Laporan Pendahuluan PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

K DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI DI RUANG SHAFA RS NUR HIDAYAH
YOGYAKARTA

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik Klinik Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : ARYANI ANGGI ARSA


KELAS : II A
NIM : 3120203583

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan
harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).

Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat lebih memberikan


kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan bantuan. Secara umum dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas
dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman
pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).

Pada tahun 1979, International Association for The Study of Pain (IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri dada
adalah suatu nyeri yang berlokasi di dada. Variasi nyeri dada ini sangat luas mulai dari
suatu ketidaknyamanan ringan akibat gangguan muskuloskeletal hingga nyeri dada
akibat serangan jantung yang berbahaya.
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis dan melakukan tindakan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan kebuthan rasa nyaman akibat nyeri di ruang shafa
RS Nur Hidayah.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi gangguan rasa nyaman nyeri
b. Mengetahui etiologi gangguan rasa nyaman nyeri
c. Mengetahui manifestasi klinik gangguan rasa nyaman nyeri
d. Mengetahui patofisiologi gangguan rasa nyaman nyeri
e. Menegtahui pemeriksaan penunjang gangguan rasa nyaman nyeri
f. Menetahui komplikasi gangguan rasa nyaman nyeri
g. Mengetahui penatalaksanaan gangguan rasa nyaman nyeri
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional (SDKI PPNI, 2017).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang
dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI PPNI,
2017).
B. Etiologi
1. Agen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma, dll)
2. Agen pencedera kimiawi (terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik ( abses, amputasi, terbakar, terpotong, prosedur oprasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)

C. Manifestasi Klinis
1. Gejala dan tanda mayor
 Subjektif : Mengengeluh nyeri
 Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersifat proteksif (waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
2. Gejala dan tanda minor
 Subjektif : tidak tersedia
 Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforensis
D. Patofisiologi
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi
maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang
mengalami nekrotik akan merilis K+ dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K +
ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada
beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan
peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien,
prostaglandin E2, dan histamine yang akan merangasng nosiseptor sehingga
rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia
atau allodynia). Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga
bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi
oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan
akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor.
Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal,
tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor
terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait
peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan
vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh
serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan
migrain. Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Silbernagl &
Lang, 2000)

E. Pemeriksaan penunjang
1) Elektrokardiogram (EKG)
2) Foto rontgen dada
3) Pemeriksaan laboratorium
F. Komplikasi
 Kegelisahan
 Depresi
 Menghindari sesuatu hal/kegiatan yang menyebabkan rasa sakit
 Trauma terkait dengan penyebab rasa sakit
 Ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit
 Kurang tidur
 Konsentrasi yang buruk dan memori jangka pendek
 Masalah kesehatan yang berhubungan dengan stres, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan, diare, tekanan darah meningkat
 Perasaan kehilangan dalam hidup, tidak memiliki arah.

G. Penatalaksanaan
Dalam 10 menit pertama sejak pasien datang ke instalasi gawat darurat, harus sudah
dilakukan penilaian meliputi anamnesa riwayat nyeri, pemeriksaan fisik, EKG 12 lead
dan saturasi oksigen, pemeriksaan enzim jantung, elektrolit dan bekuan darah serta
menyiapkan intra vena line dengan D5%.
Penanganan farmakologi
 Oksigensi
 Ranitidin melalui IV 1 ampul
 Nitrogliserin Pemberian ISDN (isosorbid dinitrat) sublingual. Nitrat mempunyai dua
efek utama, pertama yaitu nitrat berfungsi sebagai venodilator, sehingga akan
menyebabkan “pooling darah” yang selanjutnya akan menurunkan venous
return/preload, sehingga kerja jantung akan berkurang. Kedua, nitrat akan
merelaksasikan otot polos pembuluh koroner sehingga suplai oksigen pada jantung
dapat ditingkatkan. Kewaspadaan adalah penggunaan harus dilakukan hati-hati pada
pasien infark ventrikel kanan dan infark inferior, selain itu tidak boleh diberikan pada
pasien dengan TD ≤ 90 mmHg atau 30 mmHg lebih rendah dari pemeriksaan TD awal.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & proses keperawatan nyeri.

Bahrudin, M. (2017). Patofisiologi nyeri (pain). Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan
Kedokteran Keluarga, 13(1), 7-13.

Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor risiko dominan penyakit jantung
koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3), 153-164.

Handayani, A. (2017). NYERI DADA DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR. Mitos dan


Fakta Tentang Nyeri, 50.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indicator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai