Kuis 1 Problematika Pembelajaran Matematika
Kuis 1 Problematika Pembelajaran Matematika
Kuis 1 Problematika Pembelajaran Matematika
NPM : 223021020
A. Faktor Pendorong
b) Motivasi Belajar
Motivasi merupakan usaha yang dapat menyebabkan seorang atau
kelompok orang bergerak untuk melakukan suatu keinginan mencapai
tujuan yang dikehendakinya (Lomu & Widodo, 2018).Selain memerlukan
minat belajar, motivasi juga dibutuhkan dalam sebuah proses belajar agar
dapat mendorong hasil belajar, karena jika peserta didik tidak memiliki
motivasi untuk menggapai apa yang diinginkannya dalam sebuah proses
pembeajaran, maka kemampuan peserta didik dalam pembelajaran akan
menurun. Kurangnya motivasi belajar peserta didik menjadi faktor
terbesar yang menyebabkan turunya kemampuan dan hasil belajar peserta
didik. Motivasi belajar timbul karena adanya keinginan untuk mencapai
sesuatu. Seseorang peserta didik berhasl dalam proses belajar karena
adanya keinginan untuk belajar. Maka, motivasi belajar sangat penting
dalam proses pembelajaran khususnya dalam pelajaran matematika, karena
semakin besar motivasi belajar yang dimiliki oleh peseta didik, maka
diharapkan hasil belajar peserta didik tersebut akan meningkat.
c) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang penting dalam menentukan hasil belajar
peserta didik, seperti keharmonisan dalam keluarga, keadaan ekonomi, dll.
Dua hal ini memang sangatlah penting karena sudah tidak dapat dipungkiri
lagi bahwasanya keharmonisan dan keadaan ekonomi sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik terutama dalam hal kemauan belajar.
Terlebih lagi saat ini biaya pendidikan yang menjadi semakin mahal
sehingga membuat anak-anak harus putus sekolah, dan kurangnya
pengertian dari orang tua sehingga menjadi salah satu masalah dalam
dunia pendidikan.
- Metode Mengajar
Metode mengajar tidak lepas hubungannya dengan pendidik. Biasanya
peserta didik memilih dalam proses belajar, terutama mengenai
pendidik. Peserta didik memilih mana pendidik yang menyenangkan
dan mengesankan dan mana yang tidak. Pendidik yang menyenangkan
dan mengesankan menjadikan pelajaran yang diampu oleh pendidik
tersebut menjadi pelajaran yang favorit bagi peserta didik. Hal
tesebutlah yang akhirnya menjadikan perbedaan pada setiap mata
pelajaran. Biasanya pendidik yang kurang menyenangkan
menggunakan metode mengajar yang membosankan dan kurang asik
dalam proses belajar mengajarnya sehingga peserta didik tidak tertarik
dengan pelajaran yang diampu oleh pendidik tersebut.
- Disiplin Sekolah
Memang sulit untuk menerapkan kedisiplinan disetiap sekolah.
Disiplin ini harus diterapkan oleh masing-masing pribadi peserta didik
agar setiap sekolah memiliki tingkat kedisiplinan yang baik.
- Media Belajar
Media belajar biasanya persiapkan oleh pihak sekolah atau setiap
pendidik, karena dengan media belajar ini dapat mengembangkan
waawasan peserta didik dan tidak terpaku pada pendidik sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
- Waktu Sekolah
Jika dibandingkan dengan negara lain, waktu belajar di Indonesia
terbilang jauh lebih singkat. Negara-negara maju seperti Singapura dan
Jepang memiliki waktu belajar yang panjang sehingga peserta didik
pada negara tersebut terbiasa untuk membaca dan belajar sehingga
kemampuan dan hasil belajar peserta didik menjadi baik.
a) Kompetensi Pendagogik
Pedagogik adalah studi tentang pendidikan. Ini berarti penelitian
tentang bagaimana anak dibimbing ke arah dan tujuan tertentu sehingga
siswa dapat melakukan tugas-tugas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Ilmu pedagogik adalah penelitian dan teori menyeluruh yang
menyeluruh, obyektif, dan kritis dalam mengembangkan pemahaman
tentang hakikat manusia, anak, tujuan, dan hakikat pendidikan itu
sendiri.
b) Kompetensi Kepribadian
Lailiyah (2018) mengemukakan bahwa kepribadian adalah sebuah
interaksi antara pikiran, ati, akal, dan jiwa yang menunjukkan identitas
dan kualitas seseorang. Kepribadian seorang guru yang baik
menciptakan kepribadian yang baik bagi siswanya.
c) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
d) Kompetensi Profesional
Kualifikasi profesional yang harus dikuasai guru adalah pengukuhan
mata pelajaran sebagai sumber mata pelajaran, pengetahuan yang
mendalam. Masalah pembelajaran matematika berkaitan dengan
karakteristik siswa, pengetahuan tentang tujuan pendidikan dan
pembelajaran, penggunaan metode, pendekatan dan model
pembelajaran, serta kelancaran belajar mengajar.
UU. No. 20/2003 menyebutkan bahwa tugas sistem pendidikan nasional adalah
mengembangkan keterampilan dan membentuk watak serta budaya bangsa
yang bermartabat untuk membudayakan kehidupan bangsa, tujuannya adalah
meningkatkan kemampuan Mengembangkan peserta didik menjadi manusia
yang beriman, bertakwa. . Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, menjadi
warga negara yang berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan
demokratis serta bertanggung jawab (Wahyuni, 2015).
Menurut Lo & Lin, (2019) sistem pendidikan Hong Kong didasarkan pada
model pendidikan Inggris, tetapi telah mengalami beberapa perubahan sejak
penyerahan kedaulatan dari Inggris Raya ke China pada tahun 1997. Sistem
pendidikan Hong Kong terdiri dari tiga bagian: Pendidikan dasar (Primary
Education), pendidikan menengah (Secondary Education) dan pendidikan
tinggi (Tertiary Education).
Menurut Cho & Chan, (2020) sistem pendidikan Hong Kong dinilai cukup
kompetitif dan mengedepankan prestasi akademik yang tinggi. Namun, ada
kritik terhadap sistem ini, termasuk kekhawatiran tentang kelebihan dan stres
yang dialami siswa selama tahun ajaran.
Meskipun sistem pendidikan Hong Kong berfokus pada hasil akademik yang
tinggi dan persaingan yang ketat, sistem ini juga memiliki banyak keuntungan
dalam mempersiapkan siswa untuk masa depan. Siswa Hong Kong seringkali
memiliki keterampilan akademik yang kuat dan mampu bersaing di pasar kerja
global dan pendidikan tinggi.
Berikut adalah beberapa keuntungan dan kerugian dari sistem pendidikan dan
pembelajaran Hong Kong:
Kelebihan:
1. Pendidikan berkualitas
Sistem pendidikan Hong Kong menyediakan pendidikan berkualitas dan
menekankan hasil akademik yang tinggi. Hal ini memungkinkan siswa
untuk bersaing secara global dan mencapai keberhasilan akademik.
2. Keterampilan Akademik yang Kuat:
Siswa Hong Kong memiliki keterampilan akademik yang kuat karena
mereka diajar untuk memahami berbagai disiplin ilmu dan mempersiapkan
ujian nasional yang ketat.
3. Teknologi Canggih:
Sistem pendidikan Hong Kong menggunakan teknologi modern seperti
platform e-learning dan perangkat lunak pendidikan untuk meningkatkan
efisiensi pembelajaran.
4. Pendidikan Bilingual:
Bahasa Inggris dan Mandarin umumnya diajarkan di sekolah-sekolah Hong
Kong, memungkinkan siswa menjadi fasih dalam kedua bahasa tersebut.
Kurangnya:
1. Beban studi tinggi:
Sistem pendidikan Hong Kong menekankan hasil akademik yang tinggi
dan persaingan yang ketat, sehingga siswa sering merasa kewalahan dengan
beban belajar yang berat dan sering mengalami stres dan kelelahan.
2. Kurikulum terlalu kaku:
Kurikulum di Hong Kong seringkali terlalu kaku dan tidak fleksibel, yang
dapat mempersulit siswa untuk mengembangkan keterampilan yang lebih
luas dan berpikir kreatif.
3. Kurang fokus dalam mengembangkan keterampilan non-akademik:
Sistem pendidikan Hong Kong cenderung fokus pada pengembangan
keterampilan akademik, tetapi tidak cukup pada keterampilan non-
akademis seperti keterampilan interpersonal, kepemimpinan, dan
keterampilan inovasi.
4. Kurangnya dukungan psikologis:
Meskipun pemerintah dan lembaga pendidikan telah mencoba untuk
mengatasi hal ini, dukungan psikologis bagi siswa yang mengalami stres
belajar dan ujian masih kurang.
Di sisi lain, beban studi Hong Kong yang tinggi dan kurikulum yang terlalu
kaku membuat siswa stress dan membatasi kemampuan mereka untuk
mengembangkan keterampilan yang lebih luas dan berpikir kreatif. Selain itu,
mahalnya biaya pendidikan dapat menjadi kendala bagi siswa dari keluarga
miskin. Meskipun sistem pendidikan Hong Kong telah memberikan dampak
positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan dalam beberapa aspek, namun
masih terdapat tantangan dan permasalahan yang harus dibenahi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Persamaan:
a. Kedua negara menyadari pentingnya pendidikan matematika yang
berkualitas bagi masa depan siswa dan negara.
b. Kedua negara menyadari tantangan dalam pembelajaran matematika,
seperti: kurangnya minat siswa, kurangnya guru dan kurangnya sumber
daya.
Perbedaan:
a. Indonesia masih menerapkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) namun
untuk melatih kemampuan membaca, menulis, dan berhitung padahal pada
jenjang ini bagus unutuk melatik perkembagnan motorik anak.
b. Waktu belajar di Indonesia yang terbilang lebih singkat dan padat
dibandingkan dengan Hongkong dimana proses pembelajaran dikelas
hanya dilakukan selama 30-40% saja, selebihnya dihabiskan untuk
berinteraksi dan bermain bersama teman-temannya.
c. Hong Kong telah memperkenalkan kurikulum matematika yang lebih
fleksibel dan terintegrasi teknologi, sementara Indonesia masih berjuang
untuk menyesuaikan kurikulumnya dengan perkembangan teknologi.
d. Hong Kong memiliki sistem penilaian yang lebih ketat dan ujian nasional
dianggap penting dalam menilai prestasi siswa, sedangkan Indonesia lebih
fokus pada pembelajaran berbasis proyek dan penilaian formatif.
e. Hong Kong memiliki lebih banyak sumber daya dan fasilitas untuk siswa
dan guru, sedangkan Indonesia masih membutuhkan peningkatan dalam
ketersediaan sumber daya dan fasilitas.
a Sapan, A., Darwis, M., & Minggi, I. (2019). ANALYSIS ON MATH TEACHER
COMPETENCE SMK PELAYARAN IN MAKASSAR. 91.
Al Faruq, U. (2020). Peluang dan tantangan pendidikan Muhammadiyah di era
4.0. Jurnal Ilmiah Ar-Risalah: Media Ke-Islaman, Pendidikan Dan Hukum
Islam, 18(1), 13–30.
Cho, E. Y.-N., & Chan, T. M. S. (2020). Children’s wellbeing in a high-stakes
testing environment: The case of Hong Kong. Children and Youth Services
Review, 109, 104694.
Fadilla, A. N., Relawati, A. S., & Ratnaningsing, N. (2021). Problematika
Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19. Academy of Education
Journal, 1(2), 254–261. https://doi.org/10.47200/aoej.v12i2.447
Hasim, H. (2021). Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Pendidikan
Di Kabupaten Konawe. Ius Civile: Refleksi Penegakan Hukum Dan
Keadilan, 5(1).
Hidayat, R., & Patras, Y. E. (2013). Evaluasi Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia. International Seminar on Quality and Affordable Education
(ISQAE), 2, 79–88.
Ho, C. S.-H., Wong, T. T.-Y., & Chan, W. W. L. (2014). Mathematics learning
and its difficulties among Chinese children in Hong Kong. In The Routledge
international handbook of dyscalculia and mathematical learning difficulties
(pp. 193–202). Routledge.
Istiawati, N. F. (2016). Pendidikan karakter Berbasis Nilai-nilai Kearifan lokal
Adat AMMATOA dalam menumbuhkan karakter konservasi. Cendekia:
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 10(1), 1–18.
Karmila, M., Syakira, N., & Mahir, M. (2020). Analisis kebijakan pendidikan
sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru. Jurnal Mappesona, 3(1).
Kurnali, H. (2020). Kapita Selekta Pendidikan: Mengurai Benang Kusut
Pendidikan Islam. Deepublish.
Lailiyah, M. (2018). KEPRIBADIAN GURU MATEMATIKA YANG ISLAMI.
TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 13(1), 47–64.
Leni, N. (2019). Faktor Yang Membuat 7 Negara (Finlandia, Korea Selatan,
Hongkong, Jepang, Singapura, Belanda, Kanada) Diakui Memiliki Sistem
Pendidikan Terbaik di Dunia dalam Kajian Antropologi dan Matematika.
Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2(2),
219–229.
Lo, Y. Y., & Lin, A. M. Y. (2019). Content and language integrated learning in
Hong Kong. Second Handbook of English Language Teaching, 963–982.
Lomu, L., & Widodo, S. A. (2018). Pengaruh Motivasi Belajar dan Disiplin
Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika Etnomatnesia, 0(0), 745–751.
Prastyawan, P. (2016). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Al Hikmah:
Jurnal Studi Keislaman, 6(1).
Sari, R. K. (2019). Analisis problematika pembelajaran matematika di Sekolah
Menengah Pertama dan solusi alternatifnya. Prismatika: Jurnal Pendidikan
Dan Riset Matematika, 2(1), 23–31.
Sirait, E. D. (2016). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1), 35–43.
https://doi.org/10.30998/formatif.v6i1.750
Sudarsana, I. K. (2015). Peningkatan mutu pendidikan luar sekolah dalam
upayapembangunan sumber daya manusia. Jurnal Penjaminan Mutu, 1(1),
1–14.
Wahyuni, F. (2015). Kurikulum dari Masa ke Masa (Telaah Atas Pentahapan
Kurikulum Pendidikan di Indonesia). Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan
Keagamaan, 10(2), 231–242.
Wulandari, F. A., Kurniawati, U. M., & Rohimawan, M. A. (2020). Problematika
Mata Pelajaran Matematika Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 11(1), 109–115.
Yan, Z., & Brown, G. T. L. (2021). Assessment for learning in the Hong Kong
assessment reform: A case of policy borrowing. Studies in Educational
Evaluation, 68, 100985.
Zulmaulida, R., Saputra, E., Munir, M., Zanthy, L. S., Wahnyuni, M., Irham, M.,
& Akmal, N. (2021). Problematika Pembelajaran Matematika. Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini.