Proposal Penelitian Muhammad Idris Mahulette
Proposal Penelitian Muhammad Idris Mahulette
Proposal Penelitian Muhammad Idris Mahulette
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmannirrahim….
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan kehendak-
Nya. Shalawat dan salam selalu dihaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad
SAW sebagai suri tauladan terbaik manusia sepanjang masa. Dengan ini penulis
bersyukur karena mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Wilayah
Kecamatan Leihitu Sebagai Calon Ibukota Kabupaten Jazirah” sebagai salah satu
persyaratan akademis dalam menyelesaikan kuliah pada Fakultas Teknik
Universitas Pattimura. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukkan bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tengah agar dapat mengimplementasikan
DOB untuk Jazirah Leihitu dan menjadi masukkan untuk penentuan lokasi calon
ibukota DOB Jazirah Leihitu apabila DOB telah terrealisasi.
Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan dan partisipasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, berkenaan penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya, kepada;
1. Bapak Dr. Pieter Th. Berhitu, ST. MT., selaku Dekan Fakultas Teknik.
2. Bapak Benjamin G. Tentua, ST. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin.
3. Bapak Stevianus Titaley, ST, M.Si sebagai Kepala Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota.
4. Bapak Adnan A.A. Botanri selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan saran dan motivasi kepada penulis dalam menyusun
proposal.
5. Keluarga yang selalu memberikan dukungan berupa do’a, moril
maupun materil.
Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehigga akhirnya proposal penelitian ini berguna ketika Daerah
Otonom Baru di Jazirah Leihitu telah terrealisasi.
Penulis
iii
RINGKASAN
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel ......................................... 18
3.2.1 Variabel Yang Diteliti ................................................................... 18
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 18
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 19
3.3.1 Populasi ........................................................................................ 19
3.3.2 Sampel.......................................................................................... 19
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 20
3.4.1 Jenis Data ..................................................................................... 20
3.4.2 Sumber Data ................................................................................. 21
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 21
3.5 Metode Analisis Data........................................................................... 22
3.5.1 Metode Deskriptif Kuantitatif ....................................................... 22
3.6 Diagram Alur Penelitian ...................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang keberadaannya di Pulau Ambon, sangat jauh keberadaannya jika dihubungkan
dengan Pusat pemerintahannya yakni Kota Masohi, yang berada di Pulau Seram.
Disamping itu, di wilayah Kecamatan Leihitu sudah tersedia berbagai macam
fasilitas umum seperti puskesmas di setiap desa, pelabuhan laut (di Kecamatan
Leihitu), pasar, serta fasilitas pendidikan yang meliputi dan dalam waktu dekat juga
akan dibuka sebuah perguruan tinggi swasta di kecamatan Leihitu serta sekolah-
sekolah pada tingkat atas, menengah dan dasar yang sebarannya merata di setiap
desa dan kecamatan, sehingga bisa menunjang perkembangan wilayah Kecamatan
Leihitu kedepan.
Letak geografis yang dekat dengan Kota Ambon memberi keuntungan
sekaligus kemudahan tersendiri bagi masyarakat di wilayah jazirah Leihitu untuk
bekerja dan mencari nafkah di Kota Ambon jika dibandingkan dengan
kemudahannya ke Kota Masohi. Rata-rata penduduk/masyarakat di wilayah Jazirah
Leihitu lebih sering bepergian ke Kota Ambon dibandingkan harus pergi ke Kota
Masohi sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tengah. Hasil-hasil masyarakat dari
Sektor perikanan, pertanian dan perkebunan yang menjadi andalan (leading sektor),
lebih mudah dipasarkan ke Kota Ambon, dikarenakan perhubungan ke Kota Masohi
selain sangat jauh, juga masih sangat tergantung pada perhubungan laut, yang
infrastrukturnya masih belum mampu untuk melayani mobilitas penduduk
menyeberangi lautan.
Secara garis besar besar potensi dapat dibedakan menjadi dua:
pertama potensi berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis, binatang
ternak, dan sumber daya manusia. Kedua adalah potensi non fisik
berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya, lembaga-lembaga
sosial, lembaga pendidikan dimana di Kecamatan Leihitu memiliki Sarana
Pendidikan sudah mencukupi karena pada setiap wilayah di itu sudah terfasilitasi
dengan sekolah-sekolah yang tersebar merata dengan jumlah 104 fasilitas
pendidkan dari jenjang TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK , dan organisasi
sosial desa, serta aparatur dan pamong desa.
Berdasarkan deskripsi pada paragraf diatas maka diangkat kedalam suatu
bentuk penelitian dengan judul “Analisis Wilayah Kecamatan Leihitu Sebagai
Calon Ibukota Kabupaten Jazirah”
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis penentuan lokasi calon ibukota di Kecamatan Leihitu?
3
3. Bab III Metodologi
Bab ini membahas tentang tahapan dan cara penilitian diantaranya jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, jenis data dan teknik
pengumpulan data.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
dengan maksud untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan pemerintah
beserta perencanaan lokal dan nasionalnya (Sihotang,1997 dalam Malik, 2006).
Secara umum bahwa tujuan pembentukan atau pemekaran daerah adalah
peningkatan kualitas hidup masyarakat, baik secara sosio-kultural, politik maupun
ekonomi. Oleh karena itu, walaupun pembentukan daerah otonom baru akan
meningkatkan biaya penyelenggaraan pemerintahan, namun berdasarkan PP No.
129 Tahun 2000 Pasal 2 bahwa tujuan pembentukan, pemekaran, penghapusan dan
penggabungan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
melalui:
1. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
2. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi,
3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah,
4. Percepatan pengelolaan potensi daerah.
Adapun yang menjadi dasar pertimbangan pembentukan atau pemekaran
DOB adalah :
1. Memperpendek rentang kendali kegiatan pemerintahan sehingga tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan serta dapat mempercepat pelayanan kepada masyarakat,
2. Mempercepat efektivitas pengelolaan dan pengembangan sumber daya
yang ada,
3. Meningkatkan kualitas penyebaran dan percepatan pembangunan daerah,
4. Menumbuhkan kehidupan berdemokrasi,
5. Pengembangan otonomi daerah pada daerah-daerah yang wilayahnya
cukup potensial dan terkelola secara optimal,
6. Menyikapi problematika sosial politik daerah yang bersangkutan.
6
Dalam UU no 32 tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan:
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau
lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 dalam UU tersebut dinyatakan: Pemekaran
dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat
3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan
pemerintahan.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Penataan Ruang,
yang dimaksud Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
7
para pedagang Nusantara. Hal ini terjadi karena Pelabuhan Hitu merupakan daerah
lalu lintas perdagangan cengkeh yang dilakukan oleh orang Banda menuju utara
dan sebaliknya. Situasi ini memperlihatkan bahwa Hitu merupakan jaringan
pelabuhan untuk transitnya para pedagang, yang mana pengaruhnya mampu
menciptakan kemunculan pedagang-pedagang lokal dari jazirah Leihitu dan
Huamual di Pulau Seram. Bangsa Eropa yang pertama menginjakkan kakinya dan
sekaligus membentuk sebuah sistim pengendalian khusus di pulau Ambon adalah
bangsa Portugis, yang tiba di Tanah Hitu (Jazirah Leihitu) kira-kira pada tahun
1506. Ini menunjukan bahwa bangsa Portugis lebih dulu sampai di Jazirah Leihitu
(pulau Ambon), Setelah Bangsa Belanda merebut kekuasaan Portugis di Maluku
secara permanen, (Pemerintahan di Daerah Maluku, 28 ; 2002) maka pada tahun
1643, pada periode kepemimpinan Gubernur Gerard Demmer, secara resmi VOC
membubarkan sekaligus menghapus Sistim Empat Perdana dengan Kapitan Hitu
tersebut. (www.jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/sejarah-ambon-dan-hitu-
jejak-jalur-rempah-di-maluku, diakses tanggal 23/07/22 Jam 19.53 WIT).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, selama kurun waktu 38 tahun,
yakni dari tahun 1605 - 1643, Belanda juga menikmati manfaat yang besar dari
sistim empat perdana, terutama bagaimana dengan mudahnya, mereka mampu
mengontrol dan menikmati hasil bumi masyarakat Jazirah Leihitu yang hanya boleh
dijual kepada VOC. (www.republika.co.id/berita/pneze8385/voc-dan-kisah-
nusantara-yang-dijajah-perusahaan-dagang, diakses tanggal 23/07/22 Jam 19.56
WIT).
8
yaitu : 1) aspek strategis yang menyangkut kemudahan hubungan dari lokasi
menuju pusat-pusat kecamatan dan adanya pengembangan kota-kota dan wilayah
di Kabupaten yang bersangkutan dalam waktu jangka panjang. 2) aspek teknis
lokasi Ibukota Kabupaten harus mempunyai kemudahan teknis seperti air, listrik,
drainase, prasarana persampahan, telekomunikasi dan tersedianya lahan kosong
untuk terselengarakanya pembangunan Ibukota Kabupaten. 3) aspek administratif
dimana dalam menentukan lokasi ibukota kabupaten mempertimbangkan
kemudahan pengelolaanya, kemampuan pembiayaan, dan aspek hukum.
Setelah memutuskan memindahkan ibu kota di luar Pulau Jawa, pemerintah
masih belum menetapkan lokasi pasti ibu kota baru. Saat ini, Pemerintah tengah
mengusulkan sejumlah kriteria untuk penentuan kawasan baru ibu kota
pemerintahan Indonesia. Salah satunya berada di tensgah wilayah Tanah Air
sehingga memenuhi unsur kedekatan geografis. Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN/Bappenas) mengusulkan lokasi strategis Ibu Kota Negara secara geografis
ada di tengah wilayah Indonesia dengan memperhitungkan barat ke timur maupun
utara ke selatan. Hal ini guna merepresentasikan keadilan dan mendorong
percepatan pembangunan khususnya di kawasan timur Indonesia. Selain itu,
ketersediaan lahan yang luas milik pemerintah maupun BUMN juga diperlukan
untuk membangun gedung perkantoran kementerian/lembaga sehingga tidak
memerlukan biaya pembebasan tanah.
Wilayah tersebut juga harus aman dari bencana gempa bumi, gunung berapi,
tsunami, banjir hingga erosi, dan kebakaran hutan atau lahan. Sumber daya air
bersih yang cukup dan bebas pencemaran lingkungan serta tersedianya jalur listrik
dan jaringan komunikasi juga menjadi fokus kriteria pemilihan ibu kota
pemerintahan baru. Jarak ibu kota pemerintahan baru itu juga harus disesuaikan
dengan perbatasan negara lain untuk memastikan sisi pertahanan dan keamanannya.
Dari aspek sosial, lokasi ibu kota juga harus memiliki budaya terbuka sehingga
minim konflik sosial karena bagaimana pun nanti aparatur sipil negara ini akan
berdatangan dari Jakarta ke kota baru tersebut. Nantinya, pemindahan ibu kota
pemerintahan tidak boleh hanya bersifat jangka pendek mau pun dalam lingkup
9
yang sempit, tetapi harus berbicara kepentingan yang lebih besar untuk bangsa,
Negara.
Sonny Harry B Harmadi (2018) mengungkapkan bahwa menyebutkan bahwa
ada enam syarat dari pertimbangan dalam menentukan wilayah ibu kota baru.
Syarat-syarat tersebut adalah:
1. Wilayah tersebut memiliki jaringan yang baik dan terhubung dengan
pusat aktivitas politik,
2. Kepadatan penduduk yang rendah,
3. Resiko bencana yang rendah,
4. Daya dukung lingkungan yang baik,
5. Aman dalam perspektif pertahanan dan ketahanan nasional,
6. Memiliki potensi dikembangkan sebagai kawasan pertumbuhan
ekonomi baru.
10
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
11
sektor Pertanian sebagai leading sector
wilayah Seram Utara Raya.
3. Zaka Firma Konseptualisasi Omnibus Ada 3 (tiga) pendekatan yang hendak Pertama, omnibus law dapat digunakan
Aditya, Abdul Law Dalam Pemindahan penulis gunakan yakni pendekatan sebagai model regulasi yang mengatur
Basid Fuadi Ibukota Negara undang- undang (statute approach), pemindahan ibukota negara. Sebab,
pendekatan konsep (Conceptual terdapat banyak UU terkait kedudukan
approach), dan pendekatan sejarah ibukota negara di Jakarta. Bahkan,
(historical approach). apabila ditelusuri lebih mendetail,
terdapat sekitar 50 UU Lembaga
Negara/komisi negara dan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian
yang menyebut frasa kedudukan
"ibukota negara". Semua UU Lembaga
Negara/komisi negara dan Lembaga
Pemerintah Non Kementerian yang
mengatur dan menggunakan frasa
“ibukota negara” harus direvisi apabila
ibukota negara yang berkedudukan di
Jakarta hendak dipindahkan ke Penajam
Paser Utara, Kalimantan Timur. Kedua,
Pemerintah harus mulai
mempertimbangkan lembaga-lembaga
keuangan yang ada saat ini akan
Dipertahankan mengingat ada juga
skenario untuk mempertahankan Jakarta
sebagai pusat ekonomi dan bisnis.
Misalnya tetap mempertahankan
kedudukan Bank Indonesia, Otoritas
12
Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin
Simpanan meskipun kesemuanya.
13
2.4 Penelitian Sekarang
Penelitian dengan judul Analisis Wilayah Kecamatan Leihitu Sebagai Calon
Ibukota Kabupaten Jazirah memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Pada penelitian ini, kelayakan pemekaraan wilayah DOB ditentukan
dengan menganalisis potensi yang ada di Kecamatan Leihitu dan diikuti dengan
analisis untuk penentuan lokasi pusat pertumbuhan yang akan dijadikan sebagai
lokasi calon ibukota baru dengan objek studi yaitu di wilayah Kecamatan Leihitu.
Dengan demikian, perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya terletak pada metode analisis desktiptif proses analisis yang meliputi
Analisis Skalogram, analisis kesesuaian lahan dan objek penelitian di Kecamatan
Leihitu.
14
2.5 Kerangka Pikir Teoritis
PENGUMPULAN DATA
1. Studi Pustaka/Telaah Dokumen
2. Wawancara
3. Observasi/Survey Lapangan
4. Dokumentasi
ANALISIS DATA
1. Analisis Kesesuaian Lahan
2. Analisis Skalogram
3. Metode Rancking Procedure
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Leihitu
Sumber : Hasil Analisis, 2022
17
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan (Yakni pada bulan Juli – bulan
Desember 2022). Tabel dibawah ini menyajikan waktu penelitian secara lengkap.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
18
garis besar besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua:
pertama potensi berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis, binatang
ternak, dan sumber daya manusia. Kedua adalah potensi non fisik
berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya, lembaga-lembaga
sosial, lembaga pendidikan, dan organisasi sosial desa, serta aparatur
dan pamong desa,
2. Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai
makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008), sedangkan
pengertian prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008)
3. Aksesibilitas yang dimaksud ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau
dari lokasi lainnya melalui sistem transportasi. Ukuran keterjangkauan
atau aksesibilitas meliputi kemudahan waktu, biaya, dan usaha dalam
melakukan perpindahan antar desa ke Ibukota Kabupaten dan aksesibilitas
lebih mudah ke Ibukota Provinsi.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu
kelompok yang lebih besar. Sampel juga merupakan bagian dari popoulasi yang ciri-
ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya. Sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah Masyarakat Kecamatan Leihitu.
19
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik sampling
dengan menggunakan rumus slovin, dengan rumus sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Batas toleransi Kesalahan (error tolerance)
Besaran atau ukuran sampel sangat tergantung dari besaran tingkat
ketelitian atau toleransi kesalahan (error tolerance) yang diinginkan peneliti. Pada
penelitian ini tingkat toleransi kesalahan maksimal adalah 10%. Semakin besar
tingkat kesalahan maka semakin kecil jumlah sampel. Namun semakin besar jumlah
sampel maka semakin kecil peluang kesalahan. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 93 orang masyarakat yang merupakan PNS di kantor Kecamatan, Tokoh
Adat dan Tokoh Masyarakat.
20
3.4.2 Sumber Data
a. Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung artinya
bahwa sumber data yang diperoleh peneliti merupakan data secara
langsung dari sumber asli Data primer yang diperoleh penulis meliputi
hasil wawancara dan hasil observasi lapangan.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari sumber yang sudah
ada. Data sekunder yang didapatkan penulis meliputi data keadaan umum
kecamatan, karakteristik penduduk, potensi kecamatan, kemudian
kecamatan dalam angka, kabupaten dalam angka, perundang – undangan,
artikel, dan jurnal terkait.
21
antara lain potensi desa, Sarana meliputi kondisi dan jumlah sarana ,
Prasarana kondisi prasarana dan kelayakan prasarana.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
Dokumen bisa berbentuk gambar. Dengan metode ini peneliti memperoleh
catatan-catatan penting seperti gambar kondisi tempat penelitian.
22
3 III 15 – 25 Agak Curam 60
4 IV 25 – 45 Curam 80
5 V >45 Sangat Curam 100
Sumber : Permen PU No.41 Tahun 2007
Tabel 3.3 Skoring Jenis Tanah
Intensitas Hujan
No Kelas Klasifikasi Skor
(mm/hari)
1 I 0 - 13,6 Sangat 10
Rendah
2 II 13,6 - 20,7 Rendah 20
3 III 20,7 - 27,7 Sedang 30
4 IV 27,7 - 34,8 Tinggi 40
5 V > 34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber : Permen PU No.41 Tahun 2007
Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut yaitu
lereng, jenis lahan, dan intensitas hujan suatu wilayah dinyatakan
memenuhisyarat untuk ditetapkan sebagai:
23
Tabel 3.5 Skor Kriteria Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
24
lokasi dengan metode ini di lakukan dengan berbagai langkah sebagai
berikut:
1. Menentukan dan mengurutkan faktor-faktor yang di perkirakan
akan mempengaruhi aktifitas lokasi pada wilayah,
2. Memberi bobot pada masing-masing faktor yang telah
diidentifikasi. Faktor-faktor di berikan bobot sesuai dengan
tingkat kepentingannya. Semakin penting pengaruh faktor
tersebut pada penetuan lokasi ibukota, semakin besar pula bobot
yang harus di berikan. Perlu diingat bahwa total bobot dari
keseluruhan haruslah 100%,
3. Tentukan beberapa lokasi alternatif untuk calon ibukota,
selanjutnya bandingakan beberapa alternatif lokasi tersebut
dengan mengacu pada pada faktor yang telah di tentukan
sebelumnya,
4. Menganalisis kemungkinan dampak setiap faktor pada masing-
masing lokasi alternatif. Lokasi yang lebih baik kondisinya untuk
setiap faktor akan di berikan nilai yang lebih tinggi.
Setelah semua faktor di bandingkan dan semua lokasi memiliki nilai
kalikan masing-masing nilai dalam setiap lokasi dengan bobotnya, dan
selanjutnya di jumlah kebawah. Lokasi yang memiliki nilai total tertinggi
akan di pilih menjadi lokasi calon ibukota kabupaten.
25
3.6 Diagram Alur Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Menyusun Kerangka
Penelitian
PENGUMPULAN
Pengumpulan Data DATA
tidak
Data
Cukup
ya
Verifikasi Data
ANALISIS
Pengolahan DATA
Data
Pembahasan HASIL
PENELITIAN
Selesai
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007
tentang Pedoman Penyusunan Dan Pendayagunaan Data Profil Desa Dan
Kelurahan, yang di maksud dengan Potensi Desa dan Kelurahan. Jakarta
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri PU No.41 Tahun 2007 Tentang
skoring kelas lereng, skoring jenis tanah, dan skoring intensita scurah hujan.
Jakarta
Sihotang. 1997 dalam Malik, 2006. Tentang Tujuan Wilayah adalah sebagai suatu
usaha untuk menentukan batas-batas daerah yang biasanya lebih besar
daripada daerah struktur pemerintahan lokal
Sumaatmadja, N. 1988. Mengemukakan bahwa, Populasi penelitian geografi.
(www.jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/sejarah-ambon-dan-hitu-jejak-jalur-
rempah-di-maluku)
(www.republika.co.id/berita/pneze8385/voc-dan-kisah-nusantara-yang-dijajah-
perusahaan-dagang).
28