Kelompok 15 Akuntansi Wa'd
Kelompok 15 Akuntansi Wa'd
Kelompok 15 Akuntansi Wa'd
Akuntansi
Wa'd
Oleh : Kelompok 15
Anggota Kelompok
1. Adillah Azzahra S
2. Dhiya Anjum N
3. Fathonah Intishar
Pendahuluan
Tinjauan Syariah
Pengertian Wa'd
atas Repo SBS
Menurut fatwa DSN MUI No. 85, janji (Wa'd) dalam transaksi
syariah bersifat mengikat (mulzim), artinya janji wajib
ditunaikan dan boleh dipaksa oleh pihak yang diberi janji atau
oleh pihak otoritas yang berwenang.
Menurut fatwa DSN MUI No. 96, transaksi lindung nilai syariah diperbolehkan
dan keberadaannya diperlukan untuk mendukung perkembangan industri
keuangan syariah. Dalam fatwa tersebut juga diatur batasan dan ketentuan
dari Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar yaitu antara lain:
(1) Pelaku transaksi LIndung Nilai Syariah atas Nilai Tukar adalah Lembaga
Keuangan Syariah (LKS); Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) hanya sebagai
penerima lindung nilai dari LKS; Bank Indonesia; Lembaga bisnis yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah; Pihak lainnya yang kegiatannya sesuai
dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku.
Tinjauan Syariah atas
Transaksi Lindung Nilai Syariah
(2) Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar tidak boleh dilakukan untuk
tujuan yang bersifat spekulatif (untung-untungan).
(3) Hak pelaksanaan muwa'adah dalam mekanisme lindung nilai tidak boleh
diperjualbelikan.
(4) Nilai tukar atau perhitungan nilai tukar harus disepakati pada saat saling
berjanji (muwa'adah).
Tinjauan Syariah atas
Transaksi Lindung Nilai Syariah
Dalam lindung nilai syariah atas nilai tukar, bentuk lindung nilai
dilakukan melalui janji (wa'd) untuk membeli atau menjual mata
uang dengan mata uang lain dimasa yang akan datang dengan
nilai yang ditentukan ketika wa'd (bersifat mengikat). Di sini,
para pihak saling berjanji untuk melakukan satu kali transaksi
spot atau lebih pada masa yang akan datang yang meliputi
kesepakatan atas: mata uang yang dipertukarkan, jumlah
nominal, nilai tukar atau perhitungan nilai tukar dan waktu
pelaksanaan.
Tinjauan Syariah atas
Transaksi Lindung Nilai Syariah
Misalkan, pada tanggal 10 Agustus 20X0 PT AZ melakukan
kesepakatan tukar menukar mata uang asing dengan LKS X,
PT AZ berjanji akan menyerahkan Rp. 15 Milyar, dan LKS X
berjanji akan menyerahkan USD 1 juta pada 5 September
20X0. Pada tanggal 5 September 20X0, terjadilah
pertukaran mata uang asing sesuai dengan yang diperjanjikan
yaitu PT AZ menyerahkan Rp. 15 Milyar dan LKS X
menyerahkan USD 1 Juta, tidak peduli berapa nilai kurs rupiah
terhadap dolar.
Tinjauan Syariah atas
Transaksi Lindung Nilai Syariah
Dari ilustrasi tersebut, dapat dilihat bahwa dengan wa'd yang
mengikat, sebenarnya yang terjadi adalah transaksi forward,
yaitu transaksi pembelian dan penjualan mata uang asing yang
nilainya ditetapkan pada saat saling berjanji dan berlaku
untuk waktu yang akan datang. Transaksi forward tersebut
adalah tidak sesuai dengan syariah, karena dalam syariah
transaksi tukar menukar mata uang harus dilakukan secara
kontan/tunai. Jika tidak dilakukan secara kontan, dapat
dikategorikan sebagai riba.
Tinjauan Syariah atas
Transaksi Lindung Nilai Syariah
Perbedaan antara wa'd dan akad terletak pada keberadaan hak dan kewajiban dari
suatu kejadian. Wa'd belum menimbulkan hak dan kewajiban (karena berupa janji).
soleh karenanya, wa'd baru merupakan janji dari satu pihak pada pihak lain an ketika
terjadi penuian sesuatu baru akan dituangkan dalam suatu akad. Misalnya, dalam
kasus IMBT, ada wa'd dari pemberi sewa untuk menghibahkanatau menjualkan aset
ijarah diakhir akad. ketika janji ini dibuat tidak dilakukan pencatatan baik oleh atau
menjual aset ijarah diakhir akad. Ketika begitu janji itu dipenuhi maka akan dibuatkan
akad pemindahan kepemilikan aset ijarah, maka pemberi sewa dan penyewa akan
melakukan pencatatan. terkait wa'd PSAK 111 membahas topik repo surat berharga
syariah, dan lidung nilai syariah atas nilai tukar.
Repo Surat Berharga
Syariah
(Transaksi Repo Syariah)
Repo Surat Berharga
Syariah (Transaksi
Repo Syariah)
PSAK 111 mendefinisikan transaksi repo syariah sebagai
transaksi penjualan surat berharga syariah (SBS) oleh pihak
pertama kepada pihak kedua dengan janji (wa'd) dari pihak
pertama untuk membeli kembali SBS dari pihak kedua, dan janji
dari pihak kedua untuk menjual kembali SBS tersebut kepada pihak
pertama di masa mendatang. PSAK 111 didukung oleh fatwa DSN
MUI No. 85 dan 94.
Mekanisme Repo SBS
Tahap I : Pihak pertama menjual SBS kepada pihak kedua pada harga pasar atau harga yang disepakati (first leg).
Pada tahap ini terjadi perpindahan kepemilikan SBS dari pihak pertama kepada pihak kedua. Transaksi jual ini
disertai dengan janji dari pembeli untuk menjual kembali surat berharga tersebut kepada penjual pertama selama
periode tertentu.
Tahap 2 : Pihak pertama berjanji untuk membeli kembali SBS dari pihak kedua, dan pihak kedua berjanji akan
menjual kembali SBS kepada pihak pertama, di masa mendatang. Kedua belah pihak saling berjanji atau muwa'adah
dan bersifat mengikat
Tahap 3: Pihak pertama membeli kembali dari pihak kedua pada harga yang sudah disepakati pada saat janji atau
pada harga pasar (second leg).
Akad jual beli SBS yang pertama (tahap I) dan akad jual beli SBS yang kedua (tahap 3) merupakan dua transaksi
yang terpisah, tidak diperlakukan sebagai transaksi tunggal atau berkaitan, hal ini sesuai dengan ketentuan
syariah di mana tidak boleh dalam 1 transaksi ada 2 akad atau 1 (satu) transaksi tergantung pada transaksi
lainnya
Akuntansi Repo SBS
SBS yang diilustrasikan dalam bab ini adalah dalam bentuk sukuk, sehingga
akuntansinya melibatkan PSAK 110 tentang sukuk lebih tepatnya dari sisi
investor. Investor dapat mengklasifikasikan investasi sukuk dalam 3 yaitu
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lain dan biaya perolehan. Namun dalam bab ini yang relevan
adalah klasifikasi sukuk dengan nilai wajar melalui laba rugi atau nilai wajar
melalui pendapatan komprehensf lain karena dalam transaksi repo intensi
(dari pihak kedua) tidak untuk ditahan hingga jatuh tempo.
Untuk memudahkan pemahaman Akuntansi Repo SBS pembahasan akan
dilakukan selaras dengan mekanisme Repo diatas, yaitu dibagi menjadi 3
(tiga) kondisi yaitu (1) Akuntansi Jual Beli Pertama (first leg); (2) Akuntansi
selama periode wa'd; dan (3) Akuntansi saat jual beli kedua (second leg).
1. Akuntansi Jual Beli Pertama (first leg) Pada tahap ini terjadi penjualan
sesungguhnya (haqiqi) antara pihak pertama pada pihak kedua di mana
terjadi perpindahan SBS berikut hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
dapat berupa semua manfaat dan risiko secara substansial serta
pengendalian yang melekat atas SBS tersebut seperti mendapatkan
keuntungan, menanggung risiko kerugian dan hak lain yang melekat pada
surat berharga tersebut sesuai peraturan perundang-undangan.
Akad jual beli dari pihak pertama pada pihak kedua dapat menggunakan :
harga pasar atau ;
harga yang disepakati. Dari transaksi ini, pihak pertama mengakui
keuntungan atau kerugian dari penjualan SBS sebesar selisih antara
jumlah neto yang diperoleh (net proceed) dengan jumlah tercatat
(carrying amount) dari SBS.
Dan pihak kedua mengakui SBS yang dibeli dari pihak pertama dalam laporan
keuangan pada nilai wajarnya.
Pihak kedua akan mengklasifikasikan SBS yang diperoleh sesuai kategorinya
yaitu :
(a) diukur pada biaya perolehan;
(b) diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain;
(c) diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Contoh Jual Beli Pertama (First Leg)
PT Ahmad Firdaus memiliki sukuk dengan nilai tercatat sebesar Rp500 (nilai nominal Rp500), jatuh tempo sukuk pada 31
Desember 20X2 dengan imbal hasil sebesar Rp5 setiap periode pembayaran imbal hasil. Kemudian, PT Ahmad dan PT Banu
Sejahtera melakukan transaksi repo atas sukuk tersebut dengan kesepakatan, PT Ahmad menjual sukuk ke PT Banu pada
1 Juli 20X0 dengan harga kesepakatan Rp490. PT Ahmad berjanji akan membeli kembali sukuk tersebut dari PT Banu, dan
PT Banu berjanji akan menjual kembali sukuk tersebut ke PT Ahmad pada tanggal 15 Agustus 20X0 dengan harga
kesepakatan Rp500. PT Ahmad mengklasifikasikan SBS tersebut sebagai nilai wajar
melalui penghasilan komprehensif lain. Asumsi, nilai wajar sukuk pada tanggal 1 Juli, 31 Juli, dan 15 Agustus 20X0 masing-
masing Rp506, Rp515, dan Rp525.
akan menerima kas dan mengakui pendapatan sebesar Rp 5. Pada umumnya untuk klasifikasi nilai
wajar melalui laba rugi tidak dilakukan amortisasi atas perbedaan harga perolehan dan nilai jatuh
tempo karena dianggap jangka waktunya pendek.
3. Akuntansi saat jual beli kedua (second leg).
Contoh Akuntansi Saat Jual Beli Kedua (second leg)
Pada tanggal 15 Agustus 20X0, B menjual sukuk pada A dengan nilai wajar yaitu
dengan harga Rp525. Jurnal yang dibuat adalah:
Example :
pada 1 Mei 20X0 PT Ahmad (perusahaan importir-AZ) menerima tagihan impor
sebesar USD 1 juta yang harus dibayar pada 5 Juni 20X0. PT Ahmad melakukan
kesepakatan tukar menukar mata uang asing dengan ank Yazid (BY) dimana PT
Ahmad berjanji akan menyerahkan USD 1 juta pada 5 Juni 20X0.
A. Akuntansi Lindung Nilai Sederhana
Asumsi : kurs spot dolar AS terhadap rupiah pada 1 Mei, 31 Mei, dan 5 Juni masing-
masing Rp.13.800.- , Rp.13.900.- , Rp.14.000,-
mekanismenya adalah sebagai berikut :
1. Para pihak saling (muwada'adah) yang dapat dilakukan bsik secara tertulis
maupun tidak tertulis. Untuk melakukan satu kali transaksi spot atau lebih pada
masa yang akan datang yang meliputi kesepakatan atas : mata uang yang
dipertukarkan, jumlah nominal, nilai tukar atau perhitugan nilai tukar, dan
waktu pelaksanaan.
pada saat wa'd (1 Mei 20X0), baik PT AZ maupun bank BY tidak membuat
pencatatan akuntansi, deikian juga pada tanggal 31 Mei 20X0, karena peristiwa
tersebut tidak termaksud transaksi. Kedua perusahaan hanya melakukan
pengungkapan dalam laporan keuagan,termasuk informasi yang yang bersifat
kuantitatif atas wa'd.
A. Akuntansi Lindung Nilai Sederhana
2. Kemudian pada waktu pelaksanaan, paa pihak melakukan transaski spot dengan
harga yang telah disepakati yang diikuti dengan serah terima uang yang
dipertukarkan. Transaksi ini dapat disetrakan dengan forward agreement (bukan
forward contact).
Example :
pada saat pelaksanaan
Pada 5 Juni 20X0 PT AZ dan bank BY membuat akad tukar menukar mata uang,
sesuai kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya, jurnalnya adalah (dalam
miliyaran rupiah):
A. Akuntansi Lindung Nilai Sederhana
2. Para pihak saling berjanji (muwa'adah) untuk melakukan satu kali transaksi spot
atau lebih pada masa akan datang, yang meliputi kesepakatan atas : mata uang yang
dipertukarkan, jumlah nominal, nilai tukar atau perhitungan nilai tukar, dan waktu
pelaksanaan.
pada saat wa'd
PT AZ tidak melakukan pencatatan. Sementara BY, karena menahan mata uang asing
maka perlu membuat translasi mata uang asing menggunakan kurs spot pada tanggal
pelaporan/akjir bulan yaitu sebesar Rp.13.900,-. Jurnalya adalah (dalam miliar
rupiah)
B. Akuntansi Lindung Nilai Kompleks
B. Akuntansi Lindung Nilai Kompleks
3. Pada waktu pelaksanaan, para pihak mealkukan transaksi spot dengan harga yang telah
disepakati, yang diikuti dengan serah terima mata uang yang dipertukarkan.
Transaksi disamping dapat disetarakan dengan swwap agreement (bukan swap contract).
pada saat pelaksanaan
pada tanggal 5 Juni 20X0
sesuai perjanjian, PT AZ akan menyerahkan rupiah sebesar Rp.14,5 milyar dan
akan menerima USD 1 juta dari BY. serah terima ini aka dicatat dalam rupiah
menggunakan kurs pada tanggal transaksi yaitu, Rp 14 milyar. selisihnya diakui
sebagai kerugian yang dilaporkan dalam laba rugi.
B. Akuntansi Lindung Nilai Kompleks
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi sifat dan luas
pemberian atau penerimaan wa'd serta dampaknya terhadap posisi dan kinerja keuangan yang
meliputi tetapi tidak terbatas pada :
uraian mengenai kesepakaan pokok dalam wa'd, termaksud jenis, nilai, jangka waktu, dan pihak
lawan;
tujuan, kebijakan, dan pengelolaan resiko yang muncul dari wa'd;
dampak potensial wa'd terhadap aset, liabilitas, penghasilan, dan beban pada akhir periode;
analisis mengenai dmapak terhadap aset, liabilitas, penghasilan, dan beban pada saat akad
dilakukan atas dsar wa'd.
Studi Kasus Repo
Syariah
Studi Kasus Repo Syariah
Dalam PSAK 111, wa'd didefinisikan dengan janji dari seseorang atau satu [ihak lain
untuk melaksanakan sesuatu (yang tidak menyalahi syariah) di masa yang akan
datang. Kemudian dinyatakan janji(wa'd) dalam transaksi syariah bersifat
mengkat(mulzim). pernyataan ini didukung oleh fatwa DSN MUI N0.84, sehingga
terkesan terdapat perbedaan dengan pengertian menurut fatwa DSN MUI N o.27
yang menyatakan wa'd tidak mengikat.
hal yang membedakan wa'd dan akad terletak pada keberadaan hak dan kewajiban
(karena baru berupa janji) sehingga belum dilakukan pencatatan, sementara
akad/transaksi telah menimbulkan hak dan kwajiban. PSAK 111 tentang wa'd membahas
topik Repo Surat Berharga Syariah dan Lindung niai syariah atas nilai tukar.
Terima
Kasih