MAKALAH

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

EKSEKUSI IDE DAN MEMBUAT PROTOTYPE

DISUSU OLEH:

DELLA VRIYANTI BR PURBA 1915010090


DIANRA SOARES BR GINTING 1915010148
FEBY WIDYA SARI BR DEPARI
RANDA EGINSA PANDIA
SUMANTI FLORIDA BR BANGUN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS QUALITY
BERASTAGI
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa dimana atas hadiratnya
kami kelompok V dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “EKSEKUSI IDE
DAN MEMBUAT PROTOTYPE” dengan tepat waktu dimana di makalah kami kali ini
kami mebahas tentang bagaimana cara mengeksekusi ide ide kreatif yang sudah ada, dan
semoga dari makalah ini bapak/ibu seta suadara/saudari sekalian dapat lebih memahami
tentang bagaimana berkreasi dan berinovasi melalui kosep dan contoh dari proses dan metode
eksekusi ide menjadi prototype
Dimana jika ada keslahan kata dalam makalah ini,kami membinta maaf kami
kelompok V menerima kritik,saran dan tanggapan dari saudara saudarai semua terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................
BAB II...............................................................................................................................
A. Menjelaskan Ekonomi Kreatif dan Kelas Kreatif.................................................
B. Menerapkan Etos Kreatif......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
Saat kretivitas menemukan tempat untuk berembang sebagai solusi atas maslah
maslah sosial, tentu siapa pun sepakat bahwa kreativitas adalah aset yang berharga. Dalam
kewirausahaan proses kreatif yang dapat menyelesaikan maslah atau dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat tertentu, memberikan manfaat dari sisi ekonomis dan sosial sekaligus.
Ini lah yang kerap disebut sebagai valeue yang sekaligus membedakan kewirausahaan dan
proses bisnis pada umumnya. Proses ini harus dilatih agar dapat menjadi kecakapan yang
baik bukan sekadar solusi yang justru tidak tepat sasaran.
Metode design thingking yang dikembangkan di standfrod school of design adalah
metode yang mula-mula diperkenalkan dan dipelajari dalam ilmu kewiraushaan. Namun
dalam perkembangannya, cara-cara tersebut tetap digunakan dan di sempurnakan dengan
metode yang lain. Keterampilan berfikir kreatif untuk menghasilkan inovasi melalui
pendekatan problem sloving yang di gagas dalam design thingking. Berlandaskan pada
model proses kreatif yang nyaris satu abad lalu dikembangkan oleh Graham Wallas, Richat
Florida melengkapi proses berfikir kreatif tersebut terkait pemerolehan inspirasi berbasis
kebutuhan penggunanya dalam teori memperoleh inspirasi berbasis kebutuhan penggunanya
dalam teori creative ethos. Model proses kreatif yang dimaksud terbagi dalam empat tahap
eksekusi ide; yakni menyusun ide awal, membuat prototype, menguji di lingkungan terbatas,
dn dilanjutkan dengan pengulasan cakupan pengujian langsung kepada pengguna asli untuk
memperoleh feedback. Proses ini adkan memberikan hasil yang lebih tepat sasaran.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Ekonomi Kreatif dan Kelas Kreatif
2. Menetrapkan Etos Kreatif
C. Tujuan Permaslahn
1. Menyimpulkan sebuah metode berpikir kreatif-inovativ menggunakan empat tahap
proses kreatif dan menerapkan secara konkret
2. Mendeskripsikan hubungan erat antara kewirausahaan dengan values berupa problem
sloving atau needs tertentu dalam masyarakat pengguna
3. Menjelaskan konsep inovatif yang dapat mereka pikirkan kepada audiens atau
investor sebagai pembelajara piching.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lanskap Ekonomi Kreatif
Bagian ini akan mempelajari lebih lanjut mengenai kemuncuan sistem ekonomi
berbasis pengetahuan (creative economy) , serta mincul kelas sosial baru yang disebut “kelas
kreatif”, yang terdiri dari sekumpulam orang yang memiliki keterampilan untuk meciptakan
gagasan-gagasan baru yang lebih bermakna dalam wujud yang belu pernah ada sebelumnya
dalam masyarakat. Tak berhenti disana, kita juga akan membahas mengenai tentang
pemaknaan ulang proses kreatif dalam wujud sebuah landasan berfikir kreatif .
1. Ekonomi kreatif dan kelas kreatif
Sebagai konsep yang kontroversi di antara para pakar, florida mencoba menggantikan
adanya peran dari sekelompok kelas sosial dalam kaitanya dengan perkembangan ekonomi
melalui cara yang tidak biasa, yang kita sebut sebagai ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif
sendiri muncul pada awal abad ke-21 sebagai dampak dari runtuhnya ekonomi moderen yang
berlandaskan sistem tradisional dan tingginya pengangguran. Munculnya kebutuhan-
kebutuhan baru terhadap sebuah sistem ekonomi dan industri yang lebih dinamis, lebih
responsif, dengan para pelanggan yang semakin cerdas, memunculkan kebutuhn akan model
bisnis baru yang berbasis pengetahuan-kreativitas. Di titik ini, kewirausahaan yang memiliki
“roh” menciptakan trobosan-trobosan baru untuk memberikan manfaat (value) yang semakin
baik dan berdampak (impacted) bagi pengguna semakin di akui peranya.
Atas situasi tersebut, Florida mengamati adanya korelasi bidang pekerjaan dengan
berkembanya ekonomi kreatif. Dalam teori yang dikembangkan ini, Richard Florida
mengelompokan bidang-bidang pekerjaan yang mengutamakan kreativitas sebagai
kompetensi, yang juga memiliki dampak yang paling besar secara statistik tehadap angka
pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitiannya adalah satu kelompok kreatif yang diyakinkan
menjadi pendorong bagi perkembangan ekonomi pascaindustri di amerika serikat, yakni kelas
kreatif.
Lebih lanjut, ia mengelompokan bidang pekerjaan dalam kelas kreatif ini menjadi dua
klasifikasi, yaitu: (a) super creative care, (b) creative professional. Subkelas super creative
core merupakan kelompok dengan jenis pekerjaan sepenuhnya bersinggungan langsung
dengan kreatif. Atas fungsinya untuk berinovasi dalam barang jadi atau produk komersial,
subkelas ini memiliki fungsi yang tak hanya untuk menemukan solusi, namun juga
mempertimbangkan beragam permasalahan baru yang mungkin belum terjadi. Subkelas ini
mencakup ragam variasi jenis bidang pekerjaan, terkait sains, pendidikan, keteknikan,
programming, serta media,desain, dan seni. Sedangkan subkelas creative professional
merupakan kelompok tenaga kerja terdidik yang menggunakan pengetahuan akademiknya
untuk menyelesaikan permasalahan spesifik dalam bidang pekerjaanya. Subkelas ini
mencakub bidang-bidang pekerjaan dengan minimal keahlian setingkat pendidikan tinggi,
semisal industrii kesehata, keuangan, hukum, pendidikan, dsb. Melalui teorinya ini, Florida
memafarkan adanya korelasi antara tingkat kreativitas dengan perkembangan teknologi dan
ekonomi dari suatu wilayah. Dari sna, kita dapat menyimpulkan bahwa dukungan terhadap
proses kreatif bagi masyarakat melaui berbagai eksperimen ide dapat melatih pertumbuhan
pola pikir kreatif, yang niscaya dapat pula meningkatkan perkembangan teknologi dan
ekonomi masyarakat tersebut.
2. Etos Kreatif
Sebagai pijakan ankan kehadiran kelas kreatif tersebut, Florida juga mendeskripsikan
adanya sebuah nilai fundamental dari sebuah proses kreatif yang harus ada atau terjadi ketika
mengeksekusi ide-ide kreatif, yang ia sebut sebagai etos kreatif (Florida,2002). Landasan
nilai ini menekankan bahwa setiap individu snagat mungki utntuk bersikap dan berfikir
sedcara kreatif dalam segala aspek yang mereka jalani dalam hidup. Penerapan etos kreatif
dalam kehidupan sehari-hari ini dapat diartikan sebagai proses melatih diri secara kontinyu
untuk memperkokoh mental dan menjelajah potensi diri untuk kerap tajam dalam berpikir
secara kreatif. Dalam praktiknya, Florida merujuk penerapan proses berpikir kreatif ini
melalui metode empat-tahap proses kreatif klasik Graham Wallas (1926), yakin preparation,
incubation, lllumination, dan verification.
1. Prepation (pengumpulan informasi)
Proses kreatif pada umumnya diawali dari sebuah persiapan pola pikir melalui kondisi yang
sesuai, yakmi teridentifikasinya sumber permasalahan yang dihadapi dan terkumpulnya
informasi dalam bahan yang mendukung solusi. Proses persiapan ini berlangsung secara
intrnal dalam pikiran seorang (melalui perenungan dan pembentukan hipotesis-hipotesis yang
memicu ide), serta secara eksternal (mengumpulkan informasi dan data, sumberdaya, bahan,
dan keahlian yang diperlukan). Tahap mengumpulkan semua informasi untuk mendukung-
membangun ide awal. Selain itu, permulaan proses ini tak terbatas pada masalah yang terjadi
yang ingin dicarikan solusinya, tetapi juga bisa dari kebutuhan (needs) pengguna yang belum
terakomodasi. Metode pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam beberapa cara :
wawancara,observasisertamenggabungkan observasi dalam wawancara. Salah satu alat yang
dapat dipakai pada tahap ini adalah pemetasan empati, atau empathy map.
2. Incubation (perumusan ide)
Selanjutnya, ide dan informasi yang dikumpulkan pada tahap pertama akan meresap ke dalam
pikiran. Dalam kondisi yang tenang, segala informasi tersebut akan saling terkoneksi satu
sma lai membentuk beragam kombinasi pemecahan masalah. Dari sana, proses teknis yang
meliputi penyediaan semua kebutuhan seperti bahan dan peralatan, sehingga ide awal tersebut
menjadi bentuk visual yang siap untuk di eksekusi. Tahap ini mungkin tidak serta merata
mebuahkan hasil yang sempurna, dan memerlukan waktu untuk perenungan berulang kali.
Karena itulah, tahap imi disebut inkubasi, sebagai informasi yang telah diperoleh sedang
dipadupadankan dalam pikiran anda sehingga menghasilkan beberapa obsi yang dapat dicoba
untuk mencapai solusi yang diinginkan.
3. Lllumination (pengujian ide)
Setelah tahap perumusan ide, beberapa ide justru muncul dari lapisan pikiran yang lebih
dalam dan menerebos keluar dengan cara yang tak terduga. Ini merupakan thap penemuan
solusi yang layak dicoba dan diajukan. Proses ini selanjutnya adalah pengujian ide, atau
istilah lain dari tahap ini protopyng atau membuat contoh produk. Dalam tahap ini dilakukan
beberapa eksperimen, ujicoba, untuk menghasilkan contoh produk yang benarbenar
mendekati solusi atas masalah tertentu atau needs yang ingi diselesaikan. Pada kasus pocari
seet misalnya, dilakukan ribuan eksperimen untuk menghasilkan contoh produk yang
dianggap paling sesuai, namun tahap lllumination terjadi saat uji coba percampuran sampel
minuman elektrolit dengan sampe minuman jeruk. Hal tersebut tidak terduga, dan mungin
saja peluang lainya adalah minuman yag lebih tidak enak. Namun pada saaat itu, ide tersebut
hadir dan layak untuk dicoba. Proses eksperimen akan mengembangkan ide yang ada
menjadi lebuh maju melalui setiap kegaga;an yang diperoleh.
4. Verification (pengembangan dan penyesuaian ide)
Ini merupakan proses dan tahap terakhir, yaitu menguji/tes contoh produk kepada pengguna.
istilah lain adalah ‘Tes pasar’ atau “presentsi pasar”. Hasil dari tahap ketiga ini bisa gagal
atau berhasil, masih banyak kemungkinan dilakukan sebagai perbaikan dan penyempurnaan
untuk memenuhi keinginan pengguna hingga contoh produk yang dapat ditawarkan kepada
penggua sudah bisa diterima dan sudah dilakukan berkali-kali penyesuaian dan perbaikan
atas prototipe awal (tahap kedua).
2. Menerapkan Etos Kreatif
Berdasarka pengalaman penulis selama kurun waktu lima tahun terakhir, ada hal-hal
menarik ketika peserta dikelas wirausaha berniat untuk mewujudkan ide-ide kreatifnya. Studi
lapangan dan survei menjadi salah satu alat/cara yang berguna untuk menambah pengetahuan
dan pemahaman peserta dikelas kewirausahaan. Ada beberapa contoh menarik sebagai mana
sebuah ide dibicarakan si grup, kemudian belajar begamana memvisualisasikan ide-ide
kreatif itu. Penulis 5 kasus kewirausahaanpada jurusan manajemen. Jurusan teknik (sipil dan
arsitektur), dan jurusan filsafat kebudayaan (nama mata kuliah enterpreneurship kebudayaan).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai