Evaluasi Aktivitas (Posisi Nyeri Psikologis)
Evaluasi Aktivitas (Posisi Nyeri Psikologis)
Evaluasi Aktivitas (Posisi Nyeri Psikologis)
Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi
seseorang, perhatian, dan variabel-variabel psikologis lainnya, yang mengganggu
perilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap orang untuk mengehentikan rasa
tersebut (Melzack dan Wall 1998 dalam Judha dkk,2012). Secara umum nyeri
diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.
2. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantuk untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologis berikut, yaitu: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil
nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute
saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medula spinalis.
Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai ortak atau ditransmisi tanpa hambatan ke
korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.
Fisiologis Nyeri Persalinan
3. Klasifikasi nyeri
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat
(Meinharr dan Mccaffery, 1983: NH, 1986 dalam Smeltzer, 2002). Nyeri akut
dapat berhenti dengan sendirinya (self-limiting) dan akhirnya menghilang
dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang terjadi
kerusakan.
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan), memiliki omset yang tiba-
tiba, dan terlokalisasi. Nyeri ini biasanya disebabkan trauma beda atau
inflamasi. Kebanyakan orang pernah mengalami nyeri jenis ini, seperti pada
saat sakit kepala, sakit gigi, terbakar, tertusuk duri, pasca persalinan, pasca
pembedahan, dan lain sebagainya.
Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivitas sistem saraf simpatis yang akan
memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan respirasi, peningkatan
tekanan darah, peningkatan denyut jantung, dan dilatasi pupil. Secara verbal
klien yang mengalami nyeri akan melaporkan adanya ketidaknyamanan
berkaitan dengan nyeri yang dirasakan.
4. Respon tubuh terhadap nyeri
a. Respons Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri
yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Pemahaman dan pemberian arti nyeri
sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu dan
juga faktor sosial budaya.
b. Respons Fisiologis
1) Stimulasi Simpatiknyeri ringan, moderat, dan superficial):
2) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
3) Peningkatan heart rate
4) Vasokonstriksi perifer
c. Stimulus Parasimpatik ( nyeri berat dan dalam )
1) Muka pucat
2) Otot mmengera
3) Nafas cepat dan irreguler
4) Kelelahan dan keletihan
d. Respon Tingkah Laku
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
1) Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
2) Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
3) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari & tangan
4) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd
aktivitas menghilangkan nyeri).
5. Factor Yang Mempengaruhi Nyeri
a. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah
hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit
berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
b. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex:
tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
c. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka rerespon
terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa
nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan,
jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
6. Tanda dan Gejala Nyeri
Gejala dan tanda menurut PPNI(2016) adalah sebagai berikut:
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Mayasari, CD (2016). Pentingnya memahami manajemen nyeri nonfarmakologis bagi
seorang perawat. Wawasan Kesehatan , 1 (1), 35-42.
Mardana, I Kadek Riyandi Pranadiva Tjahya Aryansa. 2017. Penilaian Nyeri.
Makalah. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA: Denpasar
Sari, KP, & Halim, MS (2017). Perbedaan kualitas hidup antara berbagai metode
manajemen nyeri pada pasien nyeri kronis. Jurnal Psikologi , 44 (2), 107-125.