Makalah ini membahas tentang eksekusi ide kreatif dan membuat prototype melalui empat tahap proses kreatif yaitu persiapan, inkubasi, pencerahan, dan verifikasi."
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
236 tayangan9 halaman
Makalah ini membahas tentang eksekusi ide kreatif dan membuat prototype melalui empat tahap proses kreatif yaitu persiapan, inkubasi, pencerahan, dan verifikasi."
Makalah ini membahas tentang eksekusi ide kreatif dan membuat prototype melalui empat tahap proses kreatif yaitu persiapan, inkubasi, pencerahan, dan verifikasi."
Makalah ini membahas tentang eksekusi ide kreatif dan membuat prototype melalui empat tahap proses kreatif yaitu persiapan, inkubasi, pencerahan, dan verifikasi."
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILU PENDIDIKAN UNIVERSITAS QUALITY BERASTAGI 2023 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa dimana atas hadiratnya kami kelompok V dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “EKSEKUSI IDE DAN MEMBUAT PROTOTYPE” dengan tepat waktu dimana di makalah kami kali ini kami mebahas tentang bagaimana cara mengeksekusi ide ide kreatif yang sudah ada, dan semoga dari makalah ini bapak/ibu seta suadara/saudari sekalian dapat lebih memahami tentang bagaimana berkreasi dan berinovasi melalui kosep dan contoh dari proses dan metode eksekusi ide menjadi prototype Dimana jika ada keslahan kata dalam makalah ini,kami membinta maaf kami kelompok V menerima kritik,saran dan tanggapan dari saudara saudarai semua terimakasih. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ A. Latar Belakang...................................................................................................... B. Rumusan Masalah................................................................................................. C. Tujuan Masalah..................................................................................................... BAB II............................................................................................................................... A. Menjelaskan Ekonomi Kreatif dan Kelas Kreatif................................................. B. Menerapkan Etos Kreatif...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Saat kretivitas menemukan tempat untuk berembang sebagai solusi atas maslah maslah sosial, tentu siapa pun sepakat bahwa kreativitas adalah aset yang berharga. Dalam kewirausahaan proses kreatif yang dapat menyelesaikan maslah atau dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tertentu, memberikan manfaat dari sisi ekonomis dan sosial sekaligus. Ini lah yang kerap disebut sebagai valeue yang sekaligus membedakan kewirausahaan dan proses bisnis pada umumnya. Proses ini harus dilatih agar dapat menjadi kecakapan yang baik bukan sekadar solusi yang justru tidak tepat sasaran. Metode design thingking yang dikembangkan di standfrod school of design adalah metode yang mula-mula diperkenalkan dan dipelajari dalam ilmu kewiraushaan. Namun dalam perkembangannya, cara-cara tersebut tetap digunakan dan di sempurnakan dengan metode yang lain. Keterampilan berfikir kreatif untuk menghasilkan inovasi melalui pendekatan problem sloving yang di gagas dalam design thingking. Berlandaskan pada model proses kreatif yang nyaris satu abad lalu dikembangkan oleh Graham Wallas, Richat Florida melengkapi proses berfikir kreatif tersebut terkait pemerolehan inspirasi berbasis kebutuhan penggunanya dalam teori memperoleh inspirasi berbasis kebutuhan penggunanya dalam teori creative ethos. Model proses kreatif yang dimaksud terbagi dalam empat tahap eksekusi ide; yakni menyusun ide awal, membuat prototype, menguji di lingkungan terbatas, dn dilanjutkan dengan pengulasan cakupan pengujian langsung kepada pengguna asli untuk memperoleh feedback. Proses ini adkan memberikan hasil yang lebih tepat sasaran. B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan Ekonomi Kreatif dan Kelas Kreatif 2. Menetrapkan Etos Kreatif C. Tujuan Permaslahn 1. Menyimpulkan sebuah metode berpikir kreatif-inovativ menggunakan empat tahap proses kreatif dan menerapkan secara konkret 2. Mendeskripsikan hubungan erat antara kewirausahaan dengan values berupa problem sloving atau needs tertentu dalam masyarakat pengguna 3. Menjelaskan konsep inovatif yang dapat mereka pikirkan kepada audiens atau investor sebagai pembelajara piching. BAB II PEMBAHASAN A. Lanskap Ekonomi Kreatif Bagian ini akan mempelajari lebih lanjut mengenai kemuncuan sistem ekonomi berbasis pengetahuan (creative economy) , serta mincul kelas sosial baru yang disebut “kelas kreatif”, yang terdiri dari sekumpulam orang yang memiliki keterampilan untuk meciptakan gagasan-gagasan baru yang lebih bermakna dalam wujud yang belu pernah ada sebelumnya dalam masyarakat. Tak berhenti disana, kita juga akan membahas mengenai tentang pemaknaan ulang proses kreatif dalam wujud sebuah landasan berfikir kreatif . 1. Ekonomi kreatif dan kelas kreatif Sebagai konsep yang kontroversi di antara para pakar, florida mencoba menggantikan adanya peran dari sekelompok kelas sosial dalam kaitanya dengan perkembangan ekonomi melalui cara yang tidak biasa, yang kita sebut sebagai ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif sendiri muncul pada awal abad ke-21 sebagai dampak dari runtuhnya ekonomi moderen yang berlandaskan sistem tradisional dan tingginya pengangguran. Munculnya kebutuhan- kebutuhan baru terhadap sebuah sistem ekonomi dan industri yang lebih dinamis, lebih responsif, dengan para pelanggan yang semakin cerdas, memunculkan kebutuhn akan model bisnis baru yang berbasis pengetahuan-kreativitas. Di titik ini, kewirausahaan yang memiliki “roh” menciptakan trobosan-trobosan baru untuk memberikan manfaat (value) yang semakin baik dan berdampak (impacted) bagi pengguna semakin di akui peranya. Atas situasi tersebut, Florida mengamati adanya korelasi bidang pekerjaan dengan berkembanya ekonomi kreatif. Dalam teori yang dikembangkan ini, Richard Florida mengelompokan bidang-bidang pekerjaan yang mengutamakan kreativitas sebagai kompetensi, yang juga memiliki dampak yang paling besar secara statistik tehadap angka pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitiannya adalah satu kelompok kreatif yang diyakinkan menjadi pendorong bagi perkembangan ekonomi pascaindustri di amerika serikat, yakni kelas kreatif. Lebih lanjut, ia mengelompokan bidang pekerjaan dalam kelas kreatif ini menjadi dua klasifikasi, yaitu: (a) super creative care, (b) creative professional. Subkelas super creative core merupakan kelompok dengan jenis pekerjaan sepenuhnya bersinggungan langsung dengan kreatif. Atas fungsinya untuk berinovasi dalam barang jadi atau produk komersial, subkelas ini memiliki fungsi yang tak hanya untuk menemukan solusi, namun juga mempertimbangkan beragam permasalahan baru yang mungkin belum terjadi. Subkelas ini mencakup ragam variasi jenis bidang pekerjaan, terkait sains, pendidikan, keteknikan, programming, serta media,desain, dan seni. Sedangkan subkelas creative professional merupakan kelompok tenaga kerja terdidik yang menggunakan pengetahuan akademiknya untuk menyelesaikan permasalahan spesifik dalam bidang pekerjaanya. Subkelas ini mencakub bidang-bidang pekerjaan dengan minimal keahlian setingkat pendidikan tinggi, semisal industrii kesehata, keuangan, hukum, pendidikan, dsb. Melalui teorinya ini, Florida memafarkan adanya korelasi antara tingkat kreativitas dengan perkembangan teknologi dan ekonomi dari suatu wilayah. Dari sna, kita dapat menyimpulkan bahwa dukungan terhadap proses kreatif bagi masyarakat melaui berbagai eksperimen ide dapat melatih pertumbuhan pola pikir kreatif, yang niscaya dapat pula meningkatkan perkembangan teknologi dan ekonomi masyarakat tersebut. 2. Etos Kreatif Sebagai pijakan ankan kehadiran kelas kreatif tersebut, Florida juga mendeskripsikan adanya sebuah nilai fundamental dari sebuah proses kreatif yang harus ada atau terjadi ketika mengeksekusi ide-ide kreatif, yang ia sebut sebagai etos kreatif (Florida,2002). Landasan nilai ini menekankan bahwa setiap individu snagat mungki utntuk bersikap dan berfikir sedcara kreatif dalam segala aspek yang mereka jalani dalam hidup. Penerapan etos kreatif dalam kehidupan sehari-hari ini dapat diartikan sebagai proses melatih diri secara kontinyu untuk memperkokoh mental dan menjelajah potensi diri untuk kerap tajam dalam berpikir secara kreatif. Dalam praktiknya, Florida merujuk penerapan proses berpikir kreatif ini melalui metode empat-tahap proses kreatif klasik Graham Wallas (1926), yakin preparation, incubation, lllumination, dan verification. 1. Prepation (pengumpulan informasi) Proses kreatif pada umumnya diawali dari sebuah persiapan pola pikir melalui kondisi yang sesuai, yakmi teridentifikasinya sumber permasalahan yang dihadapi dan terkumpulnya informasi dalam bahan yang mendukung solusi. Proses persiapan ini berlangsung secara intrnal dalam pikiran seorang (melalui perenungan dan pembentukan hipotesis-hipotesis yang memicu ide), serta secara eksternal (mengumpulkan informasi dan data, sumberdaya, bahan, dan keahlian yang diperlukan). Tahap mengumpulkan semua informasi untuk mendukung- membangun ide awal. Selain itu, permulaan proses ini tak terbatas pada masalah yang terjadi yang ingin dicarikan solusinya, tetapi juga bisa dari kebutuhan (needs) pengguna yang belum terakomodasi. Metode pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam beberapa cara : wawancara,observasisertamenggabungkan observasi dalam wawancara. Salah satu alat yang dapat dipakai pada tahap ini adalah pemetasan empati, atau empathy map. 2. Incubation (perumusan ide) Selanjutnya, ide dan informasi yang dikumpulkan pada tahap pertama akan meresap ke dalam pikiran. Dalam kondisi yang tenang, segala informasi tersebut akan saling terkoneksi satu sma lai membentuk beragam kombinasi pemecahan masalah. Dari sana, proses teknis yang meliputi penyediaan semua kebutuhan seperti bahan dan peralatan, sehingga ide awal tersebut menjadi bentuk visual yang siap untuk di eksekusi. Tahap ini mungkin tidak serta merata mebuahkan hasil yang sempurna, dan memerlukan waktu untuk perenungan berulang kali. Karena itulah, tahap imi disebut inkubasi, sebagai informasi yang telah diperoleh sedang dipadupadankan dalam pikiran anda sehingga menghasilkan beberapa obsi yang dapat dicoba untuk mencapai solusi yang diinginkan. 3. Lllumination (pengujian ide) Setelah tahap perumusan ide, beberapa ide justru muncul dari lapisan pikiran yang lebih dalam dan menerebos keluar dengan cara yang tak terduga. Ini merupakan thap penemuan solusi yang layak dicoba dan diajukan. Proses ini selanjutnya adalah pengujian ide, atau istilah lain dari tahap ini protopyng atau membuat contoh produk. Dalam tahap ini dilakukan beberapa eksperimen, ujicoba, untuk menghasilkan contoh produk yang benarbenar mendekati solusi atas masalah tertentu atau needs yang ingi diselesaikan. Pada kasus pocari seet misalnya, dilakukan ribuan eksperimen untuk menghasilkan contoh produk yang dianggap paling sesuai, namun tahap lllumination terjadi saat uji coba percampuran sampel minuman elektrolit dengan sampe minuman jeruk. Hal tersebut tidak terduga, dan mungin saja peluang lainya adalah minuman yag lebih tidak enak. Namun pada saaat itu, ide tersebut hadir dan layak untuk dicoba. Proses eksperimen akan mengembangkan ide yang ada menjadi lebuh maju melalui setiap kegaga;an yang diperoleh. 4. Verification (pengembangan dan penyesuaian ide) Ini merupakan proses dan tahap terakhir, yaitu menguji/tes contoh produk kepada pengguna. istilah lain adalah ‘Tes pasar’ atau “presentsi pasar”. Hasil dari tahap ketiga ini bisa gagal atau berhasil, masih banyak kemungkinan dilakukan sebagai perbaikan dan penyempurnaan untuk memenuhi keinginan pengguna hingga contoh produk yang dapat ditawarkan kepada penggua sudah bisa diterima dan sudah dilakukan berkali-kali penyesuaian dan perbaikan atas prototipe awal (tahap kedua). 2. Menerapkan Etos Kreatif Berdasarka pengalaman penulis selama kurun waktu lima tahun terakhir, ada hal-hal menarik ketika peserta dikelas wirausaha berniat untuk mewujudkan ide-ide kreatifnya. Studi lapangan dan survei menjadi salah satu alat/cara yang berguna untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peserta dikelas kewirausahaan. Ada beberapa contoh menarik sebagai mana sebuah ide dibicarakan si grup, kemudian belajar begamana memvisualisasikan ide-ide kreatif itu. Penulis 5 kasus kewirausahaanpada jurusan manajemen. Jurusan teknik (sipil dan arsitektur), dan jurusan filsafat kebudayaan (nama mata kuliah enterpreneurship kebudayaan). DAFTAR PUSTAKA