Hisan Harir Rido-Fdk
Hisan Harir Rido-Fdk
Hisan Harir Rido-Fdk
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
iv
KATA PENGANTAR
v
Hidayatullah Jakarta yang juga ikut membantu
mensukseskan dan memperlancar proses yang dibutuhkan.
4. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Dosen Penasihat
Akademik yang telah banyak meluangkan waktu serta
memberikan segenap ilmu, arahan dan masukan kepada
penulis.
5. Prof. H. Daud Effendi, AM. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi penulis yang dengan sabar menuntun penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
serta dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala dan staf Perpustakaan Utama serta Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta seluruh civitas akademik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Pembina dan Santri Pesantren Ath- Thariq yang telah
sukarela meluangkan waktu dan pikiran dalam
memberikan informasi demi kelancaran skripsi.
Ucapan dan rasa Terimakasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu proses skripsi ini dari awal
hingga akhir. Semoga seluruh bantuan dalam bentuk apapun
menjadi amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, amiin.
Jakarta, 25 Juli 2019
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................ i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... ii
PERNYATAAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................. vii
vii
B. Temuan Penelitian ............................................................ 54
1. Proses Pembinaan Kesadaran Santri Melalui
Pengelolaan Lingkungan Hidup .............................. 54
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan
Kesadaran Santri ..................................................... 57
BAB V PEMBAHASAN .......................................................... 69
A. Proses Pembinaan Kesadaran Santri Melalui Pengelolaan
Lingkungan Hidup ............................................................ 69
B. Faktor Pendukung dan Penghambat ................................ 73
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren sebagai model lembaga pendidikan Islam
pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan
nasional, selama ini tidak diragukan kontribusinya dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mencetak kader-kader
intelektual yang siap mengaplikasikan potensi keilmuannya di
masyarakat. Pesantren selama ini telah dikenal sebagai lembaga
pendidikan Islam yang paling mandiri. Kemandirian ini tentunya
menjadi doktrin yang dipertahankan dan harus ditanamkan
kepada santri. Tujuannya adalah agar mereka mampu hidup
secara mandiri ketika terjun ditengah-tengah masyarakat.1
Pesantren dalam hal ini merupakan institusi khas Indonesia.
Kekhasan ini menjadi salah satu nilai sosial yang terrus
dipertahankan dan menjadi identitas umat Islam Indonesia.
Pesantren dijadikan sebagai salah satu penggerak terkait
permasalah lingkungan.2 Peran pesantren menjadi sangat relevan,
mengingat ikatan sosial yang telah terbangun dengan masyarakat
sekitarnya, baik pada ranah pendidikan keagamaan maupun
pengembangan kemasyarakatan. Kedua sisi ini menjelaskan
bahwa Islam sebagai agama, tidak hanya terbatas pada masalah
teologis, tetapi juga menjadi cara hidup (way of life) dan petunjuk
1
Imam Tolkhah dan A. Barizi, Membuka Jendela Pendidikan,
Mengurai Akar Tradisi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 ) h. 49
2
H. Badri dan Munawiroh, Pergeseran Literatur Pesantren Salafiah,
( Jakarta: Puslitbang Leektur Keagamaan, 2007 ) h. 23
1
2
3
Ahmad Muthohar, Pesantren di Tengah Arus Ideologi-Ideologi
Pendidikan, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007 ) h. 12
4
Muhammad Nawawi, Dewi Gunawati, Sunarto “ Peningkatan Sikap
Peduli Lingkungan Melalui Program Eko-Pesantren di Pondok Pesantren
Nurul Haramain NW Narmada Kabupaten Lombok Barat”
3
5
M. Bashori Muchsin, Yuli Andi Gani, dan M. Irfan Ismail, ”Upaya
Pondok Pesantren Dalam Pemerdayaan Masyarakat Serikat Hutan”,Wacana
Vol. 12 No. 2 (April 2009). h.. 377
4
6
Ali Muhtarom “Pembinaan Kesadaran Lingkungan Hidup Di
Pondok Pesantren: Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Mansur Darunnajah
3 Kabupaten Serang, Ibda Jurnal Kubadayaan Islam,” Vol. 12 No. 2, (Juli-
Desember 2014) h. 229-230
5
8
Mujamil Qomar, Pesantren dari Tranformasi Metodelogi Menuju
Demokrasi Institusi, ( Jakarta: Erlangga, 2007 ) h. 134
6
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan ialah Deskriptif. Menurut
Wiranto Surachman (1993;63) suatu metode yang memiliki
sifat menuturkan dan menafsirkan data yang ada tentang
suatu proses yang berlangsung. Sedangkan pendekatan
9
10
Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007 ) h.26
10
11
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,
(Bandung : CV. Mandar Maju, 2011), h. 76.
12
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif : Teori dan
Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 143.
13
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,
(Bandung : CV. Mandar Maju, 2011), h. 80.
11
14
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,
(Bandung : CV. Mandar Maju, 2011), h. 86.
15
Ibid, h. 248.
12
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 245.
17
Ibid, h. 243.
13
21
22
18
Babun Suharto, Dari Pesantren untuk umat: Reiventing Eksistensi
Pesantren di Era Globalisasi (Surabaya: Imtiyaz, 2011) h. 9
27
19
Yasmadi, Moderasi Pesantren: Kritik Nurchlish Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional (Jakarta Ciputat Press, 2005) h. 61
20
Abdul Qadir Jailani, Peran Ulama dan Santri, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1994) h. 7-8
28
21
Sukanto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka
LP3ES, 1999) h. 97
22
Harun Nasution, Ensklopedia Islam ( Jakarta, Depag RI, 1993 ) h.
1036
29
24
Simanjuntak B, I.L pasaribu, Membina dan Mengembangkan
Generasi Muda, ( Bandung, Tarsito, 1990 ) h. 84
25
Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya ( Yogyakarta:
Kainmus, 1986 ) h. 17
31
26
Otto Soemarwoto, Analisi Mengenal Dampak Lingkungan, (
Yogyakarta: UGM Press, 2001 ) Cet ke 9 h. 18
32
27
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, ( Jakarta, Sinar
Grafika, 2008 ) cet. II h. 1
28
N.H.T. Silahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (
Jakarta, Erlangga 2004 ) Eds 2 h. 4
33
29
Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah, Pengelolaan, Dan
Penegakan Hukumnya ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995 ) cet. II h. 7
30
Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Perundangan Tentang Lingkugan
Hidup, ( Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010 ) cet 1, h. 130
34
31
N.H.T. Silahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,
h. 3
35
32
Abdurahmab, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung:
Alumni, 1986 ) Cet ke 2 h. 98
37
ٖ ٌََٰ ۡل
ٌَٔج نِّقَ إٔ ٖو ٌَخَفَ َّك ُش َ ِض َج ًٍِعٗ ا ِّي أُ ُُّۚ إِ ٌَّ فًِ َٰ َرن
َٓ ك أ
ِ ث َٔ َيا فًِ ٱۡلَ أس
ِ َٕ َٰ ًَ َٰ َٔ َع َّخ َش نَ ُكى َّيا فًِ ٱن َّغ
٣١
Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa
yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (Q.S.
Al- Jasiyah: 13).33
33
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: Kemenag RI
38
١١ ٌَُٕت نَُّٓ ُى أٱۡلَ أسضُ أٱن ًَ أٍخَتُ أَ أحٍَ أٍ َََُٰٓا َٔأَ أخ َش أجَُا ِي أَُٓا َح ٗبّا فَ ًِ أُُّ ٌَ أأ ُكهٞ ٌََٔ َءا
Artinya: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang
besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami
hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya
biji-bijian, maka daripadanya mereka makan” (Q.S.
Yasin: 33)
ع نََُا َسبَّكَ ٌ أُخ ِش أج نََُا ِي ًَّا ُ صبِ َش َعهَ َٰى طَ َع ٖاو َٰ َٔ ِح ٖذ فَ أٱد َٔإِ أر قُ أهخُىأ ٌََٰ ًُٕ َع َٰى نٍَ َ َّ أ
َ َصهَِٓ ۖا ق
ٌَُٕال أَح أَغخ أَب ِذن َ َج أٱۡلَ أسضُ ِي ٍۢ بَ أقهَِٓا َٔقِثَّآئَِٓا َٔفُٕ ِيَٓا َٔ َعذ َِعَٓا َٔب ُ ِحُ ُۢب
ُشبَ أج أ خٍَ ُۚش أ
ِ ص ٗشا فَإ ِ ٌَّ نَ ُكى َّيا َعأَنخُىأۗۡ َٔض ْ ُٱْبِط
ٕا ِي أ ٱنَّ ِزي ُْ َٕ أَ أدََىَٰ بِٱنَّ ِزي ُْ َٕ أ
ج ْ َُٱّللِ َٰ َرنِكَ بِأَََُّٓىأ َكا
ِ ٌََٰ ٕا ٌَ أكفُشٌَُٔ َبِا ۡۗ َّ ٍَب ِّي َ َعهَ أٍ ِٓ ُى ٱن ِّزنَّتُ َٔ أٱن ًَ أغ َكَُتُ َٔبَآ ُءٔ بِغ
ٖ َض
ْ َُٕا َّٔ َكا
١٣ ٌَٕٔا ٌَ أعخَ ُذ ْ َص َ ِّۗ َٰ َرنِكَ بِ ًَا ع
ِّ ۡۗ ََ ٱّللِ ٌََٔ أقخُهٌَُٕ ٱنَُّبٍٍَِِّۧ بِغ أٍَ ِش أٱن
َّ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai
Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu
macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi
kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-
mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang
adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata:
"Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu
kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta".
Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan
35
Wisnu Manupraba, diunggah pada tanggal 5 januari 2015, diakses
pada tanggal 19 Juli 2019 pukul 16.45 WIB pada halaman web
https://tafsirq.com/36-ya-sin/ayat-33#tafsir-quraish-shihab
39
36
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: Kemenag RI
40
E. Tipologi Pesantren
Menurut Yacub yang dikutip oleh Khozin mengatakan
bahwasanya ada beberapa pembagian pondok pesantren dan
tipologinya yaitu :
1. Pesantren Salafi, yaitu pesantren yang tetap
mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab
klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum.
Model pengajarannyapun sebagaimana yang lazim
diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu dengan
metode sorogan dan weton.
2. Pesantren Khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan
sistem pengajaran klasikal (madrasi), memberikan
ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan
pendidikan keterampilan.
3. Pesantren Kilat, yaitu pesantren yang berbentuk
semacam training dalam waktu relatif singkat, dan
biasanya dilaksanakan pada waktu libur sekolah.
Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan
ibdah dan kepemimpinan. Sedangkan santrinya terdiri
dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti
kegiatan keagamaan di pesantren kilat.
4. Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih
menekankan pada pendidikan vocasional atau
kejuruan, sebagaimana balai latihan kerja di
Departemen Tenaga Kerja, dengan program yang
terintegrasi. Sedangkan santrinya mayoritas berasal
42
37
KSI Al-Khoirot, diunggah pada tanggal 6 September 2012, diakses
pada tanggal 19 Juli 2019 pukul 16.59 WIB pada halaman web
https://www.alkhoirot.net/2011/07/3-tipe-pondok-pesantren.html
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Pesantren Ath-Thariq
Sekolah Ekologi Pesantren Ath-Thariq Garut ialah sebuah
lembaga Pendidikan yang bergerak pada pembelajaran siswa
bagaimana bisa survive, baik itu dalam masa belajar maupun
setelah selesai belajar, difokuskan pada pembelajaran melayani
diri sendiri serta alam, adalah bagian yang tidak terpisahkan
dalam kurikulum belajar pesantren. Lebih dari itu belajar
bagaimana mengolah pertanian/perkebunan dengan menggunakan
Open Pollinated Organic Sedd. Seluruh sistem pengelolaan Open
Pollinated Organic Seed berbasiskan pengetahuan Ekologi, yang
sangat mempertimbangkan keterjagaan Ekosistem sebagai bentuk
kepedulian dan penghormatan kita kepada alam semesta. 1
Lebih luas mengandung arti sebuah Pendidikan yang
berbasis Agro Ekologi yaitu Pendidikan yang mengenalkan
kepada lingkungan sekitar pada pentingnya menanam tanpa
merusak ekosistem, merawat, memanen, dan memasarkan dengan
harga yang adil, bahkan melakukan penelitian dan menjadi
investor, sehingga kelak siswa akan tumbuh pribadi-pribadi yang
berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian pada manusia,
bumi, dan masa deepan. Mengenai kehidupan bukan hanya bicara
tentang kebutuhan manusia, tetapi juga mahluk lain yang ada di
bumi.
Pesantren Ath-Thariq memiliki konsep pesantren Ekologi.
Selain belajar mengaji, para santri juga diajarkan Bertani dengan
1
Hasil wawancara dengan Ust. Ibang pada tanggal 18 Mei 2019
46
47
51
52
B. Temuan Penelitian
1. Proses Pembinaan Kesadaran Santri Dalam
Memberdayakan Lingkungan Hidup
Dalam mengasuh anak didiknya, Pembina itu berbagi
tugas. Ibang yang berasal dari lingkungan pesantren
bertugas mengajarkan para santri ilmu keagaman ditambah
materi kajian ekologi persepektif Al-quran, sementara Nissa
berfokus memberikan pembelajaran agroekologi.
“Pendidikan penting bagi siapapun tanpa
terkecuali, memadukan antara nilai agama dan
54
45
Wawancara dengan Ust. Ibang Lukman Nurdin pada tanggal 18
Mei 2019
46
Wawancara dengan Nissa Wargadipura pada tanggal 18 Mei 2019
55
47
Wawancara dengan Nissa Wargadipura pada tanggal 18 Mei 2019
48
Wawancara dengan Ibang Lukman Nurdin pada tanggal 18 Mei
2019
56
50
Wawancara dengan Neng Hilma pada tanggal 19 Mei 2019
58
51
Wawancara dengan Neng Hilma pada tanggal 19 Mei 2019
59
52
Wawancara dengan Neng Hilma pada tanggal 19 Mei 2019
53
Ibid
60
54
Wawancara Neng Hilma pada tanggal 19 Mei 2019
55
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
61
56
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
62
57
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
58
Ibid
63
59
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
60
Ibid
64
61
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
65
62
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
63
Wawancara dengan Sehabudin pada tanggal 19 Mei 2019
66
64
Wawancara dengan Sehabudin pada tanggal 19 Mei 2019
67
65
Wawancara dengan Sehabudin pada tanggal 19 Mei 2019
BAB V
PEMBAHASAN
A. Proses Pembinaan Kesadaran Santri dalam
Memberdayakan Lingkungan Hidup di Pessantren
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan
dua pembina dan tiga santri di Pesantren Ath- Thariq, terdapat
hal-hal menarik yang akan dibahas pada bagian ini yaitu
mengenai proses kesadaran santri melalui pengelolaan
lingkungan hidup di pesantren. Pertama pembinaan secara
dilakukan dengan dua arah atau diskusi, semua santri memiliki
hak yang sama dalam menyampaikan pendapat serta antara
pembina dan santri atau antar santri tidak ada sekat pemisah
dalam pembinaan.
Santri mengalami perubahan pola pikir dalam melihat
lingkungan di sekitarnya. Mereka menjadi lebih bisa melihat
peluang bisnis dari memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya
untuk diproduksi dan dijual. Sehingga santri dapat mengurangi
gaya hidup konsumtif.
Dalam proses kesadaran santri dalam memberdayakan
lingkungan hidup, santri dibimbing dan dibina oleh dua orang
Pembina yang fokus pada pembinaan kegamaan dan juga ekologi
baik teori maupun praktek.
Pembinaan merupakan proses dan cara membina,
menyempurnakan, atau usaha tindakan dan kegiaatan yang
dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan
pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar,
berencana, terarah dan teratur serta bertanggung jawab dalam
69
70
66
Simanjuntak B, I.L pasaribu, Membina dan Mengembangkan
Generasi Muda, (Bandung, Tarsito, 1990) h. 84
67
Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya (Yogyakarta:
Kainmus, 1986) h. 17
71
Qur’an
12 18.30 – 19.00 Mengaji dan Diskusi
13 19.00 – 19.30 Shalat Isya berjamaah
14 19.30 – 03.30 Makan Malam dan Istirahat
75
76
B. Implikasi
Permasalahan Lingkungan Hidup, dan keberadaan
pesantren menjadi penting adanya untuk merentas berbagai
permasalah lingkungan hidup. Mengamati pesantren secara
penghidupan sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,
pesantren yang dimaksud dalam hal ini sistem kemandirian para
santrinya belajar agama dan diajarkan cara merawat lingkungan,
bercocok tanam, berkebun, dan segala kegiatan yang dapat
menunjang kelestarian dan penghidupan selama di pesantren.
Pada aspek kesadaran merawat, melestarikan lingkungan
serta kemandirian ekonomi, santri tentunya diberikan pembinaan
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang telah
dimiliki pesantren agar dapat menghasilkan sesuatu yang berdaya
guna dan bertahan hidup (survive).
C. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan mengenai
Pembinaan Kesadaran Santri Melalui Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Studi Kasus Pesantren Ath-Thariq Garut), penulis
menyarankan agar pesantren segera mencari tenaga pembina
tambahan untuk membantu proses pembinaan di pesantren.
DAFTAR PUSTAKA