulus halus butiran
pasir.
Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan :
1. Modulus halus butiran pasir = 2,41
2. Berdasarkan grafik modulus halus butiran pasir maka gradasi pasir termasuk
daerah II ( agak kasar )
3. Termasuk modulus halus butiran pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan

4. Berat Jenis Air

Seperti halnya saat kita hendak membuat campuran semen , pasir , kerikil dan air
untuk mendapatkan kualitas beton yang baik.
Biasanya kita menggunakan perbandingan 1 : 2 : 3. Atau semen satu bagian, pasir
dua bagian dan kerikil tiga bagian dari keseluruhan campuran.

Namun terdapat kendala dimana satuan semen biasanya adalah dalam kilogram,
sedangkan pasir dan kerikil adalah meter kubik (m3).
Untuk mendapatkan perbandingan campuran ketiga bahan tersebut agar sesuai
dengan yang kita kehendaki, maka satuannya harus disamakan.
Karena satuan semen adalah kilogram dan kita harus mengubahnya ke dalam
satuan volume yaitu meter kubik (m3), maka kita harus tahu berapa meter kubik
(m3) semen dengan berat 1 kg.
Atau berapa kilogram berat semen sebanyak volume 1 meter kubik (1 m3).
Untuk mengetahui hal ini, maka diperlukan suatu percobaan sederhana, yaitu
dengan menggunakan wadah ukur dengan volume 1 liter, lalu wadah tersebut kita
isi semen sampai penuh satu liter.
Setelah itu kita timbang berat semen yang sudah kita tetapkan volumenya
sebanyak 1 liter.
Berat semen 1 liter setelah ditimbang ternyata seberat 1,5 kg.
Maka dapat kita hitung untuk 1 meter kubik semen adalah :
1 liter = 1 desimeter kubik (dm3)
1 m3 = 1000 dm3
1m3 semen = 1000 x 1,5 kg = 1500 kg
Maka didapat semen dengan berat 1500 kg sama dengan 1 m3
Jika perbandingan campuran adalah 1 : 2 : 3

Maka rincian campurannya untuk membuat beton dengan volume 1m3, adalah :

Semen = 1/6 x 1m3 = 0,167 m3

Pasir = 2/6 x 1m3 = 0,333 m3

Kerikil = 3/6 x 1m3 = 0,5 m3

Karena semen pada umumnya tersedia dengan satuan kilogram, maka semen
dengan volume 0,167 m3 dapat kita ubah ke dalam satuan berat kilogram,yaitu :

1 m3 semen = 1500 kg

0,167 m3 semen = 0,167 m3 x 1500 kg


0,167 m3 semen = 250,5 kg

Percobaan untuk mengetahui berapa berat suatu benda dalam satuan volume
adalah sama dengan bagaimana cara mengetahui berapa berat jenis benda tersebut.

PROPORSI CAMPURAN BETON


http://digilib.unila.ac.id/16608/13/BAB%20IIII.pdf

http://eprints.ums.ac.id/27768/3/BAB_I.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/8784/4/3TS14043.pdf

Anda mungkin juga menyukai