Kep - Anak (KKP)
Kep - Anak (KKP)
Kep - Anak (KKP)
KONSEP PENYAKIT
KONSEP PENYAKIT KKP
1. DEFNISI
Kurang kalori protein adalah keadaan tubuh yang kurang zat gizi kalori dan protein.
Kurang yang dimaksud adalah tidak mencukupi kebutuhan minimal (standar) yang biasanya
terlihat dari berat dan tinggi badan. Ukuran standar dikeluarkan oleh WHO, baik berupa
minimal kecukupan zat gizi, maupun ukuran berat badan dan tinggi badan menurut umur.
2. PENYEBAB DAN FAKTOR PEMICU KKP
Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa factor, yang paling dominan
adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak akan
terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.
Berikut beberapa faktor penyebabnya :
Faktor sosial. : Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak
mendapatkan makanan yang bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal
kenyang.
Kemiskinan : Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini
di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan
kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi
tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian
bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan.
Infeksi : Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan
malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh.
Pola makan : Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang.
Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para
ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak
mereka.
Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian
dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.
3. TANDA DAN GEJALA
Gejala Kwashiorkor :
Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
Diare dengan fase cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya
produksi laktase dan enzim penting lainnya
Kelainan kulit yang khas
Pembesaran hati, bahkan saat rebahan penbesaran ini diraba dari luar tubuh terasa licin
dan kenyal
Gangguan fungsi ginjal dan anemia
Gagal untuk manambah berat badan
Pertumbuhan linear terhenti
Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut
Penurunan massa otot
Perubahan mental seperti lethargia, irotabilitas, dan apatis dapat terjadi
Gejala Marasmus :
Anak kurus hingga terlihat tulang berbungkus kulit
wajah seperti orangtua
perut cekung
kulit keriput, jaringan lemak subkuits sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah
bokong tampak seperti memakai celana longgar
cengeng dan rewel
iga gambang
diare kronik
sering disertai penyakit inspeksi (umumnya kronis berulang)
4. KLASIFIKASI
KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus. Berikut adalah
penjelasannya.
Kwashiorkor. Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams
pada tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa
Ghana, kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua
sedang ditunggu kelahirannya. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya
intake yang berlangsung kronis.
Marasmus. Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting atau merusak.
Merupakan bentuk malnutrisi kalori protein akibat kekurangan kalori yang berat dan
kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
dibawah kulit dan otot (Dorland, 1998:649). Marasmus juga diartikan sebagai malnutrisi
berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau hygiene kurang.
Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau
lebih tanda defesiansi protein dan kalori (Nelson, 1999:212).
5. PATOFISIOLOGI
Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin
kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
oleh hepar yang kemudian berakibat edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu,
dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam
keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenhi
pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein
senagai sumber energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
B. KONSEP ASKEP
KONSEP ASKEP KKP PADA ANAK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurangdalam waktu
yang cukup lama (Ngastiyah, 1997). Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit
gangguan gizi yang dikarenakan adanyadefisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang
bervariasi pada defisiensi protein maupunenergi (Sediatoema, 1999).
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum, kurang
gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan kekurangan
energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy
protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit KKP
ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.
B. Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta kebiasaan
makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu, karena
kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi dapat terjadi karena tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling dominan
adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak akan
terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi. Berikut beberapa faktor penyebabnya :
KKP Berat :
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematin
Gejala dari KKP adalah :
- Badan kurus kering tampak seperti orangtua
- Abdomen dapat kembung dan datar. BB menurun
D. Patofisiologi
1. Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan
berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan
metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem.perlemakan hati
terjadi karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari
hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati
2. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam
keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak
terpenhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan
cadangan protein senagai sumber energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori
tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis
glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief Mansjoer, 2000)
a. Riwayat Keperawatan
b. Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan
keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh8kembang, imunisasi,
status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-
lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan
nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dankalori dalam waktu relatif lama).
d. Riwayat imunisasi
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakitklien dan lain-lain.
- Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut
- gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
- Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
diare.
- Edema tungkai
g. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium: albumin, creatinine dan nitrogen.
- Elektrolit
- Hb
- Ht
- Transferi
B. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang tidak
adekuat,anoreksia dan diare.
b. Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang cukup
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan marasmus.
d. Kurangnya pengetahuan b/d tidak tahu memberikan intake nutrisi yang
adekuat pada anak.
C. Intervensi Keperawatan
Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan kepada klien
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul. Rencana
keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019).
D. Implementasi
E. Evaluasi