Project Citizen

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PROJECT CITIZEN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

"Hentikan Kasus Suap Menyuap Dalam Lingkungan Perguruan Tinggi"

Oleh
Ina Hariska
I1021221011

Dosen Pengampu
Dr. Ir. H. Feira Budiarsyah Arief, M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERESITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2O23
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mengenai Project Citizen untuk Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan" ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
project ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan
menambah wawasan tentang Menyelenggarakan Project Citizen untuk Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. H. Feira Budiarsyah Arief, M.Si
selaku Dosen Pengampu pada Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan ini yang telah sudi
membimbing dan mengajari kami dengan sangat baik. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan project ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang.................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
I.3 Tujuan .............................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN MASALAH.......................................................................... 4
II.1 Pengertian Suap...............................................................................................4
II.2 Penyebab Praktik Suap di Perguruan Tinggi ..................................................5
II.3 Dampak Praktik Suap di Perguruan Tinggi ....................................................6
II.4 Upaya Pemerintah Menangani Praktik Suap ..................................................6
II.5 Upaya Pencegahan Praktik Suap di Perguruan Tinggi ...................................7
BAB III : PROJECT CITIZEN......................................................................................9
BAB IV : PENUTUP........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perilaku suap sudah mengakar di setiap lapisan masyarakat Indonesia dan menjadi suatu
budaya koruptif yang merugikan bangsa Indonesia. Perilaku suap sudah menjadi suatu ancaman
yang nyata bagi Bangsa Indonesia karena dari tahun-ke tahun seperti tidak ada kata habis,
bahkan dalam perkembangannya semakin meningkat, baik dalam jumlah kasus dan kerugian
negara maupun kualitasnya. Masalah suap adalah salah satu masalah yang sudah sangat lama
terjadi dalam masyakat. Pada umumnya suap diberikan kepada orang yang berpengaruh atau
pejabat agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berhubungan dengan jabatannya.
Orang yang memberi suap biasanya memberikan suap agar keinginannya tercapai baik berupa
keuntungan tertentu ataupun agar terbebas dari suatu hukuman atau proses hukum. Suap
menyuap merupakan tindakan dari perilaku korupsi dalam tujuan untuk memperkaya diri sendiri.
Secara internasional tindak pidana suap dalam jumlah yang signifikan dapat
menimbulkan ancaman terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat; dapat merusak lembaga
dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai etika, dan keadilan; bersifat diskriminatif dan merongrong
etika dan kompetisi bisnis yang jujur; mencederai pembangunan berkelanjutan dan tegaknya
hukum. Suap juga diindikasikan dapat menimbulkan bahaya terhadap keamanan umat manusia
(human security) karena telah merambah ke dunia pendidikan, kesehatan, penyediaan sandang
pangan rakyat, keagamaan, dan fungsi-fungsi pelayanan sosial lain. Dalam kerangka penyuapan
di dunia perdagangan, baik yang bersifat domestik maupun transnasional, suap jelas-jelas telah
merusak mental pejabat. Demi mengejar kekayaan, para pejabat negara tidak segan-segan
melanggar code of conduct sebagai aparatur negara.
Pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai praktik suap di lingkungan
perguruan tinggi negeri yang baru baru ini masih hangat di perbincangkan. Pada 19 Agustus
2022 lalu, Indonesia digemparkan dengan berita bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Rektor Universitas Lampung atau Rektor
Unila, Prof Karomani. Dalam OTT tersebut KPK menyita sejumlah barang bukti dari Rektor
perguruan tinggi negeri tersebut yaitu uang tunai Rp 414,5 juta, slip setoran deposito bank

1
sejumlah Rp 800 juta, kotak deposit berisi emas senilai Rp 1,4 miliar, dan tabungan sebanyak Rp
1,8 miliar.
Miris mendengarnya, seharusnya lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi menjadi
tempat untuk mendidik SDM agar anti korupsi, justru pimpinan lembaga pendidikan atau Rektor
menjadi pelaku korupsi. Maka dalam project kali ini penulis bermaksud untuk memberikan petisi
mengenai praktik penyuapan yang terjadi di perguruan tinggi hal ini agar kedepannya praktik
seperti ini sudah tidak ada lagi dan masyarakat Indonesia tetap mendapatkan keadilan dan
kesejahteraan dalam pendidikan setinggi-tingginya sesuai dengan undang-undang dalam pasal 31
ayat 1 yang berbunyi "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pengajaran". Dalam
hal ini pemerintah di harapkan tidak pandang bulu dan tidak pandang kekayaan untuk
meloloskan oknum-oknum yang berani melakukan penyuapan demi mendapatkan perguruan
tinggi yang mereka inginkan karena semua orang berhak mendapatkan perguruan tingginya
sendiri sesuai dengan hasil yang di capainya bukan di nilai dari kekayaannya.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam project kali ini yaitu:
1. Apa alasan seseorang melakukan suap?
2. Bagaimana suap dapat merambah ke perguruan tinggi?
3. Apa dampak praktik suap di perguruan tinggi?
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk memberantas suap di
lingkungan perguruan tinggi?
5. Apa upaya Pencegahan Praktik Suap di Perguruan Tinggi?
6. Bagaimana Project Citizen yang akan disampaikan untuk mengatasi kasus Suap Menyuap
di lingkungan Perguruan Tinggi?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari project citizen kali ini yaitu:
1. Mengetahui alasan seseorang melakukan suap
2. Mengetahui bagaimana praktik suap dapat masuk ke perguruan tinggi
3. Mengetahui dampak praktik suap di perguruan tinggi

2
4. Mengetahui upaya yang akan dilakukan pemerintah dalam memberantas praktik suap di
lingkungan perguruan tinggi
5. Mengetahui Upaya dalam mencegah praktik Suap di Perguruan Tinggi
6. Mengetahui Project citizen yang akan di jalankan untuk mengatasi praktik suap menyuap
di Perguruan Tinggi

3
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

II. 1 Pengertian Suap Menyuap


Suap–menyuap yaitu suatu tindakan pemberian uang atau menerima uang atau hadiah
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibannya. Menurut yuridis Indonesia, suap diartikan sebagai: memberi
atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan
atau kewajiban yang menyangkut kepentingan umum. Adapun dalam Modul Integritas Bisnis 1:
Dasar Hukum tentang Korupsi Terkait Sektor Bisnis, suap atau penyuapan dimaknai sebagai:
tindak pidana korupsi dalam bentuk pemberian barang, uang, janji, dan bentuk lainnya yang
bertujuan untuk memengaruhi pengambilan keputusan pihak yang menerima suap.
Suap-menyuap yang merupakan salah satu modus yang kerap dipergunakan dalam
mempengaruhi due process of law, ditinjau secara kriminologis terjadi melalui adanya interaksi
sosial antara pemberi suap dengan penerima suap. Peristiwa suap-menyuap dapat terjadi bila

4
terdapat hubungan kepentingan antara pemberi suap dengan penerima suap. Pihak pemberi suap
adalah pihak yang mempunyai kepentingan dalam berhubungan dengan pihak penerima suap.
Pihak penerima suap mempunyai hubungan kepentingan dengan pemberi suap karena ia
merupakan pihak yang mempunyai otoritas untuk dapat memenuhi atau tidak memenuhi
kepentingan pemberi suap. Oleh karena itu suap-menyuap disebut juga sebagai kejahatan
transaksional.

II. 2 Penyebab praktik Suap Merambah ke Lingkungan Perguruan Tinggi


Kegiatan suap menjadi tumbuh subur karena adanya kegiatan privatisasi. Kegiatan
privatisasiini dilakukan baik di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi dengan dasar hukum
atau latar belakang yuridis yang bermasalah. Dalam tataran pelaksanaan privatisasi, juga terdapat
kesamaan waktu dan pola dalam proses privatisasi di sekolah dan di perguruan tinggi. Privatisasi
yang didorong oleh melemahnya kemampuan ekonomi pemerintah dalam menanggung dan atau
mensubsidi biaya pendidikan bagi warga negaranya, yang seringkali disuarakan sebagai salah
satu solusi terhadap pelayanan yang buruk di bidang pendidikan, tidak dengan segera
menghadirkan.
Tindak pidana suap di lingkungan pendidikan, semenjak berlakunya UU No 20/2001
tentang Perubahan atas UU No 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa suap
merupakan salah satu bentuk dari tindak pidana korupsi. Ade Irawan mengemukakan empat
penyebab utama terjadinya korupsi (termasuk di dalamnya Suap) di lingkungan pendidikan, yang
meliputi:

1. Peran dan kewenangan lembaga-lembaga pendidikan yang terlalu dominan, dalam arti
bahwa semua kebijakan akademis maupun finansial, direncanakan dan dikelola oleh
sekolah maupun perguruan tinggi
2. Minimnya partisipasi masyarakat, yaitu bahwa masyarakat (orangtua siswa) tidak
diajak membicarakan pengelolaan sekolah maupun perguruan tinggi, melainkan
mereka hanya dikumpulkan setiap tahun ajaran baru untuk menawar besarnya dana
yang dibebankan pada mereka.

5
3. Minimnya transparansi, yaitu kurangnya keterbukaan dalam pengelolaan keuangan
sekolah maupun perguruan tinggi
4. Tidak adanya akuntabilitas, yaitu tidak adanya pertanggungjawaban mengenai
penggunaan dana dari masyarakat, terutama orang tua siswa.

II. 3 Dampak Praktik Suap di Perguruan Tinggi


Praktik suap merupakan perbuatan korupsi yang telah menggerogoti pendidikan.
Anggaran pendidikan yang minim menjadi berkurang. Akibatnya, warga negara tidak mendapat
hak pendidikan sewajarnya. Banyak sekolah atau perguruan tinggi rusak, jumlah anak putus
sekolah dan tidak melanjutkan kuliah meningkat, dan pungutan kian membebani orangtua siswa
maupun mahasiswa. Ini merupakan dampak buruk korupsi pendidikan. Selain itu, korupsi
pendidikan juga merusak mental pejabat dari melayani menjadi dilayani. Birokrasi pendidikan
tidak lagi mendahulukan kepentingan pendidikan, tetapi memprioritaskan kepentingan politik
dan bisnis rekanan. Mereka sulit ditemui saat masyarakat kesulitan menghadapi masalah
pendidikan karena bagi mereka uang suap hanya untuk memperkaya diri mereka sendiri, serta
praktik suap menyuap dapat menurunkan kualitas belajar mengajar. Dampak lainnya adalah
kampus bisa menjadi tempat belajar korupsi dan ini yang paling berbahaya. Misalnya korupsi
terkait fungsi pendidikan dan pelanggaran etika professional. Banyak yang mengabaikan karena
jumlahnya kecil dan dianggap tidak ada kaitannya dengan pidana. Lama-lama praktik
pelanggaran akan dianggap lazim dan menjadi keharusan. Pada akhirnya berubah menjadi
budaya.

II. 4 Upaya Pemerintah Dalam Menangani Praktik Suap di Perguruan Tinggi


Upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan secara preventif, detektif, dan represif.
Strategi Preventif Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi. Upaya preventif
dapat dilakukan dengan: Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR. Memperkuat
Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya. Membangun kode etik di sektor publik.
Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi bisnis. Meneliti
lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan. Penyempurnaan manajemen
sumber daya manusia atau SDM dan peningkatan kesejahteraan pegawai negeri. Mewajibkan

6
pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas kinerja bagi instansi pemerintah.
Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen. Penyempurnaan manajemen
barang kekayaan milik negara atau BKMN. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Kampanye untuk menciptakan nilai atau value secara nasional.
Strategi Detektif Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi
terjadinya kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah, sehingga dapat segera
ditindaklanjuti. Berikut upaya detektif pencegahan korupsi: Perbaikan sistem dan tindak lanjut
atas pengaduan dari masyarakat. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik. Partisipasi Indonesia pada
gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di kancah internasional. Peningkatan kemampuan
Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah ata APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.
Strategi Represif Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan
korupsi yang telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah.
Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah: Penguatan kapasitas
badan atau komisi anti korupsi. Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor
besar dengan efek jera. Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas. Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik. Meneliti dan mengevaluasi proses
penanganan perkara korupsi dalam sistem peradilan pidana secara terus menerus. Pemberlakuan
sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi secara terpadu. Publikasi kasus-kasus
tindak pidana korupsi beserta analisisnya. Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara
tugas penyidik tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau
PPNS, dan penuntut umum.

II. 5 Upaya Pencegahan Praktik Suap Di Perguruan Tinggi


Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memutus rantai korupsi di perguruan tinggi.
Salah satunya melalui strategi pencegahan dan penindakan dari aparat penegak hukum. Tata
kelola perguruan tinggi misalnya, harus dibenahi. Perguruan tinggi harus lebih transparan, Segala
kebijakan, program, dana dana yang digunakan harus dipertanggungjawabkan. Selain itu,
penyadaran akan bahaya korupsi bagi civitas akademika menjadi penting. Terlebih apabila
melihat para aktor korupsi yang sebagian berasal dari lingkungan kampus itu sendiri. Tak kalah

7
penting, yaitu memasukkan kurikulum antikorupsi pada setiap program studi di perguruan tinggi.
Hal tersebut juga mesti dibarengi dengan penerapan nilai-nilai antikorupsi yang didiskusikan di
dalam kelas. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu seperti dibentuknya unit pengendali gratifikasi
di tiap perguruan tinggi, audit berkala oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan hukuman
berat bagi pelaku korupsi di perguruan tinggi.

8
BAB III
PROJECT CITIZEN

Mendemonstrasikan bahwa diri dan kampus harus bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya pemberantasan korupsi dimulai dari awal masuk
perkuliahan. Pada masa ini merupakan masa penerimaan mahasiswa, dimana mahasiswa
diharapkan mengkritisi kebijakan internal kampus dan sekaligus melakukan pressure kepada
pemerintah agar undang-undang yang mengatur pendidikan tidak memberikan peluang
terjadinya korupsi. Di samping itu, mahasiswa melakukan kontrol terhadap jalannya penerimaan
mahasiswa baru dan melaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang atas penyelewengan yang
ada. Selain itu, mahasiswa juga melakukan upaya edukasi terhadap rekan-rekannya ataupun
calon mahasiswa untuk menghindari adanya praktik-praktik yang tidak sehat dalam proses
penerimaan mahasiswa. Selanjutnya adalah pada proses perkuliahan. Dalam masa ini, perlu
penekanan terhadap moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk memperoleh nilai yang
setinggi-tingginya, tanpa melalui cara-cara yang curang. Upaya preventif yang dapat dilakukan
adalah dengan jalan membentengi diri dari rasa malas belajar. Hal krusial lain dalam masa ini
adalah masalah penggunaan dana yang ada dilingkungan kampus. Untuk itu diperlukan upaya
investigatif berupa melakukan kajian kritis terhadap laporan-laporan pertanggungjawaban
realisasi penerimaan dan pengeluarannya. Sedangkan upaya edukatif penumbuhan sikap anti
korupsi dapat dilakukan melalui media berupa seminar, diskusi, dialog. Selain itu media berupa
lomba-lomba karya ilmiah pemberantasan korupsi ataupun melalui bahasa seni baik lukisan,
drama, dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan secara baik.

9
BAB IV
PENUTUP

Perguruan tinggi dapat menjadi garda terdepan dalam pemberantasan korupsi. Perguruan
tinggi semestinya dapat mengajarkan nilai-nilai yang lebih baik dari yang telah ada saat ini.
Terlebih, perguruan tinggi merupakan pencetak generasi muda yang akan berpengaruh di masa
mendatang. Banyak pula lulusan perguruan tinggi yang menjadi pejabat publik. Peran Kita
sebagai Mahasiswa juga harus di pertanggung jawabkan karena sebagai generasi penerus bangsa
sudah semestinya dengan kekuatan yang dimiliki berupa semangat dalam menyuarakan dan
memperjuangkan nilai-nilai kebenaran serta keberanian dalam menentang segala bentuk ketidak
adilan, mahasiswa menempati posisi yang penting dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia. Kekuatan tersebut bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi, mahasiswa mampu
mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk bertindak atas ketidakadilan sistem termasuk
didalamnya tindakan penyelewengan jabatan dan korupsi. Sedangkan di sisi yang lain,
mahasiswa merupakan faktor penekan bagi penegakan hukum bagi pelaku korupsi serta
pengawal bagi terciptanya kebijakan publik yang berpihak kepada kepentingan masyarakat
banyak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Marwan, Korupsi & Strategi Nasional Pencegahan serta Pemberantasannya, Referensi

https://bphn.go.id/data/documents/bidang_pidana_suap.pdf

https://revolusioner.org/berita/8891-suap-menyuap-di-perguruan-tinggi-cerminan-dari-lembaga-
pendidikan-yang-busuk.html

Mustofa M. (2013). Suap Menyuap Dan Mafia Peradilan Di Indonesia : Telaah Kriminologis.
Jurnal MMH;42(1): 1-5.

UU Nomor 11 tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.

Setiyawan EB, Farida H. (2021).Kajian Sosiologi Hukim Terhadap Perilaku Suap Oleh
Masyarakat Kepada Polisi Lalu Lintas. Jurnal Program Pascasarjana Ilmu Hukum; 1(1):
1-10.

Stya T. (2023). Apa yang Dimaksud Dengan Suap Jawa Timur. Humas Bea Cukai Bojonegoro.

11

Anda mungkin juga menyukai