Hirarki Dalam Matematika
Hirarki Dalam Matematika
Hirarki Dalam Matematika
Humanist Lama
Humanist lama fokus pada perkembangan kemampuan serta bakat
matematika dan penanaman nilai matematika murni. Hal ini mempermudah
pemeliharaan dan reproduksi badan ahli matematika, yang menunjukkan
porsi profesional, elit kelas menengah, dengan budaya kelas menengah
yang murni. Hal ini bisa dilihat dari divisi antara kerja dengan tangan dan
dengan otak, dan budaya concomittent serta pembedaan kelas (Restivo,
1985). Kelompok ini mempunyai tradisi yang lebih kuat atas isi kurikulum
matematika, menjadikannya bergerak dari atas ke bawah (top down)
melayani kepentingan kelompok bukan “dari bawah ke atas” melayani
kepentingan semua. Dengan fokus pada kebutuhan para elit, dan
keberlangsungannya, maka ideologi ini berusaha mereproduksi struktur
kelas masyarakat.
Dua kelompok ini fokus pada pemeliharaan kelompok dan
batasannya. Humanist lama merupakan bagian dari kelompok profesional
dari kelas menengah dengan kekuasaan ekonomi serta politik, dan dengan
budaya yang kemurniaanya berfungsi untuk mendefinisikan dan
mempertahankan batas kelompok. Douglas (1966) telah berpendapat secara
umum bahwa kemurnian berfungsi untuk mempertahankan batas kelompok
dalam hal ini, dengan dasar kerja antropologis yang luas. Tujuan dan
ideologi yang paling murni dari kelompok ini sesuai dengan pola ini.
Pelatih industrial yang ditujukan bagi pendidikan matematika bukanlah
yang paling murni, dan juga berfungsi untuk menjaga batas kelompok
disekitar masa, dan karenanya mereka memiliki batas kelompok sendiri.
Hal ini terlihat tidak konsisten dalam kemurnian moral dalam tradisi Judeo-
Christian (kebersihan berada disamping ketuhanan, ‘dosa asli’), berlawanan
dengan kemurnian epistimologis dari humanist lama. Sehingga, konsepsi
kemurnian budaya Douglas (dan isinya) sebagai respon pada ancaman
batas kelompok juga diaplikasikan disini.
Pragmatists teknologis
Pragmatis teknologis tidak begitu memperhatikan penjagaan batas kelas,
dan karenanya tidak begitu reproduktif. Masyarakat dipandang sebagai
dasar pada kekayaan dan kemajuan, dengan mengikuti inovasi dan
kemajuan teknologi. Pendidikan matematika merupakan bagian dari
keseluruhan pelatihan atas populasi untuk memenuhi kebutuhan karyawan,
dan tujuan sosial yang jelas bersifat meritokratik. Gerakan sosial dalam
dasar pencapaian teknologi merupakan bagian dari pandangan ini, karena
industri dan sektor lainnya terus meluas dan memerlukan karyawan yang
terlatih dalam bidang teknologi. Namun, stratifikasi sosial dengan dasar
kelas yang ada tidak dipertanyakan, dan akibatnya berbagai faktor dan
perkiraan berfungsi untuk mereproduksi divisi dan stratifikasi sosial.
Pendidik progresif
Pendidik progresif ditujukan untuk matematika fokus pada perwujudan dan
pemenuhan manusia melalui matematika sebagai arti dari ekspresi diri dan
pengembangan personal. Penekanan dari pandangan ini sangatlah
individualistik. Sedangkan hal ini diarahkan untuk kemajuan individu
dalam sejumlah cara, tidak menempatkan mereka dalam matriks sosial,
serta tidak mengetahui konflik pada kerja dalam masyarakat yang menggali
efficacy dari pendidikan yang progresif. Sehingga meskipun pandangan
bersifat progresif, namun tidak begitu menggali kekuatan reproduktif pada
kerja di masyarakat dan sekolah. Faktor seperti sumber daya sekolah dan
guru yang tidak sama memberikan stereotip pada siswa tidak menantang.
Secara sosial, pendidik progresif memperhatikan masalah perbaikan
kondisi individu, bukan pada perubahan sosial untuk memberikan kondisi
emansipasi.
Dari dua ideologi ini, yaitu bahwa pendidik progresif merupakan
yang paling banyak digunakan untuk mengembangkan dan memperkuat
individu, dan memudahkan kemajuan sosial yang bersifat meritokratik
merupakan ide yang lebih progresif diantara dua yang ada. Selain itu, dua
pandangan buta terhadap konteks sosial dan dampaknya pada kemajuan
sosial. Keduanya tekait dengan pencapaian serta usaha keras individu,
bertentangan dengan latar belakang hirarki sosial. Tidak ada pandangan
yang mempertanyakan fakta dimana sektor yang berbeda disosialkan untuk
memiliki harapan pendidikan, dan menerima bentuk pendidikan yang
berbeda sesuai dengan kelas asalnya. Atau tidak juga mengakui bahwa
akhirnya kurikulum yang tersembunyi cenderung mereproduksi stratifikasi
karyawan dan kekayaan. Seperti yang disampaikan Millen-Olsen (1981),
kelas pekerja dan siswa kelas menengah berharap serta dikondisikan untuk
belajar matematika secara instrumental atau relasional.
Hanya satu dari dua pandangan meritokratik ini yang memiliki
ideologi paling murni. Ini merupakan pandangan pendidik progresif, yang
menekankan kreativitas dan berpusat pada anak, berlawanan dengan
kegunaan. Romantisisme dan fokus pada maslah murni dari anak-anak,
memberikan kelompok yang mndefinisikan ideologi, melindungi posisi
kelas menengah dari pendidik profesional. Hal ini juga berfungsi untuk
menaikkan pendidik progresif dalam peran pengasuhan yang mempunyai
hak istimewa dan hubungannya dengan anak dan secara analog dalam
masyarakat, sebagai profesional kelas menengah. Sehingga kemurnian dari
ideologi ini bisa dilihat, Douglas untuk mengamankan batas dan minat
kelompok.
Pendidik publik
Pendidik publik fokus pada penguatan pelajar, melalui matematika,
menjadi otonom, warga negara penting dalam masyarakat demokratis.
Kurikulum bagi pendidik matematika publik ditujukan untuk menjadi
emancipatory melalui integrasi guru dan diskusi publik tentang matematika
dalam konteks sosial dan politiknya, melalui kebebasan siswa untuk
bertanya dan menantang asumsi tentang matematika, masyarakat, dan
tempat mereka, serta penguatan mereka melalui matematika pada
pemahaman dan kontrol yang lebih baik dari situasi hidup mereka.
Pandangan ini sepenuhnya mengakui dampak konteks sosial dalam
pendidikan dan memandang pendidikan sebagai makna pencapaian
kebenaran sosial. Ada perhatian terhadap alokasi sumber daya yang tidak
sama dan kesempatan kehidupan dalam pendidikan, dan perhatian pada
perlawanan rasisme, seksisme dan rintangan lain pada kesempatan yang
sama. Dari kelima ideologi, hanya ini saja yang merupakan pandangan
perubahan sosial, mengakui ketidakadilan dari masyarakat kita yang
terstratifikasi dan hirakis, dan berusaha menghancurkan siklus dengan
mereproduksi atau menciptakan ulang melalui pendidikan.