MAKALAH Dasar Agroteknologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DASAR-DASAR AGROTEKNOLOGI

PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN SECARA


MAKSIMAL PADA TANAMAN JAGUNG HIBRIDA

DISUSUN OLEH:
NOVITA ARNIA SARAGIH (213020401037)
ENJELIKA (213020401062)
ALDINUR FATHURRAHMAN (213020401072)
VIVING (213020401038)
AHMAD FAHRUL (213020401045)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat karuniaNya sehingga makalah Dasar-dasar Agroteknologi ini dapat kami
selesaikan dengan baik dan lancar. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Agroteknologi. Laporan
ini berisi tentang peningkatan produksi pertanian secara maksimal pada tanaman
jagung. Terlebih dauhulu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.
Syahrudin, M.P selaku Dosen Mata Kuliah Dasar-Dasar Agroteknologi yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini. Dalam makalah ini, kami
menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga
kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga makalah ini dapat memeberikan
manfaat bagi pembacadan juga penulis.

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
II. PEMBAHASAN .................................................................................. 3
2.1. Cara Pemupukan jagung hibrida.................................................... 3
2.2. Unsur Hara dan Fungsinya............................................................. 3
2.3. Dosis Pupuk Kimia Pada Jagung................................................... 3
2.4. Waktu Pemupukan......................................................................... 3
2.5. Cara Pemberian Pupuk Pada Jagung.............................................. 3
2.6. Tujuan Pemupukan........................................................................ 3
2.7. Faktor-Faktor Produktivitas pada Tanaman Jagung Hibrida......... 3
III. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 5
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 5
3.2. Saran............................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang


Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman rumput-rumputan dan
berbiji tunggal (monokotil). Jagung merupakan tanaman rumput kuat, sedikit
berumpun dengan batang kasar dan tingginya berkisar 0,6-3 m. Tanaman jagung
termasuk jenis tumbuhan musiman dengan umur ± 3 bulan (Mejaya, dkk, 2005).
Kedudukan taksonomi jagung adalah sebagai berikut, yaitu: Kingdom: Plantae,
Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledone, Ordo:
Graminae, Famili: Graminaceae, Genus: Zea, dan Spesies: Zea mays L. (Riyadi,
2007). Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung biji dan tepung tongkolnya).
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara
umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau
Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang
telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu
(Nugraha US., dkk. 2002). Varietas botani jagung berdasarkan penampilan dan
tekstur biji (kernel), jagung diklasifikasikan ke dalam 7 tipe, yaitu jagung mutiara
(Zea mays var. indurate), jagung gigi kuda (Zea mays var. identata), jagung
manis (Zea mays var. saccharata), jagung berondong (Zea mays var. everta),
jagung tepung (Zea mays var. amylacea), jagung ketan (Zea mays var. ceratina),
dan jagung polong (Zea mays var. tunicate) (Riyadi, 2007).
Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik,
dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang

1
dari 40 % kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada dataran
rendah umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi diatas 1000
mdpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu,
setiap kenaikan tinggi tempat 50 mdpl, umur panen jagung akan mundur satu
hari. Areal dan Agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran
rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan
bermacam pola tanam. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-
rata 26-300 C dan pH tanah 5,7-6,8 (Yuliana, 2003).
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa
dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya
merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan
gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan
fitoglikogen dan sukrosa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Mengetahui pemupukan pada jagung hidrida
2. Mengetahui jenis-jenis pupuk dan dosis pada jagung hidrida
3. Mengetahui waktu pemupukan pada jagung hidrida
4. Mengetahui tujuan pemupukan jagung hibrida

2
II. PEMBAHASAN

2.1. Cara Pemupukan jagung hibrida


Pelaksanaan pemupukan pertama dilakukan dengan cara ditugal, jarak antara
pupuk dan tamanan adalah 5 cm. setelah pupuk dimasukkan dalam lubang tugal
kemudian ditutup untuk menghindari penguapan. Pelaksanaan pemupukan kedua
dilakukan dengan cara ditabur permukaan tanam dengan jarak 10 cm dari batang
tanaman, kemudian dilaksanakan pembubunan. Pelaksanaan pembubunan
berfungsi untuk menutup pupuk dan yang nantinya menopang berdirinya batang
tanaman jagung. Pelaksanaan pemupukan ketiga sama dengan cara pemupukan
kedua. Demikian tata cara pemupukan berimbang pada tanaman jagung dengan
harapan jumlah pupuk dan cara aplikasinya bisa mendukung pertumbuhan
tanaman yang optimal dan menghasilkan produktifitas sesuai dengan target atau
yang diharapkan.

2.2. Unsur Hara dan Fungsinya


Dalam budidaya tanaman jagung pemupukan menjadi salah faktor yang
sangat menentukan akan berhasil tidaknya usahatani tanaman jagung tersebut.
Hal ini disebabkan oleh kondisi kesuburan lahan pertanaman yang tidak mampu
menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam proses
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung membutuhkan unsur hara yang cukup
agar bisa berproduksi optimal. Keterbatasan unsur hara yang tersedia pada lahan
pertanaman harus diupayakan jalan keluarnya agar kebutuhan akan nutrisi bagi
tanaman dapat terpenuhi. Karenanya perlu dilakukan upaya pemenuhan unsur
hara tersebut dengan melakukan pemupukan. Seperti halnya tanaman lain,
tanaman jagung juga memerlukan unsur-unsur hara makro maupun unsur hara
mikro. Unsur hara tersebut anatara lain : Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K),
Magnesium (Mg), sulfur (S) dan unsur lainya
1. Fungsi unsur Nitrogen (N)
Unsur N memiliki fungsi antaralain, memacu pertumbuhan vegatatif tanaman,
membuat tanaman lebih hijau, mempercepat pertumbuhan tanaman, dan
menambah kandungan protein hasil tanaman.

3
2. Fungsi unsur hara Phosphor (P).
Unsur phosphor memiliki fungsi antaralain, memacu pertumbuhan akar dan
membentuk sistem perakaran yang baik, Menggiatkan pertumbuhan jaringan
tanaman yang membentuk titik tumbuh, memperbesar persentase terbentuknya
bunga menjadi buah tanaman, memacu pembentukan bunga dan pematangan
buah/biji, sehingga mempercepat masa panen, menyusun dan menstabilkan
dinding sel, sehingga menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama
penyakit.
3. Fungsi unsur Kalium (K)
Unsur Kalium memiliki fungsi antara lain : Sebagai aktivator enzim, Sekitar 80
jenis enzim yang aktivasinya memerlukan unsur K, Membantu penyerapan air dan
unsur hara dari tanah oleh tanaman, Membantu transportasi hasil asimilasi dari
daun ke jaringan tanaman.
2.3. Dosis Pupuk Kimia Pada Jagung
Dosis merupakan takaran kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman selama
periode proses produksi tanaman dalam satu hektar, dimana takaran kebutuhan
tersebut sebenarnya sangat tergantung pada kesuburan lahan tanaman, karenanya
dosis pemupukan sebenarnya akan berbeda di satu tempat dengan tempat
pertanaman lainya. Namun sebagai standar atau patokan yang umum dosis
pemupukan tanaman jagung adalah sebagai berikut, jika menggunakan pupuk
tunggal dosisnya adalah, Urea : 350 kg/ha, SP-36 : 200 kg/ha, dan KCl : 100
kg/ha. Namun jika pupuk KCl susah didapat bisa menggunakan pupuk majemuk
dengan dosis sebagai berikut, NPK Phonska : 400 kg/ha, Urea : 270 kg/ha, SP-
36 : 80 kg/ha. Pupuk diberikan sebanyak 3 kali, yakni sebagai pupuk dasar, pupuk
susulan pertama, dan pupuk susulan kedua. Pupuk dasar berupa 1/3 bagian urea +
1 bagian SP-36 + ½ bagian pupuk KCl. Pupuk susulan pertama berupa 1/3 bagian
pupuk Urea + ½ bagian pupuk KCl, dan pemupukan susulan kedua berupa: 1/3
bagian pupuk Urea.
2.4. Waktu Pemupukan
Waktu pemberian pupuk sangat berpengaruh terhadap efektifitas serapan hara
yang dilakukan oleh tanaman. Waktu pemberian pupuk erat kaitannya dengan

4
umur tanaman, dimana setiap periode umur tanaman memerlukan jenis, dan
jumlah unsur hara yang berbeda, demikian juga dengan jenis pupuk memerlukan
proses waktu yang berbeda untuk menjadi unsur tersedia yang dibutuhkan
tanaman. Waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung bisa diberikan sebanyak
3 waktu/ (3 kali) yaitu: pupuk dasar yaitu pada saat tanaman berumur, pupuk
susulan pertama (I) pada saat tanaman berumur 28- 30 hari setelah tanam, dan
pupuk susulan kedua (II) pada saat tanaman berumur 45- 50 hari (atau saat
tanaman menjelang berbunga).
2.5. Cara Pemberian Pupuk Pada Jagung
Cara memberikan pupuk mempengaruhi efisiensi penggunaan pupuk dan
efektifitas serapan unsur hara oleh tanaman jagung. Cara pemberian pupuk yang
baik adalah dengan cara meletakan pupuk disamping tanaman sejauh 7 - 10 cm,
pupuk dimasukan ke lubang sedalam 3-5 cm, pembuatan lubang dengan cara
ditugal kemudian ditutup untuk menghindari penguapan. Dengan memasukan
pupuk kedalam lubang tersebut dapat menghindarkan tererosinya pupuk oleh air
bila terjadi hujan lebat, maupun penguapan oleh sinar matahari. Pelaksanaan
pemupukan kedua dilakukan dengan cara ditabur permukaan tanam dengan jarak
10 cm dari batang tanaman, kemudian dilaksanakan pembubunan. Pelaksanaan
pembubunan berfungsi untuk menutup pupuk dan yang nantinya menopang
berdirinya batang tanaman jagung. Pelaksanaan pemupukan ketiga sama dengan
cara pemupukan kedua.
Demikian tata cara pemupukan berimbang pada tanaman jagung dengan
harapan jumlah pupuk dan cara aplikasinya bisa mendukung pertumbuhan
tanaman yang optimal dan menghasilkan produktifitas sesuai dengan target atau
yang diharapkan.

2.6. Tujuan Pemupukan


Sasaran pemberian pupuk adalah meningkatkan kesuburan tanah sebagai
media tempat tumbuhnya tanaman. Dengan meningkatnya kesuburan tanah
diharapkan kebutuhan unsur hara tanaman akan terpenuhi. Sehingga proses
produksi akan berlangsung secara sempurna sehingga produksi akan optimal.

5
Dalam hal ini pemberian tambahan pemupukan melalui daun. Tujuan dilakukan
pemupukan antara lain untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan
kesuburan tanah, memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas
serta kuantitas tanaman.
2.7. Faktor-Faktor Produktivitas pada Tanaman Jagung Hibrida
1. Luas lahan
Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang dimiliki atau yang ditanami
jagung hibrida terbatas pada lahan sawah. Satuan yang digunakan adalah m2
2. Varietas
Varietas yang dimaksud adalah varietas jagung hibrida yang ditanam petani
pada lahan sawah musim tanam Juni sampai dengan Oktober 2010. Varietas
jagung dimaksud jenis varietas Pioner 12 dan bukan Pioner 12. Satuan
pengukurannya dengan model dummy untuk varietas Pioner 12 = 1 dan bukan
Pioner 12 = 0.
3. Jarak tanam
Jarak tanam yang dimaksud adalah jarak tanam yang digunakan untuk
menanam jagung hibrida. Satuan yang digunakan adalah 20 x 70 cm dan 30 x 70
cm. Satuan yang digunakan adalah jumlah tanaman jagung per hekar.
4. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja yang dimaksud adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk
menggarap usahatani jagung hibrida. Biaya tenaga kerja yang dimaksud meliputi
biaya tenaga kerja untuk pengolahan tanah, menanam, memelihara, dan memanen.
Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp).

5. Biaya pembelian pupuk


Biaya pembelian pupuk yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan ntuk
membeli pupuk baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Satuan yang
digunakan adalah rupiah (Rp).
6. Produktivitas jagung hibrida
Produktivitas jagung yang dimaksud adalah produktivitasjagung pipilan kering
panen. Satuan yang digunakan adalah kilogram (kg). Budidaya tanaman jagung

6
memiliki pengaruh besar terhadap hasil produksi yang akan diperoleh. Budidaya
tanaman jagung mulai dari hulu sampai ke hilir terdiri atas beberapa proses antara
lain yaitu persiapan lahan, pemilihan benih dan varietas tahan, perawatan tanaman
dengan pemupukan, pengendalian OPT, panendan yang terakhir yaitu pasca
panen. Persiapan lahan untuk budidaya tanaman jagung dapat dilakukan dengan
cara pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang tepat pada budidaya tanaman
jagung dapat menyuburkan tanah karena kandungan unsur hara tanah dapat
terurai dengan baik, akan tetapi jika pengolahan tanah dilakukan secara terus
menerus untuk budidaya tanaman jagung dapat memberikan dampak negatif
seperti kandungan unsur hara serta bahan organik yang ada didalam tanah
semakin berkurang karena mengalami penyusutan. Pengolahan tanah untuk
budidaya tanaman jagung dengan sistem olah tanah minimum atau dilakukan
seperlunya dengan menyesuaikan kondisi tanaman dan tanah dapat memberikan
pengaruh dalam peningkatan produksi tanaman jagung melalui peningkatan bobot
dan tinggi tanaman jagung.
Jenis bibit atau varietas jagung yang digunakan saat penanaman dilakukan
memiliki peranan penting dalam proses budidaya. Penggunaan varietas unggul
untuk bibit jagung merupakan salah satu bentuk pengendalian secara preventif
atau dalam bentuk pencegahan. Tujuan penggunaan varietas unggul adalah
dengan harapan tanaman jagung tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal, sehat serta tahan terhadap gangguan organisme pengganggu tumbuhan.
Seleksi bibit varietas unggul dilakukan treatment yaitu dengan perendaman benih
menggunakan fungisida, hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan benih yang
sehat dan dapat menghasilkan produksi tinggi ditandai dengan bernasnya benih
jagung. Varietas unggul jagung memiliki sifat yang beragam salah satunya
meningkatkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya
seperti varietas unggul baru yang akan dikeluarkan MASB3 dan MASB4.
Tahapan budidaya tanaman jagung yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah
pemupukan. Penggunaan pupuk kurang bijaksana dapat mempengaruhi produksi
hasil tanaman jagung. Kebutuhan pupuk tanaman jagung diantaranya seperti unsur
hara nitrogen (N), fosfor (P), dankalium (K), setiap unsur hara makro mempunyai

7
peran penting tersendiri dalam pertumbuhan tanaman jagung mulai dari fase
vegetatif sampai fase generatif seperti pada masa pembungaan. Proses budidaya
selanjutnya yaitu pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada
tanaman jagung. OPT pada tanaman jagung dapat berupa hama, penyakit,
dangulma. OPT utama pada tanaman jagung misalnya Spodoptera frugiperda atau
Fall Armyworm, Spodoptera litura, penyakit bulai oleh Peronosclerospora
Maydis, penyakit bercak daun oleh Bipolaris maydis Syn, penyakit karat daun
oleh Puccinia polysora penyakit hawar daun oleh Exserohilum turcicum, dan
gulma daun lebar, teki maupun gulma rumput yang tumbuh disekitar tanaman
jagung. Pengendalian OPT harus dilakukan berdasarkan konsep dan prinsip utama
PHT yang dilakukan dengan melibatkan beberapa strategi pengendalian secara
kompatibel atau terpadu terdiri atas penggunaan varietas tahan, kultur teknis, fisik
dan mekanis, secara biologis, hayati dan kimiawi sebagai alternatif terakhir guna
meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
Tanaman jagung tumbuh didataran rendah sampai tinggi hingga 1200 meter
dpl, memerlukan media tanah lempung, lempung berpasir, tanah vulkanik, yang
subur, gembur, kaya bahan organic, memerlukan sinar matahari minimal 8 jam
per hari suhu udara 20-33 derajat celsius, curah hujan sedang, ph tanah 5,5-7
dengan drainase yang baik.
Di Indonesia, jagung yang banyak dibudidayakan adalah jenis jagung
hibrida berkualitas unggul.Jagung hibrida mampu menghasilkan biji jagung lebih
banyak dan dapat diterima pasar. Jagung hibrida merupakan jenis jagung
keturunan langsung (F1) hasil dari persilangan 2 galur atau lebih yang sifat-sifat
individunya Heterozygot dan Homogen serta memiliki sifat-sifat unggul dari
masing-masing varietasnya.
Proses budidaya jagung selanjutnya yaitu pemanenan. Panen dilakukan
ketika tanaman jagung secara fisik sudah memenuhi kriteria panen, seperti bagain
tekstur biji jagung yang sudah mengeras, untuk memastikan biji jagung tersebut
siap panen yaitu dengan perubahan warna menjadi lebih mengkilat, menekan
bagian biji dengan kuku, ketika tidak meninggalkan bekas maka jagung tersebut
siap untuk dipanen dan untuk bagian klobot jagung berubah menjadi berwarna

8
kuning. Kriteria waktu panen pada jagung setiap varietas berbeda, dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cuaca dan kondisi lahan pertanaman
jagung. Waktu panen yang tepat pada jagung umumnya pada saat jagung berumur
2 bulan. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu
pemetikan langsung tanaman jagung.
Jagung yang telah dipanen selanjutnya dapat dilakukan sebagai tindakan
penanganan pasca panen. Tindakan pasca panen jagung meliputi pemipilan,
pengeringan serta penyimpanan. Pemipilan dalam pelaksanaannya perlu kejelian
untuk menyortir biji jagung yang rusak, kotoran yang terbawa pada jagung saat
pemanenan berlangsung agar tidak mengurangi mutu pada hasil produksi jagung.
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat pengering yang berperan dalam
penurunan kadar air yang terkandung biji jagung dan harus segera dilakukan
setelah panen dengan penjemuran memanfaatkan sinar matahari agar dapat
menghasilkan mutu yang tinggi pada jagung. Penanganan pasca panen yang
dilakukan selanjutnya yaitu penyimpanan. Kondisi lingkungan tempat penyimpan
seperti kelembaban dan suhu memiliki pengaruh terhadap proses penyimpanan.
Suhu yang optimum untuk penyimpanan biji jagung adalah 28ºC. Kondisi
penyimpanan yang kurang baik atau tidak terkontrol dapat mendukung
pertumbuhan cendawan dan serangga perusak biji jagung karena konsentrasi air di
udara atau ditempat penyimpanan terus meningkat, oleh karena itu menjaga
stabilitas kondisi tempat penyimpanan biji komoditas jagung sangat penting
dilakukan guna untuk menghindari penyusutan hasil panen akibat hama gudang
atau hama pasca panen.etikan langsung tanaman jagung

9
III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Secara serempak, variable luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, dan hebisida
berpengaruh signifikan terhadap produksi jagung hibrida. Nilai koefisien
determinasi sebesar 0,725 artinya bahwa 72,5 % perubahan produksi jagung
hibrida dipengaruhi oleh perubahan luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, dan
hebisida. Secara parsial variable yang berpengaruh signifikan terhadap produksi
jagung hibrida adalah luas lahan, bibit, dan herbisida, sedangkan variable tenaga
kerja dan pupuk tidak berpengaruh signifikan.
Faktor produksi lahan merupakan faktor produksi yang paling dominan
pengaruhnya terhadap produksi jagung hibrida. Jagung hibrida merupakan jenis
jagung keturunan langsung (F1) hasil persilangan 2 atau lebih varietas jagung
yang memiliki sifat unggul dari masing-masing varietas yang disilangkan. Sifat
unggul yang ditawarkan biasanya yaitu mampu bertongkol 2, ukuran biji lebih
besar, ukuran tongkol lebih besar, masa panen lebih singkat dan lain sebagainya
Pemberian pupuk bisa meningkatkan dan mempercepat hasil produksi
tanaman. Pemberian pupuk pada tanah dan akar tanaman dapat meningkatkan
kadar unsur hara dan membuat tumbuhan pada media tanam tersebut dapat
kembali tumbuh secara subur.

3.2. Saran
Dalam upaya meningkatkan produksi jagung hibrida di Kecamatan Sei Bingei,
maka penggunaan luas lahan, bibit, dan herbisida masih dapat ditingkatkan dari
kondisi saat ini, karena memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap
peningkatan produksi jagung. Sebaliknya penggunaan tenaga kerja dan pupuk
harus dikurangi dari kondisi saat ini, karena tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap peningkatan produksi jagung.
Petani perlu memperhatikan hubungan antara waktu dengan faktor produksi
maupun dengan produksinya. Dalam penggunaan pupuk dan pestisida oleh karena
terdapat dosis per satuan luas, maka waktu dan frekuensi pemberian pupuk dan
pestisida akan berpenganruh pada jumlah produk yang dihasilkan. Dengan

10
demikian petugas penyuluh pertanian perlu memberikan rekomendasi pemberian
pupuk dan pestisida kepada petani terutarna perihal dosis, cara pemberian, saat
pemberian dan frekuensi pemberian pupuk dan pestisida yang tepat sehingga
petani dapat memperoleh produksi yang maksimal. Demikian juga penggunaan
bibit juga memiliki ukuran pemakaian agar dapat diikuti agar hasil yang diterima
dapat maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Zulkarnain. 2009, Statistika Terapan (Untuk llmu-Ilmu Sosial dan


Ekonomi), Penerbit Ciptapustaka Media Perintis, Bandung.Made J.
Mejaya, dkk, 2005. Pola Heterosis Dalam Pembentukan Varietas Unggul Jagung
Bersari Bebas dan Hibrida, Makalah Disampaikan Dalam Seminar Rutin
Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor, 12 Mei 2005.
Mubyarto, l994. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi 3, LPES, Jakarta.
Mudrajat K, 2001, Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi, UPP AMPYKPN, Yogyakarta.
Nugraha US., dkk. 2002. Perkembangan Teknologi Budidaya dan Industri Benih.
Dalam Kasryno et al (eds) Ekonomi Jagung Indonesia, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian,
Deptan.Prahasta, Ariel. 2009. Agribisnis Jagung, Budiaya – Usaha – Pengolahan,
Pustaka Grafika, Bandung
Riyadi, 2007, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung di
Kecamatan Wirosari Kab. Grobogan, Tesis. Tidak dipublikasikan,
Pascasarjana, UNDIP, Semarang.
Samuelson, Paul A & William D. Nordhaus. 1992. Makro Ekonomi, Erlangga,
Jakarta.
Sudarsana Ketut, 2000, Pengaruh Effective Microorganism-4 (EM4) dan Kompos
Terhadap Produksi Jagung Manis (Zea mays L. Socchorata) pada Tanah
Entisols, Frontir No 32, Desember 2000 :1-6.
Soekartawi, 2003, Teori Ekonomi Produksi, dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb -Douglas, Rajawali Press, Jakarta.
Sukirno, Sadono, 2002, Ekonomi Mikro, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suryana Sawa. 2007, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Jagung di Kabupaten Blora, Tesis. Tidak Dipublikasikan, Pascasarjana
UNDIP, Semarang.
Suparmoko, B, 1991, Metode Penelitian Prolais (Untuk Sosial dan Ekonomi)
Edisi 3, BPFE UGM, Yogyakarta
Yuliana, 2003, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Hibrida di
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, Tidak dipublikasikan,
Universitas Negeri Makasar, Makasar.
Suparmoko, B., 1991, Metode Penelitian Prolais (Untuk Sosial dan
Ekonomi)Edisi 3, BPPE-UGM, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai