Makalah Manajemen Investasi Syariah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Penilaian Rencana Manajemen Investasi Syariah


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Investasi Syariah

Dosen Pengampu :
Roisiyatin, SEI., M.Si.

Disusun oleh kel 1:


Dena sari sutisna
Putri fitrah sudirdja
Ilma Sri Yulianti

INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT tuhan semesta
alam atas rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, Salawat berangkaikan
salam mari sama-sama kita hadiahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang memperoleh syafaatnya
diakhir kelak, Amin ya rabbal ‘alamin.
Kami sangat bersyukur kepada Allah SWT, karena diberi kesehatan dan
sedikit kemampuan untuk menyelesaikan tugas makalah “Penilaian Rencana
Investasi Syariah” yang disampaikan kepada Ibu Roisiyatin, SEI., M.Si. Makalah ini
disusun sebagai tugas kelompok pada Mata Kuliah Manajemen Investasi Syariah.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu
masih banyak kekurangan disana-sini dalam penyusunan makalah ini baik yang di
sengaja ataupun tidak, Untuk itu Kami ucapkan mohon maaf kepada semua pembaca.
Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca akan Kami terima agar
kedepannya nanti menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat berguna dan menjadi suatu motivasi dan edukasi
bagi setiap pembacanya untuk dimasa yang akan datang. Amin ya rabbal ‘Alamin.

Bogor, 20 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
A. Analisis Pengeluaran Modal Dalam Prespektif Islam ....................................... 3
B. Praktik Analisis Investasi Konvensional ............................................................ 5
C. Evaluasi Investasi Dalam kerangka Syariah ....................................................... 8
D. Pola Arus Kas ................................................................................................... 12
BAB III PENTUP ........................................................................................................ 18
Kesimpulan .................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat


ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang.
Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu; investasi pada asset-aset
riil dan investasi pada asset-aset finansial. Investasi pada aset-aset riil dapat
berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.
Dengan berinvestasi maka dana yang terdapat dalam kas perusahaan
tidak menganggur. Investasi dapat dimaksudkan sebagai akumulasi dari suatu
bentuk aktiva untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan datang.
Dengan adanya investasi maka perusahaan mengharapkan beberapa
keuntungan yakni terjaminnya manajemen kas, terciptanya hubungan yang
erat dan memperkuat posisi keuangan suatu perusahaan. Investasi merupakan
unsur yang sangat penting dalam perusahaan. Aktivitas investasi yang
dilakukan oleh perusahaan akan dijadikan sebagai dasar penilaian manajemen
kas perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan ini sebagian atau seluruhnya dapat dinilai
dari penggunaan kas untuk investasi. Bagi perusahaan investasi adalah cara
untuk menempatkan kelebihan dana sedangkan untuk perusahaan lainnya
investasi merupakan sarana untuk mempererat hubungan bisnis atau
memperoleh suatu keuntungan perdagangan. Apapun motivasi perusahaan
dalam melakukan investasi, investasi tetap merupakan sarana dalam
menentukan posisi keuangan perusahaan.
Langkah-langkah dalam berinvestasi sangat diperlukan sebagai bahan
acuan awal bagi calon investor dan investor pemula sebelum mereka
memutuskan untuk berinvestasi. Seiring berjalannya waktu, di saat teknologi
dan berbagai instrumen pengembangan ekonomi saling bersinergi dalam
percepatan pembangunan, di jaman milenial ini, banyak industri perusahaan

1
yang membidik investor-investor dari masyarakat kalangan muda untuk
dijadikan sumber modal perusahaannya melalui pasar modal.Pasar modal
dengan instrumen investasi syariah adalah kegiatan di pasar modal yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal dan merupakan bagian
dari industri pasar modal Indonesia. prinsip syariah di pasar modal
berdasarkan ketetapan al-Qur’an dan Hadits yang mengatur ibadah dan
aktivitas manusia dalam urusan muamalah yang kemudian diatur dalam fiqh.

B. Rumusan masalah

Masalah atau topik pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perencanaan pada manajemen investasi syariah?
2. Apa saja langkah - angkah dalam manajemen investasi syariah

C. Tujuan

Tujuan topik pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk Mengetahui Perencanaan pada manajemen investasi syariah
2. Untuk mengetahui apa saja langkah-langkah dalam manajemen
investasi syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Pengeluaran Modal Dalam Prespektif Islam

Pengeluaran atas aktiva tetap dengan pengembalian yang diharapkan


tersebar di beberapa tahun disebut sebagai "Biaya Modal". Berbagai keputusan
termasuk pengeluaran dilakukan oleh organisasi bisnis
berdasarkan sejumlah informasi yang dapat diperoleh tentang proposal tertentu
untuk investasi. Akan tetapi, sejumlah modal besar terlibat dan pengembalian
direalisasikan di masa yang akan datang yang tidak pasti, sebagai dasar
pertimbangan yang matang sebelum proposal diterima untuk ditindaklanjuti
pelaksanaannya. Contoh-contoh keputusan Tersebut sangat umum
dalam beberapa organisasi besar. Misalnya, apakah sebaiknya perlu membeli
mesin baru atau mesin lama cukup diperbaiki. Apakah gedung lama dijual atau
membangun gedung baru. Apakah cukup pengembangan produk baru atau
pengurangan produk lama kemudian dikhususkan dalam beberapa produk, dan
lain sebagainya.
Pada negara maju, organisasi bisnis mengembangkan teknik canggih
untuk mengevaluasi proposal investasi sebelum dilaksanakan. Para eksekutif
dari berbagai organisasi besar dilengkapi dengan berbagai perangkat yang
tersedia secara cepat serta dalam jumlah besar, informasi yang akurat untuk
membuat keputusan setiap hari pada biaya modalnya. Ini semua menjadikan
sesuatu yang harus ada agar dapat bertahan dalam kompetisi ekonomi yang
membutuhkan efisiensi produksi dan minimalisasi anggaran.
Teknik biaya modal menyediakan tujuan biaya untuk pengambilan
keputusan yang dapat menjadikan produk bertahan di pasar. Di negara
berkembang, tempat pasar penjual berlaku karena kelakuan ekonomi dan non-
ekonomi, seperti analisis yang cermat dan halus tentang proposal investasi
hampir tidak diusahakan.Malah sebaliknya, elit bisnis mengikuti asumsi
tertentu aturan praktis untuk pengambilan keputusan investasi.
Nyatanya, untuk berbagai teknik modern analisis biaya modal adalah
sedikit keuntungannya. Akan tetapi, teknik ini nyatanya dipakai oleh
pengambil keputusan untuk melihat kondisi masa depan yang tidak menentu
dan membantu mengambil keputusan rasional. Tema kajian analisis biaya
modal dalam perspektif bebas riba meminjam dari teknik modern yang
menanamkan beberapa pendiskontoan (discount rate) yang tentunya berbasis
bunga.
Meskipun ada teknik seperti Payback Method dan Accountants Rate of
Return (ARR), akan kita lihat nantinya yang mana bebas dari bunga, berbagai
keberatan diajukan untuk melawan keterbatasan penggunaan dari teknik ini.
Hal ini memberikan pertanyaan yang nyata untuk pemikir muslim: metode apa
yang mungkin dipakai untuk mengevaluasi proposal investasi (biaya modal),

3
sedangkan pengambilan beberapa faktor berdasarkan analisis berorientasi
bunga tertanam dan juga menghasilkan pelaksanaan berbasis bunga dalam
ekonomi? Sebenarnya pertanyaan begitu jelas bahwa hal itu dibesarkan oleh
seorang ekonom Turki yang, sementara menganjurkan pelarangan bunga
dalam seluruh perekonomian, mengakui bahwa tidak adanya usulan lain,
berbagai teknik modern tentang analisis investasi harus diterima.

1. Accountants Rate of Return (ARR).


Merupakan sebuah ukuran yang sederhana tentang profitabilitas
sebuah investasi. Hal itu menunjukkan tingkat pengembalian modal.
Contoh, jika pengembalian modal 6%, ARR akan menjadi 6% dan
dapat dirangking terhadap proposal lainnya untuk memutuskan
profitabilitas sebuah proyek. Banyak metode untuk menghitung ARR.
Banyaknya variasi dalam perhitungan tersebut karena definisi yang
berbeda digunakan untuk biaya dan manfaat oleh berbagai organisasi
yang berbeda. Berbagai masalah muncul seperti depresiasi
(penyusutan), pajak penghasilan, pembayaran yang ditangguhkan,
dividen tahunan, cadangan, biaya total dan manfaat,
serta meminjamkan ruang untuk keleluasaan manajemen.
Terlepas dari fakta bahwa asumsi-asumsi itu dibuat, pada
dasarnya itu adalah ukuran tingkat pengembalian atas investasi.
Metode ini sering dikritik karena tidak memperhatikan nilai waktu
uang. Ia mengabaikan yang menguntungkan berasal sebelumnya dan
yang telah tertunda selama beberapa periode. Meskipun kritik, setelah
metode pengembalia, ini adalah salah satu teknik yang paling umum
digunakan oleh organisasi bisnis.

2. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCFR).

Kedua metode di atas sering dikritik karena mengabaikan nilai


waktu.MetodeDCFR telah dirancang untuk memberikan beban saat pen
geluaran dan penghasilan. Metode DCFR dibuat dengan
memperhitungkan waktu pengeluaran dan waktu berjalan. Ada 3
pertimbangan untuk membuat metode ini :
a. Mata uang rupiah hari ini lebih berharga dari satu tahun ke
depan,dalam kaitannya dengan inflasi yang mengurangi nilai
mata uang dari waktu ke waktu
b. Semakin dekat dengan hari pengembalian investasi, semakin
sedikit nilai ketidakpastian, sebab jarak waktu
seringmenimbulkan ketidakpastian.
c. Dana yang dihasilkan suatu proyek pada tanggal waktu
pengeluaran dan waktu berjalan menjadi bahan pertimbangan.
Hal itu berarti untuk mendapatkan Rp 100 setelah 1 tahun pada
6% suku bunga, sejumlah Rp 94,3 dapat diinvestasikan hari ini. Sama

4
halnya kita harusberinvestasi Rp 89 hari ini untuk mendapatkan Rp 100
setelah 2 tahun pada 6% tingkat suku bunga. Pertanyaan yang paling
mendasar pada DCFR adalah apakah tingkatbunga akan menyamakan
hasil dari investasi untuk pengeluaran modal? Sebagai contoh, jika
sebuah proyek biayanya Rp 12.000/ hari ini dan diperkirakan bahwa
lebih 5 tahun akan menghasilkan nilai tunai Rp 16.000/ didiskontokan
untuk memberikan jawaban sama dengan Rp 12.000/-? Hal ini
ditemukan dengan cara coba-coba.
Hasil setiap tahun didiskontokan pada tingkat kemungkinan dan
sejumlah yang terdapat pada kehidupan seluruh proyek.Kemudian
jumlah tersebut dibandingkan dengan pengeluaran modal. Jika
pengeluaran modal melebihi uang tunai yang berjalan, tingkat
diskonto diturunkan dan perhitungan baru dibuat. Metode ini juga tidak
sesuai karena 2 alasan.
Pertama, Perhitunganmenghabiskan waktu yang rumit dan ekse
kutif bisnis menghindari saat-saat sulit tersebut. Kedua, telah disusun
dalam perekonomian dimana modal memerlukan biaya tetap seperti
tingkat suku bunga. Tanpa masuk ke dalam
diskusi tentang alasan dari pelarangan bunga dalam ekonomi muslim,
hal ini diakui bahwa metode tersebut tidak diterima
dari sudut pandang Islam. Pada kenyataannya, satu alasan bab ini
adalah sedang berusaha untuk menemukansebuah alternatif untuk
mengevaluasi proposal investasi yang mengambil nilai waktu
uang menjadi pertimbangan dan tetap dalam bingkai bebas riba.

3. Metode Net Present Value (NPV).


Salah satu pendekatan untuk mengevaluasi usulan investasi
adalah NPV.Pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah NPV dari
investasi harus hidup dari proyek tersebu? NPV tersebut ditemukan
dengan mendiskontokan pengeluaran kas dan setara kas dengan
memberikan tingkat bunga tertentu selama masa proyek.
Perbedaan dari nilai sekarang (nilai diskonto) dari pengeluaran kas dan
penerimaan kas dikenal sebagai NPV.

B. Praktik Analisis Investasi Konvensional


Salah satu tonggak penting dalam pengembangan ekonomi syariah di
Indonesia adalah beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun
1992. Perbankan syariah semakin marak setelah diterbitkan UU No 10/1998
yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system atau bank
konvensional dapat mendirikan divisi syariah. Dengan adanya Undang-undang
tersebut bank-bank konvensional mulai melirik dan membuka unit usaha
syariah. Tak heran jika perkembangan perbankan syariah cukup pesat.

5
Faktor utama yang mendukung perkembangan ekonomi syariah di
Indonesia di masa mendatang adalah jumlah penduduk Indonesia yang
mayoritas muslim. Selain itu adanya peningkatan kesadaran umat Islam dalam
berinvestasi sesuai syariah. Mengingat begitu pentingnya investasi sebagai
salah satu perilaku ekonomi, maka menjadi penting pula pemahaman
mengenai teori dan praktik investasi tersebut. Berikut uraian dari teori dan
praktik investasi syariah.

Jenis Investasi Berdasarkan Syariah :


1. Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah)
Tabungan bagi hasil adalah tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah mutlaqah. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana
yang diinvestasikan oleh penabung secara produktif, menguntungkan
dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya
akan dibagikan kepada penabung dan bank, sesuai perbandingan bagi
hasil atau nisbah yang disepakati bersama.
Contoh perhitungan bagi hasil; Saldo rata-rata Bapa Huda
bulan November 2004 sebesar Rp 1 juta sedangkan saldo rata-rata
tabungan seluruh nasabah Bank Syariah pada bulan tersebut sebesar Rp
50 juta. Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank sebesar
50:50 dan pendapatan bank yang dibagihasilkan untuk tabungan
sebesar Rp 1 juta maka bagi hasil yang didapatkan oleh Bapa Huda
adalah sebesar: (Rp 1 juta : Rp 50 juta X Rp 1 juta X 50% = Rp
10.000,00.
Sehingga Bapa Huda akan menerima bagi hasil sebesar Rp. 10
ribu rupiah dalam bulan November 2004 atas tabungan saldo rata-rata
sebesar Rp. 1 juta. Berbeda dengan bank konvensional yang
pendapatan bunganya tetap sepanjang tidak ada perubahan. Bagi hasil
yang didapatkan dari bank syariah dapat berubah setiap bulan,
tergantung pendapatan bagi hasil yang diterima bank syariah dari para
peminjam.
2. Deposito Bagi Hasil (Mudharabah)
Deposito Bagi Hasil merupakan produk investasi jangka waktu
tertentu. Nasabahnya bisa perorangan maupun badan. Produk ini
menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Dengan prinsip ini bank
akan mengelola dana yang diinvestasikan nasabah secara produktif,
menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip hukum Islam. Hasil
keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah
yang disepakati bersama sebelumnya.
Contoh ilustrasi perhitungan bagi hasil; Saldo rata-rata Bapa
Huda bulan November 2004 sebesar Rp 10 juta sedangkan saldo rata-
rata deposito seluruh nasabah bank syariah pada bulan tersebut sebesar
Rp 500 juta. Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank

6
sebesar 65:35 dan pendapatan bank syariah yang dibagihasilkan untuk
deposito sebesar Rp 10 juta maka bagi hasil yang didapatkan oleh Bapa
Huda adalah: (Rp 10 juta : Rp 500 juta X Rp 10 juta X 65% = Rp
130.000,00.
3. Investasi Khusus (Mudharabah Muqayyadah)
Investasi khusus adalah suatu bentuk investasi nasabah yang
disalurkan langsung kepada pembiayaan tertentu sesuai dengan
keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi hasil yang
ditetapkan berdasarkan kesepatan antara bank, nasabah serta penasihat
keuangan jika diperlukan (dapat dinegosiasikan). Dana akan
diinvestasikan kepada sektor riil yang menguntungkan sesuai keinginan
nasabah.
Contoh perhitungan bagi hasil; Bapa Huda menginvestasikan
dana sebesar Rp 5 juta dengan pilihan untuk pembiayaan kepada
pedagang bahan bangunan. Bila pada bulan berikutnya keuntungan
investasi yang diterima bank dari pedagang bahan bangunan sebesar
Rp 2 juta sementara kesepakatan nisbah antara nasabah dan bank
sebesar 65:35, maka bagi hasil yang didapatkan Bapa Huda adalah
sebesar: Rp 2 juta X 65% = Rp 1.300.000
Pendapatan bagi hasil yang diterima oleh deposan investasi
khusus dalam hal ini akan sangat bervariasi tergantung dari kinerja dari
pedagang yang diberikan pinjaman, dimana ada kemungkinan suatu
saat apabila pedagang tersebut mengalami kerugian maka bisa saja kita
tidak mendapat bagi hasil alias 0.
a) Investasi Saham Sesuai Syariah di Pasar Modal, Salah satu
bentuk investasi yang sesuai dengan syariah adalah membeli
saham perusahaan, baik perusahaan non publik (private equity)
maupun perusahaan publik/terbuka. Cara paling mudah dalam
melakukan investasi saham sesuai syariah di BEJ adalah
memilih dan membeli jenis saham-saham yang dimasukkan
dalam Jakarta Islamic Index (JII).
b) Reksadana Syariah, Dalam reksadana konvensional, pengaturan
atau penempatan portfolio investasi hanya menggunakan
pertimbangan tingkat keuntungan. Sedangkan reksadana
syariah selain mempertimbangkan tingkat keuntungan juga
harus mempertimbangkan kehalalan suatu produk keuangan.
Sebagai contoh bila reksadana syariah ingin menempatkan
salah satu jenis investasinya dalam saham, maka saham yang
dibeli tersebut harus termasuk perusahaan yang sudah
dibolehkan secara syariah. Lebih mudahnya sudah termasuk
dalam jenis saham yang ada dalam daftar JII (Jakarta Islamic
Index). Demkian juga jenis investasi lainnya seperti obligasi,
harus yang menganut sistem syariah.

7
Manajer investasi reksadana syariah harus memahami investasi
dan mampu melakukan kegiatan pengelolan yang sesuai dengan
syariah. Untuk itu diperlukan adanya panduan mengenai norma-norma
yang harus dipenuhi Manajer Investasi agar investasi dan hasilnya
tidak melanggar ketentuan syariah, termasuk ketentuan yang berkaitan
dengan praktek riba, gharar dan maysir. Dalam praktek syariah maka
Manajer Investasi bertindak sesuai dengan perjanjian atau aqad
wakalah.
Manajer investasi akan menjadi wakil dari investor untuk
kepentingan dan atas nama investor. Sebagai bukti penyertaan dalam
reksadana syariah maka investor akan mendapat unit penyertaan dari
reksadana syariah.

C. Evaluasi Investasi Dalam kerangka Syariah


Bagi pelaku muamalallah ada beberapa prinsip-prinsip islam yang
harus di perhatikan oleh pelaku investasi syari’ah atau pihak terkait, prinsip
tersebut meliputi:
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya
maupun cara mendapatkannya , serta tidak menggunakannya untuk
hal-hal yang haram.
2. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
3. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
5. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi) dan gharar (
ketidak jelasan/samar-samar).
Berdasarkan keterangan di atas, maka kegiatan di pasar modal
mengacu pada hukum syariat yang berlaku. Perputaran modal pada kegiatan
pasar modal syari’ah tidak boleh disalurkan kepada jenis ndustri yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang di haramkan. Pembelian saham pabrik
minuman keras, pembangunan penginapan untuk prostitusi dan lainnya yang
bertentangan dengan syariah berarti di haramkan. Semua transaksi yang
terjadi di bursa efek harus atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur
pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau mendzalimi. Seperti
menggoreng saham.
Tidak ada unsur riba, tidak bersifat spekulasi atau judi dan semua
transaksi harus transparan, di haramkan adanya insider trading yang
dimana merupakan istilah di bursa yang pengertiannya adalah seseorang yang
melakukan transaksi dengan mendapat informasi orang dalam sehingga orang
tersebut mendapatkan keuntungan yang abnormal. Seorang investor muslim
harus bisa memiliki prinsip dengan melihat kehalalan, keberkahan dan
bertambah. Berkah dalam artian memilih produk investasi yang lebih banyak
membawa kebaikan untuk lebih banyak orang. Bertambah maksudnya dapat

8
memberikan keuntungan yang besar dan bertambah terus pokok investasi,
Dalam aspek halal, kehalalan investasi mencakup hal-hal berikut :
a. Nait atau motivasi, disini mempunnyai niat dan motivasi dalam saling
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yeng terlibat dalam transaksi.
b. Transaksi, dimana transaksi memiliki kesadaran, bentuk transaksi jelas,
adanya kerelaan dalam transaksi tersebut.
c. Prosedur pelaksnaan transaksi, disini setelah akad terjadi maka
pelaksnaan tidak BOLEH menyimpang dari ketentuan awal.
d. Penggungaan barang atau jasa yang ditransaksikan, melainkan juga
termasuk penggunaannya.

1. Proses Manajemen Investasi Syari’ah


Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses
dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah
mempertimbangkan ekspektrasi retrun yang di dapatkan dan juga risiko yang
aka di hadapi. Pada dasarnya ada beberapa tahapan terhadap dalam
pengambilan keputusan investasi syari’ah :
a. Melakukan screening obyek investasi
Pada innvestasi syari’ah terdapat resiko bahwa intrumen
investasi yang di pilih tidak sesuai dengan syaria’ah, yaitu transaksi
masih pada derajat tertentu masih mengandung unsur transaksi gharar,
maysir dan riba. Intrumen investasi syari’ah memiliki instrumen yang
terbatas dalam melaksanakan teknik hedging atau lindung nilai tukar.
Intrumen terbatas ini dapat membuat pemilik dana terpapar risiko yang
lebih besar sibandingkan dengan transaksi hedging yang menggunakan
intrumen investasi non-syari’ah. Namun disisi lain risiko inverstasi
syari’ah yang selalu mensyaratkan adanya underlying asset (asset
turunan) menyebabkan intrumen investasi syari’ah lebih kecil risikonya
dibandingkan dengan intrumen investasi non-syariah.
b. Menetukan tujuan investasi
Dalam tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan
kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Di karenakan ada
hubungan positif antara risiko dan retrun, maka hal yang tepat di bagi
para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk
memperoleh banyak keuntugan saja, tetapi juga memahami bahwa ada
kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian, jadi,
tujuan investasi harus di nyatakan baik dalam keuntungan maupun
risiko. Dalam islam menyatakan bahwa segala sesuatu perbuatan
maupun amal tergantung pada niatnya.
c. Analisis sekuritas.
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang
meliputi penilaian terhadap sekuritas atau surat hutang yang mudah

9
dicairkan ke dalam kas secara individual atau beberapa kelompok
sekuritas. Salah satu tujuan penilaian tersebut adalah untuk
mengidentifikasi sekuritas yang salah harga.
d. Pembentukan portofolio.
Pada tahapan ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan
identifikasi aset khusus mana akan diinvestasikan dan juga menentukan
seberapa besar investasi pada setiap aset tersebut. Disini masalah
selektivitas, penentuan waktu dan siversifikasi perlu menjadi perhatian
investor.
e. Melakukan revisi portofolio.
Pada tahapan ini, berkenan dengan pengulangan secara periodik
dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin
mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofolio baru
dengan yang lebih optimal. Motifasi lainnya sei sesuaikan dengan
preferensi investor tentang risiko dan retrun itu sendiri.
f. Evaluasi kinerja portofolio.
Pada tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja
portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya retrun yang di
perhatikan tetapi juga resiko yang di hadapi. Jadi, di perlukan ukuran
yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan. Pada
hasil-hasil investasi yang di hasilkan dalam beberapa periode terakhir
volatilitas instrumen-instumen investasi yang serupa intrumen investasi
syari’ah dan non-syari’ah menunjukkan bahwa intrumen investasi
syari’ah relatif lebih stabil. Intrumen investasi syari’ah tersebut
merupakan saham yang memenuhi kriteria saham syari’ah, reksa dana
syari’ah dan sukuk.

2. Kriteria investasi syari’ah

Pemabahasan mengenai intrumen-instrumen investasi tidak akan memiliki


arti apa-apa bila tidak dilengkapi dengan bagaimana kriteria inveastsi yang
islami. menurut The Syari’ah Advisory Council of the Securities Commission
of Malaysia. Tentang kriteria standar bagi aktivitas perusahaan yang terdapat
di bursa saham kuala lumpur, maka saham-saham perusahaan atau obyek
investasi yang di tolak untuk di daftar, adalah berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
a. Beroperasi atas dasar riba, seperti kegiatan-kegitan dari bank
komersial dan lembaga keuangan lainnya.
b. Beroperasi secara mengadu untuk maysir.
c. Membuat dan atau menjual produk-produk yang haram, seperti,
minuman keras, daging tidak halal dan babi.
d. Beroperasi yang mengandung unsur gharar seperti perusahaan
asuransi kovensional.

10
Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang aktivitasnya mengandung
hal-hal yang diperbolehkan, diberikan kriteria sebagai berikut :

a. Aktivitas utamanya tidak bertentangan dengan syari’ah


sebagaimana yang di atur dalam empat kriteria tersebut.
b. Persepsi dan kesan masyarakat terhadao perusahaan yang baik.
c. Aktivitas utamanya penting dan maslahah bagi umat muslim dan
negara, dan unsur haramnya sangat kecil.

Kriteria-kriteria di atas juga berlaku sama pada pasar modal islami di


New York, yaitu dow jone islamic index, tentu saja akan berlaku pula di
Indonesia, yaitu di Jakarta islamic index. Sebagaimana disampaikan oleh the
shariah supervisor board of dow jones islamic index. Kriteria perusahaan yang
dapat masuk memperdagangkan surat-surat berharga, adalah jika :

a. Total utang / total aset = atau> 33% (total hutang = utang jangka
pendek ditambah bagian lancar utang jangka panjang ditambah
utang jangka panjang)
b. piutang / total aset = atau> 45% (piutang = piutang saat ini
ditambah piutang jangka panjang)
c. Pendapatan bunga operasi non / pendapatan = atau> 5% (jika
perusahaan memiliki pendapatan bunga non operasional tetapi
laba bersih negatif, itu dikenakan pemotongan. Namun, sebuah
perusahaan dengan laba bersih negatif sementara tidak ada
pendapatan bunga non operasi mungkin masih disertakan).

Selain kriteria tersebut diatas, ada beberapa kriteria suatu investasi


dapat di golongkan sebagai investasi yang islami, yaitu :

a. Perusahaan industri yang dilarang adalah perusahaan-perusahaan


industri yang melakukan aktivitas bisnisnya melakukan
pengelolaan daging non-halal., pembuatan akhohol, pabrik
senjata, bisnis pornografi.
b. Perusahaan dengan leverage ratio yang tinggi, adalah perushaan
yang memiliki struktur modal atau rasio utang dengan modal
sendiri melebihi 30% adalah dilarang menurut fatwa hukum
islam.
c. Perusahaan dengan pendapatan bunga yang tinggi, adalah
perusahaan yang struktur pendapatan terdapat komponen
pendapatan bunga melebihi 15% karena ini dilarang menurut
fatwa hukum islam.
d. Perusahaan dengan aktiva kas dan piutang yang tinggi, adalah
perusahaan yang memiliki struktur aktiva kas 100% atau piutang

11
dagang melebihi 50% adalah dilarang menurut fatwa hukum
islam.
3. Jangka Waktu Investasi

Investasi dapat di bedakan menurut jangka waktu pengambilan


keuntungan atau hasilnya. Berdasarkan jangka waktunya, maka investasi dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Jangka pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi yang rentang waktunya
antara 6 bulan sampai 1 tahun.
b. Jangka menengah
Investasi jangka menengah adalah investasi yang jangka waktunya
antara 1 sampai dengan 3 tahun.
c. Jangka panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang jangka waktunya lebih
dari 3 tahun dan ada yang mengatakan lebih dari 5 tahun.
Jika seseorang misalnya ingin memiliki rumah dalam waktu 7 tahun
lagi, maka cita-cita itu menjadi tujuan investasinya. Selama 7 tahun tersebut
seseorang akan berusaha untuk memenuhi dana yang diperlukan untuk
membeli rumah. Investasi dengan waktu 7 tahun ini dapat dikategorikan
ebagai investasi jangka panjang.

D. Pola Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi


aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode
tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan
yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut.
Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan
operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.
Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli
barang dagangan, menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang
terkait dengan pembelian dan penjualan barang. Untuk perusahaan jasa,
kegiatan operasional antara lain adalah menjual jasa kepada pelanggannya.
Misalkan menjual jasa aeronautika dan non aaeronautika. Kegiatan ini akan
mengakibatkan terjadinya uang masuk untuk pendapatan dan aliran uang
keluar untuk biaya. Baik pendapatan dan biaya yang terjadi telah dilaporkan
dalam laporan laba rugi, namun besarnya pendapatan tersebut belum tentu
sama dengan uang yang diterima karena perusahaan umumnya menggunakan
dasar akrual untuk mengakui pendapatan. Demikian halnya dengan biaya,
biaya yang dilaporkan laba rugi belum tentu sama dengan arus keluar untuk
biaya tersebut.

12
Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali
investasi pada surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan
membeli investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika
menjual investas/aktiva tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke
perusahaan.
Kegiatan keuangan atau ada yang menyebutnya kegiatan pendanaan,
adalah kegiatan menarik uang dari kreditor jangka panjang dan dari pemilik
serta pengembalian uang kepada mereka.

1. Bentuk/Metode Penyajian Laporan Arus Kas

Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama


metode langsung dan yang kedua metode tidak langsung. Perbedaan
antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari
kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan
operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus
kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis
penerimaan atau pengeluaran kas.

Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari


opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang
dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya
penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi
karena pelepasan investasi. Berikut ini diberikan contoh bentuk laporan
arus kas dengan metode langsung dan metode tidak langsung.

a. Metode Langsung

Dari laporan terlihat bahwa arus kas yang berasal dari


kegiatan operasional dirinci menjadi penerimaan dari berbagai
sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran
kas untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan
investasi dan keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis kegiatan
yang mengakibatkan timbulnya penerimaan dan pengeluara kas

Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini arus kas


dari kegiatan operasional tidak dirinci menurut sumber dan jenis
penggunaannya, melainkan net income dikoreksi sehingga net
income tersebut berubah menjadi net cashflows dari operasi.

13
b. Metode Tidak Langsung

PT ABC
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)

Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :


Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500
Ditambah :
Biaya depresiasi 18.000
Penurunan persediaan kantor 8.000
Kenaikan hutang jangka pendek 16.800
Kenaikan hutang biaya 1.200
44.000
Dikurangi :
Kenaikan biaya dibayar dimuka 1.000
Kenaikan piutang usaha 9.000
Penurunan hutang pajak 1.500
Laba penjualan aktiva tetap 30.000
41.500
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000

Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :


Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)

(82.000)
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan investasi

Aliran kas dari kegiatan keuangan :


Kas yang diterima dari penjualan saham
Dikurangi : 160.000
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000
Kenaikan kas
Saldo kas pada awal tahun 23.000

26.000

Saldo kas pada akhir tahun 49.000

14
Jika kita amati contoh di atas, terlihat bahwa perbedaan
antara metode langsung dengan metode tidak langsung terletak
pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi, sementara
itu baik aliran kas dari kegiatan investasi dan keuangan adalah
sama penyajiannya.

2. Data Untuk Menyusun Laporan Arus Kas

Aliran kas yang dilaporkan disajikan dalam tiga kelompok


besar kegiatan yaitu kegiatan operasional, kegiatan investasi serta
kegiatan keuangan. Untuk mempermudah penyusunan laporan arus
kas untuk masing-masing kelompok kegiatan maka perlu
diperhatikan informasi yang relevan sebagai berikut :

No. Menyusun Arus Kas Dari Informasi yang Relevan


1. Laporan Laba Rugi

2. Saldo awal dan saldo akhir harta lancar


1. Kegiatan Operasional
3. Saldo awal dan saldo akhir hutang lancar
selain hutang dividen

4. Data tambahan (jika ada)


1. Saldo awal dan saldo akhir investasi dan
aktiva tetap
2. Kegiatan Investasi
2. Data tambahan (jika ada)
1. Saldo awal dan saldo akhir dari Modal dan
Hutang Jangka Panjang serta Laba Ditahan
3. Kegiatan Keuangan
2. Saldo awal dan saldo akhir Hutang Dividen

3. Data tambahan (jika ada)

3.Membaca Laporan Arus Kas


Semula banyak pengguna laporan keuangan yang lebih
banyak mencurahkan perhatiannya pada laporan Laba Rugi dan
Neraca. Laporan Laba Rugi menggambarkan hasil usaha
perusahaan selama periode tertentu. Sementara itu Neraca
menggambarkan posisi keuangan pada saat tertentu. Akhir-akhir
ini disadari cara mengelola kas perusahaan juga perlu dievaluasi
yaitu dengan cara mengevaluasi laporan arus kas.
Sebelum melihat bagaimana perusahaan dikelola kasnya,
perlu disadari bahwa untuk membaca laporan keuangan secara
15
tepat perlu dipahami cara penyajian informasi arus kas. Pada
metode langsung, arus kas dari operasi dirinci sumber –sumbernya
dan demikian juga dengan pengeluaran kas sehingga laporan itu
akan mudah dipahami dengan tepat. Pada metode tidak langsung,
laporan arus kas dari operasional diawali dengan net income,
kemudian net income tersebut dikoreksi dengan hal-hal/item-item
tertentu yang diperlakukan berbeda antara dalam penyusunan
laporan laba rugi (yang menghasilkan net income) dengan laporan
arus kas.
Dalam menyusun laporan laba rugi perusahaan
menggunakan akrual basis, sehingga mungkin pada tahun tertentu
ada biaya yang telah diperlakukan sebagai biaya (expense), tapi
pada tahun itu tidak terdapat pengeluaran kas. Hal-hal inilah yang
dikoreksikan pada net income akan berubah menjadi net cashflows
dari operasional. Dengan demikian jika biaya amortisasi dan
depresiasi ditambahkan, janganlah diartikan bahwa depresiasi dan
amortisasi secara fisik akan mengakibatkan adanya aliran kas
masuk sebesar itu.
Ada beberapa kemungkinan pola aliran kas yang terjadi dalam
perusahaan, yaitu:

a. Semua kegiatan (operasional, investasim dan keuangan)


menghasilkan aliran kas yang positif yang berarti penerimaan
kas dari masing-masing kegiatan tersebut lebih besar dari
pengeluaran kas. Pada keadaan pertama semua kegiatan
menghasilkan penerimaan kas yang lebih besar daripada
pengeluaran kas. Tentu dalam jangka panjang akan terjadi saldo
kas yang besar.
b. Semua kegiatan (operasional, investasi dan keuangan)
menghasilkan aliran kas yang negatif yang berarti penerimaan
kas dari masing-masing kegiatan tersebut lebih kecil dari
pengeluaran kas. Ini kebalikan pola 1 di atas, sehingga dalam
jangka panjang cadangan kas yang ada akan habis.
c. Kegiatan operasional positif sedangkan kegiatan investasi dan
keuangan negatif. Pada pola ketiga, perusahaan menggunakan
kas dari operasional untuk membayar hutang/pengembalian
modal/membayar deviden dan untuk investasi. Pola ini dapat
dikatakan ideal dan banyak pengamat mengatakan ini adalah
keadaan penen kas.
d. Kegiatan operasional dan kegiatan investasi positif tetapi
kegiatan keuangan negatif. Sedangkan pada pola hasil
penjualan investasi dan opersional digunakan untuk membayar
hutang mengembalikan modal.

16
e. Kegiatan operasional negatif sedangkan kegiatan investasi dan
keuangan positif. Ini berarti perusahaan menggunakan sebagian
investasi dan penarikan pinjaman modal untuk membiayai
operasional. Kegiatan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
f. Kegiatan investasi negatif sementara kegiatan operasional dan
keuangan positif. Perusahaan menggunakan cash dari
operasional dan pinjaman/penarikan modal untuk melakukan
investasi.
g. Kegiatan opersional dan investasi negatif sedangkan kegiatan
keuangan positif. Perusahaan melakukan kegiatan operasional
dan investasi yang sebagian dibiayai dengan dana pinjaman
atau penarikan modal. Sebagian dana juga digunakan untuk
operasional. Kondisi ini mungkin terjadi pada perusahaan yang
sedang tumbuh.
h. Kegiatan investasi positif tetapi kegiatan operasional dan
keuangan negatif. Perusahaan mungkin menjual investasi/aktiva
tetap untuk memenuhi kebutuhan operasional dan pembayaran
hutang/pembayaran ke pemilik.

17
BAB III
PENTUP

Kesimpulan

Manajemen Investasi Syariah adalah suatu kegiatan usahanya mengelola


Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kadiah syariat Islam. Di
dalam melakukan muamalah dalam hal investasi maka Islam telah mengatur bahwa
ada beberapa hal-hal yang tidak diperbolehkan yakni tidak mencari rizki pada hal
yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya, serta tidak
menggunakannya untuk hal-hal yang haram, tidak mendzalimi dan tidak didzalimi,
keadilan pendistribusian kemakmuran, transaksi dilakukan atas dasar ridha sama
ridha, tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan/samar-samar). Sehingga tercipta suatu iklim investasi yang saling
menguntungkan antra satu dengan yang lainnya

18
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Abdul, 2010. Manajemen Investasi Syariah, Bandung : Alfabeta.

Hlim Abdul, 2005. Analisis Investasi, Jakarta : Salemba Empat.

Muhammad, 2014, Manajemen Keuangan Syariah, Yogyakarta : UUP STIM YKPN.

19

Anda mungkin juga menyukai