LP Anc

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS


DENGAN ANTE NATAL CARE DI RUANG POLI KANDUNGAN
RSUD ARIFIN NU’MANG RAPPANG KABUPATEN SIDRAP

ASPILLA YULI

202203047

CI LAHAN CI INSTITUSI

…………………….…….………. ………….……………...........

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ANTE NATAL CARE
A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Antenatal care merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil normaldan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Lambogia, 2017).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis
kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2018).
2. Tujuan antenatal care
Tujuan antenatal care untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan
penanganan dini komplikasi kehamilan.(Kemenkes RI, 2018). Tujuan
asuhan keperawatan antenatal adalah mendeteksi secara dini risiko
komplikasi yang mungkin dialami ibu selama hamil, mencegah komplikasi
selama hamil, memantau kesehatan ibu dan janin, membantu dan
memfasilitasi proses adptasi yang terjadi sehingga ibu dapat beradaptasi
dengan perubahan fisik dan peran barunya, menginformasikan kunjungan
ulang, menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan, menurunkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal (Manurung, Tutiany, &
Suryati, 2011).
3. Jadwal kunjungan antenatal care

Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar


ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama
masa kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal
di tiap trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia
kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga
(usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) (Kemenkes RI, 2018). Ibu
hamil melakukan kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu :
1) Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)

K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke


pelayanan kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan
dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu sampai persalinan.
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut: anamnesa, pemeriksaan fisik
umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko kehamilan,
menentukan taksiran berat badan janin, pemberian imunisasi TT1, KIE
pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan pemeriksaan laboratorium
(Wagiyo & Putrono, 2016).
2) Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)

Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan


antenatal care minimal satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai
risiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, atau cacat bawaan. Kegiatan
yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis keluhan dan
perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
USG, penilaian risiko kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian
vitamin (Wagiyo & Putrono, 2016).
3) Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester III)

Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal


care setiap dua minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini
dilakukan pemeriksaan: anamnesis keluhan dan gerak janin, pemberian
imunisasi TT2, pengamatan gerak janin, pemeriksaan fisik dan
obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko kehamilan, KIE ibu
hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium ulang (Wagiyo &
Putrono, 2016).
4. Standar asuhan pelayanan antenatal care (ANC)
Standar pelayanan antenatal care meliputi minimal empat kali
(anamnesis, dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama), mengenali
kehamilan risiko tinggi/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, IMS/ infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasihat
dan penyuluhan kesehatan, serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
Puskesmas, data tercatat dengan tepat pada setiap kunjungan, bila di
temukan kelainan mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
merujuknya untuk tindakan selanjutnya (Runjati, 2011). Pelayanan
kesehatan ibu hamil yang diberikan harus sesuai dengan standar dan
memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut (Kemenkes RI, 2018):
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi.
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana).
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya).
10) Tatalaksana kasus. U
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal care
Kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal care di
pengaruhi oleh beberapa faktor. Pembagian faktor yang memengaruhi
perilaku kepatuhan ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
guna melakukan antenatal care mencakup hal-hal sebagai berikut
(Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017) :
1) Usia

Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia


produktif (20-35 tahun) dapat berfikir lebih rasional dibandingkan
dengan ibu dengan usia yang lebih muda atau terlalu tua. Sehingga ibu
dengan usia produktif memiliki motivasi lebih dalam memeriksakan
kehamilannya.
2) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar


pengetahuan yang dimilikinya. ibu hamil yang berpendidikan memiliki
pemahaman yang lebih mengenai masalah kesehatan sehingga
memengaruhi sikap mereka terhadap kehamilannya sendiri maupun
pemenuhan gizinya selama hamil.
3) Status pekerjaan

Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih
memilih untuk mementingkan karirnya dibandingkan dengan
kesehatannya sendiri, sehingga sulit untuk patuh dalam melakukan
kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang
memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur dan
menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal.
4) Paritas ibu hamil

Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami


oleh seorang wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak
terlalu khawatir dengan kehamilannya lagi sehingga menurunkan
angka kunjungannya, sedangkan ibu dengan kehamilan pertama
merasa ANC merupakan sesuatu yang baru sehingga ibu memiliki
motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.
5) Pengetahuan ibu hamil
Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan,
pengetahuan merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi
ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC. Bagi ibu dengan
pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan kehamilan menganggap
kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban,
melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.
6) Sikap ibu hamil

Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan


memengaruhi kepatuhannya dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap
yang positif atau respon yang baik mencerminkan kepeduliannya
terhadap kesehatan diri dan janinnya sehingga dapat meningkatkan
angka kunjunan. Sedangkan, sikap yang negatif membuat ibu hamil
kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan.
7) Jarak tempat tinggal

Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu

hamil serta semakin sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan

menurunkan motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC.

Jauhnya jarak akan membuat ibu berfikir dua kali untuk melakukan

kunjungan karena akan memakan banyak tenaga dan waktu setiap

melakukan kunjungan. Ibu yang tidak menggunakan transportasi dan

harus berjalan kaki menuju ke tempat pelayanan kesehatan mayoritas

memiliki angka kunjungan kurang dari empat kali selama masa

kehamilan.

8) Sarana media informasi


Media informasi yang mencakup informasi mengenai pentingnya
pelayanan antenatal pada ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan
dan motivasi ibu dalam melakukan kunjungan. Edukasi melalui media
biasanya menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengubah perilaku masyarakat dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah. Media yang digunakan dapat berupa media
cetak, seperti leaflet, poster, koran, majalah, dan lain-lain ataupun
media elektronik seperti televisi, internet, dan lain-lain.
9) Dukungan suami
Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil,
yang dalam hal ini adalah istrinya, sangat menentukan rasa sayangnya
terhadap kesehatan istri dan calon anaknya. Melalui dukungan suami
yang baik sebagai pendamping terdekat ibu, semakin tinggi dorongan
yang didapatkan ibu hamil untuk menjaga kehamilannya, sehingga ibu
termotivasi untuk melakukan kunjungan ANC.
10) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan


keluarga terhadap anggota keluarganya. Sebagai lingkungan yang
terdekat dengan ibu hamil, dukungan dari keluarga memegang peranan
penting dalam memengaruhi psikologi dan motivasi ibu dalam
melakukan perilaku kesehatan. Dengan dukungan yang baik dari
keluarga, ibu akan lebih memperhatikan kesehatan diri dan janinnya,
yaitu dengan secara rutin berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk melakukan ANC. Dukungan dari keluarga dapat berupa bantuan,
perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian terhadap ibu
hamil.
11) Faktor dukungan dari petugas kesehatan

Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan


memengaruhi frekuensi kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik
sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula seorang ibu hamil
menginjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
Belum meratanya petugas kesehatan yang ada di daerah terpencil juga
dapat menurunkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.

6. Pemeriksaan kehamilan (Leopold I-IV)


a. Leopold I
Untuk menentukan UK dan bagian apa yang teraba pada fundus
dengan cara pemeriksaan berdiri sebelah kanan dan menghadap ke
muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan pada lutut dan lipat paha,
lengkungan jari-jari ke dua tangan untuk mengelilingi bagian atas
fundus, lalu tentukan apa yang ada dalam fundus. Bila kepala sifatnya
keras, bulat dan melenting. Bokong akan lunak dan lembek dan tidak
melenting.
b. Leopold II
Leopold II digunakan untuk menetukan letak punggung Janin dan
bagian terkecil pada janin. Caranya letakkan ke dua tangan pada sisi
uterus dan tentukan bagian terkecil janin.
c. Leopold III
Untuk menetukan bagian bawah dan apakah bawah janin masusk ke
PAP atau belum. Caranya tekan dengan ibu jari tengah pada salah satu
tangan secara lembut dan masuk ke dalam abdomen ibu di atas
simpisis pubis. Kemudian peganglah bagian presentasi janin dan
bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut.
d. Leopold IV
Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan seberapa
masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. Caranya
letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan ke dalam dan
gerakkan jari-jari ke arah roggga panggul, dimanakan tonjolan sefalik
dan apakah bagian presentasi telah masuk. Pemeriksaan ini tidak
dilakukan bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan leopold lengkap dapat
dilakukan bila janin cukup besar, kira-kia bulan VI ke atas.
7. Perhitungan tafsiran partus
Rumus Naegle merupakan rumus standar yang digunakan untuk
mengetahui tafsiran persalinan (TP). Caranya : (HPHT+ 7 hari) ( bulan- 3
bulan (tahun + 1 tahun) atau (HPHT + 7 hari ( bulan + 9) ( Kartajin, 2016).

8. Perhitungan Tafsiran Berat Janin


Perkiraan berat janin berdasarkan rumus Jhonson yaitu (TFU-N) x 155
gram ) dengan
N = 12 jika vertex berada tepat atau di atas spina ischiadika
N = Jika vertex di bawah spina ischiadika
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kehamilan secara menyeluruh
1) Identittas diri usia, pekerjaan, suku, agama, anggota keluarga
dirumah , BB dan TB)
2) Riwayat keluarga yang dapat mempengaruhi kehamilan (penyakit
genetik)
3) Riwayat menstruasi (HPHT)
4) Riwayat kehamilan sebelumnya (komplikasi kehamilan,
persalinan, neonatal dan post partum/ nifas)
5) Riwayat kehamilan saat ini (apakah ada penyakit sejak awal
kehamilan)
6) Kebiasaan penggunaan obat-obatan, merokok dan kafein (minum
kopi atau teh)
7) Siap terhadap kehamilan ini (apakah positif atau negative)
8) Rencana persalinan
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Inspeksi dareh konjungtiva dan mulut. Palpasi apakah terjadi
pembesaran tiroid atau tidak?
2) Dada dan jantung
Auskultasi daerah jantung dan paru-paru
3) Payudara
Inspeksi putting susu apakah menonjol keluar atau tidak, palpasi
area payudara dan axila di seluruh kuadran
4) Kulit
JInspeksi adanya linea nigra, striae gravidarum
5) Ekstremias
Pemeriksaan reflex patella dengan menggunakan reflex hammer
6) Abdomen
Pengukuran TFU, palpasi abdomen, auskultasi DJJ. USG pertama
untuk auskultasi pada minggu 10 atau 12 minggu. Normal DJJ
120x/menit-160x/menit
7) Vagina vulva
Pemeriksaan area vulva apakah tampak warna kebiruan pada muka
vagina, terjadi pengikatan leukorhea/ keputihan
8) Panggul
Untuk memperkirakan UK, TP berdasar HPHT. Pengukuran
pelvimetri klinis (pengukuran dimensi dari tulang punggul melalui
pemeriksaan awal panggul untuk mengidentifikasi setiap variasi
dalam struktur panggul yang mungkin menghambat atau
menghalangi janin melewati panggul tulang selama kelahiran
vagina.
c. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pada awal kehamilan untuk memberikan data tentang
perubahan fisiologis dalam kehamilan dan untuk mengidentifikasi
risiko yang dapat terjadi. Pemeriksaan antara lain golongan darah,
USG, urin (apakah terdapat proteinuria atau glukosaria) ( Reeder,
2011).
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada ibu hamil fisiologis
diantaranya (PPNI, 2017):
1. Deficit nutrisi
2. Nyeri akut
3. Gangguan pola tidur
4. Intoleransi aktivitas
5. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang berdasarkan standar intervensi keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018):

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil

1 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)


1. Observasi
keperawatan 3x24 jam
 Identifikasi status nutrisi
status nutrisi membaik  Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
denga kriteria hasil:
 Identifikasi makanan yang
a. Frekuensi makan disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan
membaik
jenis nutrient
b. Nafsu makan membaik  Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
 Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan 3x24 jam Observasi
tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
dengan keriteri hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
c. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
d. Pola tidur membaik dan memperingan nyeri
Terapeutik
5. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur
keperawatan 3x24 jam pola Observasi
pola tidur
tidur membaik dengan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
keriteri hasil: 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
a. Keluhan sulit tidur (fisik dan psikologis)
menurun 3. Identfikasi makanan dan minuman
b. Keluhan sering terjaga yang mengganggu tidur
menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
c. Keluhan istirahat tidak dikonsusmsi
cukup menurun Terapeutik
5. Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras dan tempat tidur)
6. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
7. Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
8. Tetapkan jadwal tidur rutin
9. Sesuaikan dengan jadwal pemberian
obat dan / atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi
10. Jelaskan penting tidur cukup selama
sakit
11. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
12. Anjurkan menghindari makanan /
minuman yang menggangu tidur
4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
keperawatan 3x24 jam Observasi
aktivitas
toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
meningkat dengan keriteri yang mengakibatkan kelelahan
hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
a. Frekuensi nadi emosional
membaik 3. Monitor pola dan jam tidur
b. Saturasi oksigen 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
meningkat selama melakukan aktivitas
c. Keluhan lelah menurun Terapeutik
d. Dispena saat aktivitas 5. Sediakan lingkungan yang nyaman
menurun dan rendah stimulus
e. Dyspnea setelah 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
aktivitas menurun dan / atau aktiv
f. Perasaan lemah 7. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,
menurun jika tidak dapat berpindah atau
g. Kemudahan dalam berjalan
melakukan aktivitas Edukasi
sehari-hari 8. Anjurkan tirah baring
9. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
5 Ansietas Tujuan: Tingkat ansietas Reduksi ansietas
menurun Observasi
Kriteria hasil: (1) Identifikasi saat tingkat ansietas
a. Verbalisasi berubah (mis. kondisi, waktu,
kebingungan menurun stresor)
b. Verbalisasi khawatir (2) Identifikasi kemampuan mengambil
akibat kondisi yang keputusan
dihadapi menurun (3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
c. Perilaku gelisah dan nonverbal)
menurun Terapeutik
d. Perilaku tegang (4) Ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun menumbuhkan kepercayaan
e. Tanda vital dalam batas (5) Temani pasien yang mengurangi
normal kecemasan, jika memungkinkan
(6) Pahami situasi yang membuat
ansietas
(7) Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
(8) Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Edukasi
(9) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
(10) Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
(11) Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
(12) Latih teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, Dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta : Mediaction Jogja.
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Digiulio, Mary, Donna Jackson dan Jim Keogh. (2014). Keperawatan Medikal
Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing
Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Mediaction
Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai