Jurnal Intan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Pemanfaatan Limbah Dan Perbandingan Nilai Spf Kulit Ari Dengan Kulit

Luar Kopi Robusta (Coffea Robusta) Kabupaten Tanggamus Dalam


Pembuatan Sediaan Sunscreen

The Utilization Of Waste And The Comparison Of Spf Value Of The Article
With The Outer Skin Of Robusta Coffee (Coffea Robusta) Tanggamus
District In The Manufacturing Of Sunscreen Preparation

Intan Novikasari, Pupung Ismayadi, Seno Aulia Ardiansyah


Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
*Email Korespondensi : [email protected]

ABSTRAK

Bahan alam memiliki potensi sebagai tabir surya karena aktivitas antioksidannya.
Salah satu tanamanya yaitu limbah kulit luar buah kopi robusta dan kulit ari buah
kopi robusta. Efektivitas sediaan krim tabir surya didasarkan pada penentuan nilai
Sun Protection Farctor (SPF) yang menggambarkan kemampuan tabir surya
dalam melindungi kulit dari eritema. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
kegunaan kulit luar buah kopi dan kulit ari buah kopi robusta dalam bentuk
sediaan krim dengan nilai SPF nya yang dapat menangkal aktivitas radikal bebas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 tahap, yaitu
ekstraksi kulit buah kopi (ceri) robusta, pengecekan, pembuatan sunscreen, dan
pengecekan SPF (Sun protection Factor) pada sediaan krim sunscreen. Hasil nilai
SPF krim ekstrak kulit luar dan kulit ari buah kopi robusta yang paling baik
terdapat pada formulasi F3 dengan nilai krim kulit luar sebesar 3,57233 dan nilai
krim kulit ari sebesar 4,73377. Hasil penelitian menunjukkan nilai SPF yang
paling baik pada sediaan krim tabir surya terdapat pada krim ekstrak limbah kulit
ari kopi robusta F3 dengan nilai SPF 4,73377 dikelompokan memiliki proteksi
sedang, dan pada krim ekstrak limbah kulit luar kopi robusta F3 dengan nilai SPF
3,57233 dikelompokan memiliki proteksi minimum.

Kata Kunci: Limbah kopi robusta, krim, SPF

ABSTRACT

Natural ingredients have potential as sunscreens because of their antioxidant


activity. One of the plants is the waste of the outer skin of the robusta coffee fruit
and the epidermis of the robusta coffee fruit. The effectiveness of sunscreen cream
preparations is based on the determination of the value of the Sun Protection
Farctor (SPF) which describes the ability of sunscreen to protect the skin from
erythema. The purpose of this study was to determine the usefulness of the outer
skin of the coffee fruit and the epidermis of the robusta coffee fruit in the form of a
cream preparation with an SPF value that can counteract free radical activity.
The method used in this study was carried out in 3 stages, namely extraction of
robusta coffee (cherry) pods, checking, making sunscreen, and checking SPF (Sun
protection Factor) on sunscreen cream preparations. The results of the best SPF
value for the outer skin and epidermis cream of robusta coffee fruit were found in
the F3 formulation with an outer skin cream value of 3.57233 and an epidermis
cream value of 4.73377. The results showed that the best SPF value in sunscreen
cream preparations was found in Robusta coffee F3 epidermis waste extract
cream with an SPF value of 4.73377 which was grouped as having moderate
protection, and in Robusta coffee F3 outer skin waste extract cream with an SPF
value of 3.57233. classified as having minimum protection.

Keywords: Robusta coffee waste, cream, SPF

1 Pendahuluan

Kopi Robusta merupakan tanaman kopi yang paling banyak ditanam di Indonesia.
Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Lampung (2015) Salah satu daerah
penghasil kopi yaitu provinsi lampung di kabupaten tanggamus dengan
penghasilan kopi sebanyak 27.581 ton kopi dengan luas perkebunan kopi 43.916
Ha, dengan kopi jenis robusta pada tahun 2018. Selama ini pengolahan tanaman
kopi secara komersial hanya terfokus pada pengolahan biji kopi sebagai minuman
seduhan bahan tambahan makanan, Dalam pengolahan kopi ini dihasilkan
limbah sebanyak 40-45% limbah kulit buah kopi, sedangkan untuk kulit buah kopi
hanya digunakan sebagai pupuk kompos (Padmapriya et al., 2013).
Bahan alam memiliki potensi sebagai tabir surya karena aktivitas antioksidannya.
Salah satu tanamanya yaitu limbah kulit luar buah kopi robustan dan kulit ari buah
kopi robusta. Menurut jurnal penelitian (winahyu et al.,2021) Pada kulit luar
buah kopi robusta diketahui mengandung senyawa aktif Alkaloid, Tanin,
Flavonoid, saponin dan senyawa aktivitas antioksidan IC50 72,96 ppm, dan
berdasarkan pada penelitian (marcelinda et al.,2016) pada kulit ari buah kopi di
ekstrak methanol dan dilakukan fraksinasi dengan pelarut berdasarkan perbedaan
kepolaran n-Heksan mengandung senyawa steroid,ekstrak etil asetat mengandung
polifenol dan alkaloid, ekstrak n-Butanol positif polifenol dan alkaloid, dan
terdapat senyawa antioksidan IC50 ekstrak n-Heksan, etil asetat dan n-Butanol
masing masing adalah 1182,02 ppm; 823,52 ppm dan 556,67 ppm.
Efektivitas sediaan krim tabir surya didasarkan pada penentuan nilai Sun
Protection Farctor (SPF) yang menggambarkan kemampuan tabir surya dalam
melindungi kulit dari eritema. Secara umum, SPF adalah rasio durasi UV yang
dibutuhkan untuk menghasilkan eritema pada kulit yang dilindungi (dengan tabir
surya) yang diperlukan untuk menghasilkan eritema pada kulit yang dilindungi
(tanpa tabir surya). Oleh karena itu, nilai SPF dapat memberi tahu khasiat
perlindungan UVB dari produk tabir surya. Ada dua jenis utama bahan aktif yang
digunakan dalam produk tabir surya untuk mengendalikan jumlah radiasi UV
yang menembus kulit, yaitu filtrasi UV organis dan anorganis. Tabir surya
anorganik atau fisik dapat merefleksikan dan menyebarkan sinar UV (Amnuaikit,
2013)
Sunscreen merupakan senyawa yang digunakan melindungi kulit dari sinar
matahari terutama sinar ultraviolet (UV). Sunscreen ini termasuk cairan kimia
lotion yang dapat menembus kulit dan menyerap sinar ultraviolet sebelum
mencapai lapisan kulit dan menyebabkan kerusakan pada kulit (Pratiwi et al.,
2017).
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kosmetik yang aman dan
banyaknya limbah kopi yang kurang dimanfaatkaan menjadi salah satu
pertimbangan untuk memformulasi suatu sediaan tabir surya yang memiliki SPF
terbaik dari ekstrak kulit luar kopi robusta dan ekstrak kulit ari kopi robusta
Sehingga penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah tanaman kulit luar dan
kulit ari dari kopi robusta untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan produk
kecantikan berupa sunscreen.

2 Metode Penelitian

Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah beaker glass, stemper, mortar, sudip,
cawan penguap, batang pengaduk, gelas ukur, spatula, pipet tetes, pHmeter, rotary
eveaporator, mikropipet, neraca analitik, spektrofotmeter UV-Vis.

Bahan

Bahan penelitian yang digunakan ialah kulit luar buah kopi (ceri) robusta,Kulit ari
buah kopi (ceri) robusta, pelarut etanol 96%, Asam stearat,Setil alkohol, Gliserin,
Triethanolamin, paraffin cair, Tokoferol asetat, Propil paraben, Methyl paraben,
Aquades.

Prosedur Penelitian
1. Determinasi kulit luar dan Kulit Ari kopi robusta
Kulit luar buah kopi (ceri) robusta (Coffea robusta) yang diperoleh dari
perkebunan mandiri Provinsi lampung kabupaten tanggamus, Laboratorium
Toksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjajaran.

2. Ekstraksi kulit luar buah kopi (ceri) robusta


Simplisia ditimbang sebanyak 300g serbuk yang telah di timbang kemudian di
ekstraksi dengan metode maserasi dimasukan ke dalam botol coklat lalu
ditambahkan pelarut etanol 96% sampai terendam sempurna. Campuran kulit
buah kopi robusta yang sudah didiamkan 3x24 jam dengan sekali di aduk, setiap
24 jam di lakukan pergantian pelarut sampai larutan bening.
Kemudian disaring dengan kertas saring dan corong steril untuk memisahkan
filtrate dari endapan/ampas.Lalu ditambahkan dengan etanol 96% untuk di
maserasi kembali sampai tersari sempurna. Kemudian dilakukan evaporasi
menggunakan alat rotary evaporator dengan suhu 40oC sehingga diperoleh ekstrak
kental. Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang beratnya lalu dihitung %
rendemnya.

3. Ekstraksi kulit ari buah kopi (ceri) robusta


Sebanyak 300g serbuk kulit ari biji kopi dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan etanol 96% teknis sebanyak 600 mL dan di ekstraksi secara maserasi
selama 3 x 24 jam.
Hasil ekstraksi disaring menggunakan corong Buchner sehingga didapatkan
filtrate yang mengandung methanol dan residu. Filtrat yang diperoleh
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC sehingga diperoleh ekstrak
kental methanol. Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang beratnya. (Mahesa,
2012)
4. Perosedur pembuatan krim tabir surya (sunscreen)
Setil alcohol dan asam stearate dileburkan dengan cawan uap di atas waterbath
pada suhu 70oc (M1), Kemudian fase triethanolamin, methyl paraben dan gliserin
dilarutkan ke air panas (M2).
Setelah itu fase air dimasukan ke dalam fase minyak, pada mortar panas sampai
homogen.
Ketika basis krim telah dingin, ditambahkan ekstrak kulit luar kopi robusta lalu
diaduk hingga homogen.(Nugrahaeni,F et al., )

5. Perosedur pembuatan krim tabir surya (sunscreen)


Fase minyak (Asam Stearat, Setil Alkohol,Propil Paraben,Paraffin Cair) dan Fase
air (Methyl Paraben, Triethanaolamin dalam aquades) dileburkan dengan cawan
uap di atas waterbath pada suhu 60oc-70oc. Ekstrak kulit buah kopi dimasukan ke
dalam mortar dan dilarutkan dengan gliserin.Kemudian ditambahkan fase air
sedikit demi sedikit sampai homogeny dan ditambahkan fase minyak sedikit demi
sedikit hingga homogen. Kemudian krim dimasukan ke dalam wadah.

6. Evaluasi Sediaan Sunscreen


a. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis sediaan krim meliputi pengamatan terhadap warna,
tekstur, dan bau dari sediaan krim (Ayuningrum, 2016).
b. Pengukuran pH
Pengukuran pH menggunakan pH universal. Ditimbang 0,5 gram krim dan
dilarutkan dalam 50 ml aquadest yang telah diketahui pHnya yaitu pada pH 7 atau
netral, kemudian pHnya diukur (Ayuningrum, 2016) menurut standar mutu
sediaan tabir surya dalam SNI 16-4399-1996, pH untuk sediaan tabir surya adalah
4,5-7,5. 44
c. Uji Daya Sebar
Krim ditimbang 1 g, lalu diletakan di atas plat kaca, biarkan 1 menit, ukur
diameter sebar krim, kemudian ditambah dengan beban 50g, beban didiamkan
selama 1 menit,lalu diukur diameter sebarnya. (Rahmawati, et al.,2010)
d. Uji Daya Lekat
Sebanyak 1 gram krim dioleskan pada plat kaca, kedua plat ditempelkan sampai
plat menyatu. Krim diantara plat kaca ditekan dengan beban 100 g selama 5
menit. Plat kaca yang saling menempel dipasang pada alat uji daya lekat dan
dilepas dengan beban 100 g, kemudian dicatat waktu saat kedua plat tersebut
lepas. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali (Rahmawati et al,. 2010).
e. Uji Viskokitas
Viskositas krim diukur dengan menggunakan LV viscometer BrookField dan
masing-masing formula direplikasi tiga kali. Sediaan sebanyak 30 gram
dimasukkan ke dalam pot salep, kemudian dipasang spindle dan rotor dijalankan.
Hasil viskositas dicatat (Rahmawati et al., 2010).
d. Uji In Vitro Nilai SPF Sediaan Krim
Penentuang nilai SPF Penentuan efektivitas perlindungan terhadap sinar UV
dilakukan secara in vitro dengan alat spektrofotometer UV Vis. Sampel ditimbang
sebanyak 0,1 gram masing – masing krim ekstrak kulit buah kopi robusta (F1, F2,
dan F3) dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 25 mL, dicampur hingga
homogen. Krim di encerkan hingga 4000 bpj. Sebelumnya spektrofotometer
dikalibrasi dengan menggunakan etanol 96% dimasukan dalam spektrofotometer
UV-Vis untuk proses kalibrasi.Kemudian dibuat kurva serapan uji dalam kuvet
pada panjang gelombang antara 290-320 nm dengan interval 5 nm menggunakan
etanil 96% sebagai blangko. Kemudian hasil absorbansi dicatat dan dihitung nilai
320
SPFnya SPF=CF X ∑ EE ( λ ) X I ( λ ) X |( λ )|
290

Keterangan :
EE = spectrum efek eritema
I =Spektrum intensitas sinar
Abs = Absorbansi
CF = Faktor koreksi
Tabel 3.3 Nilai EE x I pada variasi panjang gelombang
Panjang Gelombang EE x I
(nm)
290 0,0150
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,0839
320 0,0180
Total 1
3 Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan limbah kulit luar buah kopi
(ceri) robusta dan kulit ari kopi robusta untuk pembuatan krim sunscreen dan
membandingan Sun Protection Factor (SPF) yang terbaik dari kedua jenis kulit
kopi robusta tersebut, yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas sunscreen dari
ekstrak etanol kulit luar kopi robusta dan kulit ari buah kopi (ceri) robusta dan
mendapatkan formulasi sediaan krim sunscreen yang memenuhi persyaratan
farmasetika. Penelitian ini meliputi pengumpulan bahan dan determinasi tanaman,
pembuatan ekstrak limbah kulit buah kopi (ceri) robusta dengan cara maserasi,
lalu diformulasikan sebagai sediaan sunscreen, selanjutnya dilakukan evaluasi
fisik sediaan krim meliputi uji organoleptik (bentuk, warna, bau), uji pH, uji daya
sebar, uji daya lekat, dan uji viskositas. Kemudian dilakukan penentuan nilai SPF
secara in vitro menggunakan spektrofotometri uv-vis.
Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa kulit luar buah kopi (ceri) robusta
memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong kuat (Winahyu et.,al), sedangkan
untuk kulit ari buah kopi (Ceri) robusta memiliki aktivitas antioksidan yang
tergolong sangat lemah (Marcelinda et.,al 2016) pada perbedaan senyawa
antioksidan berikut dilakukan pengecekan nilai SPF pada keduanya guna
mengetahui mana diantara kedua limbah tersebut yang memiliki nilai SPF lebih
baik pada sediaan krim dengan menggunakan spektrofotometri uv-vis.

3.1 Determinasi
Kulit luar kopi robusta dan kulit ari kopi robusta yang digunakan diperoleh dari
provinsi Lampung, kabupaten Tanggamus. Pada tahapan determinasi ini
dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas botani tumbuhan yang digunakan
dalam penelitian. Determinasi dilakukan di herbarium jatinangor laboratorium
taksonomi tumbuhan jurusan biologi FMIPA Universitas Padjajaran. Hasil dari
determinasi menyatakan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam penelitian
adalah benar buah kopi robusta. Hasil determinasi dapat dilihat pada (Lampiran
1).

3.2 Ekstraksi Simplisia


Ekstraksi dilakukan berdasarkan dengan cara maserasi yakni dengan perendaman
simplisia kulit luar kopi robusta dan kulit ari kopi robusta yang sudah dihaluskan,
selama 3x24 jam pada suhu dingin dengan tujuan menarik senyawa aktif,
menggunakan pelarut etanol 96% yang merupakan pelarut polar yang dapat
melarutkan senyawa flavonoid yang terdapat pada simplisia. Kemudian dilakukan
penyaringan hasil maserasi untuk memisahkan filtrat dan residu untuk remaserasi
dengan tujuan mengoptimalkan penarikan senyawa dari kulit luar dan kulit ari
kopi robusta. Filtrat yang dikumpulkan diuapkan dengan menggunakan rotary
evaporator dengan suhu rendah sehingga dihasilkan ekstrak kulit luar buah kopi
robusta sebanyak 10,86 gram dengan rendemen sebesar 3,62% dan ekstraksi kulit
ari kopi robusta sebanyak 7, 98 gram dengan rendemen sebesar 2,66%.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Winahyu (2021) yang menguji
kestabilan krim ekstrak kulit kopi pada suhu 4 oC selama 2 minggu dengan hasil
yang diperoleh ialah penyimpanan pada suhu dingin tidak terjadinya pemisahan
pada sediaan krim yang telah dibuat.

3.3 Pembuatan Krim


Selanjutnya dilakukan pembuatan krim dengan pencampuran dua fase yakni fase
air dan fase minyak serta penambahan beberapa konsentrasi ekstrak kulit luar kopi
dan ekstrak kulit ari kopi robusta yang berbeda untuk mengidentifikasi potensi
ekstrak tabir surya. Untuk mencampurkan fase minyak dan fase air diperlukan
emulgator yakni asam stearate dengan Trietanolamin (TEA). Asam stearat
berfungsi sebagai emulgator pada sediaan krim jika direaksikan dengan basa
kalium hidroksida atau TEA yang biasa digunakan untuk menetralkan krim. TEA
akan membentuk emulsi M/A yang sangat stabil jika dikombinasikan dengan
asam lemak bebas yaitu asam stearate (Saryanti et al., 2019).

3.4 Pembuatan Krim

3.4.1 Uji Organoleptik


Dilakukan evaluasi fisik sediaan krim yakni uji organoleptik yang
dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan krim yang
meliputi bentuk, warna, dan bau. Berdasarkan hasil yang didapat yakni
untuk sediaan F1 bentuk sediaan berupa setengah padat dengan warna
putih dan bau yang khas, untuk sediaan F2 bentuk sediaan berupa setengah
padat dengan warna coklat muda dan bau yang khas, dan pada sediaan F3
bentuk sediaan setengah padat dengan warna coklat tua dan bau yang khas.
Warna yang dihasilakan krim ekstrak limbah kulit luar buah kopi (ceri)
robusta dan ekstrak limbah kulit ari buah kopi (ceri) robusta tergantung
dari konsentrasi yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
warna krim semakin gelap.

Tabel 4.1 Uji organoleptik krim sunscreen Ekstrak limbah kulit luar kopi
Robusta
Organoleptik F1 F2 F3
Bentuk semi padat semi padat semi padat
Warna Putih coklat muda coklat tua
Bau Khas Khas Khas

Tabel 4.2 Uji organoleptik krim sunscreen Ekstrak limbah kulit ari kopi
Robusta
Organoleptik F1 F2 F3
Bentuk semi padat semi padat semi padat
Warna Putih coklat muda coklat tua
Bau Khas Khas Khas

3.4.2 Uji pH
Uji pH dilakukan pada keenam krim untuk mengetahui keamanan sediaan
krim saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit. pH kulit yaitu 4,2-
6,5 (Wasitaatmadja,1997). Agar aman dan cocok dengan kulit, maka
sediaan harus berada pada rentang pH tersebut agar tidak terjadi iritasi
pada kulit. Pengujian pH dari keenam ekstrak limbah kulit luar dan limbah
kulit ari buah kopi (ceri) robusta didapatkan hasil nilai pH terlalu kecil
atau sangat asam namun untuk sediaan F3 nilai pH hampir mendekati
rentang nilai pH kulit yakni pH sediaan (2,93. 3,68. 4,06) lebih kecil
daripada pH kulit yaitu 4,2 – 6,5 sedangkan untuk nilai pH sediaan krim
ekstrak limbah kulit ari biji kopi robusta yakni (2,93. 4,68. 5,06) hanya
sediaan krim F1 yang nilai pH sangat kecil atau terlalu asam dan tidak
masuk pada rentang pH kulit 4,2 – 6,5. Semakin kecil nilai pH atau
semakin asam sediaan akan mudah mengiritasi kulit maka perlu
menyesuaikan dengan pH kulit supaya meminimalkan iritasi pada kulit.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian pH krim sunscreen Ekstrak limbah kulit luar
buah kopi (ceri) robusta
Konsentrasi Krim Nilai pH
2,93
0,3 3,68
0,5 4,06

Tabel 4.4 Hasil pengujian pH krim sunscreen Ekstrak limbah kulit ari
buah kopi (ceri) robusta
Konsentrasi Krim Nilai pH
2,93
0,3 4,68
0,5 5,06

3.4.3 Uji Daya Sebar


Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kelunakan massa krim
sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan sediaan ke kulit. Daya sebar
yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas,
sehingga absorbsi obat ke kulit berlangsung cepat. Persyaratan daya sebar
untuk sediaan topikal adalah 5-7cm (Garg .2002). Pengujian daya sebar
pada sediaan didapatkan yakni krim ekstrak limbah kulit luar kopi robusta
F1 diberi beban 100 gram memiliki daya sebar 5,345 cm. Krim F2 diberi
beban 100 gram memiliki daya sebar 5,341 cm. Dan untuk F3 yang juga
diberi beban 100 gram dengan daya sebar 5,342 cm. Kemudian pada
sediaan krim limbah kulit ari biji kopi robusta mendapatkan hasil daya
sebar F1 diberikan beban 100 gram memiliki daya sebar 6,063 cm. Untuk
krim F2 diberi beban 100 gram memiliki daya sebar 5,771 cm dan pada
krim F3 diberi beban 100 gram memiliki daya sebar 5,773 cm. Hasil uji
menunjukan daya sebar yang acak, meskipun demikian keenam sediaan
krim tersebut memenuhi syarat daya sebar krim.
Tabel 4.5 Hasil uji daya sebar krim sunscreen ekstrak limabh kulit luar
buah kopi (ceri) robusta
Beban F1 F2 F3
100 gram 5,345 5,341 5,342

Tabel 4.6 Hasil uji daya sebar krim sunscreen ekstrak limabah kulit ari
buah kopi (ceri) robusta
Beban F1 F2 F3
100 gram 6,063 5,771 5,773

3.4.4 Uji Daya Lekat


Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim untuk
melekat pada permukaan kulit. Kemampuan daya lekat merupakan salah
satu syarat krim dapat diaplikasikan pada kulit. Daya lekat semakin besar
maka waktu kontak antara krim dan kulit semakin lama, sehingga absorbsi
obat melalui kulit semakin besar. Hasil daya lekat pada sediaan krim ke
enak ekstrak limbah kulit luar dan kulit biji kopi robusta yakni daya lekat
pada sediaan ekstrak limbah kulit luar biji kopi robusta F1 memiliki daya
lekat selama 60 detik, F2 memiliki daya lekat 61 detik, dan F3 memiliki
daya lekat 88 detik. Hasil daya lekat pada ekstrak limbah kulit ari kopi
robusta yakni F1 memiliki daya lekat 50 detik, F2 memiliki daya lekat 73
detik , dan F3 memiliki daya lekat 80 detik. Hasil ini menunjukan bahwa
adanya penambahan ekstrak menyebabkan daya lekat mejadi semakin
lama.

Tabel 4.7 Hasil uji daya lekat krim sunscreen ekstrak limbah kulit luar
Krim Waktu
F1 60 detik
F2 61 detik
F3 88 detik

Tabel 4.8 Hasil uji daya lekat krim sunscreen ekstrak limbah kulit ari
buah kopi (ceri) robusta
Krim Waktu
F1 50 detik
F2 73 detik
F3 80 detik

3.4.5 Uji Viskositas


Uji viskositas bertujuan untuk mengamati seberapa besar kekentalan pada
sediaan krim. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan
viscometer Brookfield. Dari pengujian diperoleh hasil bahwa nilai
viskositas krim ekstrak kulit luar biji kopi robusta F1 10.500 mPa.s, nilai
viskositas krim F2 19.500 mPa.s, sedangkan nilai viskositas krim F3
29.500. Untuk nilai viskositas sediaan krim ekstrak limbah kulit ari biji
kopi robusta F1 17.000 mPa.s, nilai viskositas F2 19.500, sedangkan nilai
viskositas F3 22.000. hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak limbah kulit luar dan limbah kulit ari kopi robusta
pada sediaan krim maka semakin tinggi nilai viskositasnya. Hal ini
dikarenakan krim yang dibuat bersifat M/A sehingga dengan kenaikan
jumlah ekstrak menyebabkan jumlah air yang terkadang menjadi semakin
sedikit, sehingga dipengaruhi oleh viskositas. Semakin tinggi viskositas
maka semakin lama waktu melekat krim pada kulit. Menurut SNI 16-
4399-1996 tentang standar mutu sediaan krim tabir surya, viskositas
sediaan yang baik berkisar antara 2000-50.000 mPa.s, sehingga dapat
dikatakan bahwa keenam krim memenuhi standar viskositas yang baik.

Tabel 4.9 Hasil uji viskositas krim sunscreen ekstrak limbah kulit luar
buah kopi (ceri) Robusta
Kecepatan F1 (mPa.s) F2 (mPa.s) F3 (mPa.s)
12 rpm 10.500 19.500 29.000

Tabel 4.10 Hasil uji viskositas krim sunscreen ekstrak limbah kulit ari
buah kopi (ceri) Robusta
Kecepatan F1 (mPa.s) F2 (mPa.s) F3 (mPa.s)
12 rpm 17.000 19.500 22.000

3.4.6 Pengujian SPF


Pengujian Sun Protection Factor (SPF) bertujuan untuk mengetahui
kemampuan krim tabir surya dalam menyerap radiasi yang mengenai kulit.
SPF merupakan nilai yang menunjukan kekuatan tabir surya dalam
melindungi kulit dari sengatan sinar UV. Pengujian SPF dilakukan di
spektrofotometri uv-vis pada panjang gelombang 290-320 nm setiap
interval 5 nm. Dari hasil pengujian diperoleh hasil bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak limbah kulit luar dan ekstrak limbah kulit ari kopi
robusta maka semakin tinggi pula nilai SPF suatu sediaan, dimana pada
sediaan krim ekstrak limbah kulit luar biji kopi robusta F1 tanpa ekstrak
diperoleh nilai SPF 0,94, F2 dengan ekstrak sebanyak 0,3 dengan nilai SPF
0,95, F3 dengan ekstrak sebanyak 0,5 dengan nilai SPF 3,5. Sedangkan
pada sediaan krim ekstrak limbah kulit ari biji kopi robusta diperoleh nilai
SPF pada F1 tanpa ekstrak 0,73, pada F2 dengan ekstrak sebanyak 0,3
dengan nilai SPF 1,04, sedangkan F3 dengan ekstrak sebanyak 0,5 dengan
nilai SPF 4,73. Berdasarkan nilai SPF tersebut maka krim konsentrasi
ekstrak limbah kulit luar kopi robusta F1 tanpa ekstrak dapat di
kelompokkan tidak memiliki proteksi, krim F2 dengan ekstrak 0,3 dalam
kelompok tidak memiliki proteksi, krim F3 dengan ekstrak 0,5 dalam
kelompok proteksi minimal. Sedangkan untuk sediaan krim ekstrak limbah
kulit ari kopi robusta F1 tanpa ekstrak dapat dikelompokkan tidak
memiliki proteksi, krim F2 dengan ekstrak 0,3 dalam kelompok tidak
memiliki proteksi, krim F3 dengan ekstrak 0,5 dalam kelompok proteksi
sedang.

Tabel 4.11 Hasil pengujian SPF krim ekstrak limbah kulit luar buah kopi
(ceri) robusta
Krim SPF Tipe Protek

F1 0,94346 Tidak masuk


F2 0,95365 Tidak masuk
F3 3,57238 Minimal

Tabel 4.12 Hasil pengujian krim ekstrak limbah kulit ari buah kopi (ceri)
robusta
Krim SPF Tipe Proteksi
F1 0,73854 Tidak masuk
F2 1,04448 Tidak masuk
F3 4,73377 Sedang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dikatakan bahwa keenam


krim dengan konsentrasi ekstrak limbah kulit luar dan ekstrak limbah kulit
ari biji kopi robusta yang berbeda hanya pada krim F3 ekstrak limbah kulit
luar kopi robusta dan krim F3 ekstrak limbah kulit ari kopi robusta yang
memiliki potensi efektivitas tabir surya yang baik karena nilai SPF yang
tinggi.
4 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsentrasi ekstrak limbah kulit luar kopi robusta yang efisien sebagai tabir surya
yakni krim F3 dengan ekstrak sebanyak 0,5gram, dan pada ekstrak limbah kulit ari
kopi robusta pada krim F3 dengan ekstrak sebanyak 0,5gram.
2. Evaluasi fisiksediaan krim ekstrak limbah kulit ari kopi robusta hanya F2 dan F3
memiliki formula yang baik yakni nilai pH yang memenuhi syarat,untuk evaluasi
daya lekat, daya sebar dan viskositas keenam sediaan memenuhi syarat krim yang
baik.
3. SPF yang paling baik pada sediaan krim tabir surya terdapat pada krim ekstrak
limbah kulit ari kopi robusta F3 dengan nilai SPF 4,72 dikelompokan memiliki
proteksi sedang, dan pada krim ekstrak limbah kulit luar kopi robusta F3 dengan
nilai SPF 3,57 dikelompokan memiliki proteksi minimum.

5 Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia yang telah
mendukung dan menyediakan penelitian ini.
6 Kontribusi Penulis
Penulis pertama penulis naskah koresponding author, perr review, dan konsep rancangan
penelitan.melakukan analisi dan interpretasi data. Penulis kedua editor dan membantu
penyusunan naskah, Penulis ketiga sebagai melakukan analisi dan interpretasi data.
7 Konflik Kepentingan
Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini.
8 Daftar Pustaka

[1] Amnuaikit, Thanaporn., Prapaporn Boonme. Formulation and Characterization of


Sunscreen Creams with Synergistic Efficacy on SPF by Combination of UV Filters.
Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol.3. 2013.
[2] Amnuaikit, Thanaporn., Prapaporn Boonme. Formulation and Characterization of
Sunscreen Creams with Synergistic Efficacy on SPF by Combination of UV Filters.
Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol.3. 2013.
[3] Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. (2015). Lampung dalam Angka Tahun 2015.
Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.
[4] Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., & Singla, A.K. 2002. Spreading of Semisolid
Formulations An Update (http://www.pharmtech.com) [diakses pada 29 Maret 2019].
[5] Marcelinda, A., Ridhay, A., & Prismawiryanti, P. (2016). Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Limbah Kulit Ari Biji Kopi (Coffea sp) Berdasarkan Tingkat Kepolaran
Pelarut. Natural Science: Journal of Science and Technology, 5(1).
[6] Padmapriya, R., Tharian, J. A., dan Thirunalasundari, T. (2013). Coffee waste
management-An overview. Int J Curr Sci, 9(February), 83–91
[7] Pratiwi, S., Husni, P., Studi, P., Apoteker, P., Farmasi, F., & Padjadjaran, U. (2017).
Farmaka Farmaka. 15, 18–25.
[8] Rahmawati, D., Sukmawati, A., Indrayudha P. 2010. Formulasi Krim Minyak Atsiri
Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp), Uji Sifat Fisik dan Daya
Antijamur terhadap Candida albicans secara invitro. Maj.Obat Tradisional. 15: 56-63
[9] Saryanti, D. Ismawati, H. Setiawan, I. 2019. Optimasi Campuran Pati Jagung dan
Avicel PH 101 Sebagai Bahan Penghancur Pada Tablet Ekstrak Buah Pare
(Momordica charantia L) Secara Granulasi Basah. Jurnal Ilniah Manuntung. 5 (1).
105-114.
[10] Wasitaatmadja, M.S,. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Universitas Indonesia
Press, Jakarta
[11] Winahyu, D. A., Marcellia, S., & Diatri, M. I. (2021). Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex
A. Foehner) dalam Sediaan Krim. Jurnal Farmasi Malahayati, 4(1), 82-92.

Anda mungkin juga menyukai