JURNAL
JURNAL
JURNAL
ABSTRACK
Background: Ramania leaf has anti-inflamation effect and antioxidant. It proved to contain flavonoid that
accelarate the healing procces of a socket after tooth extraction. Purpose: to determine a solvent concentration
that could absorb a flavonoid in an ethanol extract from a ramania leaf optimally. Methods: This study was true
experimental with posttes-only with control design, consist of a six treatment groups, such as treatment group P1
(ethanol 50%), P2 (ethanol 60%), P3 (ethanol 70%), P4 (ethanol 80%), P5 (ethanol 90%), and P6 (ethanol 95%).
For a control group (K) had given a solvent n-hexane 95%. Result: Spectrophotometer Uv-Vis analysis showed a
total amount average of flavonoid to every group P1=0.06 g / 100 g QE; P2=0.05 g / 100 g QE; P3=0.03 g / 100
g QE; P4=0.03 g / 100 g QE; P5=0.04 g / 100 g QE; and P6=0.07 g / 100 g QE. Data analysis used parametric
tests One way Anova and Bonferroni test the results were significant differences between the treatment
concentration with score p = 0.000 (p <0.05). Conclusion: Ethanol solvent 95% could absorb flavonoid that
contained a ramania leaf extract optimally.
ABSTRAK
Latar belakang: Daun ramania diketahui mempunyai efek antiinflamasi dan antioksidan. Hal itu terbukti
mengandung flavonoid sehingga mampu mempercepat proses penyembuhan soket pasca pencabutan gigi. Alat
yang digunakan spektrofotometer Uv-Vis. Tujuan: Untuk mengetahui konsentrasi pelarut yang dapat menyerap
flavonoid dalam ekstrak etanol daun tumbuhan ramania secara optimal. Metode: Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental murni dengan posttes-only with control design, terdiri dari 6 kelompok perlakuan, yaitu
kelompok perlakuan P1 (etanol 50%), P2 (etanol 60%), P3 (etanol 70%), P4 (etanol 80%), P5 (etanol 90%), dan
P6 (etanol 95%). Untuk kelompok kontrol (K) diberikan pelarut n-heksana 95%. Hasil: Hasil analisis
Spektrofotometer Uv-Vis menunjukkan rerata jumlah total flavonoid pada tiap kelompok P1=0,06 g/100 g QE;
P2=0,05 g/100 g QE; P3=0,03 g/100 g QE; P4=0,03 g/100 g QE; P5=0,04 g/100 g QE; dan P6=0,07 g/100 g
QE. Analisis data menggunakan uji parametrik One way Anova dan uji Bonferroni menunjukkan hasil perbedaan
bermakna tiap antar konsentrasi perlakuan dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Pelarut etanol 95%
dapat menyerap flavonoid yang terkandung ekstrak daun ramania secara optimal.
Korespondensasi : Dina Harliany, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Veteran No
12B, Banjarmasin, Kalsel, email: [email protected]
PENDAHULUAN
berbagai metode antara lain maserasi, refluks,
Tindakan ekstraksi gigi atau pencabutan gigi sokletasi dan metode-metode lainnya. Metode yang
merupakan tindakan yang umum dilakukan oleh digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi
dokter gigi. Pencabutan gigi adalah proses maserasi. Maserasi adalah salah satu metode
pengeluaran satu gigi utuh atau akar gigi dari tulang pemisahan senyawa dengan cara perendaman
alveolar yang tidak dapat dilakukan perawatan menggunakan pelarut organik pada temperatur
dengan menggunakan alat-alat pencabutan gigi ruangan yaitu 37oC.9,10
(forceps). Pasca pencabutan gigi akan terjadi Pembuatan ekstraksi dengan metode maserasi
perlukaan pada jaringan lunak disekitar daerah dapat menggunakan pelarut etanol yang bertujuan
pencabutan. Penyembuhan luka pasca pencabutan untuk menarik komponen kimia yang ada pada daun
gigi pada dasarnya tidak berbeda dengan ramania, karena pelarut etanol merupakan pelarut
penyembuhan luka pada bagian tubuh lainnya. universal yang dapat menarik senyawa-senyawa
Penyembuhan luka merupakan proses yang komplek yang larut dalam pelarut non polar hingga polar.
dan berfokus untuk mengembalikan keutuhan Berdasarkan kepolaran dan kelarutannya, senyawa
struktur dan fungsi jaringan yang rusak. 1,2 yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
Penyembuhan luka memiliki empat tahapan polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah
utama, yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi sel, larut dalam pelarut nonpolar. Senyawa flavonoid
dan remodeling matriks. Proses penyembuhan luka umumnya lebih mudah larut dalam air atau pelarut
memiliki berbagai cara untuk mempercepat proses polar karena memiliki ikatan dengan gugus gula.
tersebut, salah satunya penggunaan bahan herbal. Faktor lain selain pemilihan jenis pelarut yang dapat
Bahan herbal yang didapat dari sumber daya alam, mempengaruhi hasil ekstraksi yaitu waktu, suhu dan
baik tumbuhan maupun hewan merupakan sumber konsentrasi pelarut.11,12
dalam pengembangan obat baru. Banyak tanaman
obat yang bisa dipakai untuk mempercepat BAHAN DAN METODE
penyembuhan luka, diantaranya adalah Ramania
(Bouea Macrophylla Griffith). Ramania atau Penelitian ini bersifat eksperimental murni
Gandaria merupakan tanaman rawa yang ada di (true experimental) dengan rancangan posttest-only
daerah Kalimantan Selatan. Ramania merupakan with control design. Teknik pengambilan sampel
salah satu keluarga mangga yang tidak daun ramania dilakukan dengan cara simple random
dibudidayakan oleh masyarakat, jenisnya beragam, sampling dengan 6 kelompok perlakuan dan 1
termasuk ukuran buah, rasa, dan warna. Habitat kelompok kontrol, yaitu: P1 pelarut etanol 50%, P2
alami ramania adalah hutan dan tepi sungai. pelarut etanol 60%, P3 pelarut etanol 70%, P4
Ramania termasuk dalam genus Bouea, dari famili pelarut etanol 80%, P5 pelarut etanol 90%, P6
yang sama dengan genus Mangifera (Mangga), yaitu pelarut etanol 95%, dan K pelarut n-heksana 95%.
dalam famili Anacardiaceae. Ramania termasuk Jumlah sampel dalam penelitian ini didapatkan dari
dalam buah-buahan tropis Kalimantan yang hasil perhitungan menggunakan rumus Federer yaitu
sebagian merupakan buah spesifik wilayah itu sebanyak 28 gr daun ramania. Daun ramania yang
sendiri yang tumbuh secara alami. 2,3,4 digunakan diperoleh dari Desa Mandiangin,
Penelitian sebelumnya oleh Novalianti (2006) Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar,
telah dilakukan uji fitokimia kulit batang ramania Martapura, Kalimantan Selatan.
yang diketahui bahwa kulit batang ramania Preparasi dan Ekstraksi Sampel
mengandung senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid Penelitian ini diawali dengan membersihkan
merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sampel dengan cara dicuci dengan air mengalir
sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam hingga bersih. Sampel dirajang hingga kecil dengan
jaringan tumbuhan. Senyawa flavonoid termasuk cara dirobek dan setelah itu sampel dikeringkan
dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur selama ± 72 jam pada tempat yang teduh dan
kimia C6-C3-C6. Senyawa flavonoid dapat terhindar dari matahari langsung. Sampel yang
menghambat mikroorganisme karena sudah kering di haluskan dengan menggunakan
kemampuannya membentuk senyawa kompleks blender dan kemudian disaring sehingga didapatkan
dengan protein dan bersifat sebagai antivirus. Bahan serbuk yang disebut sebagai simplisia kering.
aktif lain yang terdapat didalam senyawa flavonoid Metode ekstraksi dilakukan dengan cara
berhubungan dengan proses penyembuhan luka maserasi menggunakan 6 konsentrasi pelarut etanol
yaitu sebagai antiinflamasi. 5,6,7,8 yang berbeda yaitu, etanol 50%, 60%, 70%, 80%,
Pengambilan senyawa flavonoid yang ada pada 90% dan 95%. Maserasi juga dilakukan pada
daun ramania dilakukan proses ekstraksi. Proses kelompok kontrol dengan menggunakan larutan n-
ekstraksi adalah proses untuk mengambil zat warna heksana 95%. Sebanyak 1 gram simplisia kering
yang berada di dalam tumbuhan, baik terdapat pada masing-masing dilarutkan dengan 6 konsentrasi
daun, batang, buah, bunga, biji ataupun akar. pelarut etanol dan kelompok kontrol menggunakan
Ekstraksi daun ramania dapat dilakukan dengan erlenmeyer 1 cm diatas simplisia. Campuran diaduk
hingga rata lalu ditutup rapat dan perendaman 0.1
100 g)
pada suhu 40-500C sampai pelarut habis menguap 0.02
hingga diperoleh ekstrak kental.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 0
Penentukan panjang gelombang maksimum Kelompok
dilakukan dengan cara menimbang 2 mg kuersetin
kemudian dilarutkan dengan etanol 95% sampai 100 Etanol 50% Etanol 60%
ml. Sebanyak 0,5 ml larutan diambil dan kemudian etanol 70% Etanol 80%
direaksikan dengan 2 ml aquades dan 0,15 ml
NaNO2 5% setelah itu diamkan selama 6 menit. Etanol 90% Etanol 95%
Setelah didiamkan, larutan ditambahkan AlCl3 10% n-Heksan 95%
sebanyak 0,15 ml dan diamkan kembali selama 6
menit. Larutan direaksikan dengan 2 ml NaOH 4% Gambar 1. Diagram rata-rata kandungan total
dan diencerkan hingga volume total mencapai 5 ml flavonoid daun ramania
dan diamkan selama 15 menit, setelah itu larutan
diabsorbansi dengan menggunakan Pada gambar 1 menunjukkan bahwa kadar total
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang flavonoid tertinggi pada kelompok pelarut etanol
antara 250-600 nm. 95% dengan rata-rata 0.0794 g QE/ 100 g; diikuti
Pembuatan Kurva Baku dengan kelompok pelarut etanol 50% yang rata-
Standar kuarsetin dibuat dengan cara ratanya 0,0619 g QE/ 100 g; kelompok pelarut etanol
menyiapkan 5 buah labu ukur 10 ml. Kemudian pada 60% dengan rata-rata 0,0553 g QE/ 100 g pada
setiap labu dimasukkan larutan baku masing-masing urutan ketiga; dan kelompok pelarut etanol 80%
yaitu 0,01 g, 0,02 g, 0,03 g, 0,04 g, dan 0,05 g. dengan rata-rata 0,0424 g QE/ 100 g. Selisih rata-rata
Setelah itu larutan ditambahkan aquades sampai 10 kelompok pelarut etanol 95% dangan kelompok
ml. Larutan diukur absorbansinya pada panjang pelarut etanol 50% sebesar 0,0175 g QE/ 100 g;
gelombang maksimum seperti prosedur sebelumnya. selisih rata-rata kelompok pelarut etanol 50%
Kemudian dibuat kurva baku antara absorbansi (A) dengan kelompok pelarut etanol 60% sebesar 0,0066
dengan konsentrasi kuarsetin (φ). g QE/ 100 g; dan selisih rata-rata kelompok pelarut
Penentuan Kadar Total Flavonoid etanol 60% dengan kelompok pelarut 80% adalah
Larutan baku dibuat dengan cara menimbang 2 0,0129 g QE/ 100 g. Untuk kadar total flavonoid
mg sampel kemudian dilarutkan dengan etanol 50%, terendah terdapat pada kelompok pelarut etanol 70%
60%, 70%, 80%, 90%, 95% dan n-heksana 95% dengan rata-rata 0.0325 g QE/ 100 g; sedangkan
sampai 100 ml sehingga diperoleh konsentrasi 20 untuk pelarut n-heksana 95% sebagai kontrol rata-
ppm. Sebanyak 0,5 ml dari tiap larutan ekstrak rata kadar total flavonoid 0.0788 g QE/ 100 g.
direaksikan dengan 2 ml akuades dan 0,15 ml Analisis data dilakukan dengan uji normalitas
NaNO2 5 % kemudian didiamkan selama 6 menit, shapiro-wilk dan uji homogenitas varian levene’s
setelah itu 0,15 ml AlCl3 10 % ditambahkan dalam test. Hasil uji normalitas shapiro-wilk dan uji
larutan terebut dan didiamkan selama 6 menit homogenitas varian levene-s test adalah sebagai
kemudian larutan direaksikan dengan 2 ml NaOH 4 berikut:
% dan diencerkan hingga volume total mencapai 5 Tabel 1. Hasil uji normalitas dan homogenitas
ml dan didiamkan selama 15 menit. Absorbansi dari varians data perbandingan kadar total flavonoid
larutan ekstrak diukur dengan panjang gelombang ekstrak daun ramania
maksimum menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Nilai Nilai
Kadar flavonoid total ditentukan berdasarkan hasil Kelompok Normalitas Homogenitas
perhitungan dari persamaan regresi kurva kalibrasi
(p) (p)
kuersetin. Total flavonoid dinyatakan sebagai total
kuersetin ekivalen per 100 g ekstrak (g QE/ 100 g). K 0.086
P1 0.736
HASIL PENELITIAN P2 0.098
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan P3 0.144 0.282
diperoleh rata-rata kadar total flavonoid ekstrak daun P4 0.818
ramania sebagai berikut. P5 0.101
P6 0.292
Pada tabel 1 diketahui bahwa semua data penelitian penelitian sebelumnya oleh Risa Hermalinda (2015)
ini terdistribusi normal karena nilai p>0,05. Hasil uji diketahui bahwa jenis flavonoid yang ada di daun
homogenitas varian Levene’s test didapatkan nilai tumbuhan ramania adalah termasuk dalam golongan
p= 0,282 (p > 0,05) yang berarti data penelitian ini antosianin. Antosianin adalah bagian senyawa fenol
memiliki sebaran data yang homogen atau tidak yang tergolong flavonoid, menurut Durs dan
terdapat perbedaan varians pada data penelitian ini. Wrolstad (2005) bahwa antosianin jumlahnya sekitar
Dilakukan uji One-way Anova dan uji lanjutan Post 90-96% dari total senyawa fenol. Antosianin bersifat
Hoc Bonferroni. Hasil uji One-way Anova polar sehingga dapat dilarutkan dengan pelarut
menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05), yang berarti polar. Menurut Ricter et al. (2006) tingkat polaritas
terdapat perbedaan yang bermakna antar tiap antosianin digolongkan semipolar dengan konstanta
kelompok perlakuan. dielektriknya 30-40. Penyebab lain yaitu sifat pelarut
etanol 70% paling sesuai untuk bahan baku simplisia
PEMBAHASAN yang berupa akar, batang atau bagian berkayu pada
tanaman, sedangkan pelarut etanol 50% sangat
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui berguna untuk menghindari klorofil, senyawa resin
bahwa pelarut etanol 95% merupakan pelarut yang atau polimer yang biasanya tidak memiliki aktivitas
dapat menarik flavonoid secara optimum yaitu berarti tetapi seringkali menimbulkan masalah-
sebesar 0.0794 g QE/ 100 g. Hal tersebut disebabkan masalah farmasetis misalnya terjadinya
karena flavonoid umumnya lebih mudah larut dalam pengendapan gummy yang sulit untuk
air atau pelarut polar seperti etanol sesuai dengan dihilangkan.13,14,15,16
hasil penelitian Padmasari et al. (2013). Penyebab
kedua yaitu berdasarkan konsep like dissolve like
yang menyatakan bahwa senyawa yang bersifat DAFTAR PUSTAKA
polar akan larut pada pelarut polar dan senyawa yang
bersifat non polar akan larut pada pelarut non polar. 1. Pinasti RA. Studi Kasus Dry Socket Pasca
Penyebab lainnya yaitu kesamaan nilai konstanta Ekstraksi Gigi di Rumah Sakit Angkatan Laut
dielektrik yang dimiliki oleh kelompok pelarut Dr. Ramelan dan Rumah Sakit UmumDaerah
etanol 95% dengan golongan antosianin yang Dr. Mohammad Soewandie Surabaya.
terdapat di daun ramania. Sesuai dengan penelitian Perpustakaan Universitas Airlangga 2013;
sebelumnya oleh Lusiana et al., (2014) diketahui (online), (http//www.gdlhub-gdl-s1-2013-
bahwa nilai konstanta dielektrik golongan antosianin pinastires-27481-11.bab-ii.pdf, diakses 04 Mei
berkisar 30-40 yang memiliki kesamaan dengan nilai 2015).
konstanta dielektrik pelarut etanol 95%. 11, 13
Untuk kelompok kontrol dengan menggunakan 2. Sugiaman V. Peningkatan Penyembuhan Luka
pelarut n-heksana 95% memiliki nilai rata-rata total Di Mukosa Oral Melalui Pemberian Aloe Vera
kadar flavonoid sebesar 0,0788 g QE/ 100 g dan (linn) secara topical. Bandung: PSKG
merupakan kelompok tertinggi kedua setelah pelarut Universitas Kristen Maranatha 2011; 11(1):70-
etanol 95% yang selisih rata-ratanya adalah 0,0006 73.
g QE/ 100 g. Hal tersebut diakibatkan karena ada
beberapa gugus flavonoid yang lebih banyak 3. Antarlina SS. Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia
terekstrak ke senyawa yang lebih non polar sehingga Buah-buahan Lokal Kalimantan. Buletin
mengakibatkan nilai rata-rata kadar total flavonoid Plasma Nutfah 2009;15(2):80-91
daun ramania menjadi besar meskipun tidak sebesar
kelompok pelarut etanol 95%. 4. Krismawati A. Eksplorasi dan Karakterisasi
Hasil uji statistik pada penelitian ini dapat Buah Spesies Kerabat Mangga Kalimantan
diketahui terdapat perbedaan bermakna dan tidak Tengah. Buletin Plasma Nutfah. 2008;Vol
bermakna dari tiap-tiap kelompok. Perbedaan yang 14(2): hal 76-80.
tidak bermakna tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, yang pertama konsentrasi pelarut yang sama- 5. Fitrya, Anwar L, Novitasari E. Isolasi Senyawa
sama belum mencukupi untuk bisa menangkap kadar Fenolat dari Fraksi Asetat Kulit Batang
total flavonoid dalam ekstrak etanol daun ramania Tumbuhan Gandaria. Jurnal Penelitian Saint
sehingga secara statistik hal tersebut tidak terdapat 2010;13(1):10-14.
perbedan bermakna antar kelompok. Faktor kedua
yaitu adanya perbedaan konstanta dielektrik suatu 6. Redha A. Flavonoid : Struktur, Sifat
pelarut dimana tetapan dielektrik merupakan ukuran Antioksidatif dan Peranannya dalam Sistem
kepolaran suatu pelarut. Pelarut yang mempunyai Biologis. Jurnal Belian 2010;Vol 9 (2):196-202.
konstanta dielektrikum yang besar akan lebih
melarutkan senyawa polar, sebaliknya pelarut 7. Wahyuningtyas E. Pengaruh Ekstrak
dengan konstanta dielektrikum yang kecil akan Graptophyllum Pictum Terhadap Pertumbuhan
melarutkan senyawa yang non polar. Berdasarkan Candida Albicans pada Plat Gigi Tiruan Resin
Akrilik. Indonesia Journal of Dentistry
2008;Vol 15 (3):187-191.