Kel-1 Etik Dan Legal-1 - 055016

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Etika Dan Hukum Pada Penanganan Gawat Darurat Bencana

Disusun sebagai tugas kelompok pada mata ajar Keperawatan

Bencana Dosen Pengampu: Rosliana Dewi, S,Kep., M.H. Kes.,

M.Kep.

Disusun oleh kelompok 1:

Abdul Wahid Mahbub : C1AB21001


Futri Mutiara Balqis : C1AB21006
Nazariah Faradilla : C1AB21018
Nia Rohimat Siti : C1AB21019
Santi Nursari : C1AB21025
Sri Rahayu : C1AB21029

PROGRAM ALIH JENJANG 13

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

KOTA SUKABUMI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT berkat karunia dan rahmatnya
akhirnya penyusun dapat menyelesaikan proses penyusunan Makalah dengan judul Etika Dan
Hukum Pada Penanganan Gawat Darurat Bencana

Area Keperawatan Bencana mencakup lintas disiplin ilmu keperawatan yang terdiri dari
keperawatan medikal bedah, gawat darurat, kritis, dan lain sebagainya. pengelolaannya
mencakup dari fase pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana yang mana memerlukan
sinergisitas dari berbagai lembaga pemerintah baik pusat dan daerah, berbagai organisasi profesi,
masyarakat dan swasta.

Makalah ini berupaya semaksimal mungkin berusaha menjelaskan tentang arti


dari Etika Dan Hukum Pada Penanganan Gawat Darurat Bencana dalam keperawatan
bencana. Juga bagaimana perawat harus bersikap terhadap pasien, keluarga, ataupun issue yang
dapat muncul di setiap fase bencana.

Demikian sekilas tentang Makalah yang kami susun, besar kiranya harapan kami untuk
mendapatkan masukan baik berupa kritik dan saran sebagai upaya perbaikan dalam layanan
keperawatan kami di lapangan sehari-hari, maupun peningkatan dari segi keilmuan kami di
kemudian hari.

Penyusun

Kelompok 1
Mata Ajar Keperawatan Bencana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Makalah....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Definisi Bencana...................................................................................................................6
B. Aspek Etik dalam Keperawatan Bencana.............................................................................6
C. Prinsip, Kode Etik dan Norma Etik Dalam Keperawatan Bencana......................................9
D. Aspek Legal Etik................................................................................................................11
E. Sistem Penanggulangan Bencana.......................................................................................12
F. Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negarayang paling rentan terhadap bencana,

baikbencana yang disebabkan oleh faktor alam (natural disaster) atau faktor manusia

(man-madedisaster), maupun campuran dari kedua faktor tersebut. Dalam Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai

rangkaian peristiwayang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan manusia, yang

dapat disebabkan oleh faktor alam, non-alam, dan/atau manusiasehingga menyebabkan

timbulnya korban jiwa,kerusakan lingkungan, dampak psikologis,dan kerugian harta

benda.Jumlah kejadianbencana di Indonesia selama 10 tahun terakhir terus mengalami

peningkatan, dengan jumlah terbanyak pada tahun 2017 – 2018. Oleh karena itu, setiap

negara membutuhkan sistem penanggulangan bencana yang kokohuntuk mencegah dan

mengurangi kerusakanyang disebabkan oleh bencana. Sistem penanggulangan bencana

ini dapat dibedakan menjadi penanggulangan bencana berskala internasional, nasional,

dan lokal.

Pengelolaan bencana terpadu merupakan penanganan integral yang mengarahkan

semua stakeholders dari pengelolaan bencana sub-sektor ke sektor silang. Secara lebih

spesifik pengelolaan bencana terpadu (khususnya yang terkait dengan daya rusak air)

didefinisikan sebagai suatu proses yang mempromosikan koordinasi pengembangan dan

pengelolaan bencana serta pengelolaan aspek lainnya yang terkait langsung maupun tidak

langsung dalam rangka mengoptimalkan resultan kepentinganekonomi dan kesejahteraan

sosial khususnya dalam kenyamanan dan keamanan terhadap bencana dalam sikap yang

cocok/tepat tanpa mengganggu kestabilan dari ekosistem-ekosistem penting.

Sistem penanggulangan bencana padaskala internasional diatur pada Kerangka

AksiHyogo (KAH) yang mengidentifikasi 5 prioritasuntuk sektor kesehatan yang harus

dilakukanuntuk menguatkan ketahanan negara terhadapbencana. Lima prioritas tersebut

adalahpengurangan risiko bencana, penilaian risiko bencana dan peningkatan peringatan

dini, penggunaan budaya, inovasi, dan pendidikan,reduksi faktor risiko yang mendasari,
dan penguatan kesiapan bencana untuk respons danpemulihan yang efektif.Sistem

penanggulanganbencana merupakan bentuk kerja multisektor,dimana kesehatan turut

memegang perananpenting di dalamnya.

Sistem penanggulangan bencana ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu

tahapmitigasi, tahap persiapan (preparedness),tahap respons, dan tahap

pemulihan.Masalah etika dan hukum dapat terjadi pada setiap tahapanini. Dalam makalah

ini akan membahas mengenai etika dan hukum pada penangan gawat darurat bencana.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi bencana?

2. Bagaimana etik, prinsip dan norma etik dalam keperawatan bencana ?

3. Bagaimana aspek legal etik dalam keperawatan bencana ?

4. Bagaimana dasar hukum penanggulangan bencana ?

5. Bagaimana sistem penanggulangan bencana ?

C. Tujuan Makalah

1. Tujuan Umum

Sebagai tujuan utama dalam proses penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui

Etika Dan Hukum Pada Penanganan Gawat Darurat Bencana.

2. Tujuan Khusus

a. Menjabarkan tentang bagaimana kode etik, prinsip dan norma etik sesuai profesi

keperawatan dalam penanganan gawat darurat bencana.

b. Menjelaskan secara rinci tentang peraturan perundang-undangan dan pemerintahan

yang bisa dijadikan payung hukum bagi perawat untuk bertindak dalam menghadapi

kejadian bencana.

c. Menjelaskan siklus penanggulangan bencana dan peran serta perawat di dalam setiap

fase bencana dimulai dari fase pra bencana, saat bencana dan fase pasca bencana.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana

Pengertian bencana menurut WHO (2007), “Bencana adalah setiap kejadian yang

menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau

memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang

memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena dampak”.

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,

“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau

faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Bencana

merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan

kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian.

B. Aspek Etik dalam Keperawatan Bencana

The American Medical Association telah menciptakan aturan baru yang kuat

menangani tugas dokter untuk merawat pasien sejak peristiwa 11 September 2001,

namun profesi lainnya belum mengikuti. Sampai saat ini, penyedia layanan kesehatan

akan terus dihadapkan pada pembuatan keputusan etis menantang dengan sedikit arah

(Grimaldi, 2007).

Berikut ini adalah dari kebijakan yang diadopsi oleh American Medical

Association pada tahun 2004: Bencana nasional, regional, dan tanggapan lokal untuk

epidemi, serangan teroris dan bencana lainnya memerlukan keterlibatan yang luas dari

dokter. Karena komitmen mereka untuk merawat orang sakit dan terluka, dokter individu

memiliki kewajiban untuk memberikan perawatan medis darurat selama bencana.

kewajiban etis ini berlaku bahkan dalam menghadapi risiko lebih besar dari biasanya

untuk mengutamakan keselamatan, kesehatan, atau kehidupan mereka. Tenaga kerja

dokter, bagaimanapun bukan merupakan sumber daya terbatas, karena itu, ketika

berpartisipasi dalam respon bencana, dokter harus menyeimbangkan manfaat langsung

kepada pasien individu dengan kemampuan untuk merawat pasien di masa depan.
Pernyataan terkait pemberian pelayanan keperawatan: Perawat mempromosikan,

menganjurkan dan berusaha untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan hak-hak

pasien". Dipihak lain perawat berkewajiban menjaga dirinya sendiri. "Perawat berutang

tugas yang sama untuk dirinya sebelum merawat orang lain, termasuk tanggung jawab

untuk menjaga integritas dan keselamatan, untuk mempertahankan kompetensi dan untuk

melanjutkan pertumbuhan pribadi dan profesional. Perlu penyamaan persepsi lebih lanjut

terkait pernyataan yang sedikit berlawanan di atas yang menyatakan bahwa perawat

memiliki kewajiban untuk memberikan perawatan bagi pasien dan pernyataan bahwa

perawat diwajibkan untuk menjaga keselamatan diri.

Wynia mendaftar tantangan utama etika yang dihadapi penyedia layanan

kesehatan dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat yaitu penjatahan, pembatasan,

dan tanggung jawab. Penjatahan merupakan penawaran khusus dengan alokasi sumber

daya. Triage dapat menimbulkan dilema etika karena mungkin ada sumber daya yang

terbatas dalam kaitannya dengan sejumlah besar orang yang membutuhkan pengobatan.

Beberapa mungkin mempertanyakan apakah triase itu etis.

Pembatasan dapat membatasi kebebasan dan kemerdekaan di kedua pasien dan

pekerja kesehatan. Tantangan ketiga adalah tanggung jawab etis. Ini mungkin merupakan

tantangan terbesar karena sulit untuk memprediksi apa yang akan dilakukan selama masa

crisis. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, kode etik untuk sebagian besar profesi

kesehatan hanya menyarankan bahwa penyedia layanan melaksanakan kewajiban kepada

pasien mereka, sementara pada saat yang sama mereka ambigu dengan menyatakan

bahwa ada juga ada kewajiban untuk mengurus diri sendiri (Grimaldi, 2007).

Menurut ANA, Etik dalam Keperawatan Bencana adalah:

1. Perawat, dalam semua hubungan profesional, praktek dengan kasih sayang

dan rasa hormat terhadap martabat yang melekat, nilai, dan keunikan

setiap individu, dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi,

atribut pribadi, atau sifat masalah kesehatan

2. perawat komitmen utama adalah untuk pasien, baik individu, keluarga,

kelompok, atau masyarakat

3. perawat mempromosikan, menganjurkan, dan berusaha untuk melindungi

kesehatan, keselamatan, dan hak pasien


4. perawat bertanggung jawab dan akuntabel untuk praktek keperawatan

individu dan menentukan delegasi yang sesuai tugas sesuai dengan

kewajiban perawat untuk memberikan perawatan pasien yang optimal.

5. perawat bertanggung jawab untuk dirinya dan untuk lainnya, termasuk

tanggung jawab untuk menjaga integritas dan keamanan, untuk menjaga

kompetensi, dan melanjutkan pertumbuhan pribadi dan profesional.

6. perawat berpartisipasi dalam membangun, memelihara, dan meningkatkan

lingkungan perawatan kesehatan dan kondisi kerja yang kondusif bagi

penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan konsisten dengan

nilai-nilai profesi melalui aksi individu dan kolektif

7. perawat berpartisipasi dalam kemajuan profesi melalui kontribusi untuk

berlatih, pendidikan, administrasi, dan pengembangan pengetahuan

8. perawat bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya dan

masyarakat dalam mempromosikan masyarakat, nasional, dan upaya

internasional hanya untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

9. profesi keperawatan, yang diwakili oleh asosiasi dan anggotanya,

bertanggung jawab untuk mengartikulasikan nilai keperawatan, untuk

menjaga integritas profesi dan praktek, dan untuk membentuk kebijakan

sosial

Etika merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik atau

buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat

kebiasaan yang berkenaan dengan kebiasaan baik buruk yan diterima umum mengenai

sikap, perbuatan, kewajiban dan sebaainya. Etik juga dapa digunakan untuk

mendeskripsikan suatu poola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip

dan standart seseorang yang mempengaruhi prilaku professional. Cara hidup moral

perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan.

Aspek Etik dan Legal dalam konteks Keperawatan adalah merupakan istilah yang

digunakan untuk merefleksikan baaimana seharusnya manusia berprilaku, apa yang

seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain, selain itu merupakan prinsip yang

menyangkur benar atau salah, baik dan buruknya dalam berhubungan dengan orang lain.

Keperawatan telah mengembangkan kode etik dengan menggambarkan kondisi ideal


professional. Kode etik mencerminkan prinsip etis yang secara luas dapat diterima

anggota profesi.

C. Prinsip, Kode Etik dan Norma Etik Dalam Keperawatan Bencana

1. Prinsip

Prinsip-prinsip penanggulangan bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 adalah

cepat dan tepat; prioritas; koordinasi dan keterpaduan; berdaya guna dan berhasil guna;

transparansi dan akuntabilitas; kemitraan; pemberdayaan; nondiskriminatif; dan

nonproletisi.

a. Cepat dan akurat yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa

dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai

dengan tuntutan keadaan.

b. Prioritas yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi

bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada

kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

c. Koordinasi yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa

penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling

mendukung.

d. Keterpaduan yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa

penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang

didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.

e. Berdaya guna yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah bahwa dalam

mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,

tenaga, dan biaya yang berlebihan.

f. Berhasil guna yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah bahwa

kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam

mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya

yang berlebihan.

g. Transparansi yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah bahwa

penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan.
h. Akuntabilitas yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa

penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

i. Kemitraan yang dimaksud dengan “prinsip kemitraan” adalah Penanggulangan

bencana dilakukaan oleh semua pihak bekerjasama dengan pemerintah.

j. Pemberdayaan yang dimaksud dengan “prinsip pemberdayaan” adalah Semua

individu atau masuayakat dapat melakukan atau membantu proses penangulangan

bencana.

k. Nondiskriminasi yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” adalah bahwa

negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda

terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.

l. Nonproletisi yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa dilarang

menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama

melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

2. Kode Etik Keperawatan Bencana

a. Perawat bencana memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat

kemanusiaan dan keunikan klien

b. Perawat bencana mempertahankan kompetensi dan tanggung jawab dalam praktek

keperawatan emergensi

c. Perawat bencana melindungi klien manakala mendapatkan pelayanan kesehatan yang

tidak cakap, tidak legal, sehingga keselamatannya terancam

3. Etika Berdasarkan Norma Profesi

a. Menghargai klien

1) Manusia utuh dan unik (umur, status social, latar belakang budaya dan agama)

2) Menghargai keputusan yang dibuat klien dan keluarga

b. Memberikan yang terbaik (asuhan keperawatan yang bermutu)

c. Mempertanggungjawabkan pelayanan keperawatan yang diberikan

d. Tidak menambah permasalahan

e. Bekerja sama dengan teman sejawat, tim kesehatan untuk pelayanan keperawatan

terbaik
D. Aspek Legal Etik

Aspek hukum dalam pelayanan gawat darurat bencana sangat penting

dilaksanakan sebagai pedoman dalam pelayanan yang diberikan tidak melanggar norma

atau hukum yang dapat merugikan profesi keperawatan atau masyarakat yang berakibat

pada konflik.Landasan hukum penanggulangan gawat darurat bencana yaitu :

1. Undang Undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008

tentangpenyelenggaraan penanggulangan bencana

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 22 tahun 2008 tentang

pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana

4. Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 23 tahun 2008 tentang

peran sertalembaga internasional dan lembaga asing non pemerintah

dalam penanggulangan bencana

5. Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Penanggulangan

Bencana Nasional

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 44 tahun 2012 tentang

dana darurat

7. Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 4 tahun 2012 tentang

penanggulanganbencana banjir dan tanah longsor

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

12/MENKES/SK/I/2002 tentang pedoman koordinasi penanggulangan

bencana di lapangan

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 066 tahun 2006

tentang pedoman manajemen sumber daya manusia kesehatan dalam

penanggulangan bencana

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 783 tahun 2008

tentangregionalisasi pusat bantuan penanganan krisis kesehatan akibat

bencana.

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

059/MENKES/SK/I/2011 tentangpedoman pengelolaan obat dan

perbekalan kesehatan pada penanggulangan bencana


12. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor 10

tahun 2008tentang pedoman komando tanggap darurat bencana

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 131 tahun

2003 tentangpedoman penanggulanganbencana dan penangangan

pengungsi di daerah

E. Sistem Penanggulangan Bencana

Berbagai produk hukum telah dibuat seperti Undang-undang Nomor 24 tahun

2007 tentang penanggulangan bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008

mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana dansebagainya. Sistem

penanggulangan bencana meliputi perencanaan, kelembagaan dan pendanaan yang secara

sinergis bersama-sama menyelenggarakan penanggulangan bencana dengan

mendayagunakan semua kapasitas yang ada baik lokal, nasional atau internasional sesuai

dengan skala bencana yang terjadi.

1. Perencanaan

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008, perencanaan

penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis resiko bencana dan upaya

penanggulangannya yang dijabarkan dalam program kegiatan penanggulangan

bencana beserta rincian anggarannya. Penyusunan rencana penanggulangan bencana

dirumuskan untuk jangka waktu lima tahun dan ditinjau kembali setiap dua tahun atau

sewaktu-waktu apabila terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana

dikoordinasikan oleh BNPB dan BPBD, berisi tentang pengenalan dan pengkajian

ancaman bencana, pemahaman tentang kerentanan masyarakat, analisis kemungkinan

dampak bencana, pilihan tindakan pengurangan risiko bencana, penentuan mekanisme

kesiapan dan penanggulangan dampak bencana, serta alokasi tugas, kewenangan dan

sumberdaya yang tersedia.

2. Kelembagaan

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 menyebutkan bahwa penyelenggaraan

penanggulangan bencana di tingkat pusat ditangani oleh Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) dan di tingkat daerah oleh Badan Penaggulangan

Bencana Daerah (BPBD).


a. tingkat pusat

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan lembaga

pemerintah non departemen setingkat menteri yang memiliki fungsi merumuskan

dan menetapkan kebijakan penanggulangan dan penanganan pegugsi secara cepat,

tepat, efektif dan efisien serta mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan

penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Tugas BNPB

adalah membantu Presiden R.I dalam mengkoordinasikan perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu, serta

melaksanakan penanganan bencana da kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat

dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan

darurat dan pemulihan.

b. tingkat daerah

Penanggulangan bencana di daerah ditangani oleh Badan Penanggulangan

BencanaDaerah (BPBD). Pada tingkat propinsi, BPBD dipimpin oleh seorang

pejabat setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib dan pada tingkat

kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota

atau setingkat eselon IIa.

3. Pendanaan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor22 tahun 2008, dana penaggulangan

bencana adalahdana yang digunakan bagi penaggulangan bencana untuk tahap pra

bencana, saat tanggapdarurat, dan/atau pascabencana. Pendanaan yang terkait dengan

penanggulangan bencana diIndonesia bersumber dari DIPA (APBN/APBD), dana on-

call, dana bantuan sosial berpolahibah, dana yang bersumber dari masyarakat, dana

dukungan komunitas internasional. Namundalam hal bantuan untuk penanggulangan

bencana yang berasal dari Negara asing, BNPBwajib berkonsultasi dengan

Kementrian Luar Negeri. BNPB dan BPBD dapat menggunakandana siap pakai yang

ditempatkan dalam anggaran BNPB dan BPBD untuk pengadaan barangdan/atau jasa

pada saat tanggap darurat bencana. Pengunaan dana siap pakai terbatas padapengadaan

barang dan/atau jasa untuk pencarian dan penyelamatan korban bencana,pertolongan

darurat, evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan,sandang,

pelayanan kesehatan, serta penampungan dan tempat hunian sementara.


4. Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas dapat dilakukan melalui :

a. Pendidikan dan latihan; misalnya memasukkan materi pendidikan kebencanaan

dalam kurikulum sekolah, melakukan pelatihan manajer dan teknis

penanggulangan bencana, mencetak tenaga professional dan ahli

penanggulangan bencana.

b. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan kebencanaan; contohnya

penelitian tentang karakteristik ancaman/hazard di wilayah Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam.

c. Penerapan teknologi penanggulangan bencana; seperti pembangunan rumah

tahan gempa, deteksi dini untuk ancaman bencana, teknologi untuk

penanganan darurat.

5. Penyelanggaraan Penanggulangan Bencana

Menurut Undang-undang Nomor 24 tahun 2007, penyelenggaraan penanggulangan

bencanaadalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

beresikotimbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi

denganprinsip tepat, cepat dan prioritas. Penanggulangan bencana bertujuan untuk

memberikanperlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, menyelaraskan

peraturanperundangundangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya penanggulanga

bencana secaraterencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, menghargai budaya lokal,

membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta, mendorong semangat gotong

royong,kesetiakawanan dan kedermawanan serta menciptakan perdamaian.

6. Siklus Pengelolaan Bencana

Walaupun setiap bencana mempunyai karakteristik yang berbeda- beda namun

pada hakekatnya pola pengelolaannya secara substansi hampir sama. Oleh karena itu,

dari filosofi dan konsep menajemen bencana maka dapat dibuat suatu siklus

pengelolaan bencana yang terpadu. Siklus ini secara umum menggambarkan proses-

proses pengelolaan bencana yang pada intinya merupakan tindakan-tindakan nyata

dari jauh sebelum bencana bakal terjadi, pra bencana, saat menjelang bencana dan
pasca bencana. Siklus ini dapat dipakai sebagai acuan untuk mengelola hampir semua

bencana.

Kejadian bencana-bencana alam seperti : banjir, longsor dan kekeringan

dipengaruhi oleh kondisi dua musim sepanjang tahun; musim hujan dan musim

kemarau. Pengertian pra, saat dan pasca bencana dapat didasarkan atas perubahan

musim ini. Namun untuk bencana lainnya seperti tsunami saat menjelang atau

kejadian bencana sulit untuk diketahui. Sehingga jenis-jenis bencana yang tidak

mengikuti suatu periode waktu lebih tepat dipakai pengertian kegiatan yaitu mulai

dari perencanaaan dan pengembangan, action plan atau implementasi dari

perencanaan yang matang, pencegahan, mitigasi dan kesiagaan. Diagram Siklus

Pengelolaan Bencana digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Diagram Siklus Pengelolaan Bencana


Sumber : Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarif , Pengelolaan Bencana Terpadu,
Jakarta : Yarsif Watampoe, Agustus 2006, hal. 137.

Secara umum konsep manajemen bencana diawali dari pengelolaan jauh

sebelum bencana, pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

F. Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana

1. Pra Bencana

Undang – undang No. 38 tahun 2014, Pasal 31:

a. Memberikan konseling/penyuluhan

b. Melakukan pemberdayaan masyarakat

c. Menjali kemitraan dalam perawatan kesehatan

d. Meningkatkan pengetahuannya
2. Saat Bencana

a. UU No. 38, Tahun 2014, Pasal 35

1) Dalam keadaan darurat perawat dapat melakukan tindakan medis dan

pemberian obat sesuai kompetensinya.

2) Pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan

mencegah kecacatan lebih lanjut.

b. Pasal 33, Ayat 4, Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan

tertentu perawat berwenang :

1) Melakukan pengobatan pada penyakit umum

2) Merujuk pasien

3) Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas

c. UU No. 36 tahun 2009 Pasal 59


1) Tenaga kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama pada

penerima pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat/ darurat bencana

untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan

2) Tenaga kesehatan dilarang menolak pelayanan kesehatan dan meminta

uang muka terlebih dahulu

d. Pasal 63

1) Dalam keadaan tertentu tenaga kesehatan memberikan pelayanan diluar

kewenangannya

3. Pasca Bencana

a. PP No. 21 Tahun 2008 Pasal 56 :

1) Perawat harus mempunyai skiil keperawatan yang baik, memiliki

sikap dan jiwa kepedulian, dan memahami konsep siaga bencana

2) Perawatan korban bencana, obat – obatan, peralatan kesehatan,

rehabilitasi mental.

b. No. 36 Tahun 2009

1) Pasal 1 : Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ ketrampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan


2) Pasal 9 : Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikikasi

minimum D3 kecuali tenaga medis

4. Kompetensi Perawat dalam Penanggulangan Bencana

a. Triage gawat darurat/ bencana

b. Pelaksana penyelamatan kehidupan dasar

c. Pelaksanaan tindakan keperawatan Gadar

d. Pemenuhan kebutuhan klien Gadar

e. Monitoring

f. Dokumentasi

g. Penanganan kepanikan klien dan keluarga

h. Penanganan sukarelawan bencana

5. Dilema Etis saat Bencana

a. Perawat perlu memiliki pengalaman yang sesuai dengan keilmuan yang

dimilikinya

b. Meningkatkan kompetensi “Bersikap dan berperlaku” sesuai dengan etika

profesi

c. Mendahulukan kepentingan masyarakat daripada pribadi dan kelompok

d. Melakukan kendali mutu dan kendali biaya dalampenyelenggaraan

upayakesehatan

e. Kerusakan lingkungan masyarakat (fasilitas rusak, sandang dan pangan)

f. Korban bencana (masyarakat, perawat dan keluarga)

g. Rumah sakit kolaps


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Aspek etik perawat dalam penanganan bencana tak jauh terlepas dari kode etik,

prinsip dan norma profesi, dimana seorang perawat wajib memberikan pelayanan di

situasi bencana dengan pelayanan terbaik, meminimalkan resiko dan

bertanggungjawab.

2. Aspek legal yang diatur dalam undang-undang dan aturan turunannya telah

menjelaskan secara rinci tentang siklus penanggulangan bencana dimulai dari pra

bencana, saat bencana dan pasca bencana, yang melibatkan banyak sektor baik dari

pemerintahan pusat hingga daerah, masyarakat dan pihak swasta.

3. Peran dan fungsi perawat di dalam setiap fase bencana adalah hal yang tidak dapat

dipungkiri, tanpa melanggar aspek legal dan etik. Seorang perawat yang ditugaskan

menuju lokasi bencana diwajibkan memahami betul tentang proses triase ataupun

sistem gawat darurat terpadu.

B. Saran

Belajar mengenai aspek legal dan etik dalam penanggunglangan bencana bagi seorang

perawat adalah suatu dasar mengenai pemenuhan hak dan kewajibannya saat berada di

lokasi bencana, melakukan penyuluhan dan memberdayakan masyarakat sebagai

pencegahan terjadinya bencana, serta diharapkan dapat berperan aktif dalam meminimalkan

resiko kejadian yang merugikan bio-psiko-sosio-spiritual individu pada fase pasca bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Erita,S.Kep., M.Kep. Ns. Donny Mahendra,S.Kep. Adventus MRL.Batu,SKM., M.Kes. 2019. BUKU
MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN GAWAT DARURAT DAN BENCANA. Program Studi
D3 Keperawatan Fakultas Vokasi, Universitas Kristen Indonesia Jakarta. 2019: 36-69

R Sjamsuhidajat, Putri Dianita Ika Meilia, Itsna Arifatuz Zulfiyah. 2020. Etika Kedokteran dalam
KegiatanTanggap Darurat Bencana. Jakarta. Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 4 No. 1 Feb
2020.

Lahu Heidy H. Jesica. 2019. Aspek Etik dan Legal Keperawatan Bencana.
https://id.scribd.com/document/431423409/Aspek-Etik-Dan-Legal-Kep-Bencana-
docx

Anonim. 2017. Aspek Etik dan Legal Dalam Keperawatan Bencana.


http://jabbarbtj.blogspot.com/2017/08/aspek-etik-dan-legal-dalam-
keperawatan.html?m=1

Undang-undang No. 24 Tahun 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

Anda mungkin juga menyukai