Hisan Harir Rido-Fdk

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 103

PEMBINAAN KESADARAN SANTRI MELALUI

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


(Studi Kasus Pesantren Ath- Thariq
Garut)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Hisan Harir Rido


NIM 1112052000033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ABSTRAK
Hisan Harir Rido 1112052000033, Pembinaan Kesadaran Santri
melalui Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Pesantren
Ath-Thariq Garut). Dibawah bimbingan Prof. H. Daud Effendi,
AM.

Pemeliharaan lingkungan bukanlah sekedar estetika


(keindahan) semata tapi juga lebih kepada implementasi dari nilai-
nilai ajaran Islam. Apabila ada manusia yang berbuat kerusakan atau
merusak lingkungan, maka dianggap telah melanggar syariat Islam.
Tujuan Penelitian ini untuk menjelaskan: 1) proses
pembinaan kesadaran santri melalui pengelolaan lingkungan hidup,
2) faktor pendukung dan penghambat pembinaan kesadaran santri
melalui pengelolaan lingkungan hidup.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah
dua orang pembina pesantren dan tiga orang santri. Data dianalisis
menggunakan teknik model Miles dan Huberman meliputi meliputi
reduksi data, penyajian data serta Penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) proses pembinaan
kesadaran santri menggunakan pendekatan keagamaan dan
agroekologi baik teori maupun praktek. Pembinaan di Pesantren Ath-
Thariq tidak hanya dilakukan di dalam ruang dengan patokan jam
pelajaran. Materi yang disampaikan secara bertahap mulai dari
diskusi terkait lingkungan hidup dalam berbagai perspektif
berlandaskan agama. Kemudian kegiatan agroekologi sebagai bentuk
pengelolaan lingkungan hidup dilakukan mulai dari pembenihan,
penanaman, perawatan tanaman, memanen hingga pengolahan pasca
panen. 2) faktor pendukung Pembinaan Kesadaran Santri Melalui
Pengelolaaan Lingkungan Hidup di Pesantren Ath-Thariq adalah
letak geografis yang strategis dan dukungan masyarakat sekitar yang
sangat besar, adapun faktor penghambatnya adalah kurangnya
fasilitas dan tenaga pembina di Pesantren Ath-Thariq

Kata Kunci: Pembinaan, Kesadaran, Lingkungan Hidup, dan


Pesantren

iv
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan yang tiada
terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos). tak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
nabi Muhammad SAW.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang terdalam kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda
Opa Mustopa dan Ibunda Didah, berkat doa yang selalu
dipanjatkannya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi.
Rasa dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Suparto, M. Ed., Ph.D., Wakil
Dekan I Bidang Akademik Dr. Siti Napsiah, S.Ag., BSW.,
MSW., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr.
Sihabudin Noor, MA., dan Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Drs. Cecep
Castrawijaya, MA.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si selaku Ketua Program
Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Jakarta yang
telah banyak membantu meringankan beban penulis.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku Sekretaris Program
Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif

v
Hidayatullah Jakarta yang juga ikut membantu
mensukseskan dan memperlancar proses yang dibutuhkan.
4. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Dosen Penasihat
Akademik yang telah banyak meluangkan waktu serta
memberikan segenap ilmu, arahan dan masukan kepada
penulis.
5. Prof. H. Daud Effendi, AM. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi penulis yang dengan sabar menuntun penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
serta dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala dan staf Perpustakaan Utama serta Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta seluruh civitas akademik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Pembina dan Santri Pesantren Ath- Thariq yang telah
sukarela meluangkan waktu dan pikiran dalam
memberikan informasi demi kelancaran skripsi.
Ucapan dan rasa Terimakasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu proses skripsi ini dari awal
hingga akhir. Semoga seluruh bantuan dalam bentuk apapun
menjadi amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, amiin.
Jakarta, 25 Juli 2019

Hisan Harir Ridho

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................ i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... ii
PERNYATAAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8
D. Metodologi Penelitian ....................................................... 10
1. Metode Penelitian .................................................... 10
2. Subjek Penelitian ..................................................... 10
3. Lokasi Penelitian .................................................... 10
4. Teknik Pengambilan Data ....................................... 11
5. Teknik Analisis Data .............................................. 13
E. Tinjauan Kepustakaan ...................................................... 16
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 19
G. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ..................................... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................... 21
A. Kesadaran Santri ............................................................... 21
1. Pengertian Kesadaran .............................................. 21
2. Bentuk- bentuk Kesadaran ...................................... 22
3. Karakteristik Kesadaran .......................................... 24
4. Pengertian Santri ..................................................... 27
5. Pengertian Kesadaran Santri ................................... 29
B. Pengertian Pembinaan ...................................................... 30
C. Pengertian Lingkungan Hidup .......................................... 32
1. Fungsi Lingkungan Hidup ....................................... 35
2. Pencemaran Lingkungan Hidup .............................. 36
D. Kajian Lingkungan Hidup dalam Islam ............................ 38

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ...... 46


A. Sejarah Pesantren Ath- Thariq .......................................... 46
B. Visi dan Misi Pesantren Ath- Thariq ................................ 49
C. Profil Legalitas Pesantren Ath- Thariq ............................. 49
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................... 51
A. Deskripsi Informan ........................................................... 51

vii
B. Temuan Penelitian ............................................................ 54
1. Proses Pembinaan Kesadaran Santri Melalui
Pengelolaan Lingkungan Hidup .............................. 54
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan
Kesadaran Santri ..................................................... 57
BAB V PEMBAHASAN .......................................................... 69
A. Proses Pembinaan Kesadaran Santri Melalui Pengelolaan
Lingkungan Hidup ............................................................ 69
B. Faktor Pendukung dan Penghambat ................................ 73

BAB VI PENUTUP .................................................................. 75


A. Kesimpulan ....................................................................... 75
B. Implikasi ........................................................................... 76
C. Saran ................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 77
LAMPIRAN ............................................................................... 79

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren sebagai model lembaga pendidikan Islam
pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan
nasional, selama ini tidak diragukan kontribusinya dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mencetak kader-kader
intelektual yang siap mengaplikasikan potensi keilmuannya di
masyarakat. Pesantren selama ini telah dikenal sebagai lembaga
pendidikan Islam yang paling mandiri. Kemandirian ini tentunya
menjadi doktrin yang dipertahankan dan harus ditanamkan
kepada santri. Tujuannya adalah agar mereka mampu hidup
secara mandiri ketika terjun ditengah-tengah masyarakat.1
Pesantren dalam hal ini merupakan institusi khas Indonesia.
Kekhasan ini menjadi salah satu nilai sosial yang terrus
dipertahankan dan menjadi identitas umat Islam Indonesia.
Pesantren dijadikan sebagai salah satu penggerak terkait
permasalah lingkungan.2 Peran pesantren menjadi sangat relevan,
mengingat ikatan sosial yang telah terbangun dengan masyarakat
sekitarnya, baik pada ranah pendidikan keagamaan maupun
pengembangan kemasyarakatan. Kedua sisi ini menjelaskan
bahwa Islam sebagai agama, tidak hanya terbatas pada masalah
teologis, tetapi juga menjadi cara hidup (way of life) dan petunjuk

1
Imam Tolkhah dan A. Barizi, Membuka Jendela Pendidikan,
Mengurai Akar Tradisi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 ) h. 49
2
H. Badri dan Munawiroh, Pergeseran Literatur Pesantren Salafiah,
( Jakarta: Puslitbang Leektur Keagamaan, 2007 ) h. 23

1
2

bagi pemeluknya, mulai dari sisi teologis hingga hal-hal praktis,


dari ruang individual hingga ruang publik. Tidak hanya berkutat
pada dominan pendidikan keagamaan, tapi meluas pada ranah
pendidikan sosial.3
Komitmen Pesantren dalam menanamkan nilai-nilai ajaran
Islam direalisasikan dengan berbagai macam bentuk pelayanan
keagamaan, seperti mengadakan pembimbingan konseling pada
remaja, memberikan penyuluhan kepada masyarakat, mengatasi
permasalahan dalam rumah tangga, dan berbagai macam
penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
Pesantren terlibat aktif dalam pengkajian keagamaan dan pola-
pola sejenis yang dikembangkan dimasyarakat. Kegiatan
pesantren ini merupakan benih yang sangat potensial dalam
upaya pengembangan dan pemerdayaan masyarakat. Peran aktif
pesantren tersebut tampak jelas pada akhir dasawarsa 70-an dan
dekade 80-an dimana peran pesantren terlibat secara langsung
dalam kegiatan yang lebih subtansial dan memfokuskan diri pada
kebutuhan riil masyarakat, seperti pengembangan ekonomi,
pelestarian ekonomi, dan penggunaan teknologi.4
Begitupun dengan peran pesantren amat penting dalam
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup, karena pesantren
menjadi lembaga pendidikan yang sangat dekat dengan
masyarakat, bahkan menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.

3
Ahmad Muthohar, Pesantren di Tengah Arus Ideologi-Ideologi
Pendidikan, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007 ) h. 12
4
Muhammad Nawawi, Dewi Gunawati, Sunarto “ Peningkatan Sikap
Peduli Lingkungan Melalui Program Eko-Pesantren di Pondok Pesantren
Nurul Haramain NW Narmada Kabupaten Lombok Barat”
3

Lemabaga ini telah lama menjadi rujukan, baik dalam


pengembangan pendidikan, social, dan budaya masyarakat
setempat. Besarnya peran pesantren dalam kehidupan masyarakat
terbukti efektif sebagai agen perubahan (agen of change).
Posisi pesantren yang strategis dalam mendidik penerus
bangsa yang ramah dan peduli terhadap lingkungan. Dalam hal
ini pesantren menjadi lemabaga pendidikan islam swadaya
masyarakat yang mandiri dalam peranannya juga dapat
memberikan kontribusi penting terhadap perawatan lingkungan,
baik sekarang ataupun masa depan. Karena lemabaga ini
merupakan tempat menggembleng para santri sebagai kader
bangsa, yang diharapkan mampu menjawab tantangan keperluan
pengetahuan agama yang didalamnya termasuk pengetahuan
mengenai lingkungan.
Potensi yang dimiliki pesantren membuat Kementrian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia pada tahun 2008
mengusulkan program Eco-Pesantren yang memberikan
penghargaan kepada pesantren yang mempunyai inisiatif dan
inovasi dalam berperan serta untuk melestarikan lingkungan”.5
Pemeliharaan lingkungan bukanlah sekedar estetika
(keindahan) semata namun lebih kepada implementasi dari nilai-
nilai ajaran Islam. Apabila ada manusia yang berbuat kerusakan

5
M. Bashori Muchsin, Yuli Andi Gani, dan M. Irfan Ismail, ”Upaya
Pondok Pesantren Dalam Pemerdayaan Masyarakat Serikat Hutan”,Wacana
Vol. 12 No. 2 (April 2009). h.. 377
4

atau merusak lingkungan, maka dianggap telah melanggar syariat


Islam.6
Maka dari itu keberadaan pesantren menjadi sangat
potensial dan strategis ketika melihat Data Sistem Informasi, dan
Hubungan Masyarakat Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama pada tahun 2016 terdapat 28, 194
pesantren baik diwilayah kota maupun pedesaan dengan
4.290.626 santri dan semuanya berstatus swasta. Dari sekian
banyak pesanren yang ada, hanya beberapa pesantren yang
memfoksukan dirinya kepada pelestarian lingkungan hidup dalam
Bahasa lain pesantren berbasis lingkungan hidup seperti
diantaranya Pesantren At-Thariq Gatur, dan Pesantren Nurul
Hakim Lombok. Tentu keberadaan pesantren-pesantren yang
berbasis lingkungan, menjadi alternatif dalam pemecahan
masalah lingkungan hidup.7
Permasalahan Lingkungan Hidup, dan keberadaan
pesantren menjadi penting adanya untuk merentas berbagai
permasalah lingkungan hidup. Mengamati pesantren secara
penghidupan sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,
Pesantren yang dimaksud dalam hal ini sistem kemandirian para
santrinya belajar agama dan diajarkan cara merawat lingkungan,
bercocok tanam, berkebun, dan segala kegiatan yang dapat
menunjang kelestarian dan penghidupan selama di pesantren.

6
Ali Muhtarom “Pembinaan Kesadaran Lingkungan Hidup Di
Pondok Pesantren: Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Mansur Darunnajah
3 Kabupaten Serang, Ibda Jurnal Kubadayaan Islam,” Vol. 12 No. 2, (Juli-
Desember 2014) h. 229-230
5

Pada aspek kesadarn merawat, melestarikan lingkungan


serta kemandirian ekonomi, disini santri tentunya diberikan
penyuluhan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam
yang telah dimiliki pesantren agar dapat menghasilkan sesuatu
yang berdaya guna8 . Pesantren yan konsisten dan focus terhadap
pemeliharan lingkungan ialah Pesantren Nurul Hakim Lombok,
dan Pesan At-Thariq Garut Jawa Barat. Pesantren Nurul Lomboh
lebih mengarahkan pengajara lingkungan kepada Doktrin Kia
yang secara status lebih di agungkan dan dikultuskan sehingga
perintahnya sangat menekan dan sacral bagi santrinya.
Selebihnya pengejaran santri terkait dengan lingkungan didapat
dari kirikulum, program kepesantrenan, dan rutininas pesantren.
Adapun Pesantren At-Thariq Garut, merupakan pesantren
dengan metode pendidikan alternatif. Memberikan ilmu
pengetahuan lebih kontekstual dan terapan, dapat
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren
yang mengajarkan siswanya untuk menjaga alam dengan
keseimbangan ekosistemnya. Selain itu santrinya di tuntut agar
bisa bertahan hidup dengan memanfaatkan alam tanpa merusak
habitat maupun ekosistemnya. Dan lebih menariknya Pesantren
At-Thariq sangat menekan pada kesadaran dan kemandirian
santri artinya santri hidup dengan mamenfaatkan alam tanpa
merusak, dan pesantren inipun menekan akan semangat egaliter
yang mengedepankan kesetaraanya santri dan ustad untuk sama-
sama menanam, keduanya terlibat dalam mememlihara dan

8
Mujamil Qomar, Pesantren dari Tranformasi Metodelogi Menuju
Demokrasi Institusi, ( Jakarta: Erlangga, 2007 ) h. 134
6

melestarikan lingkungan hidup. Sehingga dengan ini menjadi


menarik untuk lebih dikaji dan didalami terkait Pesantren At-
Thariq Garut.9
Pesantren Ath-Thaariq adalah sebuah lembaga yang
menganut sistem kemandirian ekonomi. Berasaskan mempelajari
agama dan menyebarkan pengetahuan pertanian berkelanjutan
yang berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian terhadap
bumi, semesta dan masa depan. Oleh karenanya pesantren ini
dinamakan pesantren ekologi. Disebut pesantren ekologi karena
lembaga ini memberikan penyadaran, pembelajaran kepada santri
bagaimana cara agar bertahan hidup (Survive), dan difokuskan
pada pembelajaran bagaimana seorang santri dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri, alam menjadi sumber daya yang
dapat santri kelola. Pesantren ekologi ini juga mengenalkan pada
lingkungan sekitar tentang pentingnya menanam tanpa merusak
ekosistem, merawaat memanen, dan memasarkan dengan harga
yang adil sekaligus mengajarkan makna egaliter atau kesataraan
dalam merawat lingkungan ustad dengan santrinya.
Pesantren Ath-Thaariq didirikan pada bulan September
tahun 2009. Terletak di Desa Cimurugul, Kelurahan Sukagalih,
Kecamatan Tarogong Kidul, Garut ( Jawa Barat ). Lahan seluas
7500m2 dimanfaatkan menjadi beberapa zona yaitu area
pesawahan, kebun tanaman pangan, peternakan, dan juga
pembinihan. Melalui pesantren ini secara nyata menjaga ekologi
dengan kajian ilmu agam sebagai pijakannya.
7

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk


meneliti Pesantren At-Thariq Garut dalam Proses pembinaan
kesadaran santri di pesantren dalam upaya menjaga dan
melestarika lingkungan hidup, dalam mengkaji ini penulis
menggunakan pendekatan kulitatif. Adapun untuk karya
ilmiahnya berjudul; “Pembinaan Kesadaran Santri melalui
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Pesantren Ath-
Thariq Garut )”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah maka
penulis membatasi penulisan ini yang difokuskan
terhadap proses pembinaan kesadaran santri melalui
pengelolaan lingkungan hidup di pesantren.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan pembatasan masalah diatas,
untuk mempermudah penelitian ini, peniliti
merumuskan masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana Proses pembinaan kesadaran santri
melalui pengelolaan lingkungan hidup di
Pesantren ?
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat
pembinaan kesadaran santri melalui
pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah seperti yang
8

Diuraikan, tujuan penelitian untuk menjelaskan:


a. Proses pembinaan kesadaran santri dalam
memberdayakan lingkungan hidup di Pesantren.
b. Faktor pendukung dan penghambat pembinaan
kesadaran santri dalam menjaga lingkungan
hidup di Pesantren.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dibedakan menjadi
dua:
a. Manfaat teoritis. Yaitu melatih kemampuan
penelitian secara ilmiah dan merumuskan hasil-
hasil penelitian tersebut ke dalam bentuk
tulisan. Serta, mampu menerapkan teori-teori
yang diperoleh di bangku perkuliahan dan
menghubungkan dengan praktik di lapangan.
b. Manfaat praktis. Manfaat lebih lanjut dari
penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan
bagi para pembaca dan pekerja sosial yang
berkaitan dengan pembinaan kesadaran
lingkungan hidup di Pesantren.

D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan ialah Deskriptif. Menurut
Wiranto Surachman (1993;63) suatu metode yang memiliki
sifat menuturkan dan menafsirkan data yang ada tentang
suatu proses yang berlangsung. Sedangkan pendekatan
9

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif. Menurut bodgam dan taylor yang dikutip Lexy.
Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
ataub lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.10
2. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini
yaitu tempat memperoleh keterangan. Yang dimaksud
adalah pesantren yang terlibat andil dalam memberikan
pembinaan kesadaran untuk para santrinya dalam menjaga
lingkungan hidup. Diantaranya dua orang pembina dan tiga
orang santri sebagai terbina.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Wilayah Desa
Cimurulug, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.
4. Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini untuk mencari dan
mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Pengamatan Lapangan (Observasi)
Observasi dilakukan guna menggali informasi
dari beberapa sumber di Pesantren Ath-Thariq Garut,
sehingga peneliti menempatkan diri secara sadar pada
suatu lokasi tertentu guna mengamati perilaku subyek
atau hal alami di sekitarnya. Kemungkinan pengamat

10
Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007 ) h.26
10

belum mengenal tentang subyek dan lokasi yang akan


diamati, oleh karena itu pengamat atau peneliti dapat
menggunakan seluruh inderanya dan menerapkan
budaya atau akal budinya untuk mengungkap apa
yang sebenarnya ada di subyek dan lokasi penelitian
(Douglas 1976)11.
Dengan menggunakan observasi, peneliti
berusaha mengamati dan mencatat segala sesuatu
yang terjadi saat melakukan pengamatan. Adapun
pengamatann yang dilakukan meliputi proses
pembinaan kesadaran santri dalam memberdayakan
lingkungan hidup di Pesantren.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.12 Mengajukan pertanyaan untuk
mendapat jawaban yang benar merupakan pekerjan
yang cukup sulit, wawancara merupakan cara yang
umum dan ampuh untuk memahami
keinginan/kebutuhan.13 Dalam hal ini wawancara
dilakukan terhadap pihak Pesantren dan santri yang

11
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,
(Bandung : CV. Mandar Maju, 2011), h. 76.
12
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif : Teori dan
Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 143.
13
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,
(Bandung : CV. Mandar Maju, 2011), h. 80.
11

terkait di dalamnya untuk mendapatkan data yang


dibutuhkan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif. Dokumentasi adalah catatan
yang dapat berupa secarik kertas yang berisi tulisan
mengenai kenyataan, bukti, ataupun informasi, dapat
pula berupa foto, pita-kaset atau pita recording, slide,
mikro film dan film. Dokumen tersebut berguna
sebagai bukti sumber data untuk membuka
kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan
terhadap sesuatu yang diselidiki (Parsudi: 1994:
160).14 Adapun dalam hal ini peneliti berusaha
mendokumentasikan proses pembinaan kesadaran
santri dalam memberdayakan lingkungan hidup di
Pesantren.
5. Teknik Analisi Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mentesiskannya, mencari dan
menemukan pola, memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.15 Analisis data dalam penelitian

14
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,
(Bandung : CV. Mandar Maju, 2011), h. 86.
15
Ibid, h. 248.
12

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,


selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.16
Langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul
dengan menganalisis data, mendeskripsikan data serta
mengambil kesimpulan. Menganalisis data ini
menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data-
data yang diperoleh merupakan keterangan-keterangan.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan yang telah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data seperti yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya jenuh.17 Aktivitas dalam menganalisis data
kualitatif adalah:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 245.
17
Ibid, h. 243.
13

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan


mencarinya bila diperlukan. Secara teknis, pada
kegiatan reduksi data yang telah dilakukan dalam
penelitian ini meliputi: perekapan hasil wawanacara
kemudian pengamatan hasil pengumpulan dokumen
yang berhubungan dengan fokus penelitian.
b. Penyajian Data (Data Display)
Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan
informasi yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart atau sejenisnya. Dalam penelitian
ini, secara teknis data-data akan disajikan dalam
bentuk teks naratif, tabel, foto, bagan.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data menurut
Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan
dalam penelitian kualitatif mungkindapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian
berada dilapangan. Secara teknis proses penarikan
14

kesimpulan dalam penelitian ini akan dilakukan


dengan cara mendiskusikan data-data hasil temuan
dilapangan dengan teori-teori yang dimasukan dalam
bab tinjauan pustaka.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam upaya menghindari bentuk plagiat, penulis
melakukan tinjauan kepustakaan di Perpustakaan Utama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
beberapa skripsi yang memiiki kemiripan judul, diantaranya:
1. Skripsi berjudul : “Metode Bimbingan Islam dalam
Pembinaan Akhlak anak Yatim di Panti Asuhan
Yakin Larangan Tangerang” oleh Fitriani
(103052028657) Studi Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2018.
Skripsi tersebut memiliki rumusan masalah dalam
skripsi ini adalah metode atau program-program yang
dilakukan panti asuhan dalam pembinaan akhlak anak
yatim dan bagaimana solusi untuk menyelesaikan
hambatan-hambatan pada anak yatim.
2. Skripsi berjudul: “Pembinaan Kesadaran Lingkungan
Hidup di Pondok Pesantren Nurul Asna Kelurahan
Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga”,
oleh Kuni Sa’adati (111-12-116) Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun
2018. Hasil penelitian ini berisi tentang bentuk
15

pembinaan kesadaran lingkungan hidup. Bentuk


pembinaan dibagi menjadi beberapa metode, metode
yang pertama adalah himbauan pengasuh dan ustadz
kepada seluruh santri untuk saling menjaga
kebersihan terutama kebersihan diri sendiri kemudian
kebersihan lingkungan. Metode yang kedua yaitu
dengan jadual piket harian yang diikuti oleh seluruh
santri pondok pesantren Nurul Asna. Metode
pembinaan kesadaran lingkungan hidup yang ketiga
adalah dengan diadakannya kegiatan kerja bakti
sebulan dua kali yang dilakukan dihari sabtu atau
minggu. Metode yang keempat adalah memberikan
slogan tentang pentingnya kebersihan.
3. Skripsi berjudul: “Pembinaan Karakter Peduli
Lingkungan di MAN Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar Tahun 2017”, oleh Muhammad Shohib
Al Jazuli (1331111377) Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Surakarta tahun 2017. Penelitian
ini membahas tentang pembinaan karakter peduli
lingkungan. Hasil penelitian tersebut diantaranya
pelaksanaan pembinaan karakter peduli lingkungan
terdiri atas kegiatan sosialisasi peduli lingkungan
secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu
sosialisasi tersebut yaitu dengan menempelkan visi
dan misi madrasah, poster, maupun slogan yang
16

bersifat ajakan untuk menjaga lingkungan hidup di


lingkungan madrasah yang strategis.
4. Skripsi berjudul: “Hubungan Tingkat Ubudiyah
dengan Kesadaran Lingkungan Sekolah Pada Siswa
SMP Negeri 1 Kalasan”, oleh Muhammad Nur Faizin
(12410094) Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2017.
Penelitian tersebut berisi tentang hubungan antara
tingkat ubudiyah dengan kesadaran lingkungan
sekolah. Hasil penelitian diantaranya tingkat
ubudiyah siswa seperti membaca Al- Quran, sholat
dhuha, sholat dzuhur berjamaah, sholat jumat, puasa
senin kamis, dan pengetahuan tentang agama islam
berada pada kategori cukup baik, sehingga kesadaran
lingkungan meliputi tanggung jawab menjaga
lingkungan, kesadaran membuang sampah,
kebersihan lingkungan, melestarikan lingkungan
sekolah, kedisiplinan, dan ketaatan pada peraturan
sekolah dapat dinyatakan cukup baik juga.
5. Skripsi berjudul : “Pelaksanaan Bimbingan Agama
Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak
Di Sekolah Alam Depok”. Oleh Ina Nurul Lestari
(105052001747) Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2010. Penelitian ini berisi tentang
17

kurangnya perhatian orang tua terhadap kecerdasan


spritual (SQ) anak. Berdasarkan hasil yang didapat
dalam penelitian ini membuktikan bahwa pelaksanaan
bimbingan agama di Sekolah Alam Depok cukup
signifikan dan menunjukan kearah yang postif.
Namun kekurangan dalam penelitian ini adalah
pembimbing hanya berkewajiban memberikan
bimbingan dalam upaya memecahkan masalah.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Pada bab ini penulis membahas
tentang latar belakang, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan kepustakaan
dan sistematika penulisan skripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA : Pada bab ini membahas tentang
landasan teoritis mengenai pengertian pembinaan, kesadaran
santri, dan lingkungan hidup.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN : Bab
ini berisikan tentang gambaran pesantren Ath-Thaariq Garut.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN : Berisi uraian
penyajian data dan temuan penelitian
BAB V PEMBAHASAN : Bagian ini berisi uraian yang
mengaitkan latar belakang, teori, dan Rumusan teori baru dari
penelitian.
BAB VI : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
G. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pedoman dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu
pada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor:
18

507 Tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah


(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kesadaran Santri
1. Pengertian Kesadaran
Self- awareness atau kesadaran diri adalah wawasan
kedalam atau wawasan mengenai alasan- alasan dari
tingkah laku sendiri atau pemahaman diri sendiri.
Kesadaran diri adalah bahan baku yang penting untuk
menunjukan kejelasan dan pemahaman tentang perilaku
seseorang. Kesadaran diri juga merupakan suatu yang bisa
memungkinkan orang lain mampu mengamati dirinya
sendiri maupun membedakan dirinya dari dunia (orang
lain), serta yang memungkinkan orang lain mampu
menempatkan diri dari suatu waktu dan keadaan.
Kesadaran diri merupakan salah satu bentuk
bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok dimana
metode yang dibahas penyelesaian ditentukan atas
kesepakatan seluruh anggota kelompok. Anggota kelompok
bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran
tetapi tidak boleh keluar dari materi yang sudah ditentukan
oleh pembimbing.
Kesadaran diri sangat tepat bagi kelompok remaja
karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan
gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu- raguan
diri, dan pada kenyataannya anggota kelompok akan senang
berbagi pengalaman dan keluhan- keluhan pada teman
sebayanya. Kesadaran diri adalah bahan baku yang penting

21
22

untuk menunjukkan kejelasan dan pemahaman tentang


perilaku seseorang. Kesadaran diri juga menjadi titik tolak
bagi perkembangan pribadi. Patton menyebutkan bahwa
kesadaran diri merupakan sifat yang ada pada Emosional
dan Intellegency dan pada titik kesadaran inilah
pengembangan (EQ) dapat dimulai, saluran menuju pada
kesadaran diri adalah rasa tanggung jawab dan keberanian.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan
kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenal dan
memilah- milah perasaan pada diri, memahami hal yang
sedang kita rasakan dan mengapa hal tersebut bisa kita
rasakan dan mengetahui penyebab munculnya perasaan
tersebut, serta pengaruh perilaku kita terhadap orang lain.
2. Bentuk-Bentuk Kesadaran Diri
Menurut Baron dan Byrne tokoh psikologi sosial,
mengatakan bahwa kesadaran diri memiliki beberapa
bentuk diantaranya :
a. Kesadaran Diri Subjektif, yaitu kemampuan
orgasme untuk membedakan dirinya dari
lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam hal ini
sering siswa disadarkan tentang siapa dirinya
dan statusnya yang membedakan dirinya
dengan orang lain. Ia harus sadar bahwa siapa
dia di mata orang orang sekitarnya. Dan
bagaimana ia harus bersikap yang membuat
orang bisa menilai siswa tersebut bisa berbeda
dengan yang lainnya.
23

b. Kesadaran diri objektif adalah kapasitas


orgasme untuk menjadi objek perhatiannya
sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan
mengetahui bahwa ia tahu dan mengingat
bahwa ia ingat. Hal ini berkaitan dengan
identitas siswa sendiri sebagai seorang pelajar.
Kalau siswa ingat bahwa ia adalah seorang
murid, ia akan memfokuskan dirinya dan
menempatkan dirinya pula sebagai siswa. Dan
mengingat berbagai bentuk hak dan kewajiban
yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Kesadaran diri simbolik adalah kemampuan
organisme untuk membentuk sebuah konsep
abstrak dari diri melalui Bahasa kemampuan ini
membuat organisme mampu untuk
berkomunikasi, menjalin hubungan,
menentukan tujuan, mengevaluasi hasil, dan
membangun sikap yang berhubungan dengan
diri dan membelanya terhadap komunikasi yang
mengancam. Siswa dalam hal ini lebih
ditekankan untuk bisa mengenali dirinya dan
harus bisa berfikir jauh tentang dirinya di mata
orang lain, siswa dalam hal ini lebih banyak
belajar dari sekitarnya, dan lebih penting siswa
harus bisa belajar bagaimana bisa
menyampaikan sesuatu dengan baik kepada
orang lain lewat sebuah komunikasi yang baik
24

agar siswa bisa membentuk sebuah hubungan


dengan orang lain.
3. Karakteristik Dalam Pembentukan Kesadaran Diri
Menurut Charles dalam membentuk kesadaran dalam
diri seseorang dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang
terdiri dari lima elemen primer, diantaranya:
a. Attention (Atensi Perhatian) adalah pemusatan
sumber daya mental ke hal- hal eksternal
maupun internal. Kita dapat mengarahkan
atensi kita ke peristiwa- peristiwa eksternal
maupun internal, dan oleh sebab itu, kesadaran
pun dapat kita arahkan ke peristiwa eksternal
dan internal.
b. Wakefulness (kesiagaan/ kesadaran) adalah
kontinum dari tidur hingga terjaga. Kesadaran,
sebagai suatu kondisi kesiagaan memiliki
komponen arousal. Dalam bagian kerangka
kerja kesadaran ini, kesadaran adalah suatu
kondisi mental yang dialami seseorang
sepanjang hidupnya. Kesadaran terdiri berbagai
level kesadaran dan esksetasi yang berbeda, dan
kita bisa mengubah kondisi kesadaran kita
menggunakan berbagai hal.
c. Architecture (Arsitektur) adalah lokasi fisik
struktur fisiologis dan proses- proses yang
berhubungan dengan struktur tersebut yang
menyokong kesadaran. Sebuah konsep dari
25

definitive dari kesadaran adalah bahwa


kesadaran memiliki sejumlah struktur fisiologis
(suatu struktur arsitektual). Diasumsikan bahwa
kesadaran berpusat di otak dan dapat
didefinisikan melalui penyelidikan terhadap
korelasi natural kesadaran di otak dan dapat
didefinisikan terhadap korelasi natural
kesadaran.
d. Recall of knowledge (mengingat pengetahuan)
adalah proses pengambilan informasi tentang
pribadi yang bersangkutan dengan dunia
sekelilingnya.
e. Self knowledge (pengetahuan diri) adalah
pemahaman tentang informasi jati diri pribadi
seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan
fundamental bahwa anda adalah anda.
Teori Kesadaran yang dalam Bahasa Sigmund Freud
dikenal dengan Psikoanalisis/Teori Perkembangan,
mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat
kesadaran yakni sadar conscious, menurut Freud hanya sebagian
kecil saja dari kehidupan mental yaitu pikiran, persepsi, persaan
dan ingatan yang masuk kekesadaran, isi-isi kesdaran itu hanya
akan bertahan dalam waktu yang singkat. Prasadar atau
preconscious, tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara
sadar dan tidak sadar, pengalaman yang ditinggal oleh perhatian
semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan
ditekan pindah ke daerah prasadar. Disisi lain, isi materi daerah
26

tak sadar dapat muncul kedaerah prasadar. Tak sadar atau


unconscious, merupakan bagian yang paling dalam dari struktur
kesadaran dan menurut freud merupakan bagian yang terpenting
dari jiwa manusia, secara khusus freud membuktikan bahwa
ketidak sadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu kenyataan
empirik.
Teori Psikoanlisis merupakan teori yang berusaha untuk
menjelaskan tentang hakikat dan perkembangan kepribadian
manusia . unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-aspek psikologi tersebut, yang pada
umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini. Tujuan-tujuan
Pendidikan yang dinyatakan berdasarkan analisis psikoanalisis
adalah memberi tuntunan bagi pendidik dan anak didik tentang
apa yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan, yang mereka
lakukan, dan kemajuan yang dicapai oleh anak didik.
4. Pengertian Santri
Kata santri menurut C. C Berg berasal dari Bahasa
india , shastri yaitu orang-orang yang tahu buku-buku suci
agama hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama
Hindu. Sementara itu A. H John menyebutkan bahwa istilah
santri berasal dari Bahasa Tamil yang berarti guru
mengaji.18Nurcholish Madjid juga memiliki pendapat yang

18
Babun Suharto, Dari Pesantren untuk umat: Reiventing Eksistensi
Pesantren di Era Globalisasi (Surabaya: Imtiyaz, 2011) h. 9
27

berbeda. Dalam pandangannya asal usul kata santri dapat


dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang
mengatakan bahwa santri berasal dari kata sastri, sebuah
kata dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf.
Pendapat ini menurut Nurcholish Madjid di dasarkan atas
kaum santri kelas literary bagi orang jawa yang berusaha
mandalami melalui kitab-kitab bertulisan dan bahasa arab.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari Bahasa jawa, dari kata cantrik
berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemanapun guru ini pergi dan menetap.19
Santri adalah sekelompok orang yang tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan ulama. Santri dididik dan menjadi pengikut serta
pelanjut perjuangan ulama. Pridikat santri atau julukan santri
merupakan panggilan kehormatan, karena seseorang bisa
mendapat gelar santri bukan semata-mata karena sebagai
pelajar/mahasiswa tetapi karena ia memiliki ahlak yang berlainan
dengan orang awam yang ada disekitarnya. Buktinya ialah ketika
ia keluar dari pesantren, gelar yang ia bawa adalah santri, dan
santri itu memiliki akhlak dan kepribadian tersendiri.20
Penggunaan Istilah santri ditujukan kepada orang yang
sedang menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren.

19
Yasmadi, Moderasi Pesantren: Kritik Nurchlish Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional (Jakarta Ciputat Press, 2005) h. 61
20
Abdul Qadir Jailani, Peran Ulama dan Santri, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1994) h. 7-8
28

Sebutan santri senantiasa berkonotasi kepada kiyai.21 Para santri


menuntut pengetahuan ilmu agama kepada kiai dan mereka
bertempat tinggal di Pesantren, karena posisi santri yang seperti
itu, maka kedudukan santri dalam pesantren menempati posisi
subordinat. Santri merupakan siswa yang mendalami ilmu-ilmu
agama di pesantren, baik yang tinggal di pondok maupun pulang
setelah selesai waktu belajar. Zamakhsyari Dhorif membagi
menjadi dua kelompok sesuai tradisi pesantren yang diamatinya,
yaitu: Pertama, Santri Mukmin, yakni para santri yang menetap di
Pesantren biasanya diberikan tanggung jawab mengurusi
kepentingan pesantren. Kedua, Santri Kalong, yakni santri yang
selalu pulang setelah selesai belajar atau kalau malam ia berada di
Pesantren dan kalau siang Pulang kerumah.22
5. Pengertian Kesadaran Santri
kemampuan santri untuk membedakan dirinya dari
lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam hal ini sering santri
disadarkan tentang siapa dirinya dan statusnya yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Ia harus sadar
bahwa siapa dia di mata orang orang sekitarnya. Dan
bagaimana ia harus bersikap yang membuat orang bisa
menilai santri tersebut bisa berbeda dengan yang lainnya.
kapasitas santri untuk menjadi objek perhatiannya sendiri,
kesadaran akan keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa ia
tahu dan mengingat bahwa ia ingat. Hal ini berkaitan dengan

21
Sukanto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka
LP3ES, 1999) h. 97
22
Harun Nasution, Ensklopedia Islam ( Jakarta, Depag RI, 1993 ) h.
1036
29

identitas santri sendiri sebagai seorang pelajar. Kalau santri ingat


bahwa ia adalah seorang murid, ia akan memfokuskan dirinya
dan menempatkan dirinya pula sebagai santri. Dan mengingat
berbagai bentuk hak dan kewajiban yang menjadi tanggung
jawabnya.
kemampuan santri untuk membentuk sebuah konsep
abstrak dari diri melalui Bahasa kemampuan ini membuat santri
mampu untuk berkomunikasi, menjalin hubungan, menentukan
tujuan, mengevaluasi hasil, dan membangun sikap yang
berhubungan dengan diri dan membelanya terhadap komunikasi
yang mengancam. Santri dalam hal ini lebih ditekankan untuk
bisa mengenali dirinya dan harus bisa berfikir jauh tentang
dirinya di mata orang lain, santri dalam hal ini lebih banyak
belajar dari sekitarnya, dan lebih penting santri harus bisa belajar
bagaimana bisa menyampaikan sesuatu dengan baik kepada
orang lain lewat sebuah komunikasi yang baik agar santri bisa
membentuk sebuah hubungan dengan orang lain.
B. Pengertian Pembinaan
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an
sehingga menajadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.23 Pembinaan merupakan
proses dan cara membina, menyempurnakan, atau usaha tindakan
dan kegiaatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih
30

baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan kegiatan yang


dilakukan secara sadar, berencana, terarah dan teratur serta
bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan
mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia
untuk mencapai tujuan. 24
Menurut Mangunhardja untuk melakukan pembinaan ada
beberapa pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang
Pembina antara lain: Pertama, Pendekatan Informatif yaitu cara
menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada
peserta didik. Peserta didik dalam pendekatan ini dianggap belum
tahu dan tidak punya pengalaman. Kedua, Pendekatan
Partisipatif, dalam pendekatan ini peserta didik dimanfaatkan
sehingga lebih ke situasi belajar Bersama. Ketiga, Pendekatan
Eksperiansial, dalam pendekatan ini menempatkan peserta didik
langsung terlibat dalam pembinaan. Ini disebut sebagai belajar
yang sejati karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat
dalam situasi tersebut. 25
Dengan demikian dapat disimpulkan bawah pembinaan
adalah suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau
kelompok.

24
Simanjuntak B, I.L pasaribu, Membina dan Mengembangkan
Generasi Muda, ( Bandung, Tarsito, 1990 ) h. 84
25
Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya ( Yogyakarta:
Kainmus, 1986 ) h. 17
31

C. Pengertian Lingkungan Hidup


Lingkungan hidup dengan segala komponen yang ada
didalamnya sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan hidup manusia. Allah SWT telah menciptkan
lingkungan dengan berbagai macam komponen yang dapat
dipergunakan manusia dalam rangka menjalankan tugas yang
telah ditetapkan Allah SWT, baik pelaksanaan tugas itu dalam
rangka ibadah, dalam rangka menjalankan amanah sebagai
khalifah dimuka bumi, maupun dalam rangka membangun dan
memakmurkan bumi. Manusia mempunyai ketergantungan kuat
dengan lingkungan hidupnya. Membicarakan manusia harus pula
membicarakan lingkungan hidupnya demikian pula sebaliknya
membicarakan lingkungan juga membicarakan manusia. Manusia
tanpa lingkungan juga abstaraksi belaka.26
Untuk mengetahui hubungan manusia dengan lingkungan
hidupnya, maka perlu diketahui maksud dari lingkungan itu
sendiri. Lingkungan hidup sendiri terdiri dari dua kata, yakni
lingkungan dan hidup. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
lingkungan berarti daerah, golongan, kalangan, dan semua yang
mempengaruhi pertumbuhan manusia dan hewan. Sedangkan
hidup berarti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana
mestinya. Jika kedau kata tersebut digabungkan, maka
lingkungan hidup berarti daerah atau tempat dimana mahluk
hidup untuk bertahan dan bergerak sebagaimana mestinya.

26
Otto Soemarwoto, Analisi Mengenal Dampak Lingkungan, (
Yogyakarta: UGM Press, 2001 ) Cet ke 9 h. 18
32

“Secara umum lingkungan hidup dapat diatikan sebagai kesatuan


ruang dengan semua benda, gaya, keadaan, dan mahluk hidup
termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan Hidup dan kesejahteraan manusia
serta mahluk hidup lainnya”.27
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
pengertian lingkungan Hidup, penulis memamparkan beberapa
pendapat dari para pakar-pakar lingkungan tentang pengertian
lingkungan hidup diantaranya: Pertama, S.J Mc Naughton dan
Larry L Wolf mengartikannya dengan semua faktor eksternal
yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi
28
organisme. Kedua, Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, seorang ahli
ilmu lingkungan ( Ekologis ) terkemuka mendefinisikannya
sebagai berikut, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan
kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati mempengaruhi
kehidupan kita. Ketiga, Prof. Dr. St. Munandjat, SH, ahli hukum
lingkungan terkemuka dan guru besar hukum lingkungan
Universitas Padjajaran mengartikan lingkungan hidup sebagai
semua benda dan kondisi, termasuk didalamnya manusia dan
tingkat perbuatannya yang terdapat dalam ruang tempat manusia
berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan mausia dan
jasad hidup lainnya. Sedangkan yang Ke empat Soedjono

27
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, ( Jakarta, Sinar
Grafika, 2008 ) cet. II h. 1
28
N.H.T. Silahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (
Jakarta, Erlangga 2004 ) Eds 2 h. 4
33

mengartikan Lingkungan Hidup sebagai lingkungan Hidup Fisik


atau Jasmani yang mencangkup dan meliputi semua unsur dan
factor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam. Dalam
pengertian ini maka manusia, hewan, dan tumbuhan-tumbuhan
tersebut dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani
belaka. Dalam hal ini lingkungan hidup manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan ada didalamnya.29
Sedangkan menurut penetian yuridis seperti yang diberikan
dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
TentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta mahluk
hidup lain. 30
Dari beberapa defenisi tentang lingkungan hidup yang telah
penulis paparkan dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup
ialah suatu rangkaian atau suatu sistem yang saling
mempengaruhi satu sama lain terhadap kehidupan dan
kesejahteraan, baik terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
maupun terhadap benda mati lainnya.
1. Fungsi Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup merupakan bagian yang mutlak
dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan

29
Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah, Pengelolaan, Dan
Penegakan Hukumnya ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995 ) cet. II h. 7
30
Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Perundangan Tentang Lingkugan
Hidup, ( Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010 ) cet 1, h. 130
34

hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Manusia


mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan
lainnya dari ketersediaan atau sumber-sumber yang
diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam
sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan
berbagai kebutuhannya. Dari lingkungan hidupnya manusia
memanfaatkan bagian-bagian lingkungan hidup seperti
heawan-hewan, tumbuh-tumbuhan, air, udara, sinar
matahari, garam, kaya, barang-barang tambang dan lain
sebagainya, untuk keperluan hidup manusia.31
Dari lingkungan hidup, manusia, hewan, dan tumbuh-
tumbuhan bisa memperoleh daya atau tenaga. Manusia
memperoleh kebutuhan pokok atau primer, kebutuhan sekunder
atau bahkan memenuhi lebih dari kebutuhannya sendiri berupa
hasrat atau keinginan. Atas dasar lingkungan hidupnya pulalah
manusia dapat berkreasi dan mengembangkan bangkat atau seni.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa manusia dan mahluk
lainnya tidak bisa hidup dalam kesendirian. Bagian-bagian atau
komponen-komponen lain mutlak harus ada untuk mendampingi
dan meneruskan kehidupan atau eksistensinya.
2. Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian
lingkungan dari waktu ke waktu ialah pencemaran dan
pengrusakan lingkungan hidup. Ekosistem dari suatu
lingkungan dapat terganggu kelestariannya oleh karena

31
N.H.T. Silahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,
h. 3
35

pencemaran dan perusakan lingkungan. Orang sering


mencampur adukan antara pengertian pencemaran dan
perusakan lingkungan padahal antara keduanya terdapat
perbedaan. Undang- undang Republik Indonesia
membedakan keduanya: Pertama, pencemaran lingkungan
hidup adalah masuk atau dimasukannya mahluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku kerusakan
lingkungan hidup (Pasal 1 ayat 14). Kedua, pengrusakan
lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik,
kimia, atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (Pasal 1 ayat 16).
Secaara mendasar dalam pencemaran terkandung
pengertian pengotoran (Costamination) dan Perburukan
(Deterioration). Pengotoran dan pemburukan terhadap sesuatu
semakin lama akan menghancurkan apa yang dikotori atau
diburukan sehingga akhirnya dapat memusnahkan setiap sasaran
yang dikotorinya. Sebagaimana yang terdapat dalam buku
Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia karya Abdurahman,
para pakar lingkunganpun memberikan defenisi yang berbeda-
beda mengenai masalah pencemaran lingkungan.
R.T.M Sutamihardja, merumuskan pencemaran adalah
penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas
manusia ke lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang
terhadap lingkungan. Sedangkan Munadjad Danusaputra
merumuskan pencemaran lingkungan sebagai suatu keadaan
36

dalam mana suatu materi, energi, atau informasi masuk atau


dimasukan di dalam lingkungan oleh kegiatan manusia dan secara
alami dalam batas-batas dasar atau kadar tertentu, hingga
mengakibatkan terjadinya gangguan kerusakan atau penurunan
mutu lingkungan, sampai lingkungan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dilihat dari segi kesehatan, kesejahteraan,
dan keselamatan hayati.32
Pencemaran erat kaitannya dengan kegiatan manusia, antara
lain berupa kegiatan-kegiatan Industri, kegiatan pertambangan,
kegiatan transportasi dan kegiatan pertanian akibat dari residu
pemakaian zat-zat kimia yang memberantas binatang-binatang
pengganggu seperti insektisida, pestisida, herbisida, dan fungsida.
Demikian pula pemakaian pupuk dan arorganis dan lain-lain.
D. Kajian Lingkungan Hidup dalam Islam
kita perlu mengeksplorasi hubungan antara Islam dan
lingkungan untuk menggali nilai-nilai spiritual dan memikirkan
kembali tanggung jawab manusia terhadap alam. Umat Islam
perlu menggali nilai-nilai etik universal tentang lingkungan hidup
agar dapat merekonstruksi sebuah pandangan kosmologis yang
lebih bersahabat kepada alam.
Alquran sendiri menggunakan petunjuk tidak langsung yang
terkait dengan komponen-komponen penting dari lingkungan;
seperti langit, matahari, bumi, dan makhluk hidup. Beberapa ayat
yang bisa dirujuk di antaranya adalah QS. al-Jasiyah (45):13,
Yasin: 33, dan Al- Baqoroh (2): 61.

32
Abdurahmab, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung:
Alumni, 1986 ) Cet ke 2 h. 98
37

ٖ ٌََٰ ‫ۡل‬
ٌَٔ‫ج نِّقَ إٔ ٖو ٌَخَفَ َّك ُش‬ َ ِ‫ض َج ًٍِعٗ ا ِّي أُ ُُّۚ إِ ٌَّ فًِ َٰ َرن‬
َٓ ‫ك‬ ‫أ‬
ِ ‫ث َٔ َيا فًِ ٱۡلَ أس‬
ِ َٕ َٰ ًَ َٰ ‫َٔ َع َّخ َش نَ ُكى َّيا فًِ ٱن َّغ‬
٣١
Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa
yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (Q.S.
Al- Jasiyah: 13).33

Dalam ayat tersebut menurut Muhammad bin Shalih Asy-


Syawi pada penciptaan, pengaturan dan penundukan-Nya kepada
alam semesta terdapat dalil yang menunjukkan berlakunya
kehendak Allah dan sempurnanya kekuasaan-Nya. Demikian pula
kerapihan, keserasian dan indahnya ciptaan-Nya juga
menunjukkan sempurnanya hikmah-Nya dan ilmu-Nya. Apa yang
terlihat di alam semesta berupa luas, besar dan banyak juga
menunjukkan luasnya kerajaan-Nya. Pengkhususan yang
diberikan-Nya serta adanya sesuatu yang berlawanan juga
menunjukkan bahwa Dia berbuat apa yang Dia kehendaki.
Manfaat dan maslahat baik yang terkait dengan agama maupun
dunia menunjukkan luasnya rahmat-Nya, meratanya karunia dan
ihsan-Nya, dan pada indahnya kelembutan-Nya dan kebaikan-
Nya dan pada semua yang disebutkan tadi juga menunjukkan
bahwa Dia yang berhak disembah, dimana tidak pantas ibadah,
penghinaan diri dan kecintaan kecuali kepada-Nya, dan bahwa
apa yang dibawa para rasul-Nya adalah benar. Ini adalah dalil
„aqli (akal) yang begitu jelas, yang tidak menerima lagi keraguan
dan kebimbangan.34

33
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: Kemenag RI
38

١١ ٌَُٕ‫ت نَُّٓ ُى أٱۡلَ أسضُ أٱن ًَ أٍخَتُ أَ أحٍَ أٍ َََُٰٓا َٔأَ أخ َش أجَُا ِي أَُٓا َح ٗبّا فَ ًِ أُُّ ٌَ أأ ُكه‬ٞ ٌَ‫َٔ َءا‬
Artinya: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang
besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami
hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya
biji-bijian, maka daripadanya mereka makan” (Q.S.
Yasin: 33)

Menurut Qurasih Shihab dalam ayat tersebut sebagai bukti


untuk manusia bahwa Allah Mahakuasa membangkitkan dan
mengumpulkan adalah tanah kering- kerontang yang Allah
hidupkan dengan air. Lalu, dari tanah itu, Allah keluarkan biji-
bijian yang kemudian dapat mereka makan. Manusia dapat
memanfaatkan dan mengolah dari apa yang Allah berikan berupa
tanah yang subur untuk kelangsungan hidup manusia. 35

‫ع نََُا َسبَّكَ ٌ أُخ ِش أج نََُا ِي ًَّا‬ ُ ‫صبِ َش َعهَ َٰى طَ َع ٖاو َٰ َٔ ِح ٖذ فَ أٱد‬ ‫َٔإِ أر قُ أهخُىأ ٌََٰ ًُٕ َع َٰى نٍَ َ َّ أ‬
َ َ‫صهَِٓ ۖا ق‬
ٌَُٕ‫ال أَح أَغخ أَب ِذن‬ َ َ‫ج أٱۡلَ أسضُ ِي ٍۢ بَ أقهَِٓا َٔقِثَّآئَِٓا َٔفُٕ ِيَٓا َٔ َعذ َِعَٓا َٔب‬ ُ ِ‫حُ ُۢب‬
‫ُشبَ أج‬ ‫أ‬ ‫خٍَ ُۚش أ‬
ِ ‫ص ٗشا فَإ ِ ٌَّ نَ ُكى َّيا َعأَنخُىأۗۡ َٔض‬ ْ ُ‫ٱْبِط‬
‫ٕا ِي أ‬ ‫ٱنَّ ِزي ُْ َٕ أَ أدََىَٰ بِٱنَّ ِزي ُْ َٕ أ‬
‫ج‬ ْ َُ‫ٱّللِ َٰ َرنِكَ بِأَََُّٓىأ َكا‬
ِ ٌََٰ ‫ٕا ٌَ أكفُشٌَُٔ َبِا‬ ۡۗ َّ ٍَ‫ب ِّي‬ َ ‫َعهَ أٍ ِٓ ُى ٱن ِّزنَّتُ َٔ أٱن ًَ أغ َكَُتُ َٔبَآ ُءٔ بِغ‬
ٖ ‫َض‬
ْ َُ‫ٕا َّٔ َكا‬
١٣ ٌَٔ‫ٕا ٌَ أعخَ ُذ‬ ْ ‫َص‬ َ ‫ ِّۗ َٰ َرنِكَ بِ ًَا ع‬
ِّ ۡۗ ََ ‫ٱّللِ ٌََٔ أقخُهٌَُٕ ٱنَُّبٍٍَِِّۧ بِغ أٍَ ِش أٱن‬
َّ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai
Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu
macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi
kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-
mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang
adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata:
"Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu
kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta".
Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan

35
Wisnu Manupraba, diunggah pada tanggal 5 januari 2015, diakses
pada tanggal 19 Juli 2019 pukul 16.45 WIB pada halaman web
https://tafsirq.com/36-ya-sin/ayat-33#tafsir-quraish-shihab
39

kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari


Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para
Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu
(terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas” (Q.S. Al- Baqoroh: 61) 36

‫َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َعه َّ َى‬


َّ ‫صهَّى‬ َّ ‫ال َسعُٕ ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ َ‫ال ق‬ َّ ًَ ‫ض‬
َ َ‫َّللاُ َع ُُّْ ق‬ ِ ‫َظ ب ٍِْ َيانِ ٍك َس‬ ِ ََ‫ع ٍَْ أ‬
َْٔ‫ع صَ سْ عًا فٍََأْ ُك ُم ِي ُُّْ طٍَْش أَْٔ إِ َْ َغاٌ أ‬ُ ‫َيا ِي ٍْ ُي ْغهِ ٍى ٌَ ْغ ِشطُ غَشْ عًا أَْٔ ٌَ ْض َس‬
َ ِّ ِ‫بَ ٍِٓ ًَت إِ ََّّل َكاٌَ نَُّ ب‬
‫ص َذقَت‬
Artinya: Dari Anas bin Malik ra. Dia berkata:
Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seorang Muslim
pun yang menanam atau bercocok tanam, lalu
tanamannya itu dimakan oleh burung, atau orang,
atau binatang, melainkan hal itu menjadi shadaqah
baginya”. (HR. Bukhari)

Melalui hadis ini, Rasulullah Saw menganjurkan


umatnya untuk menanam atau bercocok tanam.
Berdasarkan hadis ini dapat dikatakan pula bahwa dengan
bercocok tanam atau menanam pohon akan diperoleh dua
manfaat, yaitu manfaat keduniaan dan manfaat keagamaan.
Bahkan manfaat yang mereka berikan tidak terbatas
pada penyediaan bahan makanan bagi orang lain saja akan
tetapi dengan bercocok tanam, mereka telah menjadikan
lingkungan lebih sehat untuk manusia, udara juga menjadi
lebih sehat karena tanamanmenghasikan oksigen yang juga
sangat dibutuhkan manusia dalam proses pernafasan.
Tanaman berupa pepohonan besar juga memberikan
kerindangan dan keteduhan bagi orang-orang yang

36
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: Kemenag RI
40

bernaung di bawahnya serta kesejukan bagi orang-orang di


sekitarnya. Tanaman dan pepohonan juga menjadikan
pemandangan alam yang indah dipandang mata, sehingga
perasaan pun ikut menjadi damai berada di dekatnya.

ٍْ ‫َّللاُ َعهَ ٍْ ِّ َٔ َعهَّ َى َي‬


َّ ‫صهَّى‬ َّ ‫ال َسعُٕ ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ َ‫ال ق‬ ِ ‫ع ٍَْ أَبًِ ُْ َشٌ َْشةَ َس‬
َّ ًَ ‫ض‬
َ َ‫َّللاُ َع ُُّْ ق‬
َ ْ‫َج نَُّ أَسْ ض فَ ْهٍَ ْض َس ْعَٓا أَْٔ نٍَِ ًََُْْ َٓا أَخَ اُِ فَإ ِ ٌْ أَبَى فَ ْهٍُ ًْ ِغ ْك أَس‬
ُ ّ‫ض‬ ْ َ‫َكا‬
Artinya:“Dari Abu Hurarah ra. Dia berkata:
“Rasulullah saw bersabda „siapa yang memiliki tanah
hendaklah dia menanaminya, atau hendaklah dia
serahkan kepada saudaranya untuk ditanami, jika
tidak mau, maka hendaklah dia tahan (kepemilikan)
tanah itu (disewakan kepada orang lain untuk
ditanami)" (HR. Bukhary).

Hadis di atas menunjukkan bahwa Rasulullah sangat


menghargai tanah yang merupakan karunia Allah Swt. Karena itu
orang yang memiliki tanah cukup luas tetapi tidak sanggaup
untuk mengelola dan memanfaatkan tanahnya dengan
menanaminya, diperintahkan untuk menghibahkannya kepada
saudaranya agar dikelola, atau disewakan kepada orang lain
untukdigarap. Dengan cara demikian maka dia tidak dianggap
menelantarkan lahan.
Selain itu dia telah menolong orang lain dengan memberiya
pekerjaan. Begitulah Islam sejak zaman Nabi telah
memperhatikan lingkungan sebagai upaya pelestarian lingkungan
itu sendiri sehingga tidak terbengkalai bahkan memberikan
manfaat dan maslahat kepada umat manusia.
41

E. Tipologi Pesantren
Menurut Yacub yang dikutip oleh Khozin mengatakan
bahwasanya ada beberapa pembagian pondok pesantren dan
tipologinya yaitu :
1. Pesantren Salafi, yaitu pesantren yang tetap
mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab
klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum.
Model pengajarannyapun sebagaimana yang lazim
diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu dengan
metode sorogan dan weton.
2. Pesantren Khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan
sistem pengajaran klasikal (madrasi), memberikan
ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan
pendidikan keterampilan.
3. Pesantren Kilat, yaitu pesantren yang berbentuk
semacam training dalam waktu relatif singkat, dan
biasanya dilaksanakan pada waktu libur sekolah.
Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan
ibdah dan kepemimpinan. Sedangkan santrinya terdiri
dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti
kegiatan keagamaan di pesantren kilat.
4. Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih
menekankan pada pendidikan vocasional atau
kejuruan, sebagaimana balai latihan kerja di
Departemen Tenaga Kerja, dengan program yang
terintegrasi. Sedangkan santrinya mayoritas berasal
42

dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari


kerja.37
Dilihat dari metode dan substansi pengajaran, pesantren
ekologi masuk dalam kategori pesantren Khalafi/ modern.
Pesantren Ekologi mengelaborasi antira pengajaran madrasi
(klasikal), ilmu agama, dan juga ilmu umum, terlebih pesantren
ekologi memberikan pendidikan keterampilan berupa
pengetahuan dan implementasi dalam memberdayakan
lingkungan hidup.

37
KSI Al-Khoirot, diunggah pada tanggal 6 September 2012, diakses
pada tanggal 19 Juli 2019 pukul 16.59 WIB pada halaman web
https://www.alkhoirot.net/2011/07/3-tipe-pondok-pesantren.html
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Pesantren Ath-Thariq
Sekolah Ekologi Pesantren Ath-Thariq Garut ialah sebuah
lembaga Pendidikan yang bergerak pada pembelajaran siswa
bagaimana bisa survive, baik itu dalam masa belajar maupun
setelah selesai belajar, difokuskan pada pembelajaran melayani
diri sendiri serta alam, adalah bagian yang tidak terpisahkan
dalam kurikulum belajar pesantren. Lebih dari itu belajar
bagaimana mengolah pertanian/perkebunan dengan menggunakan
Open Pollinated Organic Sedd. Seluruh sistem pengelolaan Open
Pollinated Organic Seed berbasiskan pengetahuan Ekologi, yang
sangat mempertimbangkan keterjagaan Ekosistem sebagai bentuk
kepedulian dan penghormatan kita kepada alam semesta. 1
Lebih luas mengandung arti sebuah Pendidikan yang
berbasis Agro Ekologi yaitu Pendidikan yang mengenalkan
kepada lingkungan sekitar pada pentingnya menanam tanpa
merusak ekosistem, merawat, memanen, dan memasarkan dengan
harga yang adil, bahkan melakukan penelitian dan menjadi
investor, sehingga kelak siswa akan tumbuh pribadi-pribadi yang
berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian pada manusia,
bumi, dan masa deepan. Mengenai kehidupan bukan hanya bicara
tentang kebutuhan manusia, tetapi juga mahluk lain yang ada di
bumi.
Pesantren Ath-Thariq memiliki konsep pesantren Ekologi.
Selain belajar mengaji, para santri juga diajarkan Bertani dengan
1
Hasil wawancara dengan Ust. Ibang pada tanggal 18 Mei 2019

46
47

model pertanian ekologi, yakni memelihara berbagai habitat di


dalamnya untuk menjaga ekosistem yang saling terkait satu sama
lainnya. Pesantren At-Thariq didiran pada akhir bulan di tahun
2009 dengan konsep kekeluargaan. Melalui pesantren ini secara
nyata menjaga ekologi dengan kajian ilmu agama sebagai
pijakannya. Bertani menggunakan cara kuno dan tradisional,
tetapi kami yakini bahwa model pertanian itu adalah model
pertanian yang alternatif, model yang menjaga soal lingkungan,
soal ekologi, soal hubungan manusia dengan alam.
Setiap hari para santri diajak untuk bertani, berbagai jenis
pangan untuk kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga
pesantren. Lahan seluas 7500 m2 dimanfaatkan menjadi beberapa
zona, yaitu area persawahan, kebun tanaman pangan, peternakan,
dan juga pembenihan. Keluarga pesantren mengkonsumsi
tanaman pangan sesuai dengan hasil panen yang tersedia,
sehingga tidak bergantung pada satu jenis pangan. Para santri di
Ath-Thariq kini terbiasa mengkonsumsi umbi-umbian, pisang,
dan pangan selain nasi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat.
Selain itu, mereka mengkonsumsi sayuran-sayuran yang mereka
tanam dikebun sendiri. Seluruh hasil pertanian di lahan pesantren
At-Thariq dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan
keluarga pesantren.
Jika hasil panen berlimpah, baru kemudian dijual untuk
menumbuhkan kehidupan perekonomian pesantren. Kami menilai
bahwa konsep pertanian seharusnya mengutamakan kebutuhan
pangan sendiri terlebih dahulu sebelum kemudian berpikir untuk
menjual hasil pertanian tersebut. Pesantren ini akan memenuhi
48

dulu kebutuhan keluarga akan nutrisi, vitaminnya,


karbohidratnya, sayurannya. Hampir semua santri Ath-Thariq
berhasil mendapat peringkat kelas yang baik disekolahnya
masing-masing, bahkan ada pula yang mendapat nilai cum laude.
Selain itu, menanam bebagai jenis tanaman juga memberikan
manfaat bagi kualitas lingkungan, tanah menjadi sehat, air
menjadi bersih, dan tanamanpun tidak mudah terserang penyakit
tanpa perlu menggunakan bahan-bahan kimia. Jika lingkungan
sehat, mahluk hidup didalamnya pun akan hidup dengan baik dan
menjalankan perannya masing-masing dalam kehidupan. Itu
mengapa kita menyebut pesantren ini sebagai pesantren ekologi,
karena mementingkan hidup semua mahluk. Karena kalau salah
satu hilang, akan kacau semua.
Saat ini pesantren Ath-Thariq Bersama para santri
mengembangkan produk olahan dari hasil panen yakni cabai dan
tomat. Pengembangan produk ini sebagai unit bisnis pesantren
yang dikelola secara terbuka Bersama para santri. Kami juga
menjual bebagai tanaman obat yang dikeringkan dan berbagai
jenis benih tanaman lokal. Selain itu, pesantren juga membuat
perpustakaan benih untuk kebutuhan ilmu pengetahuan.2
B. Visi dan Misi Pesantren Ath- Thariq
Menyebarkan pengetauan dan mencetak kader agro ekologi
yang berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian terhadap
bumi, manusia dan masa depan.
Menjadikan sekolah ekologi kebon sawah Pesantren Ath-
Thariq sebagai pusat tersebarnya sistem pengetahuan pertanian
2
Hasil wawancara dengan Ust. Ibang pada tanggal 18 Mei 2019
49

berkelanjutan yang berpandangan pada penyelamatan dan


kepedulian terhadap bumi, manusia, dan masa depan, serta
menjadi contoh di Indonesia, yang mampu mengeluakan berbagai
produksi hasil pertanian tanpa merusak ekosistem yang ada,
menjaga habitat, menjaga ke anekaragaman hayati, memanen,
dan memasarkannya dengan harga yang adil, sebagai bagian dari
Gerakan Sosial, Ekonomi dan Ekologi yang berkeadilan.
C. Profil Legalitas Pesantren
Sebagai sebuah Pesantren, Ath- Thariq memiliki izin
operasional yang dikeluarkan oleh Kepala Kementerian Agama
Kantor Kabupaten Garut Nomor:
Kd.10.05/5/3/PP.00.7/0981719/210 dengan NSPP
510032050981 dan Legalitas Pesantren Ath- Thariq dikeluarkan
oleh kantor Notaris Ny. Yayah Kusnariah, SH. Jalan Cimanuk
No. 95, Telepon 0262-235595 Garut 44151 dengan Nama
Yayasan, yaitu Yayasan Lembaga Study Penelitian dan
Pemberdayaan Masyarakat - LASPIM. Nomor: 25
Tanggal/Bulan/Tahun: 24 Desember 1998 untuk itu Nama di
NPWP adalah LASPIM dengan Nomor di NPWP: 31.321.705.1-
443.000.
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Informan
Pada penelitian ini, penulis meminta keterangan melalui
teknik wawancara terhadap beberapa orang yang penulis jadikan
sebagai informan penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah
orang yang dianggap mengetahui dan dapat memberikan
informasi mengenai proses pembinaan kesadaran santri dalam
memberdayakan lingkungan hidup. Untuk melihat topik
penelitian dalam sudut pandang yang berbeda, maka penulis
menyajikan deskripsi informan ini menjadi 2 kategori, yaitu
Pembina Pesantren yang memberikan pembinaan kesadaran
santri, dan santri yang menjadi subjek pembinaan kesadaran
dalam memberdayakan lingkungan hidup.
1. Pembina Pesantren
Pembina di Pesantren Ath- Thariq yang penulis
jadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Ust. Ibang Lukman Nurdin
Ust. Ibang Lukman Nurdin lahir pada
tanggal 18 Oktober 1971 di Kabupaten Garut.
Beliau pendiri sekaligus Pembina di Pesantren
Ath- Thariq sejak tahun 2008 pesantren
didirikan sampai sekarang.
Selain mendalami ilmu agama, sedari dulu
beliau sering melakukan kegiatan advokasi pertanian.
Bersama sang istri mendirikan dan menghidupkan

51
52

Serikat Petani Pasunda di Kabupaten Garut,


Tasikmalaya, dan Ciamis.
b. Nissa Wargadipura
Nissa Wargadipura lahir pada tanggal 23
Februari 1972 di Kabupaten Garut. Beliau bahu
membahu bersama sang suami mendirikan Pesantren
Ath Thariq, sebuah pesantren berkonsep ekologi.
Nissa sendiri dulunya adalah seorang aktivis
yang hampir 20 tahun bergabung di Serikat Petani
Pasundan, sebuah lembaga advokasi yang bergerak di
bidang penyelesaian sengketa tanah. Dari
pengalamannya di sana, Nissa menemukan bahwa
hampir sebagian besar petani atau sistem pertanian di
Indonesia tidak melakukan tata produksi secara benar.
Dari referensi dan pengalaman bergaul dengan para
petani itulah, ia lantas memutuskan membuat sebuah
sekolah berbentuk pesantren, namun pesantren ini
harus berbeda dari pesantren lainnya.
2. Santri Pesantren Ath- Thariq
Santri di Pesantren Ath- Thariq yang penulis jadikan
sebagai informan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Sehabudin
Sehabudin lahir pada tanggal 4 November 2003
di kecamatan Cibalong kabupaten Garut. Anak
berusia 15 tahun ini bersekolah di SMP
53

Muhammadiyah Garut kelas 9. Dia menetap di


Pesantren sudah hampir tiga tahun.
Sehabudin yang setiap hari berjalan kaki
menuju sekolahnya sepanjang 3 km ini memutuskan
untuk menetap di pesantren karena jarak dari
rumahnya berkisar 40 km.
b. Neng Hilma
Neng Hilma lahir pada tanggal 12 Oktober 1999
di Kecamatan Pendeuy kabupaten Garut. Dia
bersekolah SMK Maarif Garut. Neng Hilma sudah
menetap di Pesantren selama kurang lebih 3 tahun.
c. Nunung Nurhasanah
Nunung Nurhasanah lahir pada tanggal 5
Oktober 1996 di kabupaten Garut. Nunung sebagai
mahasiswa akhir di STAI Musaddadiyah Garut ini
mengaku sudah menetap di pesantren selama kurang
lebih 3 tahun.

B. Temuan Penelitian
1. Proses Pembinaan Kesadaran Santri Dalam
Memberdayakan Lingkungan Hidup
Dalam mengasuh anak didiknya, Pembina itu berbagi
tugas. Ibang yang berasal dari lingkungan pesantren
bertugas mengajarkan para santri ilmu keagaman ditambah
materi kajian ekologi persepektif Al-quran, sementara Nissa
berfokus memberikan pembelajaran agroekologi.
“Pendidikan penting bagi siapapun tanpa
terkecuali, memadukan antara nilai agama dan
54

dunia. Jangan kamu lupakan, dunia itu sebagai


jembatan menuju akhirat. Bagaimana mau
menuju akhirat kalau dunia tidak dikelola
dengan baik”45
Sekolah yang mengajarkan siswanya untuk menjaga
alam dengan keseimbangan ekosistemnya. Siswa dituntut
agar bisa bertahan hidup dengan memanfaatkan alam tanpa
merusak habitat atau ekosistemnya.
Santri diarahkan menyukai terlebih dahulu kegiatan
bertani lewat metode belajar bebas aktif. Sehingga santri
bebas mengeksplorasi kemampuan bertani mereka dari
mulai pembenihan, penanaman sampai tahap panen mereka
melakukan sendiri. Mulai dari jenjang Pendidikan PAUD,
SD, SMP, SMA dan mahasiswa yang menimba ilmu di
pesantren. Dia menyebutkan bahwa tidak hanya santri dari
pesantrennya saja mendapatkan Pendidikan ekologi kadang
ada juga siswa SD yang ikut belajar Bersama.
“kita sangat terbuka bagi siapapun, mau anak
SD, SMP, SMA, bahkan mahasiswa kita
bebaskan mengekspresikan dan eksplorasi
kemampuan bertani mereka”46
Membangun kesadaran untuk mencintai lingkungan
hidup dapat dilakukan dengan mengikuti alur kesadaran
tersebut, dilakukan dengan meningkatkan pemahaman
pentingnya melestarikan lingkungan hidup disertai kajian
pengalaman nyata baik yang positif maupun negatif akan

45
Wawancara dengan Ust. Ibang Lukman Nurdin pada tanggal 18
Mei 2019
46
Wawancara dengan Nissa Wargadipura pada tanggal 18 Mei 2019
55

berpengaruh terhadap perkembangan kekuatan potensi


internal seseorang, sehingga melahirkan sikap humanis dan
perilaku sesuai keinginan.

“dari awal kita membangun pesantren ini


supaya generasi penerus mengerti dan
memahami pentingnya melestarikan dan
merawat lingkungan hidup. Setiap hari kita
kasih pemahaman pengetahuan tentang agama
dan lingkungan hidup di setiap setelah ibadah
shalat”47
Agar kesadaran menguat perlu disertai dengan
perkembangan pemikiran dari yang bersifat animistic
menjadi rasional religious objektif dikaitkan dengan potensi
lingkungan hidup yang diyakini memiliki potensi dapat
memberikan kebahagiaan hidup, sehingga menjaga
kelestariannya merupakan kewajiban yang harus dipatuhi.
“dalam pengajian yang dilakukan setiap hari
dengan diskusi dua arah dengan santri, selalu
disampaikan pentingnya menjaga lingkungan
karena bagian dari ajaran agama yang telah
tertulis jelas dalam Al-Quran”48
Materi tersebut menjadi masukan untuk menyadarkan
santri melalui proses pengajian dan simulasi pelestarian
lingkungan agar memiliki sifat responsif dan menyayangi
lingkungan. Mereka masih perlu penjelasan secara
mendalam bahwa sikap memperlakukan lingkungan yang
tidak memperhatikan kelestariannya sama dengan merusak

47
Wawancara dengan Nissa Wargadipura pada tanggal 18 Mei 2019
48
Wawancara dengan Ibang Lukman Nurdin pada tanggal 18 Mei
2019
56

lingkungan yang berarti menghancurkan masa depan


generasi selanjutnya.

Lebih penting adalah mencari upaya yang bisa


membangkitkan kesadaran untuk menigkatkan pengetahuan
dan penghayatan keberagamaannya sendiri sekaligus
menumbuhkan kedewasaan dalam beragama. Kesadaran
akan berkembang sejalan dengan meningkatnya
pemahaman, penghayatan dan pengalaman dalam hidup
berlingkungan. Program pemberdayaan lingkungan dengan
model seperti itu dilakukan secara berulang- ulang dan
terpadu, misalnya dengan pendekatan berbasis ekonomi,
agar proses terbentuknya kesadaran semakin menguat.
“selain pengajian yang dilaksanakan tiap hari,
di sore hari kita turun ke kebun merawat
tumbuhan secara mandiri sehingga pas sudah
waktunya panen hasilnya kalau ada sisa kita
berdayakan untuk diolah dan dijual agar
mendapatkan pendapatan dan persiapan
kebutuhan kehidupan di kemudian hari”49
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan
Kesadaran Santri Melalui Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Santri sangat mendukung jika kegiatan pengajian dan
simulasi pemberdayaan lingkungan hidup diintegrasikan
dengan materi agama terlebih dari sumber- sumber Al-
Quran dan atau Hadits. Alasannya dapat menambah
pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan agama,
49
Wawancara dengan Nissa Wargadipura pada tanggal 18 Mei 2019
57

sehingga tidak tersesat ke dalam perbuatan yang tidak


dibenarkan dalam menjalani kehidupan sehari- hari.
Pola pembelajaran pesantren ekologi ini tidak
layaknya di sekolah formal. pembelajaran siswa tidak
hanya dilakukan didalam ruang dengan patokan jam
pelajaran. Materi yang disampaikan secara bertahap mulai
dari subuh dengan materi pengajian Al-Quran. Disiang
harinya, siswa menimba ilmu disekolah formal yang tidak
jauh dari lingkungan pesantren. Pulang sekolah sekitar
pukul 15.00, pembelajaran ekologi kembali dilakukan
secara teori maupun praktek. Kegiatan yang dilakukan
berupa pembenihan, penanaman, perawatan tanaman,
memanen hingga pengolahan pasca panen
“Setiap minggu anak-anak diajak bertani
disekitar pesantren, mereka berinteraksi
langsung dengan sesama santri dan juga
alam”50
Pesantren ini berbeda dengan kebanyakan pesantren
yang lainnya, di pesantren ini belajar lebih aplikatif, seperti
belajar pertanian yang tidak hanya teori akan tetapi
dibarengi dengan prakteknya dari mulai menanam sampai
panen dilanjutkan dengan mengeloahnya menjadi lebih
produktif. Di pesantren inipun semua santri diperlakukan
sama, tidak ada pembeda antara laki-laki dan perempuan.
Nilai kesetaraan sangat terasa dipesantren ini sehingga para
santrinya menikmati semua proses belajar dengan adil.

50
Wawancara dengan Neng Hilma pada tanggal 19 Mei 2019
58

Pesantren ini mengajarkan banyak hal yang berguna


bagi kehidupan, waktu tidak terbuang sia-sia banyak hal
yang didapat dan banyak manfaat yang diperoleh. Dari
bangun tidur sampai tidur lagi dipenuhi dengan aktifitas
yang sarat akan ilmu dan pengetahuan yang tadinya sekedar
tahu menjadi lebih tahu, bahkan yang tadinya tidak tahu
apa-apa menjadi tahu.
“Sebelum masuk pesantren hidup sangat
konsumtif, makanan lebih banyak beli. Setelah
dipesantren bisa bertani menjual hasilnya,
lebih dari itu bisa mengetahui lebih banyak
tanaman dan manfaatnya. Setelah banyak
belajar dipesantren ternyata menjadi tahu, dari
yang awalnya menganggap tanaman
dihalaman rumah tidak ada apa-apanya,
setelah dipesantren ternyata bisa dikelola,
dimakan, bahkan dimanfaatkan menjadi obat-
obatan”51
Ketika di pesantren banyak terjadi perubahan pada
polah hidup dan pola makan. Pola hidup yang tadinya
kurang teratur tidak disiplin bahkan cenderung kontra
produktif, artinya banyak waktu yang terbuang sia-sia
semenjak masuk pesantren hidup menjadi lebih teratur,
disiplin dan produktif. Begitupun dengan pola
makan,menjadi lebih teratur dan tidak konsumtif. Di
pesantrenpun santri diarahkan untuk terus membangun
kemandiriannya dengan memberdayakan dan
memanfaatkan lingkungan.

51
Wawancara dengan Neng Hilma pada tanggal 19 Mei 2019
59

“Santri dikasih kebun dan benih, kemudian


diberikan cara-caranya untuk mengelola dari
mulai menanam sampai dengan memanen.
Selanjutnya santri dituntut untuk memiliki
produk dari kebunnya masing-masing.
Sehingga kemandirian dan kesadaran santri
terhadap lingkungannya betul-betul dibangun
dan diajarkan lebih aplikatif ”52
Dalam menjaga memlihara dan menjaga lingkungan,
santri betul-betul diarahkan dan dituntut untuk terus
memelihara dan melestarikan lingkungan hidup. Tidak ada
buang sampah sembarang, tidak ada beli makanan
sembarang semua diarahkan dan diajarkan dengan penuh
kedisiplinan dan kepeudian terhadap lingkungan.

“Kedisiplinan pesantren di peruntukan untuk


kebaikan lingkungan dan pada akhirnya
kebaikan manusia juga. Kalau dari sejak dini,
di pesantren diajarkan tentang kepedulian
untuk memelihara lingkungan supaya terawat
baik, maka kebaikan dan kemanfaatannya akan
balik kepada manusia. Maka sangat bersyukut
bisa belajar dipesantren ini” 53
Jika lingkungan sehat, mahluk hidup di
dalamnyapun akan hidup dengan baik dan
menjalankan perannya masing-masing dalam
kehidupan. Itu mengapa pesantren ini sebagai
pesantren ekologi, karena mementingkan hidup
semua mahluk. Karena kalau salah satu hilang,
semua akan kacau.

52
Wawancara dengan Neng Hilma pada tanggal 19 Mei 2019
53
Ibid
60

“Sangat bangga dan bersyukur bisa pesantren


di tempat ini, banyak hal yang didapat, banyak
manfaat yang terasa dan wawasan menjadi
sangat terbuka sehingga sangat berpengaruh
tehadap kedewasaan berpikir dan bertindak.
Waktu menjadi lebih dihargai dan setiap
anugrah disyukuri dengan berbagai bentuk dan
peruntukannya”54.
Dalam lingkungan pesantren semua santri dituntut
untuk saling mengenal, berinteraksi, supaya akrab dan
saling memahmi. Karena hidup bersosial menjadi sebuah
kebutuhan dan keniscayaan diantara manusia, maka dari itu
pesantren mengajakan para santri untuk bersosial dengan
baik, mengedepankan rasa persaudaran dan rendah hati.
Karena dengan seperti itu terciptalah pergaulan didalam
pesantren yang produktif dan berahlak

“Selain terbangunnya jiwa sosial, dipesantren


diajarkan ilmu bertani, ilmu agama, dan ilmu
sosial. Kegiatan belajar disini yaitu belajar
sesama manusia, antar manusia dengan alam
serta bagaimana cara menjaganya. Itu menjadi
nilai lebih pesantren ini. Karena belajar itu
tidak ada batas tempatnya. Ketika ilmu di
kuliah dapat disinipun dapat itu menjadi
sesuatu yang lebih. Ketika ngekost paling
dapat ilmu lebih dari seminar- seminar, disini
bisa dapat ilmu lebih, berupa bertani dan
banyak tamu juga yang sering berbagi ilmu”55
Pesantren ekologi ini pembelajarannya sangat
aplikatif. Ajaran-ajaran keagamaan yang berkenaan dengan

54
Wawancara Neng Hilma pada tanggal 19 Mei 2019
55
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
61

kemandirian, kedisiplinan, kebersihan yang berkenaan


dengan pemiliharaan lingkungan diejawantahkan secara
praktis dan konsisten, sehingga menjadi nilai lebih yang
terasa oleh para santrinya.

“Dulu pernah bertani tapi tidak seperti disini.


Disini mengetahui dan paham dari mulai
pembenihan, sampai panen. Hasilnya
panennya dimakan sendiri. Kalau dulu tidak
tahu prosesnya bagaimana. Kalau disini kita
jadi lebih tahu prosesnya” 56

Proses hidup dipesantren berpengaruh terhadap


meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan, biasanya
kebanyakan orang abai terhadap sampah, dipesantren
diajarkan mengelola sampah dengan baik, bahkan dari
sampah-sampah bisa dimanfaatkan menjadi barang yang
berdaya guna. Tidak hanya mengelola sampah, dipesantren
juga diajarkan pola hidup yang baik dengan meminimlisir
pemakaian dan penggunaan pelastik.

“Setelah masuk pesantren, kepedulian


terhadap lingkungan itu lebih meningkat.
Contohnya bisa membedakan antara tumbuhan
organik dan tumbuhan non organik. Kedua,
kita tidak terlalu banyak menggunakan sesuatu
yang berpotensi menjadi sampah.
Meminimalisir penggunaan pelastik. Ketiga,
karena sudah mengetahui potensi sampah
maka sering bekal nasi ke kampus, minuman
juga tidak pakai wadah yang sekali pakai.
Kemudian membiasakan menanam tanaman

56
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
62

organik di rumah dengan tidak memakai pupuk


pestisida”57

Pesantren memiliki program-program yang


diperuntukan untuk menopang belajar para santri, sehingga
santri memiki kemampuan yang mendalam, dipahami dan
dapat dipraktekan. Sehingga kelak akan menjadi modal
dalam mengarungi kehidupan yang lebih luas dan dinamis.
Program-program yang ada tentu berangkat dari kebutuhan
untuk pemiliharaan lingkungan.

“Ada program satu orang satu produk. Santri


dituntut mempunyai fokus dan keahlian
minimal satu. Selalu belajar bareng tapi
dengan tanggung jawab yang berbeda. Tapi
bukan berarti tiap santri tidak boleh memiliki
produk dan keahlian yang sama. Kita punya
tanggung jawab masing- masing tiap kebun
tumbuh kesadaran diri” 58

Setiap hari juga berjalan program. Tapi untuk hari


sabtu dan minggu serta tanggal merah kita fokus di kebun.
Kalo hari biasa setelah subuh mengaji sampai jam sebelum
sekolah/ kuliah di tempat masing- masing belajar formal.
Setelah pulang sekolah/ kuliah masing- masing kira- kira
jam 4 mengaji sampai jam 5. Setelah itu persiapan makan.
Setelah shalat magrib mengaji sampai isya.

“pembagian tugas yang diganti setiap 3 bulan


sekali. Misal dia cuci piring saya pel, dan

57
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
58
Ibid
63

sebaliknya. Cuci piring sih biasanya laki- laki,


ada yang bagian bersihkan, ada yang bagian
bilas, dll. Selalu Bersama tidak pernah satu
orang”. 59

Dalam menjaga memlihara dan menjaga lingkungan,


santri betul-betul diarahkan dan dituntut untuk terus
memelihara dan melestarikan lingkungan hidup. Tidak ada
buang sampah sembarang, tidak ada beli makanan
sembarang semua diarahkan dan diajarkan dengan penuh
kedisiplinan dan kepeudian terhadap lingkungan
“Ketika kita membiarkan lingkungan ini
hancur oleh tangan kita sendiri dengan hal-
hal kecil misal, buang sampah sembarangan,
banyak mengkonsumsi pelastik, dan bebagai
perbuatan yang merusak lainnya yang
berakibat rusaknya masa depan lingkungan
yang juga akan berakibat kepada rusaknya
tatanan hidup manusia. Sehingga keutuhan
lingkungan hidup ini sangat mahal”.60

Pesantren yang terletak digarut ini didukung dengan


keadaan alam yang cukup strategis. Tanah yang subur dan
masih banyak dikelilingi oleh pepohonan dan sawah.
Airnya yang sangat cukup sehingga santri tidak kesusahan
air, ditambah ke pusat perkotaan tidak terlalu jauh,
sehingga sebagian besar kebutuhan dapat diakses.

“Lingkungan kita sekarang sudah asri


dibanding 10 tahun ke belakang gersang. Air

59
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
60
Ibid
64

mengalir dengan deras karena ada irigasi dan


tidak pernah kekurangan air. Setiap tanaman
yang ditanam disini pasti tumbuh. Didukung
juga oleh sumber daya manusia yang mau di
berdayakan untuk mengelola lingkungan.
Adapun persoalan atau hambatan yang ada
terjadi di tetangga kadang buang sampah
seenaknya ke perumahan, mampet berakibat
banjir. selanjutnya kadang disini dijaga ke
depan beda lagi. Kesenjangan antara
lingkungan pesantren dan warga”.

Pesantren menjadi lemabaga Pendidikan yang


diharapakn oleh banyak masyarakat memberikan dampak
sosial yang kontruktif untuk perbaikan lingkungan dan
kebaikan hidup manusia. Jadi lingkungan dan manusia ialah
satu kesatuan yang saling mempengaruhi.

“Pesantren semoga menjadi lebih baik dalam


segala hal. Semoga lebih banyak santrinya
semoga lebih banyak orang yang sadar
terhadap lingkungannya. Harapan untuk diri
sendiri lebih peka menjaga alam”. 61

Pesantren ini selain belajar mengaji, para santri juga


diajarkan belajar bagaimana mengolah pertanian ataupun
perkebunan dengan menggunakan pollinated organic seed
(Pembenihan Benih), yakni mengembangkan benih lokal.
Kemudian santripun di bekali pemahaman tentang
membuat pupuk kompos sendiri yang terbuat dari bahan
organic dan limbah ternak.

61
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
65

Dengan memanfaatkan lahan seluas 7500 mater


persegi yang di bagi menjadi persawahan, kebun,
peternakan dan pembenihan. Sedikitnya ada 52 jenis
tanaman yang tersebar disekitar lingkungan pesantren.
Pembelajaran awal yang diberikan berupa penanaman
sayuaran non popular asli Garut. Tanaman itu di antaranya
kenikir, ganyong, kacang kotopes, dan surawung gunung.
Para santri diminta menanamnya hingga bisa di panen.
“tanaman lokal dipilih karena bisa tumbuh di
berbagai cuaca. Selain itu, sayuran-sayuran
tersebut tidak memerlukan perawatan rutin,
sehingga memudahkan siswa. Setelah panen
siswa dituntut mengolahnya agar dapat
dikonsumsi sendiri. Pengolahan pasca panen
ini bertujuan menciptakan ketahanan pangan
dan konversi pangan” 62
Para santri diajakan teknik menanam tanaman herbal.
Pada proses pasca panen para siswa diminta mengolahnya
hingga bernilai ekonomi. Beberapa karya siswa dari
tanaman adalah garam rosela, gula kristal, dan temu lawak.

“Sebelum dipasarkan keluar, kebutuhan


pesantren harus tercukupi dulu. Baru kalau
berlebih kami pasarkan keluar” 63
Pemenuhan kebutuhan hidup dalam lingkungan
Pesantren Ath-Thariq, kebutuhan terutama pangan dipenuhi
oleh komunitas tidak ada produksi sengaja untuk tujuan
dijual (Berlebih) atau diperdagangkan namun bila ada

62
Wawancara dengan Nunung Nurhasanah pada tanggal 19 Mei
2019
63
Wawancara dengan Sehabudin pada tanggal 19 Mei 2019
66

kelebihan pangan ataupun herbal baru akan ditawarkan


kepada kawan atau kerabat yang mau “membelinya”.

“Orang dapat memproduksi dan memproduksi


kehidupan mereka sendiri, untuk berdiri diatas
kaki sendiri dan memakai suara mereka
sendiri. Memenuhi kebutuhan hidup sendiri
tanpa tergantung kekuatan lain atau agen lain
termasuk uang”. 64
Selain itu, menanam berbagai jenis tanaman
memberikan manfaat bagi kualitas lingkungan, tanah
menjadi sehat, air menjadi bersih, dan tanamanpun tidak
mudah terserang penyakit tanpa perlu menggunakan bahan-
bahan kimia.
Ketika dipesantren banyak terjadi perubahan pada
polah hidup dan pola makan. Pola hidup yang tadinya
kurang teratur tidak disiplin bahkan cenderung kontra
produktif, artinya banyak waktu yang terbuang sia-sia
semenjak masuk pesantren hidup menjadi lebih teratur,
disiplin dan produktif. Begitupun dengan pola
makan,menjadi lebih teratur dan tidak konsumtif.
Dipesantrenpun santri diarahkan untuk terus membangun
kemandiriannya dengan memberdayakan dan
memanfaatkan lingkungan.
“Jika lingkungan sehat, mahluk hidup
didalamnyapun akan hidup dengan baik dan
menjalankan perannya masing-masing dalam
kehidupan. Itu mengapa pesantren ini sebagai
pesantren ekologi, karena mementingkan hidup

64
Wawancara dengan Sehabudin pada tanggal 19 Mei 2019
67

semua mahluk. Karena kalau salah satu hilang,


akan kacau semua”.65

65
Wawancara dengan Sehabudin pada tanggal 19 Mei 2019
BAB V
PEMBAHASAN
A. Proses Pembinaan Kesadaran Santri dalam
Memberdayakan Lingkungan Hidup di Pessantren
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan
dua pembina dan tiga santri di Pesantren Ath- Thariq, terdapat
hal-hal menarik yang akan dibahas pada bagian ini yaitu
mengenai proses kesadaran santri melalui pengelolaan
lingkungan hidup di pesantren. Pertama pembinaan secara
dilakukan dengan dua arah atau diskusi, semua santri memiliki
hak yang sama dalam menyampaikan pendapat serta antara
pembina dan santri atau antar santri tidak ada sekat pemisah
dalam pembinaan.
Santri mengalami perubahan pola pikir dalam melihat
lingkungan di sekitarnya. Mereka menjadi lebih bisa melihat
peluang bisnis dari memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya
untuk diproduksi dan dijual. Sehingga santri dapat mengurangi
gaya hidup konsumtif.
Dalam proses kesadaran santri dalam memberdayakan
lingkungan hidup, santri dibimbing dan dibina oleh dua orang
Pembina yang fokus pada pembinaan kegamaan dan juga ekologi
baik teori maupun praktek.
Pembinaan merupakan proses dan cara membina,
menyempurnakan, atau usaha tindakan dan kegiaatan yang
dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan
pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar,
berencana, terarah dan teratur serta bertanggung jawab dalam

69
70

rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan


kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai
tujuan.66 Menurut Mangunhardja untuk melakukan pembinaan ada tiga
pendekatan, yaitu pendekatan informatif, pendekatan partisipatif, dan
pendekatan eksperiansial. 67
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti
melihat pembinaan yang dilakukan oleh pembina di Pesantren
Ath- Thariq ini berbeda dengan kebanyakan pesantren yang
lainnya, di pesantren ini pembinaan lebih aplikatif, seperti belajar
pertanian yang tidak hanya teori akan tetapi dibarengi dengan
prakteknya dari mulai menanam sampai panen dilanjutkan
dengan mengeloahnya menjadi lebih produktif.
Materi yang disampaikan oleh Pembina sebagai motivasi
bagi santri untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga dan
memberdayakan lingkungan hidup diantaranya dengan ayat Al-
Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. salah satu ayat Al-
Quran yakni QS. al-Jasiyah (45):13, Yasin: 33, dan Al- Baqoroh (2):
61.
Di pesantren ini pun semua santri diperlakukan sama, tidak
ada pembeda antara Pembina dan Santri, begitupun antara santri
laki-laki dan perempuan. nilai kesetaraan sangat terasa di
pesantren ini sehingga para santrinya menikmati semua proses
belajar dengan adil. Selain itu ajaran-ajaran keagamaan yang
berkenaan dengan kemandirian, kedisiplinan, kebersihan yang

66
Simanjuntak B, I.L pasaribu, Membina dan Mengembangkan
Generasi Muda, (Bandung, Tarsito, 1990) h. 84
67
Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya (Yogyakarta:
Kainmus, 1986) h. 17
71

berkenaan dengan pemiliharaan lingkungan diejawantahkan


secara praktis dan konsisten, sehingga menjadi nilai lebih yang
dirasakan oleh para santrinya.
Dari hasil temuan di pesantren, tingkat kesadaran tiap santri
bisa berbeda, misal dari perbedaan usia dan tingkat Pendidikan.
Semakin usia santri tua, maka tingkat kesadaran terhadap
lingkungan hidup semakin tinggi. Begitu juga tingkat Pendidikan
semakin tinggi, maka tingkat kesadaran santri semakin tinggi. Hal
itu disebabkan wawasan pengetahuan, dan pengalaman berbeda
tiap santri, semakin tua dan tingkat Pendidikan tinggi dibarengi
dengan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman semakin banyak
sehingga tingkat kesadaran santri semakin tinggi.
Berdasarkan teori perkembangan psikologi pendidikan
Piaget teori perkembangan psikologi pendidikan perkembangan
moral berlangsung dalam tahapan yang dapat diprediksi, dalam
hal ini dari tipe moral yang sangat egosentrisme ke tipe penalaran
yang berdasarkan keadilan, kerjasama dan timbal balik.
Menurut Kohlberg terdapat tahapan teori perkembangan
psikologi pendidikan perkembangan moral yang menjadi ukuran
tinggi rendahnya moral seseorang. Tahapan tersebut di bagi
kedalam enam tahap dan tiga tingkat.
 Tahap I dan II (tingkat prakonvensional) dimana
anak-anak menaati peraturan dan memaksimalkan
kepentingan pribadi.
 Tahap III dan IV (tingkat konvensional), seseorang
menganut peraturan dan mencari persetujuan
seseorang lain.
72

 Tahap V dan VI (tingkat pasca konvensional), dimana


seseorang mendefinisikan nilai mereka sendiri
berdasarkan prinsip yang mereka pilih.
Dari teori tersebut terlihat bahwa semakin seseorang
dewasa, maka seseorang semakin bisa mendefinisikan nilai
sendiri berdasarkan prinsip yang mereka pilih setelah
mendapatkan dan mengalami berbagai masukan baik secara
kognitif, afektif, dan atau psikomotorik.

Aktifitas keseharian santri bisa pada tabel 1.

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Santri


No Waktu Kegiatan
1 03.30 – 5.00 Bangun pagi, Shalat Tahajud, Pembacaan
Ratib
2 05.00– 05.40 Pengajian Kitab
3 05.40 –07.10 Mandi/ Sarapan Pagi/ Persiapan KBM di
Sekolah Formal
4 07.10 –12.20 Kegiatan Belajar Formal di Kelas
5 12.20 – 13.00 Shalat Dzuhur Berjamaah dan Tadarus Al-
Qur’an
6 13.00 – 14.00 Makan Siang
7 14.00 – 15.00 Kegiatan Ekstrakulikuler
8 15.00 – 15.30 Shalat Ashar dan Diskusi
9 15.30 – 17.30 Pembinaan Ekologi
10 17.30 – 18.00 Mandi dan Persiapan Shalat Magrib
11 18.00 – 18.30 Shalat Maghrib berjamaah dan Tadarus Al-
73

Qur’an
12 18.30 – 19.00 Mengaji dan Diskusi
13 19.00 – 19.30 Shalat Isya berjamaah
14 19.30 – 03.30 Makan Malam dan Istirahat

B. Faktor Pendukung dan Penghambat


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti
mengamati ada beberapa faktor pendukung dan penghambat
dalam pembinaan kesadaran santri melalui pengelolaan
lingkungan hidup di Pesantren Ath- Thariq dapat dilihat di tabel
2.
Tabel 2 Faktor Pendukung dan Penghamat
FAKTOR PENDUKUNG FAKTOR PENGHAMBAT

1. Pesantren yang terletak di 1. Kurangnya tenaga


Garut ini didukung dengan pembina di Pesantren
kondisi alam yang cukup 2. Kurangnya fasilitas
strategis. Tanah yang subur infrastruktur Pesantren
dan masih banyak
dikelilingi oleh pepohonan
dan sawah. Airnya yang
sangat cukup sehingga
santri tidak kesusahan air,
ditambah ke pusat
perkotaan tidak terlalu jauh,
sehingga sebagian besar
kebutuhan dapat diakses.
74

2. Dukungan besar dari


masyarakat di sekitar
Pesantren yang berharap
memberikan dampak sosial
yang konstruktif untuk
perbaikan lingkungan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis penelitian mengenai
Pembinaan Kesadaran Santri Melalui Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Studi Kasus Pesantren Ath-Thariq Garut), dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembinaan di Pesantren Ath-Thariq ini
mengelaborasi antara ilmu agama dan ekologi. Dalam
pembinaan kesadaran, Pembina memotivasi santri
dengan berbagai dalil naqli yang ada dalam Al- Quran
maupun hadits. Sementara dalil aqli disampaikan
dengan metode diskusi interaktif antara Pembina dan
Santri agar mendapatkan wawasan pengetahuan
agama maupun ekologi secara terbuka. Selain itu
pembelajaran ekologi dilakukan secara teori maupun
praktek. Kegiatan yang dilakukan berupa
pembenihan, penanaman, perawatan tanaman,
memanen hingga pengolahan pasca panen sampai
menghasilkan produk dan diperjualbelikan untuk
kelangsungan hidup.
2. Faktor pendukung Pembinaan Kesadaran Santri
Dalam Memberdayakan Lingkungan Hidup di
Pesantren Ath-Thariq adalah letak geografis yang
strategis dan dukungan masyarakat sekitar yang
sangat besar, adapun faktor penghambatnya adalah
kurangnya tenaga pembina di Pesantren Ath-Thariq.

75
76

B. Implikasi
Permasalahan Lingkungan Hidup, dan keberadaan
pesantren menjadi penting adanya untuk merentas berbagai
permasalah lingkungan hidup. Mengamati pesantren secara
penghidupan sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,
pesantren yang dimaksud dalam hal ini sistem kemandirian para
santrinya belajar agama dan diajarkan cara merawat lingkungan,
bercocok tanam, berkebun, dan segala kegiatan yang dapat
menunjang kelestarian dan penghidupan selama di pesantren.
Pada aspek kesadaran merawat, melestarikan lingkungan
serta kemandirian ekonomi, santri tentunya diberikan pembinaan
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang telah
dimiliki pesantren agar dapat menghasilkan sesuatu yang berdaya
guna dan bertahan hidup (survive).
C. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan mengenai
Pembinaan Kesadaran Santri Melalui Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Studi Kasus Pesantren Ath-Thariq Garut), penulis
menyarankan agar pesantren segera mencari tenaga pembina
tambahan untuk membantu proses pembinaan di pesantren.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohammad & Mohammad Asrori. 2011. “Psikologi Remaja:


perkembangan peserta didik”. Jakarta: Bumi Aksara.
Alma Buchari. 2008. “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran
Jasa”. Bandung: Alfabeta, 2008.
Arif, Yusuf Hamali. 2016. “Pemahaman Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan”. Jakarta: Prenadamedia Group.
Azra Azyumardi. 1999. “Pendidikan Islam: Tradisi Dan
Modernisasi Menuju Meilemium Baru”, Jakarta : Logos
Wacana Ilmu.
Bintarti Surya. 2013. “Manajemen Pengembangan Diri”.
Yogyakarta: Andi Publishing.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. “Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Rineka Cipta.
Dhofier Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren. Jakarta: Matahari
Bhakti.
Fatimah Eneng. 2006. “Psikologi Perkembangan:
PerkembanganPeserta Didik”. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Fahmi Musthafa. 1977. “Kesehatan Jiwa: dalam Keluarga,
Sekolah, dan Masyarakat”. Jakarta:Bulan Bintang.
Fahmi Mustahafa. 1982. “Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh
Zakiah Darajat dalam Penyesuaian Diri Pengertian dan
Peranannya dalam Kesehatan Mental”. Jakarta: Bulan
Bintang.
Gunawan Imam. 2013. “Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktik”. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdiansyah Haris. 2012. “Metodologi Penelitian Kualitatif:
Untuk Ilmu-ilmu Sosia”l. Cet ke-3. Jakarta: Salemba
Humanika.
Hidayat Khoiruddin. 2003. “Probelm Psikologis Kaum Santri”.
FKBA: Yogyakarta. Penyusun Tim. 2016. Pesantrenku:
Buku Pedoman Pengenalan Pesantren. Bogor: Ummul
Quro Press.
Hikmat, Mahi M. 2011. “Metode Penelitian Dalam Perspekif
Ilmu Komunikasi dan Sastra”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Majid Nurcholis. 1997. “Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Proses
Perjalanan” Jakarta: Paramadina.
Nawawi Hadari dan Mimi Martini. 1994. “Penelitian Terapan”.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Poerwandari, E. Kristi. 2011. “Pendekatan Kualitatif untuk
Penelitian Perilaku Manusia”. Cet ke-4 Depok: LPSP3
UI.
Qomar Mujamil. 2005. “Pesantren: dari transformasi metodologi
menuju demokratisasi institusi”. Ciracas, Jakarta: Gelora
Aksara Pratama.
Sarwono Jonathan. 2006. “Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siagian, Sondang P. 2000. “Manajemen Strategik”. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sugiyono. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D”. Bandung : Alfabeta.
Sunarto dan Hartono. 2002. “Perkembangan Peserta Didik”.
Jakarta: Rineka Cipta.
W, Santrock J. 2002. “Life Span Development”, Dallas : Brown
and Benchmark. Alih bahasa oleh Benedictine Widyasinta
dalam Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga,
2002.
Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. “Gontor dan Pembaharuan
Pendidikan Pesantren”, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Abdi Fauji Hadiono., “Komunikasi Antar Budaya : Kajian


Tentang Komunikasi Antar Budaya Di Pondok Pesantren
Darussalam Blokagung Banyuwangi,” Jurnal pendidikan,
komunikasi dan Pemikiran Islam, Vol. VIII, No. 1: 133-
156. (September 2016).
Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang Tua dan Penyesuaian
Diri Remaja (Studi pada Remaja Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan di Kota Samarinda), Jurnal Psikologi,
2013), h,73.
Lampiran I
PEDOMAN WAWANCARA
Pertanyaan Penelitian untuk Dua orang (Pembina)
NO ASPEK Pertanyaan Proses Pembinaan
Kesadaran
1 Identitas Informan a. Bisa tolong ceritakan
indentitas anda
secara keseluruhan ?
b. Bagaimana proses
pendidirian atau
pembentukan pesantren ini?
c. Bagaimana latar belakang
pesantren ini didirikan?
d. Apa harapan dan cita- cita
dalam mendirikan
pesantren ini?
e.
2 Proses Pembinaan a. Bagaimana perhatian anda
Kesadaran Santri terhadap lingkungan
dalam sebelum dan setelah
Memberdayakan mendirikan pesantren?
Lingkungan Hidup b. Sejauh mana keterlibatan
anda selama ini terhadap
pentingnya menjaga
lingkungan?
c. Bagaimana perbedaan
kepedulian anda terhadap
kondisi lingkungan sebelum
dan setelah mendirikan
pesantren?
d. Adakah perbedaan
kepedulian anda terhadap
pengembangan lingkungan
sekitar sebelum dan setelah
mendirikan pesantren?
e. Pernahkah anda mengiikuti
program pengembangan
lingkungan?
f. Bagaimana program
pesantren dalam
memberdayakan
lingkungan?
g. Sudah berapa lama program
pemberdayaan lingkungan
di pesantren?
h. Seberapa sering program
pemberdayaan lingkungan
di pesantren?
i. Bagaimana dampak
program pesantren dalam
memberdayakan
lingkungan?
j. Bagaimana kondisi dan
fasilitas pesantren dalam
pemberdayaan lingkungan?
k. Bagaimana menjaga
kestabilan agar tetap
konsisten memberdayakan
lingkungan di pesantren?
l. Bagaimana anda mencari
informasi dan pengetahuan
tentang pemberdayaan
lingkungan?
m. Informasi dari mana saja
yang anda dapatkan terkait
pemberdayaan lingkungan?
n.
3 Faktor Pendukung dan a. Bagaimana dampak
Penghambat Proses pembinaan yang dilakukan
Pembinaan Kesadaran terhadap pemberdayaan
Santri dalam lingkungan?
Memberdayakan b. Apa saja faktor pendukung
Lingkungan Hidup dan penghambat dalam
pembinaan pemberdayaan
lingkungan?
c. Apa yang membuat anda
bertahan menjaga dan
membina pemberdayaan
lingkungan?
Pertanyaan Penelitian untuk Tiga orang (Santri)
NO ASPEK Pertanyaan Proses Kesadaran
1 Identitas Informan a. Bisa tolong ceritakan
indentitas anda
secara keseluruhan ?
b. Bisa ceritakan kondisi anda
sebelum masuk pesantren?
c. Bagaimana proses anda
masuk pesantren?
d. Apa yang anda rasakan
ketika masuk pesantren?
e. Apa perbedaan yang
dirasakan sebelum dan
sesudah masuk pesantren?
2 Proses Kesadaran a. Bagaimana perhatian anda
Diri Santri Terhadap terhadap lingkungan sebelum
Lingkungan dan setelah masuk pesantren?
b. Sejauh mana keterlibatan
anda selama ini terhadap
pentingnya menjaga
lingkungan?
c. Bagaimana perbedaan
kepedulian anda terhadap
kondisi lingkungan sebelum
dan setelah masuk pesantren?
d. Adakah perbedaan
kepedulian anda terhadap
pengembangan lingkungan
sekitar
e. Pernahkah anda mengiikuti
program pengembangan
lingkungan?
f. Bagaimana program
pesantren dalam
memberdayakan lingkungan?
g. Bagaimana dampak program
pesantren dalam
memberdayakan lingkungan?
h. Sudah berapa lama anda
mengikuti program
pemberdayaan lingkungan di
pesantren?
i. Seberapa sering anda
mengikuti program
pemberdayaan lingkungan di
pesantren?
j. Bagaimana kondisi dan
fasilitas pesantren dalam
pemberdayaan lingkungan?
k. Bagaimana menjaga
kestabilan kesehatan anda
agar tetap konsisten
memberdayakan lingkungan
di pesantren?
l. Bagaimana anda mencari
informasi dan pengetahuan
tentang pemberdayaan
lingkungan?
m. Informasi dari mana saja
yang anda dapatkan terkait
pemberdayaan lingkungan?
n. Apa saja bukti kesadaran diri
terhadap lingkungan selama
tinggal di pesantren?
o. Apa yang anda lakukan
ketika terjadi kerusakan
lingkungan di sekitar anda?
3 Faktor pendukung a. Bagaimana dampak
dan penghambat kesadaran diri anda terhadap
pemberdayaan lingkungan?
b. Apa saja faktor pendukung
dan penghambat dalam
pemberdayaan lingkungan?
c. Apa yang membuat anda
bertahan menjaga dan
memberdayakan
lingkungan?
Lampiran II
TRANSKIP WAWANCARA

awancara santri SMA (Neng Hilma)


Tanya: Bagaiamana Proses masuk pesantren ini?
Jawab: saya dikenalkan santri disini dengan kakak saya, karena
rumah jauh dari sekolah daripada ngekost mending tinggal disini,
selain bisa dapat tempat tinggal juga bisa belajar ilmu duniawi
dan akhirat. Kemudian survey dua kali kesini nanya- nanya ada
apa saja disini dan apa yang dipeljari. Setelah survey langsung
bilang ke ustadz melalui teman kakak. Ustadz langsung
menerima dan sehari sebelum masuk sekolah saya langsung
tinggal disini.

Tanya: alasan apa yang melatar belakangi masuk pesantren ini?


Jawab: tadinya mau ngekost, berhubung orangtua tidak
mengijinkan. Di pesantren bisa menjaga pergaulan dan
Pendidikan yang bertambah. Yang ngekost dan yang di pesantren
berbeda dari segi perkataan dan ilmunya. Selain memang saya
sudah ingin masuk pesantren sejak SMP. Saya memilih pesantren
ini karena berbeda dengan pesantren lainnya. Saya pernah masuk
pesantren lain tapi disini berbeda, dalam pengetahuan pertanian
misalnya pesantren lain hanya sekedar teori tapi disini dari dasar
teori sampai praktek panen. Kemudian di pesantren ini tidak
memandang laki- laki dan perempuan, semuanya sama
disetarakan. Tidak ada perempuan harus ini dan laki- laki harus
itu, semuanya sama. Kalau di pesantren lain kan laki- laki harus
ini dan perempuan harus itu.

Tanya: bagaimana kepedulian terhadap lingkungan sebelum dan


sesudah masuk pesantren?
Jawab: sebelum masuk pesantren makanan lebih banyak beli.
Setelah disini hasil bertani selain bisa di makan sendiri juga bisa
dijual. Kemudian mengetahui berbagai jenis tumbuhan serta
manfaatnya. Ternyata tanaman yang dianggap tidak ada apa
apanya di rumah disini bisa dikelola, dimakan dan dimanfaatkan
sebagai obat

Tanya: bagaimana peningkatan kepedulian terhadap lingkungan


hidup setelah masuk pesantren?
Jawab: ada peningkatan setelah masuk pesantren ini.

Tanya: ada program apa saja dalam rangka menjaga lingkungan


hidup di pesantren ini?
Jawab: santri disini wajib berkebun tanpa terkecuali yang
sekolah. Jadi santri dikasih kebun dan benih sendiri, dikasih
arahan dari menanam sampe memanen. Pada akhirnya ketika
terjun ke lapangan sudah tahu cara- caranya. Biasanya juga ada
festival, santri memiliki produk dari kebun masing- masing.

Tanya: seberapa sering program peningkatan kepedulian dan


pemberdayaan lingkungan hidup dilaksanakan?
Jawab: ada pembagian tugas ketika masak misal, yang satu masak
nasi yang lain goreng dan yang lainnya mempersiapkan alat
masak dan makannya.

Tanya: apakah selama ini ada pengaruh dalam menjaga


lingkungan hidup?
Jawab: ngaruh banget beda dengan dulu. Kalau dulu itu jajan
seenaknya buang sampah seenaknya dimana- mana.. tapi setelah
disini kalau lihat sampah suka diambilin. Apalagi kalau disini
siapapun yang lihat sampah tolong diambilin. Terus bisa bedain
sampah organik dan non organik itu harus dipisahkan. Kalau
disini pengetahuannya sudah lebih luas sampah itu dipisahkan.
Kalau dulu di rumah sampah organik hanya dibuang ke kolam
saja, kalau disini ada untuk pupuk, tumbuh- tumbuhan, sawah,
dikasih ke binatang, dikasih ke pohon- pohon yang besar.

Tanya: apakah merasa terlambat dalam menjaga dan


memberdayakan lingkungan hidup?
Jawab: kenapa gak dari dulu, memang sudah tau dari dulu tapi
pas disini lebih paham dan lebih detail dan sekalian prakteknya.
Jadi pengetahuan itu penting.

Tanya: Bagaimana kalian menjaga konsistensi dalam menjaga


dan memberdayakan lingkungan hidup?
Jawab: mulai dari diri sendiri. Jangan hanya ngomong ke orang
begini begitu tapi diri sendiri tidak melakukan.
Tanya: kenapa kita harus tetap menjaga dan memberdayakan
lingkungan hidup?
Jawab: kalo gak kita siapa lagi kalo gak sekarang kapan lagi.

Tanya: apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam


menjaga dan memberdayakan lingkungan hidup?
Jawab: penghambat perbedaan antara lingkungan pesantren dan
lingkungan luar. Kurangnya interaksi antara warga dan
lingkungan pesantren karena sedikitnya warga. Informasi tentang
pesantren kurang meluas.

Tanya: bagaimana harapan untuk diri sendiri dan pesantren ke


depan?
Jawab: kalau buat pesantren mudah- mudahan bisa lebih maju
walaupun mau ada penggusuran dan mau pindah, mudah-
mudahan makin banyak orang yang tahu. Dengan berdirinya
nanti pesantren yang baru semoga lebih dikenal masyarakat luas
dan lebih banyak santrinya. Untuk pribadi lebih baik dari
sekarang meskipun selama disini sudah merasa lebih baik. Sudah
banyak ilmu yang didapat dari sini mudah- mudahan tidak puas
sampai disini karena masih banyak ilmu yang harus dipelajari.
Saya ingin ke depan disini tidak hanya sebagai sekolah informal,
tapi juga sebagai sekolah formal mulai dari TK, SD, Sampai
universitas.

Wawancara santri Mahasiswa (Nunung Nurhasanah)


Tanya: Bagaiamana Proses masuk pesantren ini?
Jawab: proses masuk pesantren ini karena sudah mengetahui
sebelumnya disini ada pesantren ekologi saya langsung survey
memang berbeda dengan pesantren pada umumnya dimana
belajar ilmu bertani, ilmu agama, dan ilmu sosial. Kegiatan
belajar disini memang belajar sesame manusia, antar manusia
dengan alam serta bagaimana cara menjaganya. Itu kelebihan
pesantren ini. Setelah itu memang berangkat dari rancabuaya
(rumah) mencari informasi terlebih dahulu kemudian memang
harus ada ilmu yang dikuasai setelah nanti lulus kuliah. Karena
belajar itu tidak ada batas tempatnya. Ketika ilmu di kuliah dapat
disini dapat itu menjadi sesuatu yang lebih. Ketika ngekost paling
dapat ilmu lebih dari seminar- seminar, disini bisa dapat ilmu
lebih berupa bertani dan banyak tamu yang bisa sharing ilmu
juga.

Tanya: bagaimana kepedulian terhadap lingkungan sebelum dan


sesudah masuk pesantren?
Jawab: sangat berbeda, di daerah dulu memang bertani juga tapi
tidak seperti disini. Disini mengetahui dan paham dari mulai
pembenihan, penyemaian, menanam, panen. Hasilnya panennya
dimakan sendiri. Kalau dulu tidak tahu prosesnya bagaimana.
Kalau disini kita jadi lebih paham bagaimana menghargai alam
terlebih tahu prosesnya. Kemudian dalam ilmu sosial, saya dulu
termasuk orang yang tertutup karena melihat orang lain agak
gimana, setelah disini banyak belajar dan arahan dari Abi dan
Umi (Pembina) bahwasannya manusia itu harus bersosial baik
sehingga sampai sekarang alhamdulillah lebih baik dalam
bersosial daripada sebelumnya.

Tanya: bagaimana peningkatan kepedulian terhadap lingkungan


hidup setelah masuk pesantren?
Jawab: setelah masuk pesantren ini, kepedulian terhadap
lingkungan itu lebih meningkat. Contohnya bisa membedakan
antara tumbuhan organik dan tumbuhan non organik. Yang kedua
kita tidak terlalu banyak menggunakan sesuatu yang berpotensi
menjadi sampah. Disini diusahakan plastic sangat diminimalisir
penggunaannya. Yang ketiga karena sudah mengetahui potensi
sampah maka sering bekal nasi ke kampus misal, minuman juga
tidak pakai wadah yang sekali pakai. Kemudian membiasakan
menanam tanaman organik di rumah dengan tidak memakai
pupuk pestisida.

Tanya: ada program apa saja dalam rangka menjaga lingkungan


hidup di pesantren ini?
Jawab: jadi ketika festival, ada program satu orang satu produk.
Santri dituntut mempunyai fokus dan keahlian minimal satu
maksimal banyak. Kita selalu belajar bareng tapi dengan
tanggung jawab yang berbeda. Tapi bukan berarti tiap santri tidak
boleh memiliki produk dan keahlian yang sama. Kita punya
tanggung jawab masing- masing tiap kebun, jadi tidak saling
nuduh untuk bertanggung jawab sehingga tumbuh kesadaran diri.
Tanya: seberapa sering program peningkatan kepedulian dan
pemberdayaan lingkungan hidup dilaksanakan?
Jawab: sebenarnya setiap hari juga berjalan program itu. Tapi
untuk hari sabtu dan minggu serta tanggal merah kita fokus di
kebun. Kalo hari biasa setelah subuh mengaji sampai jam
sebelum sekolah/ kuliah di tempat masing- masing belajar formal.
terus setelah pulang sekolah/ kuliah masing- masing kira- kira
jam 4 mengaji sampai jam 5. Jam 5 persiapan makan malam. Jam
6 setelah shalat magrib mengaji sampai isya.
ada pembagian tugas yang diganti setiap 3 bulan sekali. Misal dia
cuci piring saya pel, dan sebaliknya. Cuci piring sih biasanya
laki- laki, ada yang bagian bersihkan, ada yang bagian bilas, dll.
Selalu Bersama tidak pernah satu orang.

Tanya: apakah selama ini ada pengaruh dalam menjaga


lingkungan hidup?
Jawab: ngaruh banget. Dulu itu buang sampah seenaknya, kalau
sekarang buang sampah simpan dulu di kantong atau tas. Dulu itu
kaya makanan instan- instan lebih seneng kaya mie itu lebih
sering, kalau sekarang sangat- sangat dikurangi karena tahu
dengan saya makan ini saya merusak alam terus ngerusak diri
juga. Yang kedua lebih peduli lingkungan. Kalau dijalan ada
sampah pasti diambil, terus lebih seneng menanam juga di rumah.
Kalau dulu karena rumah dekat pasar apa aja di beli, kalau
sekarang, menanam aja seenggaknya buat diri kita, keluarga, bisa
tetangga juga.

Tanya: apakah merasa terlambat dalam menjaga dan


memberdayakan lingkungan hidup?
Jawab: telat sih, seharusnya kebiasaan seperti ini dari dulu karena
memang kita hidup itu bukan untuk saat ini saja tapi untuk
berkelanjutan, setelah kita aka nada generasi lagi, dan akan ada
generasi lagi dan terus berganti generasi seperti itu. Ketika kita
membiarkan lingkungan ini hancur dengan tangan kita sendiri
dengan hal- hal kecil misal buang sampah sembarangan teru gak
ngejaga lingkungan itukan buat masa depannya juga akan rusak.
Sehingga keutuhan lingkungan hidup ini sangat mahal. Nanti itu
yang mahal itu udara, bukan mobil, motor atau rumah lagi. Tapi
yang mahal itu udara, lingkungan yang indah. Contoh seperti hari
ini pesawahan sudah dijadikan perumahan, hutan sudah dijadikan
jalan tol.
Sekarang sudah banyak sekolah yang dari SMP ke SMA itu
sekolah alam gitu.

Tanya: darimana saja sumber informasi dan pengetahuan


menjaga dan memberdayakan lingkungan hidup di dapatkan?
Jawab: kita biasanya belajar ke Jogja, waktu dulu pernah ke Bali.
Jadi belajar mengenai ekologi juga, maksudnya belajar
membandingkan kondisi antara disini dan disana, sebenarnya
tidak ada alasan kita yang disini untuk belajar karna sumber daya
alam yang sudah mendukung, beda di tempat lain yang sumber
daya alamnya kurang mendukung. Seringnya festival ke bandung,
bogor, dan Jakarta. Sudah menjadi program rutinan.

Tanya: Bagaimana kalian menjaga konsistensi dalam menjaga


dan memberdayakan lingkungan hidup?
Jawab: ilmu yang sudah didapatkan disini diterapkan di
kehidupan sehar- hari. Baik ilmu agam, sosial, dan alamnya.

Tanya: kenapa kita harus tetap menjaga dan memberdayakan


lingkungan hidup?
Jawab: karena dengan kita menjaga lingkungan kita menjaga diri
kita sendiri dan menjaga generasi setelah kita. Ketika kita
merusak lingkungan berarti kita merusak diri sendiri. Misal udara
mulai gak segar sayuran udah mulai tidak segar itu merusak diri
sendiri.

Tanya: apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam


menjaga dan memberdayakan lingkungan hidup?
Jawab: pendukung alhamdulillah lingkungan kita sekarang sudah
asri disbanding 10 tahun ke belakang gersang. Karena dulu disini
tuh kaya sawah- sawah gitu. Air mengalir dengan deras disana
ada irigasi juga kita gak pernah kekurangan air. Setiap tanaman
yang ditanam disini pasti tumbuh. Didukung juga sama sdm yang
mau di berdayakan untuk mengelola lingkungan disini.
Hambatannya di lingkungan di tetangga kadang buang sampah
seenaknya ke perumahan mampet jadi banjir. Yang kedua kadang
disini dijaga ke depan beda lagi. Kesenjangan antara lingkungan
pesantren dan warga.
Tanya: bagaimana harapan untuk diri sendiri dan pesantren ke
depan?
Jawab: harapan untuk pesantren semoga menjadi lebih baik
dalam segala hal. Semoga lebih banyak santrinya semoga lebih
banyak orang yang sadar terhadap lingkungannya. Harapan untuk
diri sendiri lebih peka terhadap diri sendiri tahu apa yang harus
dilakukan ketika kita mencintai diri kita harus konsisten menjaga
alam.
Lampiran III
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar I masjid pesantren

Gambar II Asrama Pesantren


Gambar III proses wawancara dengan Pembina pesantren

Gambar IV proses wawancara dengan Pembina pesantren


Gambar V proses wawancara dengan santri pesantren

Gambar VI proses wawancara dengan santri pesantren


Gambar VII proses panen ikan dan tanaman untuk konsumsi
Gambar VIII produk hasil olahan santri

Anda mungkin juga menyukai