Filsafat Ilmu Faiq
Filsafat Ilmu Faiq
Filsafat Ilmu Faiq
Oleh :
Faiq Nur Rohman (122090116)
I. Pendahuluan
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kata Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa
Yunani. Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang ada)”.
Kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani artinya knowledge yaitu pengetahuan. 3
Kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu logia artinya pengetahuan dan episteme
artinya tentang pengetahuan.4 Jadi pengertian etimologi tersebut, maka dapatlah
dikatakan bahwa epistemologi merupakan pengetahuan tentang pengetahuan. Dan kata
Aksiologi berasal dari kata “Axios” yang berarti “bermanfaat”. Ketiga kata tersebut
ditambah dengan kata “logos” berarti”ilmu pengetahuan, ajaran dan teori”.5
Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini
dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. 6 Epistemologi adalah ilmu yang
membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang benar.7
Sedangkan Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang
ditinjau dari sudut kefilsafatan.8
Dengan demikian Ontologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti segala
sesuatu yang ada. Epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang teori, sedangkan
Aksiologi adalah kajian tentang nilai ilmu pengetahuan.
A. Ontologi
Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari
metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat.
Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan
tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari
inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.
9
Setelah menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti filsafat
manusia, alam dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial, kemudian
disusunlah uraian ontologi. Maka ontologi sangat sulit dipahami jika terlepas dari
bagian-bagian dan bidang filsafat lainnya. Dan ontologi adalah bidang filsafat yang
paling sukar.10
Metafisika membicarakan segala sesuatu yang dianggap ada, mempersoalkan
hakekat. Hakekat ini tidak dapat dijangkau oleh panca indera karena tak terbentuk,
berupa, berwaktu dan bertempat. Dengan mempelajari hakikat kita dapat memperoleh
pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan tentang apa hakekat ilmu itu.
Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat
empiris.11 Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh panca indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang sudah
berada diluar jangkauan manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan
secara metodologis dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri yakni
berorientasi pada dunia empiris.
Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam:
1. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan
atau
bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.
Untuk mengkaji lebih mendalam hakekat obyek empiris, maka ilmu membuat
beberapa asumsi (andaian) mengenai objek itu. Asumsi yang sudah dianggap benar dan
tidak diragukan lagi adalah asumsi yang merupakan dasar dan titik tolak segala pandang
kegiatan. 13Asumsi itu perlu sebab pernyataan asumtif itulah yang memberikan arah
dan landasan bagi kegiatan penelaahan.
Ada beberapa asumsi mengenai objek empiris yang dibuat oleh ilmu, yaitu:
Pertama, menganggap objek-objek tertentu mempunyai kesamaan antara yang satu
dengan yang lainnya, misalnya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Kedua,
menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Ketiga, determinisme yakni menganggap segala gejala bukan merupakan suatu
kejadian yang bersifat kebetulan. 14Asumsi yang dibuat oleh ilmu bertujuan agar
mendapatkan pengetahuan yang bersifat analitis dan mampu menjelaskan berbagai
kaitan dalam gejala yang tertangguk dalam pengalaman manusia.
Asumsi itupun dapat dikembangkan jika pengalaman manusia dianalisis dengan
berbagia disiplin keilmuan dengan memperhatikan beberapa hal; Pertama, asumsi harus
relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi ini harus
operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi harus
disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang
seharusnya”.15
Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah, sedangkan
asumsi kedua adalah asumsi yang mendasari moral. Oleh karena itu seorang ilmuan
harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya,
sebab mempergunakan asumsi yang berbeda maka berbeda pula konsep pemikiran yang
dipergunakan. Suatu pengkajian ilmiah hendaklah dilandasi dengan asumsi yang
tegas, yaitu tersurat karena yang belum tersurat dianggap belum diketahui atau belum
mendapat kesamaan pendapat.
Pertanyaaan mendasar yang muncul dalam tataran ontologi adalah untuk apa
penggunaan pengetahuan itu? Artinya untuk apa orang mempunyai ilmu apabila
kecerdasannya digunakan untuk menghancurkan orang lain, misalnya seorang ahli
ekonomi yang memakmurkan saudaranya tetapi menyengsarakan orang lain, seorang
ilmuan politik yang memiliki strategi perebutan kekuasaan secara licik.
B. Epistemologi
d. Perumusan hipotesis
Keenam langkah yang terdapat dalam metode keilmuan tersebut masing- masing
terdapat unsur-unsur empiris dan rasional.
Menurut AM. Saefuddin bahwa untuk menjadikan pengetahuan sebagai ilmu
(teori) maka hendaklah melalui metode ilmiah yang terdiri atas dua pendekatan:
Pendekatan deduktif dan Pendekatan induktif. Kedua pendekatan ini tidak dapat
dipisahkan dengan menggunakan salah satunya saja, sebab deduksi tanpa diperkuat
induksi dapat dimisalkan sport otak tanpa mutu kebenaran, sebaliknya induksi tanpa
deduksi menghasilkan buah pikiran yang mandul.22
Proses metode keilmuan pada akhirnya berhenti sejenak ketika sampai pada titik
“pengujian kebenaran” untuk mendiskusikan benar atau tidaknya suatu ilmu. Ada tiga
ukuran kebenaran yang tampil dalam gelanggang diskusi mengenai teori kebenaran,
yaitu teori korespondensi, koherensi dan pragmatis.23 Penilaian ini sangat menentukan
untuk menerima, menolak, menambah atau merubah hipotesa, selanjutnya diadakanlah
teori ilmu pengetahuan.24
C. Aksiologi
III. Kesimpulan.
1. Menyingkap ilmu pengetahuan landasan yang digunakan adalah ontologi,
epistemologi dan aksiologi, atau dengan kata lain apa, bagaimana dan
kemana ilmu itu.
2. Hakekat obyek ilmu (ontologi) terdiri dari objek materi yang terdiri dari
jenis-jenis dan sifat-sifat ilmu pengetahuan dan objek forma yang terdiri
dari sudut pandang dari objek itu.