Laporan Praktikum DPT Faktor Edafik
Laporan Praktikum DPT Faktor Edafik
Laporan Praktikum DPT Faktor Edafik
TANAMAN (DPT)
MATERI : FAKTOR EDAFIK
Disusun Oleh:
Nama : Fangga Ratama Camada
NIM : 115040201111074
Kelas :G
Kelompok : Senin, 07.30
Asisten : Vivi
Tanggal Pengumpulan Laporan : Jum’at, 16 Desember 2011
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui ciri indikator tanah sehat
b. Untuk mengetahui cara pengendalian OPT dengan faktor edafik
c. Untuk mengetahui ciri fisik tanah
d. Untuk mengetahui ciri kimia tanah
e. Untuk mengetahui cara menggunakan corong berlese
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ciri indikator tanah sehat meliputi fisik biologi dan kimia
2.1.1 Kimia
a. Kadar Keasaman Tanah
Ph yang menjadi ukuran 0-14. Bila dalam tanah terkandung ion hydrogen atau
H+ yang cukup banyak, maka tanah tersebut bersifat masam, dengan nilai pH
0-7. Sebaliknya tanah akan bersifat basa jika memiliki pH diatas 7 dan
mengandung banyak OH-. Namun ada kalanya kedua ion tersebut imbang
sehingga tanah bersifat netral. Tanah yang baik dan cocok untuk bercocok
tanam adalah tanah yang memiliki pH antara 3-9. Kadar keasaman tanah perlu
diperhatikan agar pemanfaatan mineral dan unsure hara dapat dimaksimalkan.
b. Kandungan Karbon Organik
Karbon organic dalam tanah dapat membantu meningkatkan kesuburkan tanah.
Adanya karbon organic dalam tanah menentukan kualitas mineral tanah itu
sendiri. Namun adakalanya tanah itu hanya memiliki sedikit saja kandungan
karbon organic. Kandungan karbon organik dalam tanah harus terpenuhi
sebanyak 2%.
c. Kapasitas Tukar Kation
Pada saat pH tanah mencapai kadar 7, terjadi kapasitas tukar kation. Hal ini
memungkinkan keadaan tanah menjadi semakin subur, atau sebaliknya. KTK
yang tinggi umunya terdapat pada tanah dengan kandungan bahan organic dan
tanah liat yang tinggi. KTK dapat dipengaruhi oleh tekstur tanah, bahan organic
yang terkandung didalam tanah, pemupukkan dan adanya jenis liat dalam tanah.
(Anonymousa, 2011)
2.1.2 Biologi
a. Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup
mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan
tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme
tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan
pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap
sifat fisik dan kimia tanah.
b. Jumlah Fungi Tanah
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil
sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan
organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur.
Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi
ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi.
c. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran
yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan
enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapa melarutkan fosfat
tanah maupun sumber fosfat yang diberikan.
d. Total Respirasi Tanah
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan
cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik
dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah
mikroorganisrne.
(Anonymousb,2011)
2.1.3 Fisik
a. Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan
sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang
terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan
warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih . Warna tanah
dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam
menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart
sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar
atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di
dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah.
b. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-
fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas,
permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada
daerah geografis tertentu.
c. Struktur Tanah
Struktur dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi massive.
Dalam rangka menghasilkan agregat-agregat dimana harus terdapat beberapa
mekanisme dalam mana partikel-partikel tanah mengelompok bersama-sama
menjadi cluster. Pembentukan ini kadang-kadang sampai ke tahap perkembangan
struktural yang mantap.
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya
dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan
pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana
aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang
mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi
bagi produksi pertanian.
d. Kadar Air
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor
iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor
iklim juga berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada
prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang
berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap
kekeringan serta tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait
dengan kebutuhan air tanaman.
(Anonymousc, 2011)
2.2 Pengendalian OPT melalui faktor edafik
Usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual, biennial,
perennial, ialah cara pengolahan tanah. Dalam pengendalian gulma annual cukup
dibajak dangkal saja. Dengan cara ini gulma tersebut dirusakkan bagian atas tanah
saja. Sedang untuk biennal bagian atas tanah dan mahkota, dab bagi perennial
kedua bagian di bawah dan di atas tanah dirusakkan. Kebanyakan gulma annual
dapat dikendalikan hanay dengan sekali pemberoan. Bila tanah banyak
mengandung biji gulma yang viabel, maka perlu diikuti tahun kedua dengan
pertanaman barisan dan pengolahan yang bersih untuk mencegah pembentukan
biji. Sedangkan untuk gulma perennial, pemberoan semusim belum cukup.
Sebaiknya perlakuan digaabung dengan pengunaan herbisida dan pengolahan
yang bersih. Metoden ini cukup memadai dan beragam dengan spesies gulma, usia
infestasi dan sifat tanah, kesuburan serta kedalaman air tanah. Gulma perennial
yang berakar dangkal sekali pembajakan cukup dapat mereduser, dengan
“membawa” akar ke atas dan dikeringkan. Pembajakan di atas akan menekan
pemebentukan dan tunas baru. Untuk gulma perennial berakar dalam pembajakan
berulangkali dan pada interval teratur akan menguarangi perkembangannya.
Perlakuan ini akan menguras cadangan pangan dalam akar dengan berulangkali
merusak bagian atas. Pada tanah ringan dan kurang subur perlakuan tersebut
sangat berhasil. Dari pengolahan tanah dapat disimpukan bahwa penimbunan titik
tumbuh gulma dan mengganggu sistem perakaran dengan pemotongan akar dapat
membuat gulma mati, karena potongan-potongan akar dapat mengering sebelum
pulih kembali.
(Anonymousd, 2011)
BAB III
METODOLOGI
Amati
5.2 Saran
Lebih di tingkatkan lagi dan harus lebih baik dari sebelum - sebelumnya. Dan
jangan lupa dengan praktikan - praktikannya yah :D
DAFTAR PUSTAKA
Saringan yang ada didalam berlese dan cairan sabun dibawah corong berlese
sampel tanah