Proposal Ricky Zulhernanda PMM Revisiiii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan sejatinya menjadi warna


perubahan dinamika sosial dan budaya nasional. Pendidikan yang diberikan
melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan harus memenuhi syarat bagi
berkembangnya potensi peserta didik secara maksimal, meliputi potensi
intelektual, spiritual, sosial, moral, dan estetika, untuk membentuk kepribadian
yang matang atau utuh. (Syafaruddin, Asrul, Mesiono, 2012). Pendidikan adalah
suatu proses rangkaian kegiatan pembelajaran yang konsisten dan
berkesinambungan menuju tujuan yang telah ditentukan. (Halimah S, 2012).
Pendidikan memegang peranan penting dalam mengubah sikap dan
perilaku seseorang atau sekelompok orang, menuju kedewasaan manusia.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 (Departemen Pendidikan
Nasional, 2012), pendidikan adalah penciptaan suasana belajar dan proses
pembelajaran secara sadar dan terencana yang memungkinkan peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang mereka
butuhkan. , masyarakat, bangsa dan negara. Undang-undang tersebut
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi
manusia agar mempunyai kekuatan dan keterampilan yang diperlukan bagi
dirinya dan bahkan bangsa Indonesia. ( Simbolon,F.J , Noer,S.H , Gunowibowo
P, 2020)
Matematika adalah bidang ilmu global. itu hidup di alam tak terbatas.
Tidak ada negara yang akan menyangkal keberadaannya, dan tidak ada agama
yang akan menyangkal keberadaannya Jangan mempelajarinya. Dia tidak ingin
terlibat dalam politik, dan dia tidak mau Politisasi. Kehadirannya di dunia sangat
dibutuhkan dan kehidupannya terus berjalan Pembangunan harus memenuhi
kebutuhan manusia, karena tidak ada Aktivitas/perilaku manusia selain

1
matematika. Matematika punya Ratu ilmu-ilmu lain dan pelayan ilmu-ilmu lain.
(Kamarullah, 2017)
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dan dianggap
memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas siswa. Matematika tidak
hanya melatih kemampuan berhitung, tetapi juga berpikir kritis, menganalisis
masalah, mengevaluasi, hingga akhirnya siswa dapat menyelesaikan masalah
mulai dari pemahaman konsep yang benar. Selain pemahaman dan penguasaan
konsep matematika, siswa akan mengembangkan kemampuan bekerja mandiri
maupun kelompok, kekritisan, kreativitas, konsistensi, logika, berpikir sistematis,
menghargai pendapat, kejujuran, percaya diri dan tanggung jawab.
Berkaitan dengan hal tersebut, guru menggunakan berbagai metode untuk
memfasilitasi interaksi kreativitas dalam kegiatan belajar siswa dengan kreativitas
siswa dalam menemukan atau membangun sendiri pengetahuannya dan dalam
mendukung keberhasilan tujuan belajar siswa. (Ali Daulay, A.,B.,A. Jaya, I. Karo-
Karo, I.,R, 2021)
Ketika belajar matematika, siswa dan guru harus selalu berkomunikasi
secara langsung atau tidak langsung. Matematika biasanya disepakati sesuatu
yang abstrak, jadi tidak semua pihak bisa menerjemahkan apa yang sebenarnya
disampaikan dalam kursus. Tentu saja, diperlukan teknik penyampaian pesan
yang tepat untuk ditingkatkan komunikasi matematika. ( Anisa.W. N, 2014)
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib untuk sekolah
jenjang dasar dan menengah. Menurut “Silabus Pengajaran Matematika”
(GBPP), tujuan keseluruhan pengajaran matematika pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah mencakup dua aspek, yaitu:
1. Menyiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam
kehidupan yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar
pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien,
2. Menyiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan .
Dari tujuan umum tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah sangat
berperan penting.Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang menjadi salah satu tujuan penyusunan kurikulum secara
internasional. Kemampuan berpikir matematis sangat diperlukan siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Namun
pentingnya kemampuan berpikir kritis siswa belum sejalan dengan pembiasaan
terhadap kemampuan berpikir kritis.
Menurut (sihotang, kasdin; , 2019) ada beberapa kendala dalam berpikir
kritis. Egosentrisme merupakan hambatan untuk berpikir kritis karena dalam
keadaan pikiran ini setiap orang hanya membela kepentingannya sendiri..
Menurut Gregory Bassham, egosentrisme muncul dalam dua kecenderungan
berpikir kritis :
1. Pikiran egois Suatu cara berpikir yang diyakini oleh seseorang yang
menerima dan mempertahankan suatu keyakinan akan kepentingan diri
sendiri yang berpusat hanya pada diri sendiri.
2. Swalayan Orang yang memikirkan kepentingannya sendiri sebelum orang
lain, artinya orang yang berpikir seperti ini hanya melayani dirinya sendiri.
Seperti halnya pembelajaran matematika di sekolah belum berorientasi
pada hal tersebut, tetapi masih berorientasi pada penyajian konsep dan latihan.
Faktor penyebabnya adalah sistem pembelajaran saat ini yang membiasakan siswa
hanya menerima informasi saja, sehingga siswa hanya mampu menyelesaikan
masalah yang procedural.
Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti di sekolah SMK
Muhammadiyah 8 Medan , peneliti menemukan bahwa masih banyak siswa yang
tidak mampu mengembangkan potensi berfikir kritisnya. Hal ini peneliti
simpulkan saat mengikuti proses pembelajaran di kelas, dimana siswa terlihat
diam saat guru mencoba untuk berintekgrasi dengannya.

Menurut Zhou, (Hidayanti, dkk, 2016) berpikir kritis merupakan bagian


yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan dan berpikir kritis merupakan
kemampuan kognitif yang sangat penting, sehingga sekolah terus berupaya untuk
meningkatkannya. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat dari Chukwuyenum
(Hidayanti dkk, 2016) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis harus
dimasukkan pada kurikulum matematika, sehingga siswa dapat mempelajari
kemampuan berpikir kritis dan mengaplikasikannya untuk meningkatkan
kemampuan: performa dan memberi alasan; memahami tentang hubungan logis
antar ide – ide, membuat dan mengevaluasi argumen; dan menyelesaikan masalah
secara sistematis.
Suharto, ddk (2017) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah
keterampilan yang didapatkan melalui proses, bukan merupakan sifat yang
diwariskan orang tua kepada anaknya. Kemampuan berpikir kritis siswa tentunya
memiliki perbedaan antara setiap individu. Kemampuan berpikir kritis setiap
individu berbeda antara satu dengan lainnya tergantung seberapa jauh kemampuan
yang mereka miliki. Hal ini karena siswa memiliki kecerdasan yang berbeda
sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir kritisnya.
Menurut Abrori (Ramalisa, 2013) tidak semua orang yang mempunyai
banyak pengetahuan atau seseorang yang pandai mampu berpikir kritis.
Sedangkan berpikir kritis merupakan suatu ketrampilan yang menggunakan
pengetahuan dan intelegensi untuk mendapatkan objektivitas dan pandangan yang
dapat diterima oleh akal sehat.
Logika adalah ilmu berpikir dan bernalar yang benar. Secara linguistik,
logika berasal dari kata “logos” (Yunani) yang berarti perkataan, ucapan,
pikiran. Pemahaman ini kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan.
Logika termasuk dalam kategori matematika murni karena matematika
merupakan logika sistematik. Matematika adalah suatu pendekatan logis dengan
menggunakan simbol-simbol matematika atau metode simbolik geometris
(logika simbolik). Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi situasi
di mana kita perlu mengambil keputusan. (Novianti, 2015).
Logika adalah studi tentang penalaran. Dalam teori logika biasa, logika
itu benar atau salah. Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai
beberapa situasi yang tidak dapat dikatakan benar atau salah, melainkan harus
dikatakan hampir benar, agak benar atau serupa. ( Saelan A, 2009)
Widana (2017) memaparkan bahwa Soal-soal HOTS merupakan
instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Soal-soal higher order thinking skill (HOTS) merupakan aspek yang sangat
penting untuk diberikan dalam pembelajaran matematika karena dalam
menyelesaikan permasalahan nyata yang tidak rutin siswa memerlukan
kemampuan berpikir kritis. Dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, maka diperlukan latihan soal-soal HOTS. Dengan demikian, dalam
proses belajar mengajar di kelas seperti ketika ulangan harian, ujian tengah
semester (UTS) atau ujian akhir semester (UAS), guru dapat memberikan soal-
soal atau latihan yang memuat HOTS. diperlukan latihan soal-soal HOTS. Dengan
demikian, dalam proses belajar mengajar di kelas seperti ketika ulangan harian,
ujian tengah semester (UTS) atau ujian akhir semester (UAS), guru dapat
memberikan soal-soal atau latihan yang memuat HOTS.
Hal ini mengakibatkan guru menerapkan metode konvensional dimana
pembelajaran berpusat pada guru, sejalan dengan hal tersebut peneliti mencoba
menggali informasi lebih dalam dengan melakukan wawancara sederhana dengan
guru mata pelajaran berupa pertanyaan bagaimana kemanpuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita ?
Guru menjawab bahwa hampir tidak ada siswa yang mampu mengerjakan
soal-soal cerita di karenakan kemanpuan siswa yang kurang dalam berfikir
abstrak.
Beberapa hal yang menyebabkan kemampuan HOTS siswa berkategori
sedang yaitu siswa menguasai konsep peluang akan tetapi kurang teliti dalam
pengerjaan soal. Beberapa siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi dan
sedang terutama diaspek analisis, adapun pada aspek evaluasi hanya 1 siswa yang
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik mengangkat permasalahan tersebut menjadi suatu penelitian yang berjudul
“Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Tipe
Hots Materi Logika Matematika.Pada Siswa Kelas X DKV SMK Muhammadiyah
8 Medan”.

B. Fokus Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian ini


adalah sebagai berikut :
 Bagaimana kemampuan pemecahan masalah dan kesulitan siswa dalam
mempelajari materi logika matematika?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pertanyaan di atas, maka pertanyaan dalam


penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah ketika
mempelajari logika matematika?
2. Mengapa minat belajar matematika siswa menurun?
3. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa Kelas X DKV SMK
Muhammadiyah 8 Medan dalam menghadapi soal HOTS?
4. Bagaimana kesulitan – kesulitan yang dialami siswa SMK dalam
mempelajari materi tentang logika matematika ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah


sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah ketika mempelajari materi logika matematika.
2. Memahami minat belajar dalam pembelajaran materi logika
matematika
3. Mengetahui dan memahami kemampuan berpikir kritis siswa Kelas
X DKV SMK Muhammadiyah 8 Medan dalam menghadapi soal
HOTS.
4. Mengetahui kesulitan – kesulitan yang dialami siswa SMK dalam
mempelajari materi tentang logika matematika

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan secara khusus dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan soal
HOTS dan secara umum dapat menambah wawasan dan metode
pembelajaran dalam pendidikan matematika.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Siswa
Siswa Siswa akan terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS, serta dapat
mempelajari lebih mendalam soal-soal HOTS yang telah tersedia di internet.
b) Bagi Guru
Guru dapat menambah bahan yang diajarkan berbentuk soal HOTS,
kemudian dapat mengapresiasi dalam perbaikan evaluasi pembelajaran.

c) Bagi Sekolah
Sekolah bisa menerapkan untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa
bukan hanya sebatas pada saat penelitian saja, serta dapat membuka jalan
bagi sekolah untuk membuat siswa berprestasi dalam bidang matematika.
d) Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi yang mendorong peneliti lainnya untuk
melaksanakan penelitian sejenisnya serta dengan mengetahui kemampuan
berfikir kritis siswa dan mengembangkan pengetahuan tentang pembelajaran
matematika yang berbasis HOTS.
BAB II
TELAAH KEPUSTAKAAN

A. Kajian Teori

1. Pembelajaraan matematika

Matematika dianggap pelajaran yang sulit dan membosankan bagi siswa


karena melibatkan banyak rumus. Menurut Wijaya, matematika sering dianggap
pelajaran yang sulit oleh siswa. Supriadi (2008) mengemukakan bahwa
matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan siswa pada
umumnya menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang tidak disukai.
Smith (2010) mengemukakan bahwa siswa mengalami peristiwa negatif berupa
kecemasan saat belajar matematika. Jadi guru perlu menyadari bahwa tidak
semua siswa menyukai matematika. (Lado H, Muhsetyo G, Sisworo, 2016)
Belajar adalah suatu kegiatan yang menyangkut upaya seseorang untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan
menggunakannya sebagai sumber belajar. (Susilana R, dan Riyana C, 2016).
Pembelajaran adalah ketika pendidik secara sadar menanamkan pengetahuan,
menata dan menciptakan sistem lingkungan melalui berbagai cara, sehingga
peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara efektif dan efisien
serta mencapai hasil yang terbaik.
Salah satu kemampuan yang erat kaitannya dengan hasil belajar siswa
adalah kemampuan berpikir logis (reasoning), yaitu kemampuan menemukan
kebenaran berdasarkan aturan, pola, atau logika tertentu (Suriasumantri, 1990).
Kemampuan tersebut perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika
karena dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemahaman
matematika (Sumarmo, 1987; Priatna, 2003). Terlihat bahwa upaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir logis dapat memberikan jembatan bagi siswa
untuk memahami konsep matematika dengan benar dan meningkatkan hasil
belajar matematika. (Usdiyana D, 2009)
Matematika sekolah adalah mata pelajaran matematika pada jenjang
pendidikan sekolah menengah pertama, yang tersusun atas bagian-bagian
8
matematika pilihan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk manusia,
serta dipadukan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuan mempelajari matematika dari sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas adalah untuk membekali siswa dengan kemampuan:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,
secara luas, akurat, efisien dan tepat dalam penyelesaian masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola sifat, dan melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
c. Menyelesaikan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri pada penyelesaian masalah.
f. Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif
serta mempunyai kemampuan bekerja sama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan penguasaan


sebagai kemampuan memahami atau menerapkan pengetahuan,
kecerdasan, dll. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa
penguasaan adalah pengertian. Pemahaman bukan sekedar mengetahui
sifat ingatan (memory), tetapi mampu mengungkapkannya kembali dalam
bentuk lain. Mudah dimengerti.
Penguasaan materi berarti guru tidak hanya mengetahui dan
menguasai materi bidang studi dalam kurikulum sekolah, tetapi juga
menguasai materi yang digunakan untuk memperdalam/menerapkan
bidang studi tersebut
Logika adalah ilmu yang mempelajari tentang penalaran,
khususnya membahas benar tidaknya suatu penalaran. Logika berfokus
pada hubungan antara pernyataan kontradiktif dan isi pernyataan tertentu.
Secara teknis, logika tidak membantu menentukan apakah pernyataan yang
bermakna itu benar; namun, jika kedua pernyataan itu benar, logika
membawa kita pada kesimpulan bahwa keduanya juga benar.
Definisi lain dari logika adalah metode atau teknik yang digunakan
untuk memeriksa keakuratan penalaran. Penalaran adalah bentuk
pemikiran yang bermakna. Secara etimologis, istilah logika berasal dari
kata “logos” (Yunani) yang berarti keseluruhan kata, ucapan, pikiran, atau
bisa juga mencakup arti ilmu pengetahuan.

Dalam arti luas, logika adalah metode dan prinsip yang mampu
membedakan dengan tegas antara penalaran yang benar dan yang salah .
Kata "matematika" berasal dari kata Yunani "máthem" yang diartikan
sebagai "sains, pengetahuan atau pembelajaran". Kata “mathematics” juga
berasal dari kata “mathematikós” yang berarti “suka belajar”. Pada zaman
prasejarah, banyak orang mengenal matematika. Matematika tumbuh dan
berkembang karena adanya proses berpikir. Oleh karena itu, logika
menjadi dasar matematika. Logika adalah "masa bayi" matematika, dan
matematika adalah logika "dewasa".
Sebagai ilmu, matematika adalah alat berpikir, alat komunikasi,
dan alat untuk memecahkan berbagai masalah praktis berdasarkan logika
dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas,
memiliki cabang seperti aritmatika, aljabar, geometri dan analisis (Hamzah
B.Uno, 2009: 129).
Beberapa pandangan tentang beberapa definisi atau pengertian
matematika adalah sebagai berikut :
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi
secara sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis yang berhubungan
dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur – struktur yang logis.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Allah berfirman dalam Al- Qur’an Q.S Ar – Ra’d ayat 11 yaitu:

‫َل ۥ ِّق َٰب ِّمۢن ِن ِه ِم ْلِفِهۦ َف ُظو ۥ ِم َأ ِر ٱلَّلِهۗ ِإَّن ٱلَّل اَل ِّي ا ِبَق ٍم‬
‫َه ُيَغ ُر َم ْو‬ ‫ُه ُمَع ٌت َبْي َيَد ْي َو ْن َخ َيْح َنُه ْن ْم‬
‫َح َّتٰى ُيَغِّيُر و۟ا َما ِبَأنُفِس ِه ْم ۗ َو ِإَذٓا َأَر اَد ٱلَّلُه ِبَق ْو ٍم ُس ٓو ًءا َفاَل َمَر َّد َلُهۥۚ َو َما َلُه م ِّمن ُدوِنِهۦ‬
‫ِم ن اٍل‬
‫َو‬
Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak
ada pelindung bagi mereka selain Dia”.( Q.S Ar – Rad [13] : 11 )
Ayat di atas berdasarkan tafsir (Kemenag RI) menjelaskan bahwa
Allah memiliki malaikat – malaikat yang senantiasa mengikuti manusia
secara bergiliran dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya dengan
perintah allah dan mereka mencatat apa yang muncul darinya berupa
kebaikan atau keburukan. Sesungguhnya allah tidak merubah kenikmatan
yang telah diberikan – Nya kepada suatu kaum keculai jika mereka
merubah apa yang diperintahkan – Nya. Apabila allah menghendaki
petaka kepada suatu kelompok manusia, maka tidak ada tempat berlari
darinya. Mereka tidak akan mendapatkan selain dari allah seorng
pelindung pun yang mengurusi urusan mereka, lalu suatu yang disenangi
didatangkan kepada mereka dan suatu yang tidak disenangi dihindarkan
dari mereka.

2. Pengertian Higher Order Thinking Skill (HOTS)

HOTS ( Higher Order Thinking Skill ), atau konsep keterampilan berpikir


tingkat tinggi, merupakan konsep reformasi pendidikan berbasis taksonomi yang
dimulai pada awal abad ke-21. Konsep ini dimasukkan ke dalam pendidikan yang
bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia menghadapi Revolusi
Industri.
Keterampilan HOTS (Higher Order Thinking Skills) atau proses berpikir
yang biasa disebut dengan Higher Order Thinking Skills menuntut siswa untuk
mengembangkan ide dengan cara yang memberikan makna dan dampak baru.
Limpa mewakili pemikiran yang lebih tinggi, yang melibatkan pemikiran kritis
dan kreatif yang dipandu oleh pemikiran kebenaran, di mana setiap pemikiran
memiliki makna.
Berpikir kritis dan berpikir kreatif saling bergantung, seperti standar dan
nilai, akal dan emosi. HOTS (Higher Order Thinking Skills) pertama kali
dikemukakan oleh Brookhart. Ia mengatakan, “Model ini didefinisikan sebagai
metode transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. HOTS
bukan hanya model masalah, tetapi juga model pembelajaran. Model
pembelajaran keterampilan berpikir didefinisikan sebagai HOTS (Higher Order
Thinking Skills) model penilaian menuntut siswa untuk terbiasa dengan masalah
atau tugas yang diberikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia juga
dijelaskan dalam Pasal 1. Surat Edaran No. 54 Tahun 2013 menjelaskan bahwa
“standar kompetensi lulusan adalah persyaratan kompetensi lulusan yang meliputi
sikap, pengetahuan dan keterampilan”. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
22 Tahun 2016, “Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah” membagi
penilaian pengetahuan menjadi lima tingkatan: memori, pemahaman, aplikasi,
analisis, dan evaluasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat kita lihat bahwa HOTS (High Order
Thinking Skill) merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang harus dimiliki
oleh siswa yang tidak hanya menguji daya ingat siswa, tetapi juga menguji
kemampuan evaluasi, kreativitas, analisis dan berpikir kritis. pemahaman disiplin
dengan peningkatan penekanan pada pemikiran kritis. Pemecahan Masalah Jadi
kemampuan berpikir tingkat tinggi disini menguji tidak hanya kemampuan
mengingat mata pelajaran tetapi juga penerapannya.

3. Kemampuan Berpikir Kritis

a. Kemapuan
Kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal
dari kata “mampu” yang berarti kuasa melakukan sesuatu, sanggup, dapat.
Sedangkan arti “kemampuan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berarti kesanggupan atau kecakapan dalam melaksanakan sesuatu atau sanggup
dalam melaksanakan sesuatu. Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang
individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins &
Judge, 2009).
Kemampuan keseluruhan individu pada dasarnya terdiri atas dua
kelompok faktor, yaitu :
1. Kemampuan intelektual (intellectual ability), merupakan kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental.
2. Kemampuan fisik (physical bility), merupakan kemampuan melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik
serupa.
Dari pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu
keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Pengertian berpikir dalam arti luas adalah bergaul dengan abstraksi –
abstraksi .Dalam arti sempit, pengertian berpikir adalah meletakkan atau mencari
hubungan pertalian antara abstraksi - abstraksi (Purwanto, 2000). Berpikir adalah
Suatu kondisi yang letak hubungannya diantara bagian pengetahuan yang ada
dalam diri seseorang dan dikontrol oleh akal. Akal sebagai kekuatan yang
mengendalikan pikiran.
Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas bahwa berpikir merupakan
aktivitas menstransfer informasi terhadap masalah atau persoalan dengan tetap
berupaya untuk memecahkannya masalahnya. Dengan cara menghubungkan satu
persoalan dengan lainnya sehingga menemukan jalan keluarnya.
Sedangkan pengertian kemampuan berpikir merupakan kesanggupan
sesorang individu dalam mengerjakan beragam tugas dengan akivitas
menstransfer informasi terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk menemukan
jalan keluar suatu masalah.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk berpikir kritis adalah
sebagai berikut (Sani, 2019).
 Diskusi Panel, Simposium, dan Debat Panel, Melibatkan sekelompok siswa
untuk mencari informasi tentang topik khusus, kemudian siswa
menyampaikan informasi tersebut secara interaktif dalam diskusi.
 Seminar Socrates Kegiatan belajar dengan mengajukan pertanyaan baik
dalam mengajukan permasalahan maupun dalam menjawab pertanyaan
diperkenalkan oleh Socrates, sehingga dinamakan metode dialog Socrates.
Socrates sendiri menamakan metode ini: “maieutic” yang berarti “seni
menyampaikan”. Metode tersebut juga dikembangkan menjadi seminar
Socrates (Socratic seminar) yang mengutamakan tanya jawab di kelas.
 Pembelajaran Kooperatif dan Kolaboratif Dikembangkan berdasarkan teori
psikologis social untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam berinteraksi
dengan orang lain.
 Pembelajaran Tutor Sejawat (peer tutoring) Mengajar dengan bantuan
seorang siswa yang kompeten untuk mengajar siswa lainnya.
 Studi Kasus Metode studi kasus juga efektif untuk mengembangkan
keterampilan profesional siswa yang dibutuhkan dalam dunia nyata
 Metode Diskusi Akan menstimulasi berpikir, menantang sikap dan
keyakinan, dan mengembangkan keterampilan interpersonal.
 Metode Belajar Mandiri Guru dapat menugaskan siswa untuk membaca
secara kritis atau menulis secara kritis.

4. Indikator Kemapuan Berpikir Kritis


Beberapa kompetensi yang dicapai untuk mengukur penguasaan siswa
dalam menguasai materi logika matematika tercantum dalam indikator,
diantaranya :
 Menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan.
 Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan serta nilai kebenarannya.
 Menentukan nilai kebenaran suatu operasi logika
 Menentukan nilai kebenaran dan negasi dari pernyataan majemuk berbentuk
konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi.
 Menentukan nilai kebenaran pernyataan yang ekuivalen
 menentukan pernyataan lain yang ekuivalen.
 Menentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari pernyataan berbentuk
implikasi beserta nilai kebenarannya
 Menentukan kesimpulan dari beberapa premis yang diberikan dengan prinsip
modus ponens, modus tolens, dan silogisme.
 Menentukan kebenaran penarikan kesimpulan menggunakan prinsip logika
matematika

5. Indikator kognitif Higher Order Thinking Skills ( HOTS )

Dalam HOTS, proses menganalisis, mengevaluasi serta mencipta


merupakan bagian dari taksonomi kognitif yang dibuat oleh Benjamin S. Bloom
pada tahun 1956.

Pada akhirnya disempurnakan kembali oleh Anderson dan Krathwohl


(2001) menjadi C1-ingatan (remembering), C2-pemahaman (understanding), C3-
menerapkan (applying), C4-analisis (analysing), C5- evaluasi (evaluating), dan
C6-kreasi (creating).
Level satu sampai tiga merupakan kemampuan berpikir tingkat rendah
atau LOTS (Lower Order Thinking Skill) dan level empat sampai enam
merupakan HOTS (Higher Order Thinking Skill) dimana level empat sampai
enam kemampuan menganalisis, mengevaluasi serta mencipta. Adapun dimensi
proses berpikir menurut Anderson dan Krathwohl (2001) sebagai berikut :

HOTS Mencipta Mengkreasi ide/gagasan sendiri.


Kata kerja : mengkonstruksi, desain,
kreasi, mengembangkan, menulis,
memformulasikan

Mengevaluasi Mengambil keputusan sendiri.


Kata kerja : evaluasi, menilai,
menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung
Menganalisis Menspesifikasi aspek-aspek/elemen
Kata kerja : membandingkan,
memeriksa, mengkritisi, mengoprasikan
MOTS Mengaplikasi Menggunakan informasi pada domain berbeda
Kata kerja : menggunakan,
mendemonstrasikan, mengilustrasikan,
mengoprasikan
Memahami Menjelaskan ide/konsep
Kata kerja : menjelaskan,
mengklasifikasikan, menerima, melaporkan
LOTS Mengetahui Mengingat kembali Kata kerja :
mengingat, mendaftar, mengulang,
menirukan

Adapun indikator beserta definisinya dari kemampuan berpikir


tingkat tinggi dapat dilihat pada tabel berikut :

Aspek Level kognitif dan Defenisi


Indikator

C-4 Menganalisis Proses mengurai materi yang kemudian


dicari kaitannya secara keseluruhan

Membedakan Mampu memilah informasi menjadi


bagian relevan dan tidak relevan

Mengorganisasi Mampu mengidentifikasi informasi


menjadi struktur yang terorganisir
Mengartibusi Mampu menentukan pola hubungan
antara bagian tiap struktur informasi

C-5 Mengevaluasi Kegiatan membuat suatu keputusan


berdasarkan kriteria dan standar yang telah
ditentukan.
Memeriksa Mampu mengecek dan menentunkan
bagian yang salah terhadap proses atau pada
sebuah pernyataan
Mengkeritik Mampu melakukan penerimaan dan
penolakan terhadap informasi melalui
kriteria yang telah ditetapkan
C-6 Mencipta Membentuk solusi atau seseuatu yang
baru dari kegitan mengabungkan
berbagai elemen
Merumuskan Mampu memberikan cara pandang
terhadap suatu persoalan

Merencana Mampu merancang suatu cara untuk


menyelesaikan masalah

Memproduksi Mampu membuat ide, solusi atau


keputusan dari rancangan yang dibuat
sebelumnya

a. C4-Menganalisis

Menganalisis adalah memecah (satu benda atau satu entitas abstrak)


menjadi bagian-bagian pembentuknya, menentukan unsur- unsurnya atau bagian
pokoknya. Menganalisis juga berarti mengkaji secara cermat dan mendetail dalam
rangka menemukan penyebab, faktor utama, hasil yang mungkin dan lain-lain.
b. C5-Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai kemampuan melakukan
judgement berdasarkan pada kriteria dan standar tertentu (Anderson &
Krathwohl, 2001). Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu pendapat mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggung jawaban pendapat itu berdasar pada kriteria tertentu.
c. C6-Mencipta
Mencipta didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk
atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian (Anderson &
Krathwohl, 2001). Mencipta juga dapat diartikan sebagai meletakkan
beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga
terbentuklah dalam suatu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa
dikatakan mampu mencipta jika dapat membuat produk baru dengan
merombak beberapa elemen

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis kesalahan siswa


dalam mengerjakan soal matematika bertipe HOTS pada pokok bahasan program
linear. Adapun penelitian tersebut dapat dilihat pada poin berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Juwita Puspitawatia, Luluk Faridahb,
Khafidhoh Nurul Ainic dalam penelitian tahun 2021 “Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Dalam Memecahkan Hot Issues Dari Perspektif
Kecerdasan Logika Matematis”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa Tinggi Kemampuan Intelegensi Logika
Matematika Kemampuan Berpikir Menyelesaikan Soal HOTS Menunjukan
bahwa siswa dapat menuntaskan empat indikator kemampuan berpikir kritis
yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, penalaran, dan termasuk dalam TKBK 4
(sangat kritis).
2. Aspek Gender Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Nur Izzatul Islamiyah
Tahun 2022 Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Higher Order
Thinking Skills (HOTS), Temuannya menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa SMA putri dalam pemecahan masalah Dalam
Matematika Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS), sesuai dengan
indikator dan sub indeks interpretasi (interpretasi), masalah yang terkandung
dalam soal dapat ditulis dengan jelas dan akurat, serta kemampuan berpikir
kritis siswa SMA putra dalam menyelesaikan masalah. dilakukan sesuai
interpretasi indikator dan sub indikator, dan pertanyaan yang terdapat pada
judul ditulis dengan jelas dan akurat.
3. Penelitian Siti Raudhah, Agung Hartoyo, Asep Nursangaji di SMA NEGERI
3 PONTIANAK Kajian Analisis Soal Berpikir Kritis Siswa Menyelesaikan
Soal SPLTV, Hasil Analisis Data, Wawancara dan Diskusi Soal Berpikir
Kritis Siswa dalam Menyelesaikan HOTS Dapat disimpulkan bahwa rata-rata
siswa berpikir kritis tidak ideal karena kriteria yang muncul hanyalah
kejelasan dan gambaran umum. Terdapat perbedaan pada sub-item berpikir
kritis dan evaluasi analitis soal HOTS. Berikut kesimpulan berpikir kritis
dalam menyelesaikan soal asesmen analisis HOTS :
 (Rata-rata tingkat berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal analisis
HOTS belum ideal karena hanya memenuhi dua kriteria FRISCO. Kriteria
yang dipenuhi adalah kejelasan dan gambaran umum.
 Rata-rata tingkat berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal asesmen
HOTS belum ideal karena hanya memenuhi tiga kriteria FRISCO. Kriteria
yang dipenuhi adalah fokus, kejelasan dan gambaran umum.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui


bahwa terdapat berbagai tempat siswa melakukan kesalahan dalam proses
mengerjakan soal, dalam proses menghadapi kesalahan keterampilan
masih banyak siswa yang melakukan kesalahan terutama pada kesalahan
konsep, kesalahan menghitung dan mengidentifikasi kesalahan dalam
operasi aritmatika dan langkah-langkah untuk mengatasinya.
Kenyataannya, banyak siswa yang mengetahui cara menilai operasi
1. TES SOAL
IN PUT
2. WAWANCARA
aritmatika, tetapi tidak mengetahui langkah yang benar
PENYELESAIAN SOAL untuk
menyelesaikan soal tersebut, sehingga banyak siswa yang tidak
melanjutkan prosedur tersebut hingga selesai. Kesalahan dalam penulisan
BERPIKIR
jawaban akhir dapat dilihat pada siswa tidak menuliskan kesimpulan akhir
REFLEKTIF
dari masalah yang telah diselesaikan siswa meskipun sebagian dari mereka
mampu menyelesaikannya.

C. Kerangka Berpikir

Kesulitan mengacu pada situasi tertentu di mana ada hambatan dalam


kegiatan untuk mencapai tujuan, dan diperlukan upaya yang lebih aktif untuk
mengatasi hambatan tersebut. Hambatan ini mungkin disadari atau tidak oleh
mereka yang mengalaminya, dan mungkin bersifat sosiologis, psikologis, atau
fisik selama proses pembelajaran. Orang yang menemui hambatan dalam proses
pencapaian hasil belajar akan menerima kurang dari yang seharusnya. Untuk
memudahkan pemahaman arah berpikir pada pembelajaran “Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Dengan Materi Matematika Soal HOTS”, maka peneliti
akan menggunakan kerangka atau pola berpikir melalui gambar berikut :

PROSES

OUT PUT
1. DESKRIPSRI PROSES BERPIKIR
REFLEKTIF SISWA
2. PENARIK KESIMPULAN

Berdasarkan diagram kerangka kerja yang dibuat peneliti di atas, berpikir


reflektif yang akan digunakan peneliti memiliki tiga indikator, yaitu Reacting
(berpikir reflektif untuk tindakan), Membandingkan (berpikir reflektif untuk
mengevaluasi) dan Contemplating (berpikir reflektif untuk inkuiri kritis). Pada
penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan proses berpikir siswa yang akan
diujikan dalam bentuk soal-soal bertipe HOTS dengan menggunakan materi yang
digunakan dalam pembelajaran Logika Matematika. Kemudian, siswa diberikan
angket tentang proses pemecahan masalah untuk mengetahui kemampuan berpikir
reflektif siswa dalam menyelesaikan soal matematika tipe HOTS.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan


jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena tindakan terhadap subjek sangat
diutamakan. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara
induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,
dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.
Jenis penelitian deskriptif adalah Metode penelitian untuk dicoba
Menggambarkan dan menjelaskan objek sesuai dengan itu dengan apa yang ada.
Peneliti tidak Memanipulasi variabel tanpa melakukan kontrol Tentang variabel
penelitian. Data laporan adalah data yang diperoleh peneliti Menurut kejadian
terkini Itu. peristiwa yang terjadi secara alami Beri tahu peneliti segera Jawab
pertanyaan penelitian yang relevan Memiliki hubungan atau pergaulan yang bisa
berubah juga bisa Temukan perbandingan antar variable. (Zellatifanny, 2018)
Menurut Frick, relevansi khusus studi hubungan sosial berkaitan dengan
fakta bahwa dunia kehidupan itu beragam. Boghan dan Taylor
mendefinisikannya sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data dari
perilaku individu yang dapat diamati, kontekstual, dan holistik dalam bahasa
tertulis dan lisan. (Gunawan, Imam, 2014, hlm. 81-82).
Peneliti mengadopsi penelitian deskriptif ini karena peneliti
mengadaptasinya agar sesuai dengan tujuan penelitian ini. Dengan jenis
penelitian deskriptif ini, semua fakta lisan dan tulisan diuraikan sejelas dan
sesingkat mungkin untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini secara
nyata. Dengan kata lain, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
bertujuan untuk menangkap keseluruhan gejala dan mengontekstualisasikannya

22
dengan menggunakan alat kunci peneliti sendiri untuk mengumpulkan data dari
latar alami dengan sumber langsung.
Penelitian ini mengadopsi jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
hanya menjelaskan tentang sampel atau populasi. Temuan dalam bentuk
deskriptif ini tidak dapat digunakan untuk menggeneralisasi populasi (secara
umum) atau untuk mengontrol populasi. Peneliti melakukan penelitian
deskriptif untuk mengumpulkan data dan informasi tentang fenomena yang
diteliti, seperti keadaan sesuatu atau suatu peristiwa atau faktor-faktor yang
menyebabkan sesuatu itu terjadi.
 SMK Muhammadiyah 08 Medan
Kegiatan penelitian tentunya membutuhkan tempat penelitian
sebagai wadah untuk memperoleh data yang dibutuhkan guna
mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan di
SMK Muhammadiyah 08 Medan, Jl. Abdul Hakim No.2, Tanjung Sari
Medan Selayang kode pos 20123. Banyak alasan dilakukannya
penelitian ini, antara lain:
a. Dahulu belum ada penelitian tentang analisis kemampuan berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada buku teks
logika matematika.
b. Sesuai dan layak untuk dipelajari (relevan).
c. Tersedia fasilitas dan data yang diperlukan.
d. SMK Muhammadiyah 08 Medan telah menerapkan kurikulum
terbaru, yaitu kurikulum yang berdiri sendiri, khususnya
Matematika, dalam kegiatan pengajarannya. Kurikulum Merdeka
adalah mata kuliah yang mencakup berbagai pembelajaran di
kelas, dan kontennya akan lebih dioptimalkan untuk memberikan
waktu yang cukup bagi siswa untuk memperdalam konsep dan
meningkatkan kemampuannya.
B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMK


Muhammadiyah 08 Medan di Jl. Abdul Hakim No.2 Tanjung Sari Medan
Selayang Kode Pos 20123 Pertimbangkan faktor-faktor berikut :
 Karena peneliti berasal dari wilayah atau daerah, maka mereka memiliki
pemahaman yang cukup tentang perkembangan pendidikan di daerah
sasaran penelitian. Lokasi penelitian adalah objek penelitian tempat
dilakukannya kegiatan penelitian.
 Identifikasi lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah atau
memperjelas lokasi sasaran penelitian. Penelitian dengan judul yang sama
belum pernah dilakukan. Sekolah mendukung penelitian untuk
meningkatkan pembelajaran matematika.

C. Partisipan Penelitian

Peserta adalah semua orang yang menghadiri atau mengikuti suatu acara.
Seorang partisipan adalah: “Melibatkan atau melibatkan orang atau komunitas
dengan memberikan dukungan (energi, pemikiran atau materi) dan mengambil
tanggung jawab atas setiap keputusan yang diambil untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama”.
Dapat disimpulkan bahwa partisipan adalah pelaku yang terlibat dalam
aktivitas mental dan emosional, merespon sebagai partisipan terhadap aktivitas
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar, mendukung tercapainya tujuan,
dan bertanggung jawab atas partisipasinya. Dalam penelitian ini, peneliti
melibatkan beberapa partisipan yaitu :
1) Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 08 Medan
Kepala sekolah adalah seorang guru yang diberi tugas tambahan
untuk memimpin sekolah, melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah,
atau berinteraksi antara guru yang menyampaikan pelajaran dengan siswa
yang hadir di kelas.
Bapak Luliadi M.Pd. adalah kepala sekolah SMK Muhammadiyah
08 Medan. Untuk penelitian ini, ia membantu proses perijinan penelitian.
Dalam pertimbangannya, kepala sekolah dapat memberikan informasi
tentang profil umum sekolah, studi siswa, program studi, fasilitas dan
kegiatan ekstra kurikuler (ekstra kurikuler) siswa.
2) Guru Matematika SMK Muuhammadiyah 08 Medan
Kegiatan penelitian ini membutuhkan pemahaman tentang
bagaimana guru dan siswa berinteraksi selama proses belajar mengajar,
terutama dalam penelitian ini berfokus pada guru matematika. Untuk dapat
memahami bagaimana cara siswa menyelesaikan soal tipe HOTS pada
materi logika matematika.
3) Siswa SMK Muhammadiyah 08 Medan
Fokus penelitian ini adalah siswa kelas X. Subyek penelitian ini seputar
jurusan DKV, karena kelas ini relatif unggul, dan merupakan kelas yang
direkomendasikan oleh kepala sekolah.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan tahapan terpenting dalam


penelitian. Pengumpulan data tidak lain adalah proses memperoleh data untuk
keperluan penelitian. Jika peneliti tidak memiliki akses ke data, tidak mungkin
untuk menarik kesimpulan. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah
proses sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dengan
menggunakan teknik berikut:
1. Tes Tulis
Seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang untuk
memperoleh jawaban yang dapat dijadikan dasar penentuan skor numerik. Tes
tertulis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes kecerdasan logis-
matematis yang bertujuan untuk mengukur tingkat kecerdasan logis-matematis
siswa. Setelah mengetahui tingkat Kecerdasan Logika Matematika, mereka akan
diberikan Kuesioner Kecemasan Matematika dan selanjutnya siswa akan
diberikan tes soal pemecahan masalah. Tes tersebut dapat digunakan peneliti
untuk mengidentifikasi kecemasan matematika berdasarkan kecerdasan logika-
matematis siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes, dapat berupa rangkaian
soal, LKS, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, bakat dan kemampuan subjek penelitian. Lembar instrumen
bentuk tes ini berisi soal-soal yang terdiri dari butir-butir soal. Setiap item
mewakili variabel yang diukur.

2. Observasi
Merupakan kegiatan memperhatikan secara cermat, memperhatikan
fenomena yang tampak, dan mempertimbangkan hubungan antara berbagai
aspek dari fenomena tersebut. Observasi dapat dipahami sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala subjek penelitian.
Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih
detail dan lengkap melalui observasi yang cermat. Observasi ini dilakukan
bersama guru, siswa dan lingkungan sekolah.
Menurut beberapa bentuk pengamatan yang dilakukan oleh Rardjo yang
dikutip Bungin, yaitu :
1) Berpartisipasi dalam observasi,
2) pengamatan tidak terstruktur, dan
3) Pengamatan dalam kelompok.
Dan instrumen yang digunakan adalah observasi tidak terstruktur yaitu
observasi yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga
peneliti mengembangkan observasinya berdasarkan perkembangan yang terjadi
di lapangan.
3. Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Teknik yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
terstruktur selama wawancara berlangsung, pedoman wawancara yang
digunakan hanyalah garis besar pertanyaan yang akan diajukan.
Wawancara tidak terstruktur bersifat luwes dan terbuka, serta pertanyaan
yang diajukan luwes, namun tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang
telah ditetapkan, ritme wawancara tidak dapat diprediksi, dan pedoman
wawancara sangat longgar, baik itu urutan pertanyaan, penggunaan kata-kata.
dan aliran bahasa. Teknik wawancara dilakukan setelah peneliti memperoleh 6
siswa, 2 siswa dengan kecerdasan logis-matematis tinggi, 2 siswa dengan
kecerdasan logis-matematis sedang, dan 2 siswa dengan kecerdasan logis-
matematis rendah serta melengkapi instrumen tes dari masing-masing siswa.
bentuk pemecahan masalah.
Tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk memperoleh data
eksplisit tentang pemecahan masalah (matematical problem-solving) siswa. Alat
yang digunakan dalam proses wawancara adalah alat wawancara terstruktur atau
standar.
Beberapa keterbatasan wawancara jenis ini membuat data yang diperoleh
tidak kaya. Jadwal wawancara berisi beberapa pertanyaan yang telah
direncanakan sebelumnya. Setiap peserta ditanya pertanyaan yang sama dalam
urutan yang sama. Jenis wawancara ini mirip dengan kuesioner tertulis.

E. Analisis data

Adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,


memberi kode/tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan
berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab Adapun proses analisa data
yang dilakukan mengembangkan pola interaktif yang dikembangkan oleh Milles
dan Hiberman, yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.
Sehingga data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
kepada peneliti tentang pokok penelitiannya.
Reduksi data dalam penelitian ini dimulai pada awal kegiatan penelitian
dilajutkan selama kegiatan pengumpulan data dilaksanakan.
2. Penyajian data
Dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Dalam penelitian ini data yang akan didapat berupa hasil tes
pekerjaan siswa, kalimat, kata-kata yang berhubungan dengan fokus penelitian
disusun dalam bentuk tabel, kata-kata yang urut sehingga sajian data yang
merupakan sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis. Dengan
penyajian data tersebut, peneliti akan dengan mudah merumuskan kesimpulan
hasil penelitian.
3. Penarik kesimpulan
Merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan
hasil analisis data. Kegiatan ini mencakup pencarian makna yang dikumpulkan
dari hasil tes, hasil angket, hasil wawancara, hasil observasi serta memberikan
uraian singkat secara naratif.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini keabsahan hasil yang diinginkan diprioritaskan


berdasarkan pemeriksaan keabsahan data/validasi yaitu dengan menggunakan
teknik triangulasi. Triangulasi ini dilakukan dengan menguji apakah proses dan
hasil penelitian yang dilakukan berjalan dengan baik. Teknik triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi metode, yaitu penemuan dan evaluasi informasi
berdasarkan data tes dan wawancara. Tes dan wawancara berkorelasi untuk
kompatibilitas informasi data. Apabila informasi yang diperoleh dari hasil tes
tidak memenuhi standar akurasi data, maka peneliti akan menggali lebih dalam
melalui wawancara. Hal ini memungkinkan tercapainya kombinasi yang
diinginkan berdasarkan hasil tes dan wawancara, yang kemudian digunakan
untuk menarik kesimpulan.
Triangulasi metode, dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti
mengunakan metode wawancara, ovservasi dan survey. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi
tertentu. ( Syarif,A.I , Utomo E, Prihartanto E, 2021)
Metode Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berbeda. Seperti yang kita ketahui bersama, dalam
penelitian kualitatif, peneliti menggunakan wawancara, observasi, dan survei.
Untuk mendapatkan informasi yang benar dan dapat dipercaya serta pemahaman
yang lengkap tentang informasi tertentu, peneliti dapat menggunakan
wawancara bebas dan terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan
observasi untuk memverifikasi kebenaran. Selain itu, peneliti juga dapat
memverifikasi keaslian informasi melalui informan yang berbeda. Melalui
berbagai sudut atau sudut pandang, kita berharap mendapatkan hasil yang
mendekati kebenaran. Oleh karena itu, triangulasi pada tahap ini dilakukan jika
data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian
diragukan.

G. Tahap Penelitian

 Tahap persiapan
1. Meminta surat permohonan izin penelitian
2. Menyerahkan surat permohonan izin kepada kepala sekolah
3. Konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai instrumen penelitian
4. Peneliti mengajukan validasi instrumen kepada dua dosen terkait dengan
instrumen penelitian
5. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan observasi ke sekolah
6. Mengajukan validasi kepada guru matematika terkait dengan instrumen
penelitian.
 Tahap pelaksanaan .
1. Pengamatan kegiatan pembelajaran
2. Memberikan soal tes kecerdasan logis matematis dan angket kecemasan
matematika untuk mengetahui tingkat kecerdasan logis matematis
3. Mengoreksi hasil tes kecerdasan logis matematis untuk mengetahui subjek
penelitian yang akan mengerjakan soal tes pemecahan masalah dan akan
diwawancarai berdasarkan jawaban siswa
4. Terlebih dahulu memberikan angket kecemasan matematika untuk
mengetahui tingkat kecemasan matematika siswa
5. Mengoreksi hasil pengisian angket siswa
6. Memberikan soal tes pemecahan masalah
7. Melakukan wawancara
8. Mengumpulkan data
 Tahap akhir
1. Meminta surat bukti penelitian kepada Kepala Sekolah
2. Reduksi data
3. Analisis data
4. Menentukan Kesimpulan
31

Anda mungkin juga menyukai