Laporan Hidro Kel 6
Laporan Hidro Kel 6
Laporan Hidro Kel 6
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hidrolika adalah bagian dari “hidrodinamika” yaitu suatu ilmu yang mempelajari
sifat - sifat dan hukum - hukum yang berlaku pada zat cair baik zat cair tersebut dalam
keadaan diam maupun zat cair tersebut dalam keadaan bergerak (mengalir). Salah satu
sumber air yang banyak dimanfaatkan adalah sungai, hal ini dikarenakan pertimbangan
kuantitas airnya yang cukup melimpah. Pemanfaatan air sungai dapat dilakukan secara
langsung atau dengan menggunakan bangunan-bangunan tertentu, seperti bangunan
bendung dan bendungan.
Bendung adalah struktur bangunan penting yang bertujuan untuk meningkatkan
volume air serta menghindari penyimpanan air yang berlebihan agar tidak terjadi banjir
(sebagai bangunan pengendali banjir dan sebagai saluran irigasi), bendung ambang
lebar merupakan pembatas yang dibangun melintasi sungai untuk mengubah
karakteristik aliran bangunan bendungan berupa urugan tanah, urugan batu, dan beton,
yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk
menahan dan menampung limbah tambang, atau menampung lumpur.
Salah satunya fungsi dari bendungan ambang lebar untuk mengaliri saluran irigasi
pertanian. Koefisien dalam bendungan ambang lebar ini juga mempelajari profil
kedalaman air serta mengetahui kemampuan dalam membendung volume air yang
cukup banyak. Seperti yang telah kita ketahui, air mengalir dari hulu ke hilir, mengalir
dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah (kecuali ada gaya atau
tekanan yang menyebabkan aliran kearah sebaliknya) sampai mencapai suatu elevasi
permukaan air tertentu, misalnya : Permukaan air di danau dan Permukaan air di laut.
Perjalanan air dapat juga ditambah oleh bangunan-bangunan yang dibuat oleh manusia,
seperti : Saluran Irigasi, Pipa, Gorong-gorong, talang, shypon, dan Saluran buatan yang
lain atau kanal. Walau pada umunya perencanaan saluran ditunjukkan untuk
karakteristik saluran buatan, namun konsep hidraulikanya dapat juga diterapkan sama
baiknya pada saluran alam. Apabila saluran terbuka terhdapa atmosfer, seperti sungai,
kanal, goronggorong, maka alirannya disebut Aliran saluran terbuka atau Aliran
permukaan bebas.
1.2. Maksud
1. Untuk mengetahui nilai aliran yang mengalir pada broad weir;
2. Untuk mengetahui cara menghitung koefisien limpasan;
3. Untuk mengetahui pola aliran yang terjadi pada weir.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai aliran yang mengalir pada broad weir;
2. Untuk mengetahui cara menghitung koefisien limpasan;
3. Untuk mengetahui pola aliran yang terjadi pada weir.
4. Untuk mengetahui tinggi permukaan air
1.5. Bahan
1. Air.
2. CARA PENGUJIAN
2.1. Cara Pemasangan Alat
1. Pastikan flume sudah dalam keadaan datar;
2. Pasang broad weir ke dalam tilting flow channel;
3. Lakukan kalibrasi pada point gauge, setelah itu atur point gauge ke atas broad
weir.
1
Wang, Z., Gui, L., Zhang, J., & Li, Y. (2023). Research on the Influence of Siltation Height of Check Dams the
on Discharge Coefficient of Broad-Crested Weirs. Water (Switzerland), 15(3). 2
2
Yanti Jannah, W. M., Cahyono, A. D., Nugraha, R. P., Wijaya, E. P., Agustini, T., Setiawan, D., & Reswara, R.
(2022). CARA MUDAH MENENTUKAN DEBIT STABIL PADA SALURAN TERBUKA DENGAN
METODE SNI 8137-2015. JURNAL SPEKTRAN, 10(2), 70. 3
3
Goodarzi, E., Farhoudi, J., & Shokri, N. (2012). Flow characteristics of rectangular broad-crested weirs with
sloped upstream face. Journal of Hydrology and Hydromechanics, 60(2), 87–100. 3
Gambar 1. Alat ukur ambang lebar dengan mulut pemasukan yang dibulatkan
Mulut pemasukan yang dibulatkan pada alat ukur Gambar 1, dipakai apabila
konstruksi permukaan melengkung ini tidak menimbulkan masalah - masalah
pelaksanaan, atau jika berakibat diperpendeknya panjang bangunan. Hal ini sering
terjadi bila bangunan dibuat dari pasangan batu. Tata letak pada Gambar 2 hanya
menggunakan permukaan datar saja. ini merupakan tata letak paling ekonomis jika
bangunan dibuat dari beton. Gambar 1 memperlihatkan muka hilir vertikal bendung
Gambar 2 menunjukkan peralihan pelebaran miring 1:6. Yang pertama di pakai jika
tersedia kehilangan tinggi energi yang cukup di atas alat ukur. Peralihan pelebaran
hanya digunakan jika energi kinetik di atas mercu dialihkan ke dalam energi potensial di
sebelah hilir saluran. Oleh karena itu, kehilangan tinggi energi harus dibuat sekecil
mungkin. Kalibrasi tinggi debit pada alat ukur ambang lebar tidak dipengaruhi oleh
bentuk peralihan pelebaran hilir. Juga, penggunaan peralihan masuk bermuka bulat atau
datar dan peralihan penyempitan tidak mempunyai pengaruh apa - apa terhadap
kalibrasi.4 Permukaan - permukaan ini harus mengarahkan aliran ke atas mercu alat ukur
tanpa kontraksi dan pemisahan aliran. Aliran diukur di atas mercu datar alat ukur
horizontal.
4
Broad crested weir 5 (2). (n.d.).
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi
empat adalah:
Q = C d C v 2/3 √ 2/3 g bc h 11.50
(Sumber :Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan KP04)
dimana:
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,10 H1/L, untuk 0,1< H1/L < 1.0
H1 = adalah tinggi energi hulu, m
L = adalah panjang mercu, m
Cv. = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( =9,81)
bc = lebar mercu, m
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m
Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari Gambar 3, yang memberikan
harga - harga Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol seperti pembuatan model alat
ukur debit ambang lebar.5
5
Kemiringan Hilir, D. (2023). PERILAKU HIDROLIS ALIRAN DIATAS AMBANG LEBAR (Vol. 09, Issue
1). 2
4. FORM DATA
TABEL DATA
HF 507 TILTING FLOW CHANNEL, LEBAR 75 mm
KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI STREAMLINED
(BERUJUNG BULAT)
v
Rumus : Q =
t
0,824
Q =
4,34
= 0,1899 m3/s
Percobaan II
Head (h) = 0,07 m
Volume (v) = 0,046 m3
Waktu (t) = 4,54 detik
v
Rumus : Q =
t
0,046
Q =
4,54
= 0,0101 m3/s
Percobaan III
Head (h) = 0,12 m
Volume (v) = 0,148 m3
Waktu (t) = 14,55 detik
v
Rumus : Q =
t
0,148
Q =
14,55
= 0,0102 m3/s
Percobaan IV
Head (h) = 0,18 m
Volume (v) = 0,129 m3
Waktu (t) = 16,98 detik
v
Rumus : Q =
t
0,129
Q =
16,98
= 0,0076 m3/s
Percobaan V
Head (h) = 0,25 m
Volume (v) = 0,245 m3
Waktu (t) = 10,6 detik
v
Rumus : Q =
t
0,245
Q =
10,6
= 0,0231 m3/s
Mencari Tinggi Muka Air di atas Hulu Ambang (Yc).
Percobaan I
Head (h) = 0,03 m
Volume (v) = 0,824 m3
Gravitasi = 9,81 m/s
( )
2
2 v
Rumus : Yc = h+
3 2g
( 2 . 9,81 )
2
2 (0,824)
Yc = 0,03 +
3
Yc = 0,0431
Percobaan II
Head (h) = 0,07 m
Volume (v) = 0,046 m3
Gravitasi = 9,81 m/s
Rumus : Yc =
2
3 ( )
h+
v2
2g
3 ( 2 . 9,81 )
2
2 (0,046)
Yc = 0,07 +
Yc = 0,0467
Percobaan III
Head (h) = 0,12 m
Volume (v) = 0,148 m3
Gravitasi = 9,81 m/s
( )
2
2 v
Rumus : Yc = h+
3 2g
3 ( 2 . 9,81 )
2
2 (0,148)
Yc = 0,12 +
Yc = 0,0807
Percobaan IV
Head (h) = 0,18 m
Volume (v) = 0,129 m3
Gravitasi = 9,81 m/s
Rumus : Yc =
2
3 ( )
h+
v2
2g
3 ( 2 . 9,81 )
2
2 (0,129)
Yc = 0,18 +
Yc = 0,1206
Percobaan V
Head (h) = 0,25 m
Volume (v) = 0,245 m3
Gravitasi = 9,81 m/s
( )
2
2 v
Rumus : Yc = h+
3 2g
( 2 . 9,81 )
2
2 (0,245)
Yc = 0,25 +
3
Yc = 0,1687
Persamaan 1 mencari koefisien kehilangan (Cwb).
Percobaan I
Debit (Q) = 0,1899 m3/s
Volume (v) = 0,824 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,03 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,03 + 0,045
= 0,0750 m
2
v
Rumus : H = Y0 +
2g
2
0,824
= 0,0750 +
2 . 9,81
= 0,1096
()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,1899
()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,1096
3/ 2
3
Cwb = 40,9190
Percobaan II
Debit (Q) = 0,0101 m3/s
Volume (v) = 0,046 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,07 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,7 + 0,045
= 0,1150 m
v2
Rumus : H = Y0 +
2g
2
0,046
= 0,1150+
2 . 9,81
= 0,1151
()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,0101
()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,11513 /2
3
Cwb = 2,0290
Percobaan III
Debit (Q) = 0,0102 m3/s
Volume (v) = 0,148 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,12 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,12 + 0,045
= 0,1650 m
v2
Rumus : H = Y0 +
2g
0,1482
= 0,1650 +
2 . 9,81
= 0,1661
Q
()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,0102
()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,1661
3 /2
3
Cwb = 1,1750
Percobaan IV
Debit (Q) = 0,0076 m3/s
Volume (v) = 0,129 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,18 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,18 + 0,045
= 0,2250 m
2
v
Rumus : H = Y0 +
2g
0,1292
= 0,2250 +
2 . 9,81
= 0,2258
()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,0076
()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,22583 / 2
3
Cwb = 0,5536
Percobaan V
Debit (Q) = 0,0231 m3/s
Volume (v) = 0,245 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
Head (h) = 0,25 m
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Y0 = h + Pw
= 0,25 + 0,045
= 0,2950 m
v2
Rumus : H = Y0 +
2g
0,2452
= 0,2950 +
2 . 9,81
= 0,2981
()
3/ 2
Rumus : Cwb = b 2
√g h
3 /2
3
0,0231
()
3/ 2
Cwb = 0,075 2
√ 9,81 0,29813 /2
3
Cwb = 1,1108
0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,0881
0,045
Cwb = 0,3780
Percobaan II
Tinggi weir (Pw) = 0,045
Yc = 0,0467
h = Pw + Y c
= 0,045 + 0,467
= 0,0917
0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,0917
0,045
Cwb = 0,3729
Percobaan III
Tinggi weir (Pw) = 0,045
Yc = 0,0807
h = Pw + Y c
= 0,045 + 0,0807
= 0,1257
0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,1257
0,045
Cwb = 0,3337
Percobaan IV
Tinggi weir (Pw) = 0,045
Yc = 0,1206
h = Pw + Y c
= 0,045 + 0,1206
= 0,1656
0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,1656
0,045
Cwb = 0,3005
Percobaan V
Tinggi weir (Pw) = 0,045
Yc = 0,1687
h = Pw + Y c
= 0,045 + 0,1687
= 0,2137
0,65
Rumus : Cwb =
√ 1+
h
Pw
0,65
Cwb =
√ 1+
0,2137
0,045
Cwb = 0,2711
Mencari Bilangan Froude
Percobaan I
Debit (Q) = 0,1899 m3/s
Lebar weir (b) = 0,075 m
Tinggi weir (Pw) = 0,045 m
Head (h) = 0,03 m/s
Gravitasi (g) = 9,81 m/s
y = Pw + h
= 0,045 + 0,03
= 0,075
A = b.y
= 0,075 . 0,075
= 0,0056
Rumus : Q = A.V
Q
V =
A
0,0101
V =
1,1747
V = 0,115
v
Rumus : Fr =
√g . y
0,115
Fr =
√ 9,81 . 0,075
Fr = 1,1060
Dari percobaan I didapat Froude sebesar 1,1060, maka jenis aliran pada
percobaan I adalah super kritis karena Fr > 1.
6. PENUTUP
6.1 Faktor Kesalahan
a. Terlalu lama membuka katup pengontrol aliran
b. Kurang kencang saat memasang baut pada weir
c. Terlalu cepat menekan stopwatch
d. Kurang teliti membaca flow meter
6.2 Kesimpulan
a. Gambar plot Q terhadap h
Q terhadap h
0.2000 0.1899
0.1800
0.1600
0.1400
0.1200
Debit (Q)
0.1000
0.0800
0.0600
0.0400 0.0231
0.0200 0.0101 0.0102 0.0076
0.0000
0.03 0.07 0.12 0.18 0.25
tinggi muka air (H)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Hubungan Q terhadap h turun dari
percobaan 1 ke percobaan 2, lalu stabil hingga percobaan ke 4 dan naik lagi di
percobaan ke 5. Hal ini disebabkan oleh perubahan tinggi muka air pada saluran
dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai limpasan debit air serta beberapa faktor
kesalahan saat praktikum, sehingga debit air mengalami penurunan.
b. Gambar Cwb Persamaan 1 terhadap h
25.0000
20.0000
15.0000
10.0000
5.0000 2.0290 1.1750 0.5536 1.1108
0.0000
0.03 0.07 0.12 0.18 0.25
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hubungan Cwb persamaan 1 mengalami
penurunan dan sedikit kenaikan. Pada percobaan 1-2 mengalami penurunan yang
sangat drastis, percobaan 3-4 mengalami penurunan dan pada percobaan ke 5
naik kembali. Kondisi tersebut tidak stabil, seharusnya dari percobaan 1hingga 5
mengalami penurunan. Karena nilai Cwb berbanding terbalik dengan nilai h.
c. Gambar Cwb persamaan 2 terhadap h
0.2000
0.1500
0.1000
0.0500
0.0000
0.03 0.07 0.12 0.18 0.25
Dari grafik dapat dilihat bahwa hubungan Cwb persamaan 2 terhadap h niak dari
percobaan 5 hingga percobaan 1. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa nilai Cwb
berbanding terbalik dengan nilai h yang dapat dilihat dari rumus persamaan 2 Cwb =
0,65
√ 1+
h sehingga bila nilai h besar maka nilai pada Cwb
2g
persamaan 2menjadi kecil
d. Apakah magnitude dari aliran mempengaruhi koefisien limpasan Vwb ?
Sangat mempengaruhi. Karena , semakin besar alirannya maka semakin tinggi
limpasan alirannya.
e. Apakah Cwb bertambah atau berkurang seiring dengan penambahan nilai aliran?
Pada Cwb persamaan 1 dan persamaan 2 berkurang seiring dengan bertambahnya
nilai aliran.
f. Bandingkan nilai Cwb terhitung yang di dapat dari persamaan 1 dan persamaan 2 !
Tabel 6.1.1 Perbandingan nilai Cwb
Percobaan Cwb Persamaan 1 Cwb Persamaan 2
1 40,91,90 0,3780
2 2,0290 0,3729
3 1,1750 0,3337
4 0,5536 0,3005
5 1,1108 0,2711
Bisa dilihat tabel bahwa Cwb persamaan 1 dan Cwb persamaan 2, nilai turun dari
nilai percobaan 1 hingga nilai percobaan 5.
g. Apakah ketinggian dari kedalaman aliran hulu (h) mempengaruhi koefisien
limpasan?
Mempengaruhi. Karena, semakin tinggi atau rendahnya aliram mempengaruhi nilai
dan koefisien Limpasan tersebut.
h. Bagaimana pola air saat melewati weir, apakah ketinggian dari kedalaman hulu
aliran
(h) mempengaruhi pola aliran pada weir?
Mempengaruhi. Karena salah satu factor yang mempengaruhi pola aliran adalah
keinginan dari kedalaman aliran.
i. Dari praktikum yang dikerjakan rata – rata aliran memliki sifat subkritis, pada aliran
ini kedalaman aliran relative lebih kecil dan kecepatan relative tinggi apabila
bilangan
froude lebih besar dari satu (fr > 1) maka aliran tersebut termasuk dalam aliran
superkritis.
6.3 Saran
a. Praktikan harus berhati-hati dalam membuka katup air
b. Praktikan harus mengikuti praktek sesuai arahan dari asisten
c. Praktikan diharapkan mengembalikan barang ketika sudah melakukan praktek
7. DOKUMENTASI
7.1 Dokumentasi alat
Gambar 7.1.2
Gambar 7.1.1 Broad crested weir
Tilting flow channel (Sumber : Dokumentasi Angkatan
(Sumber : Dokumentasi Angkatan 2022)
2022)
Gambar 7.2.3
Jika aliran sudah mulai memasuki Gambar 7.2.4
flume, biarkan air mengalir hingga Setelah aliran melewati weir dan
melewati weir menyentuh point gauge, ukur tinggi
aliran
(Sumber : Dokumentasi Angkatan
2022) (Sumber : Dokumentasi Angkatan
2022)