Nasionalisme Pendidikan Dan Karakter Bangsa
Nasionalisme Pendidikan Dan Karakter Bangsa
Nasionalisme Pendidikan Dan Karakter Bangsa
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan suatu upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Secara singkat pendidikan
karakter bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,
yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan,dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari dimanapun dia berada. Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan
nilai-nilai yang dikembangkan dan diidentifikasi dari sumber-sumber yang mencerminkan
karakter Inonesia, yaitu Agama, pancasila dan UUD 1945 dan diwujudkan berdasarkan ke
sebelas prinsip pendidikan karakter. Serta pendidikan karakter pada 10-15 tahun kedepan
diharapkan masyarakat Indonesia sudah bisa lebih berjiwa nasionalisme karena sesuai.
Nasionalisme merupakan kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan azas sama rasa-
sama asa yang menjadi pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan bangsa
atau menghempaskan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya didalam
lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai warga negara Indonesia, harus merasa
bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia. Nasionalisme Pancasila pada prinsipnya
merupakan suatu pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip Nasionalisme Pancasila dilandasi nilai-
nilai Pancasila yang mengarahkan bangsa Indonesia agar senantiasa menempatkan persatuan dan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi. Rasa
nasionalisme yang tinggi dapat menjadi tali pengikat persaudaraan antara bangsa dengan warga
negaranya yaitu satu tanah air Indonesia. Ketika melihat sekarang ini pengaruh era globalisasi
sangat signifikan mempengaruhi masyarakat Indonesia terhadap penurunan rasa nasionalisme
khususnya pada para generasi penerus bangsa. Rasa nasionalisme di kalangan para pelajar
sebagai generasi penerus bangsa di Indonesia semakin rendah. Hal ini dapat di lihat ketika
banyak pelajar yang lebih membanggakan budaya dengan cara mengikuti tren berbusana bangsa
1
lain, cara berbicara bangsa lain, kesenian, adat budaya, dan kebiasaan bangsa lain dan acuh
terhadap kekayaan bangsa sendiri, serta tawuran pelajar yang memecah persatuan bangsa
sehingga menjadikan siswa kehilangan sikap nasionalisme di dalam diri mereka masing-masing.
Sikap nasionalisme merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam
menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia. Nilai-nilai nasionalisme harus
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari agar para generasi penerus bangsa dapat
memahami arti dari persatuan dan kesatuan guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Nilai-nilai nasionalisme tersebut dapat diimplementasikan melalui pendidikan, hal ini
sudah sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. “Dasar hukumnya
kemendiknas, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Melihat dari hal tersebut bahwa memang pendidikan salah satu upaya
pokok pemerintah dalam mengembangkan dan mengimplementasikan nilai-nilai nasionalisme
untuk menjaga keutuhan dan kepentingan bersama bangsa dan negara Indonesia. Sekolah
merupakan salah satu lembaga yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semangat
nasionalisme kepada generasi muda. Di dalam sekolah diajarkan sikap nasionalisme yang
merupakan salah satu 18 nilai karakter nasional menurut Kemendiknas yaitu:1.religius, 2.jujur,
3.toleransi, 4.disiplin, 5.kerja keras, 6.kreatif, 7.mandiri, 8.demokratis, 9.rasa ingin tahu,
10.nasionalisme, 11.cinta tanah air, 12.menghargai prestasi, 13.komunikatif, 14.cinta damai,
15.gemar membaca, 16.peduli lingkungan, 17.peduli sosial, 18.tanggung jawab. Penguatan sikap
nasionalisme siswa mendapat perhatian khusus oleh pemerintah melalui kurikulum 2013
khususnya pada program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Program tersebut adalah untuk
memperbaiki karakter dan sikap nasionalisme para siswa di Indonesia dan juga sikap lainnya
yang sesuai dengan Pancasila. Program tersebut telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo melalui Perpres No.87 Tahun 2017 yang menjelaskan bahwa Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Nasionalisme ?
2. Apa pengertian pendidikan karakter bangsa ?
3. Bagaimana menumbuhkan jiwa nasionalisme terhadap generasi muda melalui
pendidikan karakter bangsa ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian nasionalisme
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter bangsa
3. Untuk mengetahui bagaimana menumbuhkan jiwa nasionalisme terhadap generasi
muda melalui pendidikan karakter bangsa
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah kita lihat, di Indonesia sendiri nasionalisme bukan merupakan sesuatu
yang sudah sejak dulu ada.Tampak pula bahwa nasionalisme di Indonesia merupakan sesuatu
yang hidup, yang bergerak terus secara dinamis seiring dengan perkembangan masyarakat,
bahkan sampai sekarang. Makna nasionalisme sendiri tidak statis, tetapi dinamis mengikuti
bergulirnya masyarakat dalam waktu.Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan
dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai sebagai
“sekelompok orang yang dilahirkan di suatu daerah yang sama” (group of people born ini the
same place)(Ritter, 1986: 286) . Kata ‘nasionalisme’ menurut Abbe Barruel untuk pertama
kalidipakai di Jerman pada abad ke-15, yang diperuntukan bagi para mahasiswa yang datang dari
daerah yang sama atau berbahasa sama, sehingga mereka itu (di kampus yang baru dan daerah
baru) tetap menunjukkan cinta mereka terhadap bangsa/suku asal mereka (Ritter, 1986: 295) .Ia
tidak bersifat alamiah, melainkan merupakan satu gejala sejarah, yang timbul sebagai tanggapan
terhadap kondisi politik, ekonomi dan sosial tertentu. Pandangan yang demikian ini
mengandaikan bahwa nasionalisme merupakan sesuatu yang Elektronik. hidup, yang secara
dinamis berkembang serta mencari bentuk-bentuk baru sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan jaman. Boyd Shafer mengatakan bahwa nasionalisme itu multi makna, hal tersebut
tergantung pada kondisi objektif dan subjektif dari setiap bangsa. Oleh sebab itu nasionalisme
dapat bermakna sebagai berikut:
1. Nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa atau budaya yang sama, maka
dalam hal ini nasionalisme sama dengan patriotism.
2. Nasionalisme adalah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise
bangsa.
3. Nasionalisme adalah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur,
kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang
kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.
4
4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk
bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri,(v)nasionalisme adalah doktrin yang
menyatakan bahwa bangsanya sendiri harus dominan atau tertinggi di antara bangsa-
bangsa lain dan harus bertindak agresif.
2.1.2 Faktor-faktor Nasionalisme Indonesia
Munculnya nasionalisme pada masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh faktor dari dalam
(intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor intern yang mempengaruhi munculnya
nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.(i)timbulnya kembali golongan pertengahan,
kaum terpelajar,(ii)adanya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh seluruh rakyat dalam
berbagai bidang kehidupan,(iii)pengaruh golongan peranakan,(iv)adanya keinginan untuk
melepaskan diri dari imperialisme Faktor ekstern yang mempengaruhi munculnya nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut :
5
dipandang sebagai identitas nasional, lambang perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang
penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan
pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan
Indonesia bukan atas nama daerah lagi.
Secara harfiah karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi ” (Hornby dan Pornwell, 1972: 49). Dalam kamus Psikologi dinyatakan bahwa karakter
adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang
biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap (Dali Gulo, 1982: 29). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Karakter atau seringkali juga disebut watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap
pikran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.
Menurut Maxwell, karakter jauh lebih baik dari sekedar perkataan karena karakter merupakan
sebuah pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan. Wyne berpendapat bahwa karakter
menandai bagaimana cara atau pun teknis untuk memfoukuskan penerapan nilai kebaikan ke
dalam tindakan atau pun tingkah laku. Saunders menuturkan bahwa karakter merupakan sifat
nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Karakter dapat dilihat dari berbagai macam
atribut yang ada dalam pola tingkah laku individu. Sedangkan menurut Alwisol, karakter
merupakan penggambaran tingkah laku yang dilaksanakan dengan menonjolkan nilai (benar –
salah, baik – buruk) secara implisit atau pun ekspilisit. Karakter berbeda dengan kepribadian
yang sama sekali tidak menyangkut nilai – nilai. Adapun menurut Kamisa, pengertian karakter
adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat membuat seseorang terlihat
berbeda dari orang lain. Berkarakter dapat diartikan memiliki watak dan juga kepribadian. Dalam
konteks kebahasaan karakter atau akhlak seringkali disamakan dengan etika, moral dan susila,
kendati secara akademik istilah-istilah tersebut memiliki persamaan dan sekaligus perbedaan
(Hanafi, 2012). Hanafi (2012) lebih lanjut menjelaskan persamaan dan perbedaan dari istilah-
istilah tersebut. Pertama, bahwa persamaan karakter, akhlak, etika,moral dan susila adalah
6
mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan peringai yang
baik.Kedua, bahwa karakter, akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaanya. Semakin tinggi karakter, akhlak,
etika, moral dan susila yang dimiliki oleh seseorang, semakin tinggi pula harkat dan martabat
kemanusiaannya.Sebaliknya, semakin rendah kualitas karakter,akhlak, etika, moral dan susila
seseorang sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya. Ketiga,
bahwa karakter, akhlak, etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok orang tidak semata-
mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, statis dan konstan, tetapi merupakan
potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif
tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan dan keteladan serta dukungan lingkungan, mulai
dari keluarga, sekolah dan masyarakat secara terus menerus, berkesinambungan, dengan tingkat
keajegan dan konsistensi yang tinggi.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
(Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005).
7
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi,
sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
8
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin,
karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat
menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu
kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku
sesama warga.Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan bangsa. Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung
berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan
rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi
mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap
baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika
terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia.
Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga
mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan
bangsa.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah
membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda
sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut
jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi
identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan
pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Teknologi internet merupakan teknologi
yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak
muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya
9
tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian.
Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal
untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka
yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih
memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contohnya adanya
geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan
kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, maka moral generasi bangsa menjadi rusak dan
akan timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme
akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli
terhadap masyarakat.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
(Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005).
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah
membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda
sekarang.
Globalisasi yang semakin cepat dan terbuka ini bagaimanapun tetap harus diwaspadai
dan diantisipasi, karena globalisasi tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah
10
menemukan strategi bagaimana agar bangsa ini mampu menemukan ritme dan alur yang mantap
di dalam aliran globalisasi ini. Kewaspadaan dan antisipasi terhadap globalisasi ini sangat
penting mengingat globalisasi itu sendiri membawa paradok tersendiri, seperti yang diungkapkan
oleh John Naisbitt dalam Sumardi (2003).
Kemajuan dan globalisasi ini membawa muatan positif sekaligus negatif yang
harusdiantisipasi agar perubahan tersebut tidak menggilas dan melunturkan jati diri bangsa
Indonesia, sebagai bagian dari peradaban dunia.Oleh karena itu, strategi lokal yang kuat dalam
menjawab segenap peluang dan tantangan yang ada seiring semakin berkembangnya globalisasi
adalah bagaimana menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan meminimalisasi kelemahan
yang ada untuk memanfaatkan peluang dan mengantisipasi segenap tantangan yang muncul.
Segenap kekuatan dan kelemahan yang dimaksud dalam hal ini adalah segenap aspek kehidupan
bangsa (asta gatra) yang dimiliki oleh bangsa ini, yaitu diantaranya :
1. Geografis,
2. Sumberdaya Kekayaan Alam,
3. Demografi,
4. Ideologi,
5. Politik,
6. Ekonomi,
7. Sosial-Budaya
8. Pertahanan Dan Keamanan.
Secara sosiologis dan psikologis, selain masyarakat luas, komunitas yang paling mudah
terkena pengaruh fenomena global itu adalah kalangan generasi muda, khususnya para remaja,
yang berada dalam fase kehidupan pancaroba yang labil dan fase pencarian identitas diri.
Fenomena ini sesungguhnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. Apakah globalisasi akan
berakibat pada kemerosotan atau sebaliknya. Di sinilah letak penting dan sentralnya peran dunia
pendidikan dalam membawa para remaja khususnya dan generasi muda pada umumnya untuk
menuju ke arah perubahan sosial yang sekaligus bermakna kemajuan sosial dan kemajuan
bangsa. Dalam hal ini, pendidikan menjadi penentu masa depan bangsa dan negara ke depan.
11
Seperti yang dikemukakan oleh Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yodhoyono bahwa
ada lima isu penting dalam dunia pendidikan. Salah satunya isu mengenai hubungan pendidikan
dengan pembentukan watak atau dikenal dengan pembangunan karakter (character building).
Presiden menyatakan bahwa kemajuan pendidikan tidak boleh melupakan pembangunan
karakter. Oleh karena itu, Presiden melalui Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)
meluncurkan Program Pendidikan Karakter.
Penanaman jiwa nasionalisme perlu dilakukan disekolah, hal ini dikarenakan bahwa
sekolah merupakan tempat pendidikan dan pembentukan jiwa serta semangat bagi generasi muda
yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.Generasi muda
adalah salah satu aset Indonesia pada masa yang akan datang. Bangsa ini harus mampu
menempatkan remaja-remajanya untuk menjadi pemimpin di masa mendatang. Tentu saja harus
ada upaya-upaya untuk menanamkan sebuah ciri khas budaya bangsa ini untuk membedakannya
dengan orang dari negara lain. Selain itu adanya budaya lokal yang melekat pada diri pemuda-
pemuda Indonesia akan mampu memperkuat jati diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Tujuan tersebut merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional inilah yang
menjadi landasan pengembangan karakter bangsa. Dimana, pendidikan karakter bersifat terus
menerus dan berkelanjutan (continuous) dimulai dari pendidikan usia dini agar terinternalisasi
dengan baik dalam diri anak didik.
12
the future dapat dijabarkan secara konkrit. Sejatinya kepribadian dan citra diri bangsa menjadi
kekuatan etos, semangat etik dan moral yang diharapkan bagi kemajuan bangsa ini di masa
depan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari pembahasan yang telah penulis jabarkan
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Nasionalisme adalah suatu paham kesadaran untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa
karena adanya kebersamaan kepentingan, rasa senasib sepenanggungan dalam
menghadapi masa lalu dan masa kini serta kesamaan pandangan, harapan dan tujuan
dalam merumuskan cita-cita masa depan bangsa. Untuk mewujudkan kesadaran tersebut
di butuhkan semangat patriot dan perikemanusiaan yang tinggi, serta demokratisasi dan
kebebasan berpikir sehingga akan mampu menumbuhkan semangat persatuan dalam
masyarakat pluralis.
2. Pendidikan karakter bangsa merupakan upaya untuk mencetak bangsa yang bermartabat
dan bermoral melalui pendidikan.
3. Penanaman jiwa nasionalisme serta penguatan karakter bangsa bagi seluruh mahasiswa di
Indonesia akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka mewujudkan
NKRI yang kuat dan kokoh serta kepribadian. Dalam rangka membentuk dan
menumbuhkan rasa nasionalisme serta karakter bangsa Indonesia.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan Terima Kasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mahipal, The Relevance of Civil Education in the Era of Globalization in Indonesia (January 1,
2011). Wawasan Tridharma: Majalah Ilmiah Kopertis Wilayah IV Jawa Barat, Nomor 6, Tahun
XXIII Januari 2011. Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=1793060 or
http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.1793060
Wahyudin, Yudi and Mahipal, PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DAN PEMBINAAN
KARAKTER (Leadership Education And Character Building) (October 19, 2018). Jurnal
Cendekia Ihya Vol.1 No.1, Oktober 2018, ISSN 2623-0453 (Media-CD), Halaman 33-40.
Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=3424599
Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3621228
https://www.kompasiana.com/abahfachrul/5519b251a33311881ab6595f/
tumbuhnyanasionalisme-di-indonesia Di akses 22 Mei 2020,Pukul 13.07 WIB
Arisno.2011.Kepemimpinan Kepala Ssekolah Dalam Pespktif Pendidikan Karakter.Jakarta:Suku
Dinas Pendidikan Dasar
Salim,Kalbin and Mira Puspa.2014.Pengaruh Globalisai Terhaap Dunia Pendidikan.kepulauan
Riau:STAI abdurahman
Noor,Zevic Aulia.2017.Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Generasi Mud Melalui Pendidikan
Karakter.Unsoed
Jamli, Edison dkk.Kewarganegaraan.2005.Jakarta: Bumi Akasara
15
16