Bahan 2 PT
Bahan 2 PT
Bahan 2 PT
Perencanaan perangkutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan kota.
Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola perangkutan yang akan terjadi
sebagai akibat rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu-lintas di kemudian
hari. Keadaan ini akan membawa akibat berantai cukup panjang dengan meningkatnya
jumlah kecelakaan, pelanggaran lalu-lintas, menurunnya sopan santun lalu-lintas, dan lain-
lain.
Perencanaan perangkutan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang tujuannya
mengembangkan sistem angkutan yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau
berpindah tempat dengan aman dan murah.
Kaitannya perencanaan kota dengan perencanaan perangkutan, yaitu perencanaan kota
mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya berbagai
persoalan atau penyakit kota agar kota menjadi suatu tempat kehidupan yang membetahkan
dan layak. Sedangkan perencanaan perangkutan mempunyai sasaran mengembangkan sistem
perangkutan yang memungkinkan orang maupun barang bergerak dengan aman, murah,
cepat, dan nyaman.
Perencanaan Transportasi adalah suatu perencanaan kebutuhan prasarana transportasi seperti
jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem transportasi
yang efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan.
Permasalahan dalam perencanaan transportasi yaitu pada sifat tansportasi yang lebih sebagai
suatu sistem dengan pola interaksi yang kompleks, sehingga perencanaan transportasi dapat
menjadi suatu kegiatan yang rumit dan memakan waktu, serta usaha dan sumber daya yang
besar. Oleh karena itu dalam perencanaan transportasi dilakukan pembatasan-pembatasan
terhadap tingkat maupun lingkup analisisnya, sehingga hasil perencanaan transportasi lebih
bersifat indikatif dibandingkan sifat kepastiannya. Perencanaan transportasi ditujukan untuk
mengatasi masalah transportasi yang sedang terjadi atau kemungkinan terjadi di masa
mendatang. Tujuan perencanaan transportasi adalah untuk mencari penyelesaian masalah
transportasi dengan cara yang paling tepat dengan menggunakan sumber daya yang ada.
Dari sisi waktu analisisnya, perencanaan transportasi dapat dibedakan menjadi perencanaan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek dan
menengah umumnya tidak melibatkan perencanaan prasarana berskala besar dengan biaya
tinggi. Secara lebih rinci, ketiga jenis perencanaan transportasi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan Jangka Pendek (perencanaan operasional) Cakupan tingkat perencanaan
operasional adalah misalnya membuat denah untuk persimpangan, penyeberangan pejalan
kaki. Lokasi parkir, penempatan pemberhentian bus, metode pemberian karcis, langkah-
langkah keselamatan dan ketertiban lalu lintas.
2. Perencanaan Jangka Menengah (perencanaan teknis) Tingkat perencanaan ini berkaitan
dengan penataan pola manajemen lalu lintas, pembuatan jalan local, pengendalian parkir,
pengorganisasian angkutan umum, kooedinasi pemberlakuan tariff, membuat kawasan
pejalan kaki dan sebagainya. Semua iu memunculkan permasalahan yang kompleks, saling
berkaitan dan memiliki efek sampingan. Unuk menanganinya dibutuhkan keahlian dari para
professional yang terlatih.
3. Perencanaan Jangka Panjang (perencanaan strategis) Berhubungan dengan struktur dan
kapasitas jaringan jalan utama dan trasnportasi umum, keterkaitan antara transportasi dan
guna lahan, keseimbangan antar permintaan dan penawaran, keterkaitan antara tujuan
transportasi dengan ekonomi, tujuan lingkungan dan social kesemuanya merupakan masalah
yang sulit untuk dimengerti, meskipun untuk para perencana transportasi professional
sekalipun.
Segi Perencanaan Perangkutan
Penyediaan ruang gerak bagi alat angkut merupakan kebutuhan mutlak yang banyak
merombak bentuk jaringan ’urat nadi’ kota besar dunia, dan juga telah melanda Indonesia.
Perombakan ini, dan usaha memelihara prasarana yang sudah ada, menelan anggaran biaya
yang tidak sedikit.
Perkembangan teknologi angkutan juga mempengaruhi pola gerak masyarakat. Atau
sebaliknya, tuntutan kebutuhan gerak masyarakat mendorong agak sulit ditentukan, sama
sulitnya seperti menentukan pengaruh timbal-balik antara perangkutan dan tata guna lahan.
Perangkutan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu :
a) Sosial : masyarakat yang membutuhkan, menggunakan, dan mengelola perangkutan, dan
juga yang melakukan pergerakan;
b) Fisik : prasarana dan sarana perangkutan yang memerlukan ruang bagi pergerakannya.
Pengejawatahan kegiatan perangkutan juga berupa kenyataan guna lahan untuk jaringan
jalan, yang bahkan meliputi 15-30% luas tanah perkotaan;
c) Ekonomi : bagaimana pun masalah ini ternyata tidak dapat dipisahkan.
Aksesibilitas
Aksesibilitas yang tinggi merupakan idaman dari sebuah sistem transportasi yang ideal.
Aksesibilitas yang tinggi adalah jaringan pelayanan transportasi dapat menjangkau seluas
mungkin wilayah nasional dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional. Hal yang paling mendasar dalam penyediaan sistem jaringan jalan untuk skala
wilayah provinsi dan kabupaten atau kota adalah dengan cara menjamin aksesibilitas dan
efisiensi mobilitas kendaraan, orang dan barang dari satu titik-titik strategis baik wilayah
provinsi, kabupaten atu kota, pusat-pusat kegiatan ekonomi kawasan unggulan atau andalan,
dan titik-titik strategis lainnya. Aksesibilitas kota medan tidak dapat lepas dari sarana dan
prasarana yang ada, semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka semakin tinggi pula
tingkat aksesibilitas yang akan dicapai.
Pelayanan transportasi jalan memiliki daya hubung (aksesibilitas) transportasi yang sangat
baik dibandingkan moda transportasi lainnya. Hal ini dikarenakan daya hubung transportasi
jalan dapat menjangkau sampai di wilayah pedesaan dan pengembangan jaringannya juga
dapat menjangkau wilayah terisolir. Selain itu bila ditinjau sebagai konsep multimoda sistem,
transportasi jalan biasanya berfungsi sebagai penghubung sistem multimoda itu. Kondisi ini
juga terdapat di kota medan yang juga memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
wilayah lain terutama yang dominan di transportasi jalannya. Daya hubung itu juga
menghubungkan zona-zona berdasarkan hirarki wilayah yang ada di wilayah kota medan
maupun dalam kesatuan wilayah regional lainnya.
Mobalitas Transportasi
Perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain selalu melalui jalur-jalur
tertentu. Tempat asal dan tempat tujuan dihubungkan satu sama lain dengan suatu jaringan
(network) dalam ruang. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan jalan, yang merupakan
bagian dari sistem transportasi. Transportasi merupakan hal yang penting dalam suatu sistem,
karena tanpa transportasi perhubungan antara satu tempat dengan tempat lain tidak terwujud
secara baik
interaksi antar wilayah tercermin pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang,
barang, maupun jasa. Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar
wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu
wilayah. Wilayah dengan kondisi geografis yang beragam memerlukan keterpaduan antar
jenis transportasi dalam melayani kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, sistem transportasi
dikembangkan untuk menghubungkan dua lokasi guna lahan yang mungkin berbeda.
Transportasi digunakan untuk memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat
lain sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih meningkat.
Sebaran Pergerakan
Di negara-negara berkembang dimana setiap daerah mempunyai pola pergerakan yang
berbeda dan cepat berubah, dengan keterbatasan-dana, waktu dan tenaga, sangat sulit
memperoleh pola yang akurat. Untuk itu diperlukan pengembangan suatu metoda yang
memanfaatkan pola yang ada sehingga dapat menghasilkan pola masa depan yang akurat
dengan biaya yang relatif murah, waktu relatif singkat; dan jumlah surveyor yang sedikit,
yang disebut dengan "metoda tidak konvensional". Metoda ini sangat diandalkan dalam
memecahkan masalah¬-masalah yang membutuhkan respon yang cepat seperti permasalahan
transportasi dalam kota yang mempunyai tingkat urbanisasi tinggi, pertumbuhan populasi
yang tinggi, perbaikan tingkat pendapatan, dan lain-lain.
Data yang relatif murah dalam segi waktu dan biaya adalah data arus lalu lintas, yang
merupakan perwujudan dan refleksi dari Matriks-Asal-Tujuan (MAT), menyediakan
informasi langsung mengenai jumlah dari pasangan MAT yang digunakan pada ruas
pengamatan. Model Sebaran pegerakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gravity
opportunity dan gravity. Model-model ini kemudian dikalibrasi dengan beberapa jenis
metoda estimasi, yaitu metoda estimasi kuadrat terkecil tidak linier, kemungkinan-
maksimum, inferensi-bayesian, dan entropi maksimum. Pendekatan ini diuji dengan
menggunakan data arus lalu lintas kota medan dan hasil survey di lapangan
KRITIKAN
Masalah transportasi di Indonesia tercinta memang sangat semerawut. Memang aneh benar,
negara sebesar ini memiliki sistem transpotasi yang dikelola bagaikan "gado-gado".
Khususnya dalam bidang transportasi darat, bila anda hidup di kota-kota besar di Indonesia
sudah barang tentu biasa melihat angkot yang dengan seenaknya berhenti di tengah jalan
dengan mendadak untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Yah aksi ugal-ugalan
bahkan tidak jarang dipertontonkan langsung di depan lampu merah dan disaksikan oleh
beberapa aparat polisi. Tapi apa lacur, sang polisi terkadang hanya melihat diam, duduk
sambil minum kopi di warung. Sungguh pengalaman yang aneh bin ajaib.
Mengenai masalah transportasi saya ingin mengulas khusus tentang kota Medan, mengapa?
Sangat disayangkan bahwa dengan laju pertumbuhan tingkat transportasi yang setiap tahun
semakin bertambah, Pemkot Medan atau Pemda hanya mengeluarkan ijin trayek buat angkot
yang jumlahnya sudah sangat berjubel dan tidak jarang melanggar aturan lalu lintas dan
membahayakan pengemudi lainnya.
Sedangkan niat pemerintah kota (Walikota) ataupun (Gubernur) yang memiliki kekuasaan
tertinggi di Sumut sangat minim untuk membangun transportasi massal yang murah dan
nyaman. Bahkan tindakan pemerintah mengeluarkan ijin baru angkot ini sudah banyak
ditentang oleh pengemudi angkot sendiri yang merasa dirugikan dengan dikeluarkan ijin-ijin
baru.
Bukankah sudah saatnya setiap daerah di Indonesia memikirkan bagaimana menertibkan
transportasi di wilayahnya masing-masing, jangan biarkan masalah transportasi terutama
darat menjadi momok yang menakutkan dan dapat menghambat Negara ini untuk
berkembang.