Materi Belajar PPG Bahasa Inggris

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

Tipe-Tipe 

Conditonal Sentence

Conditional sentence dibagi menjadi beberapa tipe. Di antaranya adalah:

Conditional sentence type 0

Tipe ini biasanya disebut sebagai zero conditional sentences.

Tipe kalimat ini digunakan ketika hasil atau konsekuensi dari kondisi terwujud alias memaparkan
sebuah kebeneran (general truth) dan fakta ilmiah.

Kalimat ini biasanya berbentuk present tense dengan rumus: if + simple present, simple
present. Contoh kalimat (berdasarkan contoh dari grammarly.com):

 If we burn paper, it becomes ash.


 I feel sick if I eat too much.
 If you don’t brush your teeth, you get cavities.
 When people smoke cigarettes, their health suffers.

Conditional sentence type 1

First conditional sentence merupakan bentuk kalimat pengandaian yang digunakan ketika hasil atau
konsekuensi memiliki kemungkinan untuk terjadi di masa depan.

Hal ini bisa terjadi karena masih ada kondisi realistik yang masuk akal untuk kemungkinan terjadi.

Maka dari itu, bentuk kalimat dari conditional sentence tipe pertama ini memiliki bentuk kalimat simple
future alias kalimat yang akan datang.

Rumus dari kalimat ini adalah: if + simple present,  simple future  “will” / imperative dan contohnya
adalah:

 If I meet him,  I will introduce myself.


 I will cook dinner tonight if you clean the house.
 If you rest, you will feel better.
 If you set your mind to a goal, you will eventually achieve it.
 If it rains, I will stay at home.
 If he gives her chocolate, she will be happy.
 If it doesn’t rain, we will go to the library.
Baca juga: Unless: Memahami Definisi Kata dan Cara Penggunaannya

Conditional sentence type 2

Second conditional sentences merupakan tipe kalimat pengandaian yang digunakan ketika hasil atau
konsekuensi hanya memiliki harapan terwujud walaupun kemungkinannya sangat kecil.

Jadi bisa dikatakan kalau kalimat pengandaian tipe kedua ini belum tentu terjadi namun juga bisa
menjadi kenyataan.

Dalam bentuk kalimat ini, rumus yang digunakan adalah  if + simple past/were, would/could/might +
bare infinitive.

Penggunaan would/could/might berfungsi untuk menjelaskan seberapa besar sebuah kondisi itu akan


terjadi. Contohnya:
 If I inherited a billion dollars, I would travel to the moon.
 If I owned a zoo, I might let people interact with the animals more.
 If I were you, I would continue my study.
 If I had time, I would go with you.
 If she met her mother, she would be very happy.
 If it rained tomorrow, I would sleep all day.
 If I were you, I’d tell him the truth.

Conditional sentence type 3

Third conditional sentence merupakan sebuah kalimat pengandaian ketika sebuah kondisi tidak
mungkin terwujud sama sekali.

Hal ini bisa digambarkan karena kondisi yang sangat mustahil atau hanya sebuah mimpi atau
imajinasi.

Dalam tipe kalimat pengandaian yang ketiga ini, bentuk kalimat menggunaka past perfect yang
dilengkapi dengan modal auxiliary seperti would, could, dan should.

Rumus yang digunakan adalah if + past perfect, would/should/could/might + have +  past


participle.  Contoh kalimat:

 If you had remembered to invite me, I would have attended your party.
 We might have gone to South America if she had not been pregnant.
 If you had told me you needed a ride, I would have left earlier.
 If I had cleaned the house, I could have gone to the movies.
 If she hadn’t taken the course, she wouldn’t have gotten the scholarship.
 If I had locked the car, the thief wouldn’t have stolen my car.
 Had I locked the car, the thief wouldn’t have stolen my car.
IDIOMATIC EXPRESSION
 1. ‘The best of both worlds’ – means you can enjoy two different opportunities at the same
time.
“By working part-time and looking after her kids two days a week she managed to get the best
of both worlds.”
 2. ‘Speak of the devil’ – this means that the person you’re just talking about actually appears
at that moment.
“Hi Tom, speak of the devil, I was just telling Sara about your new car.”
 3. ‘See eye to eye’ – this means agreeing with someone.
“They finally saw eye to eye on the business deal.”
 4. ‘Once in a blue moon’ – an event that happens infrequently.
“I only go to the cinema once in a blue moon.”
 5. ‘When pigs fly’ – something that will never happen.
“When pigs fly she’ll tidy up her room.”
 6. ‘To cost an arm and a leg’– something is very expensive.
“Fuel these days costs and arm and a leg.”
 7. ‘A piece of cake’– something is very easy.
“The English test was a piece of cake.”
 8. ‘Let the cat out of the bag’ – to accidentally reveal a secret.
“I let the cat out of the bag about their wedding plans.”
 9. ‘To feel under the weather’ – to not feel well.
“I’m really feeling under the weather today; I have a terrible cold.”
 10. ‘To kill two birds with one stone’ – to solve two problems at once.
“By taking my dad on holiday, I killed two birds with one stone. I got to go away but also
spend time with him.”
 11. ‘To cut corners’ – to do something badly or cheaply.
“They really cut corners when they built this bathroom; the shower is leaking.”
 12. ‘To add insult to injury’ – to make a situation worse.
“To add insult to injury the car drove off without stopping after knocking me off my bike.”
 13. ‘You can’t judge a book by its cover’ – to not judge someone or something based
solely on appearance.
“I thought this no-brand bread would be horrible; turns out you can’t judge a book by its
cover.”
 14. ‘Break a leg’ – means ‘good luck’ (often said to actors before they go on stage).
“Break a leg Sam, I’m sure your performance will be great.”
 15. ‘To hit the nail on the head’ – to describe exactly what is causing a situation or problem.
“He hit the nail on the head when he said this company needs more HR support.”
 16. ‘A blessing in disguise’ – An misfortune that eventually results in something good
happening later on.
 17. ‘Call it a day’ – Stop working on something
 18. ‘Let someone off the hook’ – To allow someone, who have been caught, to not be
punished.
 19. ‘No pain no gain’ – You have to work hard for something you want.
 20. ‘Bite the bullet’ – Decide to do something unpleasant that you have avoiding doing.
 21. ‘Getting a taste of your own medicine’ – Being treated the same unpleasant way you
have treated others.
 22. ‘Giving someone the cold shoulder’ – To ignore someone.
 23. ‘The last straw’ – The final source of irritation for someone to finally lose patience.
 24. ‘The elephant in the room’
– A matter or problem that is obvious of great importance but that is not discussed openly.
 25. ‘Stealing someones thunder’ – Taking credit for someone else achievements.
Who  The people whom we visited gave us
Who digunakan untuk menggantikan subject tea and a light snack.
orang (bukan benda). Jika diartikan, who  The children whom we watched in the
memiliki arti “yang”. Untuk lebih jelasnya, park were feeding ducks in a pond.
perhatikan contoh di bawah ini yaa
Kalimat 1 Which
The man(s) is(v) friendly(Adj) Which digunakan untuk menggantikan subject
Kalimat 2 dan object yang berbentuk benda atau selain
He(s) lives(v) next to me(Adj) manusia. Bisa berbentuk barang, peristiwa
He dalam kalimat kedua mengacu kepada the maupun hewan.
man pada kalimat pertama dan merupakan Contoh penggunaan which
subject (subjek) untuk itu, relative pronoun  Dila adopt a kitten which is being
yang digunakan adalah who. Jadi, jika kedua thrown away by its previous owner.
kalimat itu digabungkan, akan menjadi:  Do you still have the dress which I gave
The man who lives next to me is friendly. you 2 years ago?
Pria yang tinggal di sebelahku ramah.  I want to go to the place which reminds
Contoh penggunaan who me of my parents.
 Do you know the people who live in the
white house? Whose
 I talked to the woman who was sitting Whose digunakan untuk
next to me. menggantikan possessive pronoun (kata
 People who listen to very loud music ganti kepunyaan).
may suffer gradual hearing loss. Contoh penggunaan whose
 Ana is married to a man whose father is
Whom the minister of the economy.
Whom digunakan untuk menggantikan object  The man whose car was stolen called
orang (bukan benda). Jika diartikan, whom the police.
memiliki arti “yang”. Untuk lebih jelasnya,  I know a girl whose brother is a movie
perhatikan contoh di bawah ini yaa star.
Kalimat 1
The woman(s) gave(v) me(o) some That
information.(Adj) That digunakan untuk menggantikan orang
Kalimat 2 dan benda sebagai subject atau object. That
I(s) called(v) her(o). juga memiliki fungsi yang netral yang bisa
Her dalam kalimat kedua mengacu kepada the menggantikan who/which/whom.
woman pada kalimat pertama dan merupakan Contoh penggunaan that
object (objek) untuk itu, relative pronoun yang  The song that you heard yesterday is a
digunakan adalah whom. Jadi, jika kedua new song for our next album.
kalimat itu digabungkan, akan menjadi:
 The person who bake the cake for me is
The woman whom I called gave me some
my good friend. = The person that bake
information.
the cake for me is my good friend.
Wanita yang aku telpon memberikanku
 The jacket that I bought from the local
beberapa informasi.
market yesterday turns out to be a rare
Contoh penggunaan whom
item.
 The man whom I met was friendly.
Discourse Marker
Pengertian Consonants Cluster dan Jenisnya
Consonant cluster atau disebut juga dengan pertemuan dua konsonan atau lebih dan tidak
adanya vowel di dalamnya di satu kata. Dalam Bahasa Inggris ada 39 consonant cluster
awal dan 151 consonant cluster akhir. Consonant cluster terbagi menjadi 2 consonant
cluster awal kata dan consonant cluster akhir kata.
Contohnya:
 Consonant cluster yang terletak pada awal kata seperti: pretty dan street.
 Consonant cluster yang terletak pada akhir kata seperti: sift dan asks.
Consonant cluster akhir terbagi menjadi 4 macam yaitu:
 Consonant cluster yang terletak pada akhir kata seperti: sift dan asks.
 Consonant cluster yang terletak di akhir kata dengan dua konsonan seperti: bumph
dan tenth.
 Consonant cluster di akhir kata yang dimulai dengan suara atau berhenti seperti:
depth dan collapse.
 Consonant cluster di akhir kata yang  terdiri dari tiga huruf konsonan seperti: again
dan sixth.
Selain itu consonant cluster yang berada di akhir kalimat dapat menunjukan penggunaan di
dalam grammar.
 Plurals: students dan books.
 Past tense: cooked dan climbed.
 Present tense: loves dan thinks.

Word lists – Vowels


i /ɪ/ and i: /i:/ /ʊ/ and /u:/ /ɜ:/ and /ɔ:/ /e/ and /ə/ /æ/ and /ʌ/ /ɑ:/ and /ɒ/

1. slip 1. put 1. work 1. met 1. hammer 1. father


2. sleep 2. pooch 2. walk 2. mother 2. under 2. phonics
3. dip 3. foot 3. worm 3. net 3. happy 3. harm
4. deep 4. food 4. warm 4. never 4. hunger 4. horrible
5. minute 5. good 5. her 5. ever 5. band 5. alarm
6. mean 6. goose 6. horse 6. about 6. bump 6. along
7. simple 7. took 7. first 7. feather 7. dagger 7. marks
8. seem 8. tooth 8. fourth 8. father 8. dug 8. modern
9. fit 9. would 9. work 9. Ben 9. panda 9. past
10. feet 10. rude 10. walk 10. basin 10. punter 10. pot

Word lists – Diphthongs


ai kind and aƱ out ƏƱ toe and ɔi join iƏ ear and eƏ hair ƱƏ pure and ei paint

ai ƏƱ iƏ ƱƏ
1. kind 1. toe 1. ear 1. pure
2. flight 2. propose 2. bear 2. secure
3. pride 3. toast 3. near 3. manicure
4. height 4. boat 4. fear 4. mature
5. sight 5. coast 5. clear 5. Europe
aƱ ɔi eƏ ei
1. out 1. join 1. hair 1. paint
2. owl 2. employ 2. there 2. remain
3. house 3. avoid 3. square 3. rain
4. around 4. lawyer 4. stairs 4. stay
5. about 5. spoil 5. prepare 5. sale
Subjunctive Mood
Subjunctive Mood adalah Verb Mood yang berfungsi untuk menyatakan suatu keinginan/ harapan
(wish), keraguan/ spekulasi (as though, as if), pengandaian yang tidak sesuai dengan kenyataan
(Conditional Sentence Type 2 dan Type 3), dan juga nasehat atau permintaan tidak langsung (indirect
advice and request). Subjuntive Mood ini justru jarang digunakan baik dalam tulisan maupun
percakapan dalam Bahasa Inggris.

Fungsi Subjuntive Mood:

• Digunakan dalam membuat kalimat saran (suggestion) atau mengekspresikan kebutuhan


(requirement)
• Digunakan dalam membuat kalimat yang mengekspresikan kepentingan (urgency)
• Digunakan dalam membuat kalimat pengandaian tipe 2 dan 3 (Conditional Sentence Type 2 and 3)
dimana pengandaian tersebut berbeda dengan kenyataan
• Digunakan dalam membuat kalimat harapan (wish)
• Digunakan dalam membuat kalimat keraguan/ spekulasi (as if, as though)

Contoh Kalimat dengan Subjunctive Mood:

Saran (suggestion) atau kebutuhan (requirement):

• She recommends me that I sleep early at night.


(Dia merekomendasikan bahwa saya tidur awal di malam hari)
• My mother suggested that I do exercise in the morning.
(Ibu saya menyarankan saya berolahraga di pagi hari)

Mengekspresikan kepentingan (urgency):

• It is desirable that they hand me the assignment now.


(Diharapkan mereka menyerahkan tugasnya kepada saya sekarang)
• It is necessary that he studies hard for the exam.
(Perlu bahwa dia belajar giat untuk ujian)

Kalimat pengandaian tipe 2 dan 3 (Conditional Sentence Type 2 and 3):

• If he came to London in a day, he would buy me a house.


(Jika dia datang ke London dalam sehari, dia akan membelikan saya sebuah rumah)
• I would have left him if he had done cruel things to me.
(Saya akan sudah meninggalkannya jika dia telah melakukan hal buruk kepadaku)

Harapan (wish):

• She wishes she had an elder brother.


(Dia berharap dia memiliki seorang kakak laki – laki)
• All students in this school wish that Mr. Collins keeps teaching here.
(Semua murid di sekolah ini berharap bahwa Pak Collins tetap mengajar di sini)

Keraguan/ spekulasi (as if, as though):

• Bima acts as if he were an actor.


(Bima berlaku seakan dia adalah seorang aktor)
• Indah talks as though she was a president.
(Indah berbicara seakan ia adalah seorang presiden)

Jenis-jenis teks dalam bahasa Inggris


1. Descriptive Text
Tujuan:
Menjelaskan kepada pembaca mengenai seseorang, tempat, atau benda secara detail.
Struktur:
1. Identification (pengenalan)
2. Description (deskripsi)
Tenses yang digunakan di dalam descriptive text Simple Present tense
2. Recount Text
Tujuan:
Menceritakan kepada pembaca mengenai kejadian yang sudah terjadi di masa lampau
Struktur:
1. Orientation (pengenalan)
2. Event (peristiwa
3. Reorientation (kesimpulan)
Di dalam recount text, tenses yang digunakan adalah past tense
3. Narrative Text
Tujuan:
Untuk menghibur pembaca dan untuk menceritakan cerita atau kisah
Struktur:
1. Orientation (pengenalan)
2. Complication (konflik)
3. Resolution (pemecahan masalah)
4. Reorientation (kesimpulan)
Tenses yang digunakan di dalam narrative text adalah past tense. Narrative dan recount text memang
hampir mirip. Keduanya sama-sama menceritakan kejadian di masa lampau dan sama-sama
menggunakan past tense (simple past tense, simple past continuous tense, atau past perfect tense.
Yang membedakan adalah narrative text berupa dongeng, legenda, folklore sedangkan recount text
biasanya berupa biography, atau untuk menceritakan pengalaman pribadi.
Hal lain yang membedakan antara narrative dan recount text adalah struktur teksnya. Di dalam
narrative text menceritakan konflik yang terjadi sedangkan di recount text tidak ada konflik yang
terjadi.
4. Report Text
Tujuan:
Untuk menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai sesuatu hal apa adanya sebagai hasil
dari penelitian
Struktur:
1. General classification (klasifikasi umum)
2. Description (deskripsi)
Recount text menggunakan simple present tense di dalam textnya.
5. News Item Text
Tujuan:
Memberi informasi kepada pembaca mengenai suatu peristiwa
Struktur:
1. Newsworthy event (peristiwa)
2. Background event ( latar belakang peristiwa)
3. Sources (sumber)
6. Explanation Text
Tujuan:
Menjelaskan kepada pembaca mengenai proses terjadinya fenomena alam
Struktur:
1. General statement (pernyataan umum)
2. Explanation (penjelasan)
3. Closing (penutup)
Explanation text menggunakan simple present text di dalam textnya dan menjelaskan sebab akibat
fenomena tersebut.
7. Analytical Exposition Text
Tujuan:
Untuk memberitahu pembaca peristiwa/kasus penting
Struktur:
1. Thesis (pendahuluan)
2. Arguments (argumen)
3. Reiteration (kesimpulan)
8. Hortatory Exposition Text
Tujuan:
Untuk membujuk pembaca bagaimana sesuatu dapat diselesaikan
Struktur:
1. Thesis (pendahuluan)
2. Arguments (argumen)
3. Recommendation (rekomendasi penyelesaian)
Perbedaan antara analytical dan hortatory exposition text adalah analytical text menjawab pertanyaan
“How is atau how will” (bagaimana) sedangkan hortatory text menjawab pertanyaan “How should”
(bagaimana sebaiknya). Contohnya pertanyaan “How will you prepare for holiday” (bagaimana kamu
mempersiapkan liburan) akan dijelaskan melalui analytical text. Pertanyaan “How should you spend
your holiday” (apa yang sebaiknya kamu lakukan ketika liburan) akan dijelaskan melalui hortatory
exposition text.
9. Procedure Text
Tujuan:
Membantu pembaca untuk membuat sesuatu
Struktur:
1. Goal (tujuan)
2. Materials/equipment (bahan-bahan/peralatan)
3. Step/method (cara pembuatan)
10. Discussion Text
Tujuan:
Menyampaikan informasi dan opini terhadap isu yang terjadi
Struktur :
1. Issue (isu)
2. Arguments/ pros-cons) (argumen/ pro-kontra)
3. Conclusion (kesimpulan)
11. Review Text
Tujuan:
Memberikan kritik atau evaluasi mengenai sesuatu untuk disampaikan ke pembaca
Struktur:
1. Orientation (pendahuluan)
2. Evaluation (evaluasi)
3. Interpretative recount (interpretasi)
4. Evaluation (evaluasi)
5. Evaluation summation (evaluasi terakhir)
12. Anecdote Text
Tujuan:
Menceritakan kepada pembaca kejadian yang menyenangkan atau kejadian yang tidak biasanya
terjadi
Struktur:
1. Abstract (pendahuluan)
2. Orientation (pengenalan)
3. Crisis (krisis)
4. Reaction (reaksi)
5. Coda (penutup)
13. Spoof Text
Tujuan:
Menghibur pembaca dengan cerita lucu yang memiliki akhir yang tidak terduga
Struktur:
1. Orientation (pengenalan)
2. Event (kejadian)
3. Twist (hal yang tidak terduga)

Interpersonal Text 
What is Interpersonal text?? Interpersonal text is the expressions used for the sake of psychologically
convenience. Teks interpersonal yang hendaknya tercakup dalam mata pelajaran berdasar standar
yang diberikan BSNP adalah: 
a. Teks Interpersonal yang terkait dengan lingkungan terdekat:
 Memberi dan merespon sapaan
 Memperkenalkan diri sendiri dan orang lain
 Mengucapkan terima kasih
 Meminta dan memberi maaf
 Menggunakan ungkapan kesantunan 

b. Teks Interpersonal yang terkait dengan lingkungan sekitar 


 Meminta dan memberi persetujuan
 Memberi respon atas sebuah pernyataan
 Memberi perhatian terhadap pembicara
 Mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan
 Mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan telepon
 Memberikan pujian kepada orang lain atau atas sesuatu
 Memberi dan menerima ucapan selamat 

c. Teks Interpersonal yang terkait dengan interaksi dalam konteks kehidupan sehari-hari 
 Mengungkapkan dan menanggapi keraguan
 Menunjukkan perhatian
 Merespon ungkapan kekaguman
 Memberi berita yang menarik perhatian
 Memberi komentar terhadap berita 

Example of interpersonal text: 


1) Tim : Hi, Maya. How are you?
Maya : Hi, Tim. I’m fine, thank you. How about you?
Tim : I’m fine too.Thanks
 
2) Rob : Hello, Neil. 
Neil : How are you today? 
Rob : I'm fine, thanks. How are you? 
Neil : I'm very well, actually. The weather has been nice lately, hasn't it? 
Rob : Yes, it has.  
Neil : The winter has been mild this year
Rob : That’s right! 

Transactional Text  
Transactional is the expressions used to get things done.  
a. Teks transaksional yang terkait dengan lingkungan terdekat 
 Meminta dan memberi jasa
 Meminta dan memberi barang
 Meminta dan memberi fakta
 Meminta dan memberi pendapat
 Menyatakan suka dan tidak suka
 Meminta klarifikasi 

b. Teks Transaksional yang terkait dengan lingkungan sekitar 


 Meminta, memberi, dan menolak jasa
 Meminta, memberi, dan menolak barang
 Mengakui dan mengingkari fakta
 Meminta dan memberi pendapat
 Mengundang, menerima dan menolak ajakan
 Menyetujui dan tidak menyetujui sesuatu
 Meminta, memberi, dan menolak jasa
 Meminta, memberi, dan menolak barang
 Meminta, memberi, dan mengingkari informasi
 Meminta, memberi, dan menolak pendapat
 Meminta, menerima, dan menolak tawaran 

c. Teks Transaksional yang terkait dengan interaksi dalam konteks kehidupan sehari-hari 
 Meminta dan memberi kepastian
 Meminta pengulangan
 Ungkapan kesantunan untuk meminta dan menerima suatu bantuan atau tawaran
 Ungkapan kesantunan untuk mengulang sesuatu

Example of transactional text:


1) Tim : May I borrow  your pen? 
Maya : Sure, here you are.
Tim : Thanks
 
2) Dani : What do you think about the concert last night?
Ana : I think the concert was great. What about you?
Dani : I couldn’t enjoy it. The music is too noisy for me
 
3) A: I have health insurance now, but I want to look into other choices.
B: Do you know if you are interested in an HMO or a PPO?
A: Could you explain the difference to me?
B: To clarify it for you, with a PPO you pay more but you get to choose your own doctor.
A: When I pay for a service, is the payment the same for a PPO or HMO?
B: The payments are quite a bit higher for the PPO, but you can go anywhere you like. 
A: How much will an HMO cost me per month?
B: Go to our website and fill in the questionnaire. Once we have all of your information, we can give
you a quote.

What is an exophoric reference? 


An exophoric reference is a reference within a text to something outside of the text. Typically, an
exophoric reference will rely heavily on the context to be understood. For example:
Look over there!
We have no way of understanding what ‘there’ refers to. ‘There’ can only be understood by the
listener, who can see what the speaker is referring to. 
‘There’ is being used to refer to something outside of the text that we, as readers, are not privy
to. ‘There’ has no meaning to us because we do not have the context of the situation. Therefore, this
is an exophoric reference. 
 Exophora relies heavily on context, thus, it is typically used in speech and dialogue rather
than expository prose, which aims to enlighten and inform the reader.
 Exophoric storytelling relies heavily on referencing events outside of the text that the readers
can only understand with additional context.

Spatial Conjunctive ( In Which At Which)


Prepositions are words that indicate the relationships between various elements within a sentence.
Prepositional phrases are groups of words containing prepositions. The preposition, its object, and
any modifiers make up the prepositional phrase. A prepositional phrase will begin with a preposition
and end with the "object" of the preposition. The pronoun “which” is the object of the preposition.
“Which” introduces relative clause. The use of these prepositional phrases combines two sentences
into one. Each prepositional phrase simply refers to what was already mentioned.
I saw a movie. In this movie the villain goes to jail. I saw a movie in which the villain goes to jail. There
were ten apples. Four of the apples were rotten. There were ten apples four of which were rotten. She
showed him the hospital. She was born at that hospital. She showed him the hospital at which she
was born. This is the report. I was referring to this report. This is the report to which I was referring.

Which, In Which, For Which, Of Which, From Which: Apa Bedanya?


Ditulis oleh  Aan Setyawan
Dipublikasikan pada April 5th at 3:16am
Share :   
Kadangkala di soal kempetesi bahasa Inggris seperti tes Toefl atau tes masuk perguruan tinggi,
seperti SIMAK UI, UTUL dan ACEPT UGM, UM Undip, atau SBMPTN terdapat soal relative
clause/ adjective clause yang menggunakan kata hubung which. Mungkin sebagian dari sahabat
telah mengetahui bahwa which digunakan untuk menjelaskan benda, bukan orang, contohnya:
She gives me a book which is very expensive.
I didn't like the movie which we watched last night.
Pertanyaan muncul adalah kadangkala kita juga menemukan jawaban menggunakan in which, of
which, for which, dan bentuk lainnya. Misalnya soal ini:
The death of his son was an experience ....... he never fully recovered.
1. Which
2. In which
3. For which
4. From which
Manakah jawaban yang tepat dari soal di atas? Cobalah sahabat jawab soal di atas, lalu temukan
jawabanya di akhir artikel ini.
Sebenarnya preposisi di depan which adalah preposisi kata kerja yang terdapat pada anak kalimat.
Preposisi tersebut berhubungan dengan kata kerja yang bersangkutan dengan objek yang diikuti.
Oleh karena itu, sahabat harus tahu betul penggunaan preposisi seperti in, at, of, for , dan yang
lainnya. Atau beberapa hal preposisi tersebut sudah menjadi pasangan tetap dari suatu kata kerja.
Cara terbaik untuk mengetahui preposisi yang tepat dari contoh soal di atas adalah membuat kalimat
tanpa kata hubung. Perhatikan contohnya di bawah ini:
The party ........ he spoke was noisy.
A party is held at a place.
Maka jawabanya adalah at which: The party at which he spoke was noisy.
Perhatikan contoh lainnya:
I love Batur lake ......... the village takes its name
Batur lake takes from its name
Jadi jawabanya adalah from which: I love Batur lake from which the village takes its name
Jadi sebenarnya adanya preposisi in, at, from, of, dan lainnya disesuaikan dengan kata kerja yang
bersangkutan dengan objek yang diikuti. Di sini, kemampuan sahabat dalam mengartikan kalimat
sangat penting.
Pada beberapa kasus, preposisi kadangkala terletak di akhir kalimat saat digunakan dalam kalimat
bahasa Inggris. Kita bisa menggunakannya dengan pola preposisi + which dalam situasiyang lebih
formal. Perhatikan contoh yang diberikan oleh Cambridge berikut ini:
There are several small ponds which a variety of fish live in.
There are several small ponds in which a variety of fish live.
Maka jawaban yang tepat dari pertanyaan di atas The death of his son was an experience ....... he
never fully recovered. adalah from which. Bentuk lainnya adalah: The death of his son was an
experience  which  he never fully recovered from.
Mengenal Perbedaan Analytical dan Hortatory Exposition Text

Salah satu jenis teks yang umum dijumpai adalah teks eksposisi yang bertujuan untuk menjelaskan
suatu isu dan pandangan penulis tentang hal tersebut. Apakah kamu pernah menulis teks eksposisi?
Lalu, tahukah kamu bahwa teks eksposisi terbagi atas 2 jenis, yaitu hortatory exposition
text dan analytical exposition text? Kedua jenis teks ini memiliki perbedaan, lho. Yuk kita sama-sama
cari tahu perbedaanya!

Analytical Exposition Text


Analytical exposition text adalah teks yang berisi pandangan penulis mengenai suatu isu atau
permasalahan dan disertai dengan argumen-argumen yang mendukung. Teks ini bersifat persuasif
dan bertujuan untuk mengajak pembaca untuk ikut memberi perhatian pada isu yang dibahas.
Biasanya, teks jenis ini dapat ditemukan pada editorial koran, jurnal ilmiah, dan lain-lain.
Struktur umum analytical exposition text:
 Thesis = Penjelasan awal, pernyataan topik masalah, dan opini penulis terhadap topik
tersebut.
 Arguments = Argumen-argumen yang menguatkan opini penulis. Argumen ini biasanya terdiri
atas beberapa poin dan dapat disertai dengan contoh atau data yang mendukung.
 Concusion / Reiteration = Paragraf terakhir yang berisi kesimpulan yang memuat kembali
opini penulis. Biasanya, paragraf ini dapat ditandai dengan ekspresi seperti In conclusion,
From the facts above, In a nutshell,  dan sebagainya.
Hortatory Exposition Text
Hortatory exposition text  juga merupakan teks eksposisi yang berisi opini penulis tentang sebuah isu
yang disertai dengan argumen-argumen yang mendukung. Teks ini bersifat persuasif dan bertujuan
mempengaruhi pembaca agar setuju dengan pandangan yang ditulis. Kalau misalnya saat membaca
teks ini pembaca akan berpikir seperti “Oh iya, benar juga ya”, berarti tujuan ditulisnya teks ini
berhasil tercapai.
Struktur umum hortatory exposition text:
 Thesis = Penjelasan awal, pernyataan topik masalah, dan opini penulis terhadap topik
tersebut.
 Arguments = Argumen yang menguatkan opini penulis. Argumen ini biasanya terdiri atas
beberapa poin dan dapat disertai dengan contoh atau data yang mendukung. Karena
bertujuan untuk mempengaruhi, poin-poin argumennya tentu harus kuat, ya.
 Recommendation = Bagian akhir hortatory exposition text tidak hanya mengandung
kesimpulan dari poin-poin yang sudah dibahas, tapi juga memberikan saran atau
rekomendasi bagi pembaca. Contohnya adalah tindakan yang sebaiknya dilakukan pembaca
seusai membaca teks tersebut.
Nah, dari penjelasan kedua teks eksposisi di atas, dapat disimpulkan perbedaan di
antara analytical dan hortatory exposition text terdapat pada tujuan penulisan serta bagian akhir
struktur teks tersebut. Perhatikan hal ini saat kamu akan mulai menulis, ya!
Tulisan ilmiah seperti tesis, berita, atau penelitian dalam Bahasa Inggris bisa dikategorikan dalam
jenis exposition text. Tulisan-tulisan ini tentunya mengandung banyak opini penulis yang tentu saja
bersifat subjektif.
Sebenarnya, apa saja yang bisa dikategorikan sebagai exposition text? Apakah ada syarat-syarat
yang perlu dipenuhi dalam menulis teks jenis ini?

Definisi
Dilansir dari Reading Assets merupakan sebuah tulisan yang bersifat persuatif dan berusaha untuk
meyakinkan para pembaca atau pendengarnya. Dalam tulisan ini biasanya berisi mengenai isu-isu
penting yang sedang hangat untuk dibahas.
Tentu saja tulisan ini berisi mengenai opini penulis yang bisa dikatakan merupakan opini satu sisi
saja. Tak hanya opini, dalam teks jenis ini hampir semua merupakan argumen-argumen penulis
terhadap suatu masalah.
Jadi bisa dikatakan bahwa exposition text merupakan sebuah tulisan terbuka yang bisa menghasilkan
pro dan kontra untuk penulisnya.
Tulisan yang tergolong kedalam exposition text kadang dikenal juga dengan nama argumentative
text, karena teks ini akan didominasi oleh argumen-argumen si penulis dan hal itulah yang menjadi
ciri khas yang membedakan jenis teks exposition dengan teks lainnya.
Jenis Exposition Text
Ada dua jenis exposition text dalam bahasa Inggris yang bisa kamu bedakan. Di antaranya adalah:
Analytical Exposition
Analytical exposition adalah jenis teks eksposisi yang diawali dengan pernyataan yang menunjukkan
sikap, opini, atau posisi penulis terhadap tema yang dibahas kemudian di dukung oleh berbagai
argumen dan ditutup dengan penegasan atau pernyataan ulang tentang opini yang dinyatakan di
bagian awal.
Hortatory Exposition
Hortatory exposition adalah jenis teks eksposisi yang diawali dengan pernyataan yang berisi isu atau
masalah yang diangkat sebagai tema tulisan.
Kemudian didukung oleh berbagai argumen serta bukti pendukung yang dapat mengarahkan
pembaca pada sudut pandang penulis. Terakhir, teks akan ditutup dengan saran atau rekomendasi
dari si penulis akan apa yang seharusnya dilakukan atau terjadi terkait dengan masalah atau isu yang
ditampilkan di awal.

Struktur Tulisan pada Exposition Text


Untuk menulis exposition text, ada tiga struktur yang harus dipelajari dan diaplikasikan dalam
tulisanmu. Di antaranya adalah:
 Thesis: Bagian ini akan berisi isu atau masalah yang akan diangkat sedangkan
pada analytical exposition bagian ini akan berisi posisi, opini atau sikap si penulis.
 Argument: Bagian yang berisi pendapat-pendapat atau argumen yang mulai dipaparkan oleh
penulis. Baik pada hortatory exposition dan analytical exposition memiliki penjelasan yang
sama dalam bagian ini.
 Reitaration: Reiteration merupakan kesimpulan. Pada hortatory exposition akan berisi
rekomendasi atau saran dari sang penulis terhadap masalah yang menjadi tema tulisan.
Sedangkan pada analytical exposition, bagian ini akan berisi pernyataan ulang dari sang
penulis.

Struktur Bahasa
Selain struktur tulisan, ada unsur kebahasaan yang perlu kamu perhatikan dalam menulis exposition
text. Di antaranya adalah:
 Menggunakan simple present tense.
 Banyak menggunakan conjunction (kata hubung) seperti because of, so, therefore, the
reason, dan lain-lain.
 Berisi argumen-argumen.
 Banyak menggunakan kata-kata yang mengandung sebab akibat (cause-effect).
 Menggunakan kosakata yang mampu membangkitkan emosi pembaca, seperti: Amused,
concern, innocent, unreasonable etc.

Contoh Exposition Text


Untuk lebih jelas dalam mengenal exposition text, mari lihat contohnya di bawah ini.
The emergence of the internet has given entrepreneurs many ways to make money. Writers are a
group that has benefited from their talents as a result of the rise of internet-based jobs.
Blog writing is an increasingly popular way to earn money online. determined by the owner of the
blog. They are very popular because the blogs are usually written on a certain subject area but can
vary as their content is their simplicity to get up and running.
There are many free websites out there that will help you set up your own blog if you choose to go
that route because a blog, in addition to advertisements, means potential revenue.
Translational writing is also good money to earn money online. Make sure to gear your articles to
promote and advertise your own business ventures.
These articles are a free way to market the products and services you offer for free. The most
effective advertising with these articles comes from the dialogue box that is inserted at the end of
each article.
These dialogue boxes contain links to basically any website you would like to drive traffic to. For
instance, you might have one link in your dialogue box to a product you are selling and one to a blog
where you are promoting discussing other products.
Writing takes some time to gain credibility through but once it’s done earning potential can become
very powerful.
Instrumen Penilaian Sikap

Pengertian Penilaian Sikap


Kusaeri dan Suprananto (2012) mengatakan bahwa, “Penilaian merupakan suatu prosedur sistematis
dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi yang
dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau objek”. Penilaian
adalah suatu proses yang dilalui untuk memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu
kriteria tertentu (Sudjana, 2014). Jadi penilaian merupakan suatu cara untuk mengetahui karakteristik
dari seseorang atau objek berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Dari penilaian tersebut dapat
diketahui kelemahan ataupun kelebihan dari seseorang atau objek. Seorang guru dapat
mendiagnosis kebaikan atau kelemahan siswanya melalui penilaian (Arikunto, 2013).
Penilaian sikap merupakan suatu proses yang sistematis untuk membuat kesimpulan sikap dari
seseorang terhadap sesuatu atau objek. Uni dan Koni (2014) mengatakan bahwa objek sikap yang
perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.

1. Sikap terhadap materi pelajaran


2. Sikap terhadap guru/pengajar
3. Sikap terhadap proses pembelajaran
4. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu
materi pelajaran
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata
pelajaran
Sikap merupakan sesuatu hal yang dapat menggambarkan perasaan seseorang. Oleh karena itu
tidak mudah untuk menilai sikap seseorang. Untuk itu diperlukan tehnik-tehnik yang pas dalam
melakukan penilaian. Adapun teknik yang dapat dilakukan antara lain observasi perilaku, laporan
pribadi, dan pertanyaan langsung (Uno dan Koni, 2014). Salah satu tehnik yang paling mungkin
digunakan untuk mengetahui gambaran sikap seseorang terhadap sesuatu atau objek adalah dengan
teknik pertanyaan langsung.
Pertanyaan langsung merupakan penilaian sikap seseorang dengan cara menanyakan secara
langsung kepada seseorang tentang sikap nya terhadap sesuatu atau objek. Pertanyaan langsung ini
dapat dilakukan dengan wawancara, yaitu pertanyaan yang diajukan dijawab secara lisan (Sudjana,
2014:68). Selain itu, pertanyaan langsung dapat juga dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
dan dijawab secara tertulis yang disebut kuesioner (Sudjana, 2014:68).
Instrumen Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan pertanyaan langsung, yaitu menanyakan secara langsung
atau wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal (Jihad dan Haris, 2013).
Selain itu penilaian sikap dapat juga dilakukan dengan menyebarkan angket untuk mengetahui sikap
seseorang terhadap sesuatu hal. Dengan angket memungkin untuk mengetahui sikap dengan jumlah
subjek yang banyak. Untuk mendapatkan jawaban tentang sikap sering digunakan tipe skala Likert
(Bennet, 2003).
Karakteristik Instrumen Penilaian Sikap
Data yang baik dan benar diperoleh dari instrumen pengumpulan data yang baik (Sudaryono dkk,
2013). Begitupun dengan sikap, untuk memperoleh data sikap yang baik dan benar harus
menggunakan instrumen penilaian sikap yang baik. Menurut Arikunto (2010), “Instrumen yang baik
harus memenuhi persyaratan penting yaitu valid dan reliabel”. Arifin (2014) juga mengatakan bahwa
karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah sebagai berikut.

1. Valid, artinya suatu instrumen dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang
hendak diukur secara tepat.
2. Reliabel, artinya suatu instrumen dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil
yang taat asas (consistent).
3. Relevan, artinya instrumen yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan.
4. Representatif, artinya materi instrumen harus betul-betul mewakili seluruh materi yang
disampaikan.
5. Praktis, artinya mudah digunakan.
6. Deskriminatif, artinya instrumen itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat
menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun.
7. Spesifik, artinya suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
8. Proporsional, artinya suatu instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional
antara sulit, sedang, dan mudah.
Valid sering juga disebut dengan sahih, tepat. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013). Misalnya angket dan lembar wawancara
penilaian sikap dapat mengukur sikap. Sedangkan reliabel sering disebut dengan keajegan.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013).
Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap
Instrumen penilaian sikap yang digunakan pada penelitian ini merupakan instrumen nontes. Djaali
dan Muljono dalam Sudaryono dkk (2013) menyebutkan langkah-langkah penyusunan dan
pengembangan instrumen yaitu:

1. Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan membuat
konstruk variabel.
2. Mengembangkan dimensi sikap dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk
variabel.
3. Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator,
nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
4. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari
suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan.
5. Menulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan ataupun pernyataan.
6. Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik.
7. Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang
menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai
jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator.
8. Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis.
9. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen
secara terbatas untuk keperluan uji coba.
10. Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses
validasi empirik.
11. Pengujian validitas kriteria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria internal maupun criteria eksternal.
12. Berdasarkan kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan butir yang tidak valid.
13. Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid dikeluarkan
atau direvisi untuk diuji cobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.
14. Dihitung keofisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas
instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen.
15. Merakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final.
Macam-macam Teknik Penilaian Sikap
diposting oleh  edukasinfo.com April 23, 2021
Dalam dunia pendidikan tugas pendidik/guru tidak hanya mempersiapkan materi yang akan
disampaikan melainkan terdapat berbagai macam rangkaian program yang harus dilakukan. Sebagai
pendidik profesional harus menyusun berbagai instrumen pendidikan untuk menghadirkan proses
pembelajaran abad 21 yang kreatif dan inovatif guna melahirkan generasi berkualitas di tengah era
digital. 
Untuk itu pendidik harus menyusun perencanaan pembelajaran berupa perangkat pembelajaran
salah satunya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP inilah nantinya yang akan menjadi
rambu-rambu pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Komponen RPP sendiri
telah mengalami berbagai perubahan, terakhir menjadi RPP satu lembar sesuai surat edaran
Kemendikbud Nomor 14 Tahun 2019.
Komponen inti dalam RPP satu lembar yakni indentitas sekolah, tujuan pembelajaran, langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi/penilaian. Terkait dengan penilaian seorang pendidik
harus mengedepankan asas transparansi, objektifitas, validitas, dan akuntabilitas gna memberikan
rasa keadilan kepada peserta didik. Untuk mengukur kecerdasan atau kecakapan peserta didik tidak
hanya dilakukan dengan menilai kognitif/pengetahuan dan keterampilan saja harus melainkan sikap
juga harus dinilai.
Pelaksanaan penilaian sikap sangat penting untuk mengukur kecakapan peserta didik terkait perilaku
spiritual dan sosial dalam kesehariannya baik di dalam maupun di luar kelas. Penilaian sikap tertuang
dalam Kompetensi Inti (KI) 1 dan Kompetensi Inti (KI) 2.  Penilaian sikap dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik yakni observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
a. Observasi
Penilaian sikap menggunakan teknik observasi merupakan teknik yang menggunakan lembar
observasi. Dengan teknik ini pendidik dapat mengamati dan menyusun laporan perilaku peserta didik
berupa sikap spiritual dan sikap sosial.
Lembar observasi sendiri terdiri dari lembar observasi tertutup dan lembar observasi terbuka. Lembar
observasi tertutup merupakan instrumen yang digunakan pendidik dalam menentukan butir-butir
perilaku dan indikator-indikator yang akan diobservasi. Sementara lembar observasi terbuka adalah
instrumen yang digunakan pendidik untuk mencatat perilaku peserta didik secara alami. Penilaian
perilaku peserta didik tidak hanya didasarkan pada hasil pengamatan langsung oleh pendidik, wali
kelas, dan guru BK melainkan mencatat informasi lain yang dianggap relevan dan valid dari berbagai
sumber.
b. Penilaian diri
Penilaian diri menggunakan instrumen ini merupakan teknik untuk mengukur serta menemukan
kelebihan dan kekurangan sikap pada diri sendiri dalam berperilaku keseharian. Instrumen ini juga
dapat dijadikan sebagai media menumbuhkan nilai kejujuran dan mawas diri bagi individu masing-
masing. Lembar penilaian diri pada instrumen ini berupa butir soal yang memuat penyataan-
pernyataan sikap positif yang dapat dipilih dengan jawaban YA dan TIDAK.
c. Penilaian antar teman
Selain melakukan observasi dan menilai diri sendiri, penilaian sikap juga dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen penilaian antar teman. Teknik ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh
peserta didik kepada peserta didik lainnya. Peserta didik nantinya akan saling menilai dan hasil
penilaian ini dapat dijadikan sumber tambahan bagi guru dalam menilai sikap peserta didik. Selain itu
teknik ini juga bermanfaat untuk melihat sejauhmana sikap kejujuran, tenggang rasa, dan saling
menghargai antar sesama teman.
Guru Profesional
Kompetensi Kepribadian
          Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting untuk bisa
dipenuhi setiap calon guru maupun guru yang mengajar di sekolah/madrasah agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Memang, kompetensi kepribadian bukan bagian dari bahan yang
akan dan harus diajarkan para guru pada para siswa mereka, tapi merupakan kekuatan yang harus
dimiliki setiap guru, agar dapat menghantarkan para siswanya menjadi orang-orang cerdas (smart
citizen). Guru pintar tidak akan terlalu bermanfaat jika tidak memiliki komitmen untuk mengajar
dengan baik. Komitmen untuk mengajar, membimbing dan mendampingi para siswanya belajar,
merupakan bagian dari kompetensi kepribadian.
          Akan tetapi, kualifikasi kompetensi kepribadian tidak sesempit komitmen mengajar,
membimbing dan mendampingi para siswa belajar agar menjadi anak-anak berprestasi di masa yang
akan datang. Maria Liakopoulou[1],peneliti dari Aristotle University of Thessaloniki Makedonomaxon,
Halastra Thessaloniki, Yunani, menegaskan bahwa kompetensi kepribadian meliputi sifat-sifat yang
berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas mereka sebagai guru, yang dapat dilatih dan
dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya dia membagi kepribadian tersebut ke
dalam lima kelompok sifat sebagai berikut:
1. Sifat profesional, meliputi komitmen untuk bekerja, rasa percaya diri, bisa dipercaya dan
menghargai orang lain.
2. Sifat berfikir, meliputi kemampuan analisis dan selalu berfikir  konsepsional.
3. Sifat ekspektasi, yakni bisa diharapkan dan bisa diandalkan dengan senantiasa mampu
memperlihatkan hasil pencapaian tujuan yang sangat tinggi, memiliki pemahaman
komprehensif tentang siswa, tentang tugas dan tentang program pendidikan secara
keseluruhan, serta senantiasa memiliki inisiatif untuk melaksanakan tugas dengan baik.
4. Sifat kepemimpinan, yakni memiliki sifat fleksibel, akuntabel, dan keinginan kuat untuk terus
belajar.
5. Sifat Relasi dengan orang lain, memiliki banyak relasi dengan unsur-unsur yang terlibat
dalam proses pendidikan, dan memiliki keahlian berbagai pekerjaan pendidikan secara
komprehensif.
          Seorang guru harus memiliki sifat profesional, dengan ciri-ciri utama memiliki komitmen untuk
bekerja keras, memiliki rasa percaya diri yang baik, bisa dipercaya dan menghargai orang lain. Salah
satu hal yang amat penting dari sifat profesional adalah memiliki komitmen untuk bekerja keras untuk
kemajuan sekolah. Ciri-ciri orang memiliki komitmen bekerja dengan baik, menurut V. Murale, R
Preetha, dan Juhi Singh Arora[2], setidaknya memiliki tiga ciri utama, yakni:
Sangat percaya terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai oragnisasi (dalam konteks ini adalah
sekolah/madrasah).
Memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan usaha-usaha yang sudah sangat dipertimbangkan
untuk dan atas nama organisasi (sekolah/madrasah).
Memiliki keinginan yang kuat untuk terus bekerja dan menjadi bagian dari organisasi
(sekolah/madrasah).
          Sifat profesional dalam kepribadian seorang guru akan terlihat dari sikap komitmennya
terhadap pekerjaan dan institusi pendidikan tempat dia mengajar, yang ditandai dengan tiga indokator
besar, yakni sangat mempercayai institusinya, sangat ingin memajukan institusi pendidikan tempat
dia bekerja, dan dia akan sangat berkeinginan untuk terus mendedikasikan keahliannya di institusi
tempat di bekerja. Kemudian, sifat profesional dalam kepribadian seorang guru juga dapat dilihat dari
rasa percaya diri, yang ditandai antara lain, memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi, memiliki
emosi yang stabil, tidak meledak-ledak, bisa bekerjasama dengan orang lain, dan selalu mampu
memberijalan keluar untuk setiap persoalan yang dihadapi dalam kelompoknya. Kemudian seorang
guru dengan kerpibadian yang baik dan memiliki rasa percaya diri harus memperlihatkan cara berfikir
yang selalu positif, selalu berkeinginan keras untuk memajukan insitusi, siap menghadapi risiko, dan
sealu sehat, ceria dan energetik.
          Di samping itu, sifat profesional dalam kepribadian guru juga akan terlihat dari pribadinya yang
luhur yang dapat dipercaya oleh orang lain. Sifat dapat dipercaya tersebut bisa ditandai dengan dua
indikator besar yakni, kebiasaan berbuat kebajikan, yang ditandai dengan sikap yang sangat loyal
pada institusi, pada kebijakan bersama dan loyal terhadap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya,
kemudian bersikap terbuka, peduli dan selalu memberi dukungan pada institusinya. Kemudian, sifat
dapat dipercaya juga bisa dilihat dari  integritasnya terhadap berbagai nilai dalam pelaksanaan
pekerjaan, yakni nilai-nilai kejujuran, keadilan, konsistensi dan selalu memenuhi janji[3].  Terakhir, sifat
profesional dalam kepribadian guru juga bisa dilihat dari sikapnya yang menghargai orang lain,
sehingga tidak akan menyia-nyiakan sisiwanya, dan tidak akan menyia-nyiakan orang tua siswa.
Dengan demikian, dia akan menghasilkan hasil pendidikan yang memberi kepuasan kepada para
siswa, orang tua siswa dan para pengguna lulusan, memberi kepuasan dalam proses layanan
pendidikan, waktu yang bisa dihitung, biaya bisa dihitung dan produktifitas meningkat, bahkan nama
baik dan keuntungan institusi juga terus meningkat.
          Kemudian dari itu, seorang guru profesional harus memiliki sifat kritis dan mampu berfikir
analitis sebagai wujud kepribadian saintifik mereka. Sifat kritis dan kemampuan berfikir ini merupakan
karakter yang dimiliki sebagai hasil proses pendidikan keguruan mereka sebelum menjadi guru.
Kemampuan berfikir analistis sangat diperlukan bagi setiap guru agar mampu mendorong para
siswanya menjadi kritis, dan memiliki kemampuan berfikir analitis dalam pelajaran yang mereka
pelajari. Bagaimana para siswa akan menjadi cerdas dan memiliki kemampuan analisis yang baik jika
gurunya sendiri tidak memiliki kemampuan berfikir analisis. Dan  kenapa kemampuan analisis ini
menjadi sangat penting? Linda Elder and Richard Paul, menjelaskan bahwa kalitas hidup dan apa-
apa yang dihasilkan manusia, akan sangat tergantung pada kualitas berfikir manusia. Berfikir buruk
itu sangat mahal, baik dari aspek uang maupun waktu. Jika kita ingin berfikir baik, maka kita harus
memahami dasar-dasar berfikir yang baik.[4]
          Selanjutnya Linda Elder dan Richard Paul menjelaskan, setidaknya ada delapan (8) elemen
berfikir analitis yang harus dipenuhi oleh setiap guru agar para siswa mampu melatih kamampuan
berfikirnya dengan baik, yakni:
1. Pastikan tujuan; seorang guru harus memahami tujuan membelajarkan para siswanya pada
wilayah kajian matematika, dan bisa memahami tujuan dari setiap pokok bahasan yang para
siswanya pelajari. Demikian pula dalam mata pelajaran lainnya, sehingga berfikir kritis untuk
menganalisis bahan ajar disesuaikan dengan tujuan yang harus mereka capai.
2. Kemukakan beberapa pertanyaan pokok yang dikaitkan dengan bahan ajar yang akan
dipelajari para siswa, terkait perubahan-perubahan apa yang bisa terjadi pada para siswa
dengan mempelajari pokok-pokok bahasan yang mereka pelajari.
3. Gunakan informasi, data, fakta atau obsenrvasi terhadap fenomena yang terjadi untuk
mereka pelajari, mereka fahami, dan mereka diskusikan. Guru harus memiliki kemampuan
menggunakan informasi-informasi tersebut untuk mendorong perubahan pada para siswanya.
4. Gunakan konsep, yakni bahwa menganalisis informasi harus menggunakan teori, aksioma,
prinsip atau model yang harus diperoleh dari hasil-hasil kajian terhadap literatur yang sudah
ditulis para ahli yang memiliki legitimasi dalam bidangnya. Guru harus memiliki kemampuan
mengkaji informasi dari buku teks dengan teori-teori yang ada dalam buku referensi.
Kemampuan tersebut harus dibelajarkan pada para siswanya, sehingga mereka akan
terbiasa berkperibadian baik dengan kemamouan berfikir kritis yang didukung oleh teori-teori.
5. Melakukan interpretasi, dengan melakukan analisis, menyimpulkan atau inferensi, atau
merumuskan solusi terhadap sesuatu persoalan.
6. Mengembangkan asumsi-asumsi dan pilihan-pilihan kesimpulan yang dapat dikembangkan
dari hasil analisis terhadap informasi setelah dikaji dengan menggunakan teori, model atau
aksioma yang dikembagkan dari sebuah keyakinan akan sebuah kebenaran.
7. Merumuskan implikasi atau rekomendasi-rekomendasi yang disesuaikan dengan tujuanyang
sudah ditetapkan, didukung data, teori dan proses analisis.
8. Perumusan pandangan akhir yang bisa dijadikan rujukan untuk pengembangan prilaku dan
perumusan sebuah pandangan tentang orientasi perubahan-perubahan prilaku.
PTK : Pengertian, Tujuan, Manfaat, Prinsip, dan Karakteristiknya
Amongguru.com. Penelitian Tindakan Kelas atau sering disingkat dengan PTK merupakan salah
satu jenis penelitian praktis untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin
pada tahun 1946, yang kemudian dikembangkan oleh beberapa pakar lainnya, seperti Stephen
Kemmis, Robin Mc Tagart, John Elliot, dan Dave Ebbutt.
Pada awalnya, penelitian tindakan menjadi model penelitian yang hanya dilakukan pada bidang
pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan,
maupun pengelolaan sumber daya manusia.
Misalnya, di bidang pendidikan, dimana pekerjaan utama guru adalah mengelola pembelajaran di
kelas, maka subjek penelitiannya adalah situasi di kelas atau peserta didik.
Guru dapat melakukan penelitian tanpa harus pergi ke tempat lain, seperti halnya penelitian non PTK.
Semakin mantapnya psikologi kognitif yang mengutamakan aspek konstruktivisme, maka guru tidak
lagi dianggap sekadar penerima pembaharuan.
Guru juga bertanggungjawab dan berperan aktif untuk untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya sendiri melalui penelitian tindakan  kelas dalam proses pembelajaran yang
dikelolanya. Hal inilah yang kemudian melahirkan konsep PTK.
Pengertian PTK

Secara bahasa, Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tiga kata, yaitu Penelitian, Tindakan, dan
Kelas.  Penelitian adalah kegiatan mengamati suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur
tertentu untuk menemukan dan dengan tujuan meningkatan mutu.
Tindakan adalah perlakuan yang dilakukan secara sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu.
Sedangkan kelas menunjukkan tempat untuk melakukan tindakan.
Pengertian PTK adalah sebuah penelitian yang bersifat pengulangan (reflektif) dengan melakukan
tindakan berdaur ulang untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara
lebih profesional.
Penelitian Tindakan Kelas dapat digunakan sebagai implementasi berbagai program sekolah.
Caranya adalah dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran
peserta didik.
Fungsi PTK
Berikut ini beberapa fungsi dari Penelitan Tindakan Kelas.
1. Mendiagnosis masalah-masalah pembelajaran yang timbul di kelas
2. Memecahkan masalah-masalah khusus pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan
peserta didik di kelas
3. Meningkatkan dan memperbaiki kenyataan, keadaan dan situasi dalam pembelajaran
4. Melakukan uji coba hal-hal baru dalam pembelajaran atau hasil-hasil inovasi
pembelajaran
5. Memantapkan pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru agar praktik
pembelajaran berkualitas
6. Mengembangkan kecakapan-kecakapan baru guru yang cocok dan dapat dipakai
untuk mengatasi masalah pembelajaran yang diaplikasikan secara langsung dalam
ajang kelas
7. Memperkuat tanggung jawab guru terhadap perencanaan dan pelaksanaan kurikulum
Tujuan PTK
Tujuan Penelitan Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional
guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
PTK akan mengubah perilaku mengajar guru, perilaku peserta didik di kelas, dan peningkatan praktik
pembelajaran.
Dengan demikian, tujuan akhir dari PTK adalah peningkatan layanan profesional guru untuk
meningkatan mutu pembelajaran.
Secara rinci, tujuan PTK adalah sebagai berikut.
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas selama proses
pembelajaran.
2. Meningkatkan profesionalisme guru dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan
guru.
3. Sebagai alat training of service, yang melengkapi guru dengan keterampilan dan
metode baru dalam mengajar.
4. Sebagai alat bagi guru untuk lebih inovatif dalam pembelajaran.
5. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran melaui perbaikan praktik pembelajaran di
kelas.i
6. Meningkatkan sifat profesonal penddikan dan tenaga kependidikan.
7. Meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan melalui perbaikan proses
pembelajaran.
Manfaat PTK
Sasaran utama PTK adalah guru, peserta didik, dan sekolah. Dengan demikian,pelakanaan PTK
harus memberikan manfaat kepada ketiga komponen pendidikan tersebut.
Manfaat PTK antara lain sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan sasaran akhir adalah
perbaikan hasil belajar peserta didik.
2. Sebagai model bagi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya melalui
tindakan guru yang inovatif dan kreatif dalam upaya mengatasi permasalahan belajar
di kelas.
3. Meningkatkan profesonalisme guru, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
4. Guru memperoleh kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
5. Meningkatnya kualitas pendidikan di sekolah karena selalu terjadi perbaikan
penyelenggaran pembelajaran di kelas.
Prinsip PTK

Prinsip-prinsip PTK adalah sebagai berikut.


1. Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar
Tugas utama guru adalah mengajar peserta didik, sehingga apapun metode PTK yang diterapkan
tidak akan mengganggu komitmen guru sebagai pengajar.
2. Teknik pengumpulan data tidak menyita waktu
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam PTK tidak menuntut waktu berlebihan dari guru,
sehingga berpeluang tidak mengganggu proses pembelajaran.
3. Metode yang digunakan reliabel
Metode yang diterapkan dalam PTK harus reliabel, sehingga memungkinkan guru untuk
mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi
pembelajaran sesuai situasi kelas yang sebenarnya.
4. Masalah penelitian adalah masalah pembelajaran yang merisaukan
Masalah penelitian yang ditemukan seharusnya merupakan masalah yang dijumpai dalam
pembelajaran dan merisaukan guru untuk selanjutnya dicarikan solusinya.
5. Guru bersikap konsisten terhadap etika pekerjaannya
Di dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu konsisten meletakkan kepeduliaan yang tinggi
terhadap prosedur etika terkait pekerjaannya. Hal ini diperluan karena pelaksanaan PTK harus
mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi, selain harus melibatkan peserta didik.
Karakteristik PTK
Terdapat 3 (tiga) karakteristik PTK yang membedakannya dengan penelitian lain. Karakteristik
PTK tersebut adalah sebagai berikut.
1. Inkuiri reflektif
Penelitian tindakan kelas berasal dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi guru
dan peserta didik.
2. Kolaboratif
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan
perbaikan pembelajaran yang diinginkan.
3. Reflektif
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan dengan
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai