Materi Belajar PPG Bahasa Inggris
Materi Belajar PPG Bahasa Inggris
Materi Belajar PPG Bahasa Inggris
Conditonal Sentence
Tipe kalimat ini digunakan ketika hasil atau konsekuensi dari kondisi terwujud alias memaparkan
sebuah kebeneran (general truth) dan fakta ilmiah.
Kalimat ini biasanya berbentuk present tense dengan rumus: if + simple present, simple
present. Contoh kalimat (berdasarkan contoh dari grammarly.com):
First conditional sentence merupakan bentuk kalimat pengandaian yang digunakan ketika hasil atau
konsekuensi memiliki kemungkinan untuk terjadi di masa depan.
Hal ini bisa terjadi karena masih ada kondisi realistik yang masuk akal untuk kemungkinan terjadi.
Maka dari itu, bentuk kalimat dari conditional sentence tipe pertama ini memiliki bentuk kalimat simple
future alias kalimat yang akan datang.
Rumus dari kalimat ini adalah: if + simple present, simple future “will” / imperative dan contohnya
adalah:
Second conditional sentences merupakan tipe kalimat pengandaian yang digunakan ketika hasil atau
konsekuensi hanya memiliki harapan terwujud walaupun kemungkinannya sangat kecil.
Jadi bisa dikatakan kalau kalimat pengandaian tipe kedua ini belum tentu terjadi namun juga bisa
menjadi kenyataan.
Dalam bentuk kalimat ini, rumus yang digunakan adalah if + simple past/were, would/could/might +
bare infinitive.
Third conditional sentence merupakan sebuah kalimat pengandaian ketika sebuah kondisi tidak
mungkin terwujud sama sekali.
Hal ini bisa digambarkan karena kondisi yang sangat mustahil atau hanya sebuah mimpi atau
imajinasi.
Dalam tipe kalimat pengandaian yang ketiga ini, bentuk kalimat menggunaka past perfect yang
dilengkapi dengan modal auxiliary seperti would, could, dan should.
If you had remembered to invite me, I would have attended your party.
We might have gone to South America if she had not been pregnant.
If you had told me you needed a ride, I would have left earlier.
If I had cleaned the house, I could have gone to the movies.
If she hadn’t taken the course, she wouldn’t have gotten the scholarship.
If I had locked the car, the thief wouldn’t have stolen my car.
Had I locked the car, the thief wouldn’t have stolen my car.
IDIOMATIC EXPRESSION
1. ‘The best of both worlds’ – means you can enjoy two different opportunities at the same
time.
“By working part-time and looking after her kids two days a week she managed to get the best
of both worlds.”
2. ‘Speak of the devil’ – this means that the person you’re just talking about actually appears
at that moment.
“Hi Tom, speak of the devil, I was just telling Sara about your new car.”
3. ‘See eye to eye’ – this means agreeing with someone.
“They finally saw eye to eye on the business deal.”
4. ‘Once in a blue moon’ – an event that happens infrequently.
“I only go to the cinema once in a blue moon.”
5. ‘When pigs fly’ – something that will never happen.
“When pigs fly she’ll tidy up her room.”
6. ‘To cost an arm and a leg’– something is very expensive.
“Fuel these days costs and arm and a leg.”
7. ‘A piece of cake’– something is very easy.
“The English test was a piece of cake.”
8. ‘Let the cat out of the bag’ – to accidentally reveal a secret.
“I let the cat out of the bag about their wedding plans.”
9. ‘To feel under the weather’ – to not feel well.
“I’m really feeling under the weather today; I have a terrible cold.”
10. ‘To kill two birds with one stone’ – to solve two problems at once.
“By taking my dad on holiday, I killed two birds with one stone. I got to go away but also
spend time with him.”
11. ‘To cut corners’ – to do something badly or cheaply.
“They really cut corners when they built this bathroom; the shower is leaking.”
12. ‘To add insult to injury’ – to make a situation worse.
“To add insult to injury the car drove off without stopping after knocking me off my bike.”
13. ‘You can’t judge a book by its cover’ – to not judge someone or something based
solely on appearance.
“I thought this no-brand bread would be horrible; turns out you can’t judge a book by its
cover.”
14. ‘Break a leg’ – means ‘good luck’ (often said to actors before they go on stage).
“Break a leg Sam, I’m sure your performance will be great.”
15. ‘To hit the nail on the head’ – to describe exactly what is causing a situation or problem.
“He hit the nail on the head when he said this company needs more HR support.”
16. ‘A blessing in disguise’ – An misfortune that eventually results in something good
happening later on.
17. ‘Call it a day’ – Stop working on something
18. ‘Let someone off the hook’ – To allow someone, who have been caught, to not be
punished.
19. ‘No pain no gain’ – You have to work hard for something you want.
20. ‘Bite the bullet’ – Decide to do something unpleasant that you have avoiding doing.
21. ‘Getting a taste of your own medicine’ – Being treated the same unpleasant way you
have treated others.
22. ‘Giving someone the cold shoulder’ – To ignore someone.
23. ‘The last straw’ – The final source of irritation for someone to finally lose patience.
24. ‘The elephant in the room’
– A matter or problem that is obvious of great importance but that is not discussed openly.
25. ‘Stealing someones thunder’ – Taking credit for someone else achievements.
Who The people whom we visited gave us
Who digunakan untuk menggantikan subject tea and a light snack.
orang (bukan benda). Jika diartikan, who The children whom we watched in the
memiliki arti “yang”. Untuk lebih jelasnya, park were feeding ducks in a pond.
perhatikan contoh di bawah ini yaa
Kalimat 1 Which
The man(s) is(v) friendly(Adj) Which digunakan untuk menggantikan subject
Kalimat 2 dan object yang berbentuk benda atau selain
He(s) lives(v) next to me(Adj) manusia. Bisa berbentuk barang, peristiwa
He dalam kalimat kedua mengacu kepada the maupun hewan.
man pada kalimat pertama dan merupakan Contoh penggunaan which
subject (subjek) untuk itu, relative pronoun Dila adopt a kitten which is being
yang digunakan adalah who. Jadi, jika kedua thrown away by its previous owner.
kalimat itu digabungkan, akan menjadi: Do you still have the dress which I gave
The man who lives next to me is friendly. you 2 years ago?
Pria yang tinggal di sebelahku ramah. I want to go to the place which reminds
Contoh penggunaan who me of my parents.
Do you know the people who live in the
white house? Whose
I talked to the woman who was sitting Whose digunakan untuk
next to me. menggantikan possessive pronoun (kata
People who listen to very loud music ganti kepunyaan).
may suffer gradual hearing loss. Contoh penggunaan whose
Ana is married to a man whose father is
Whom the minister of the economy.
Whom digunakan untuk menggantikan object The man whose car was stolen called
orang (bukan benda). Jika diartikan, whom the police.
memiliki arti “yang”. Untuk lebih jelasnya, I know a girl whose brother is a movie
perhatikan contoh di bawah ini yaa star.
Kalimat 1
The woman(s) gave(v) me(o) some That
information.(Adj) That digunakan untuk menggantikan orang
Kalimat 2 dan benda sebagai subject atau object. That
I(s) called(v) her(o). juga memiliki fungsi yang netral yang bisa
Her dalam kalimat kedua mengacu kepada the menggantikan who/which/whom.
woman pada kalimat pertama dan merupakan Contoh penggunaan that
object (objek) untuk itu, relative pronoun yang The song that you heard yesterday is a
digunakan adalah whom. Jadi, jika kedua new song for our next album.
kalimat itu digabungkan, akan menjadi:
The person who bake the cake for me is
The woman whom I called gave me some
my good friend. = The person that bake
information.
the cake for me is my good friend.
Wanita yang aku telpon memberikanku
The jacket that I bought from the local
beberapa informasi.
market yesterday turns out to be a rare
Contoh penggunaan whom
item.
The man whom I met was friendly.
Discourse Marker
Pengertian Consonants Cluster dan Jenisnya
Consonant cluster atau disebut juga dengan pertemuan dua konsonan atau lebih dan tidak
adanya vowel di dalamnya di satu kata. Dalam Bahasa Inggris ada 39 consonant cluster
awal dan 151 consonant cluster akhir. Consonant cluster terbagi menjadi 2 consonant
cluster awal kata dan consonant cluster akhir kata.
Contohnya:
Consonant cluster yang terletak pada awal kata seperti: pretty dan street.
Consonant cluster yang terletak pada akhir kata seperti: sift dan asks.
Consonant cluster akhir terbagi menjadi 4 macam yaitu:
Consonant cluster yang terletak pada akhir kata seperti: sift dan asks.
Consonant cluster yang terletak di akhir kata dengan dua konsonan seperti: bumph
dan tenth.
Consonant cluster di akhir kata yang dimulai dengan suara atau berhenti seperti:
depth dan collapse.
Consonant cluster di akhir kata yang terdiri dari tiga huruf konsonan seperti: again
dan sixth.
Selain itu consonant cluster yang berada di akhir kalimat dapat menunjukan penggunaan di
dalam grammar.
Plurals: students dan books.
Past tense: cooked dan climbed.
Present tense: loves dan thinks.
ai ƏƱ iƏ ƱƏ
1. kind 1. toe 1. ear 1. pure
2. flight 2. propose 2. bear 2. secure
3. pride 3. toast 3. near 3. manicure
4. height 4. boat 4. fear 4. mature
5. sight 5. coast 5. clear 5. Europe
aƱ ɔi eƏ ei
1. out 1. join 1. hair 1. paint
2. owl 2. employ 2. there 2. remain
3. house 3. avoid 3. square 3. rain
4. around 4. lawyer 4. stairs 4. stay
5. about 5. spoil 5. prepare 5. sale
Subjunctive Mood
Subjunctive Mood adalah Verb Mood yang berfungsi untuk menyatakan suatu keinginan/ harapan
(wish), keraguan/ spekulasi (as though, as if), pengandaian yang tidak sesuai dengan kenyataan
(Conditional Sentence Type 2 dan Type 3), dan juga nasehat atau permintaan tidak langsung (indirect
advice and request). Subjuntive Mood ini justru jarang digunakan baik dalam tulisan maupun
percakapan dalam Bahasa Inggris.
Harapan (wish):
Interpersonal Text
What is Interpersonal text?? Interpersonal text is the expressions used for the sake of psychologically
convenience. Teks interpersonal yang hendaknya tercakup dalam mata pelajaran berdasar standar
yang diberikan BSNP adalah:
a. Teks Interpersonal yang terkait dengan lingkungan terdekat:
Memberi dan merespon sapaan
Memperkenalkan diri sendiri dan orang lain
Mengucapkan terima kasih
Meminta dan memberi maaf
Menggunakan ungkapan kesantunan
c. Teks Interpersonal yang terkait dengan interaksi dalam konteks kehidupan sehari-hari
Mengungkapkan dan menanggapi keraguan
Menunjukkan perhatian
Merespon ungkapan kekaguman
Memberi berita yang menarik perhatian
Memberi komentar terhadap berita
Transactional Text
Transactional is the expressions used to get things done.
a. Teks transaksional yang terkait dengan lingkungan terdekat
Meminta dan memberi jasa
Meminta dan memberi barang
Meminta dan memberi fakta
Meminta dan memberi pendapat
Menyatakan suka dan tidak suka
Meminta klarifikasi
c. Teks Transaksional yang terkait dengan interaksi dalam konteks kehidupan sehari-hari
Meminta dan memberi kepastian
Meminta pengulangan
Ungkapan kesantunan untuk meminta dan menerima suatu bantuan atau tawaran
Ungkapan kesantunan untuk mengulang sesuatu
Salah satu jenis teks yang umum dijumpai adalah teks eksposisi yang bertujuan untuk menjelaskan
suatu isu dan pandangan penulis tentang hal tersebut. Apakah kamu pernah menulis teks eksposisi?
Lalu, tahukah kamu bahwa teks eksposisi terbagi atas 2 jenis, yaitu hortatory exposition
text dan analytical exposition text? Kedua jenis teks ini memiliki perbedaan, lho. Yuk kita sama-sama
cari tahu perbedaanya!
Definisi
Dilansir dari Reading Assets merupakan sebuah tulisan yang bersifat persuatif dan berusaha untuk
meyakinkan para pembaca atau pendengarnya. Dalam tulisan ini biasanya berisi mengenai isu-isu
penting yang sedang hangat untuk dibahas.
Tentu saja tulisan ini berisi mengenai opini penulis yang bisa dikatakan merupakan opini satu sisi
saja. Tak hanya opini, dalam teks jenis ini hampir semua merupakan argumen-argumen penulis
terhadap suatu masalah.
Jadi bisa dikatakan bahwa exposition text merupakan sebuah tulisan terbuka yang bisa menghasilkan
pro dan kontra untuk penulisnya.
Tulisan yang tergolong kedalam exposition text kadang dikenal juga dengan nama argumentative
text, karena teks ini akan didominasi oleh argumen-argumen si penulis dan hal itulah yang menjadi
ciri khas yang membedakan jenis teks exposition dengan teks lainnya.
Jenis Exposition Text
Ada dua jenis exposition text dalam bahasa Inggris yang bisa kamu bedakan. Di antaranya adalah:
Analytical Exposition
Analytical exposition adalah jenis teks eksposisi yang diawali dengan pernyataan yang menunjukkan
sikap, opini, atau posisi penulis terhadap tema yang dibahas kemudian di dukung oleh berbagai
argumen dan ditutup dengan penegasan atau pernyataan ulang tentang opini yang dinyatakan di
bagian awal.
Hortatory Exposition
Hortatory exposition adalah jenis teks eksposisi yang diawali dengan pernyataan yang berisi isu atau
masalah yang diangkat sebagai tema tulisan.
Kemudian didukung oleh berbagai argumen serta bukti pendukung yang dapat mengarahkan
pembaca pada sudut pandang penulis. Terakhir, teks akan ditutup dengan saran atau rekomendasi
dari si penulis akan apa yang seharusnya dilakukan atau terjadi terkait dengan masalah atau isu yang
ditampilkan di awal.
Struktur Bahasa
Selain struktur tulisan, ada unsur kebahasaan yang perlu kamu perhatikan dalam menulis exposition
text. Di antaranya adalah:
Menggunakan simple present tense.
Banyak menggunakan conjunction (kata hubung) seperti because of, so, therefore, the
reason, dan lain-lain.
Berisi argumen-argumen.
Banyak menggunakan kata-kata yang mengandung sebab akibat (cause-effect).
Menggunakan kosakata yang mampu membangkitkan emosi pembaca, seperti: Amused,
concern, innocent, unreasonable etc.
1. Valid, artinya suatu instrumen dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang
hendak diukur secara tepat.
2. Reliabel, artinya suatu instrumen dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil
yang taat asas (consistent).
3. Relevan, artinya instrumen yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan.
4. Representatif, artinya materi instrumen harus betul-betul mewakili seluruh materi yang
disampaikan.
5. Praktis, artinya mudah digunakan.
6. Deskriminatif, artinya instrumen itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat
menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun.
7. Spesifik, artinya suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
8. Proporsional, artinya suatu instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional
antara sulit, sedang, dan mudah.
Valid sering juga disebut dengan sahih, tepat. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013). Misalnya angket dan lembar wawancara
penilaian sikap dapat mengukur sikap. Sedangkan reliabel sering disebut dengan keajegan.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013).
Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap
Instrumen penilaian sikap yang digunakan pada penelitian ini merupakan instrumen nontes. Djaali
dan Muljono dalam Sudaryono dkk (2013) menyebutkan langkah-langkah penyusunan dan
pengembangan instrumen yaitu:
1. Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan membuat
konstruk variabel.
2. Mengembangkan dimensi sikap dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk
variabel.
3. Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator,
nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
4. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari
suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan.
5. Menulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan ataupun pernyataan.
6. Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik.
7. Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang
menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai
jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator.
8. Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis.
9. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen
secara terbatas untuk keperluan uji coba.
10. Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses
validasi empirik.
11. Pengujian validitas kriteria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria internal maupun criteria eksternal.
12. Berdasarkan kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan butir yang tidak valid.
13. Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid dikeluarkan
atau direvisi untuk diuji cobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.
14. Dihitung keofisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas
instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen.
15. Merakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final.
Macam-macam Teknik Penilaian Sikap
diposting oleh edukasinfo.com April 23, 2021
Dalam dunia pendidikan tugas pendidik/guru tidak hanya mempersiapkan materi yang akan
disampaikan melainkan terdapat berbagai macam rangkaian program yang harus dilakukan. Sebagai
pendidik profesional harus menyusun berbagai instrumen pendidikan untuk menghadirkan proses
pembelajaran abad 21 yang kreatif dan inovatif guna melahirkan generasi berkualitas di tengah era
digital.
Untuk itu pendidik harus menyusun perencanaan pembelajaran berupa perangkat pembelajaran
salah satunya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP inilah nantinya yang akan menjadi
rambu-rambu pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Komponen RPP sendiri
telah mengalami berbagai perubahan, terakhir menjadi RPP satu lembar sesuai surat edaran
Kemendikbud Nomor 14 Tahun 2019.
Komponen inti dalam RPP satu lembar yakni indentitas sekolah, tujuan pembelajaran, langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi/penilaian. Terkait dengan penilaian seorang pendidik
harus mengedepankan asas transparansi, objektifitas, validitas, dan akuntabilitas gna memberikan
rasa keadilan kepada peserta didik. Untuk mengukur kecerdasan atau kecakapan peserta didik tidak
hanya dilakukan dengan menilai kognitif/pengetahuan dan keterampilan saja harus melainkan sikap
juga harus dinilai.
Pelaksanaan penilaian sikap sangat penting untuk mengukur kecakapan peserta didik terkait perilaku
spiritual dan sosial dalam kesehariannya baik di dalam maupun di luar kelas. Penilaian sikap tertuang
dalam Kompetensi Inti (KI) 1 dan Kompetensi Inti (KI) 2. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik yakni observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
a. Observasi
Penilaian sikap menggunakan teknik observasi merupakan teknik yang menggunakan lembar
observasi. Dengan teknik ini pendidik dapat mengamati dan menyusun laporan perilaku peserta didik
berupa sikap spiritual dan sikap sosial.
Lembar observasi sendiri terdiri dari lembar observasi tertutup dan lembar observasi terbuka. Lembar
observasi tertutup merupakan instrumen yang digunakan pendidik dalam menentukan butir-butir
perilaku dan indikator-indikator yang akan diobservasi. Sementara lembar observasi terbuka adalah
instrumen yang digunakan pendidik untuk mencatat perilaku peserta didik secara alami. Penilaian
perilaku peserta didik tidak hanya didasarkan pada hasil pengamatan langsung oleh pendidik, wali
kelas, dan guru BK melainkan mencatat informasi lain yang dianggap relevan dan valid dari berbagai
sumber.
b. Penilaian diri
Penilaian diri menggunakan instrumen ini merupakan teknik untuk mengukur serta menemukan
kelebihan dan kekurangan sikap pada diri sendiri dalam berperilaku keseharian. Instrumen ini juga
dapat dijadikan sebagai media menumbuhkan nilai kejujuran dan mawas diri bagi individu masing-
masing. Lembar penilaian diri pada instrumen ini berupa butir soal yang memuat penyataan-
pernyataan sikap positif yang dapat dipilih dengan jawaban YA dan TIDAK.
c. Penilaian antar teman
Selain melakukan observasi dan menilai diri sendiri, penilaian sikap juga dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen penilaian antar teman. Teknik ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh
peserta didik kepada peserta didik lainnya. Peserta didik nantinya akan saling menilai dan hasil
penilaian ini dapat dijadikan sumber tambahan bagi guru dalam menilai sikap peserta didik. Selain itu
teknik ini juga bermanfaat untuk melihat sejauhmana sikap kejujuran, tenggang rasa, dan saling
menghargai antar sesama teman.
Guru Profesional
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting untuk bisa
dipenuhi setiap calon guru maupun guru yang mengajar di sekolah/madrasah agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Memang, kompetensi kepribadian bukan bagian dari bahan yang
akan dan harus diajarkan para guru pada para siswa mereka, tapi merupakan kekuatan yang harus
dimiliki setiap guru, agar dapat menghantarkan para siswanya menjadi orang-orang cerdas (smart
citizen). Guru pintar tidak akan terlalu bermanfaat jika tidak memiliki komitmen untuk mengajar
dengan baik. Komitmen untuk mengajar, membimbing dan mendampingi para siswanya belajar,
merupakan bagian dari kompetensi kepribadian.
Akan tetapi, kualifikasi kompetensi kepribadian tidak sesempit komitmen mengajar,
membimbing dan mendampingi para siswa belajar agar menjadi anak-anak berprestasi di masa yang
akan datang. Maria Liakopoulou[1],peneliti dari Aristotle University of Thessaloniki Makedonomaxon,
Halastra Thessaloniki, Yunani, menegaskan bahwa kompetensi kepribadian meliputi sifat-sifat yang
berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas mereka sebagai guru, yang dapat dilatih dan
dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya dia membagi kepribadian tersebut ke
dalam lima kelompok sifat sebagai berikut:
1. Sifat profesional, meliputi komitmen untuk bekerja, rasa percaya diri, bisa dipercaya dan
menghargai orang lain.
2. Sifat berfikir, meliputi kemampuan analisis dan selalu berfikir konsepsional.
3. Sifat ekspektasi, yakni bisa diharapkan dan bisa diandalkan dengan senantiasa mampu
memperlihatkan hasil pencapaian tujuan yang sangat tinggi, memiliki pemahaman
komprehensif tentang siswa, tentang tugas dan tentang program pendidikan secara
keseluruhan, serta senantiasa memiliki inisiatif untuk melaksanakan tugas dengan baik.
4. Sifat kepemimpinan, yakni memiliki sifat fleksibel, akuntabel, dan keinginan kuat untuk terus
belajar.
5. Sifat Relasi dengan orang lain, memiliki banyak relasi dengan unsur-unsur yang terlibat
dalam proses pendidikan, dan memiliki keahlian berbagai pekerjaan pendidikan secara
komprehensif.
Seorang guru harus memiliki sifat profesional, dengan ciri-ciri utama memiliki komitmen untuk
bekerja keras, memiliki rasa percaya diri yang baik, bisa dipercaya dan menghargai orang lain. Salah
satu hal yang amat penting dari sifat profesional adalah memiliki komitmen untuk bekerja keras untuk
kemajuan sekolah. Ciri-ciri orang memiliki komitmen bekerja dengan baik, menurut V. Murale, R
Preetha, dan Juhi Singh Arora[2], setidaknya memiliki tiga ciri utama, yakni:
Sangat percaya terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai oragnisasi (dalam konteks ini adalah
sekolah/madrasah).
Memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan usaha-usaha yang sudah sangat dipertimbangkan
untuk dan atas nama organisasi (sekolah/madrasah).
Memiliki keinginan yang kuat untuk terus bekerja dan menjadi bagian dari organisasi
(sekolah/madrasah).
Sifat profesional dalam kepribadian seorang guru akan terlihat dari sikap komitmennya
terhadap pekerjaan dan institusi pendidikan tempat dia mengajar, yang ditandai dengan tiga indokator
besar, yakni sangat mempercayai institusinya, sangat ingin memajukan institusi pendidikan tempat
dia bekerja, dan dia akan sangat berkeinginan untuk terus mendedikasikan keahliannya di institusi
tempat di bekerja. Kemudian, sifat profesional dalam kepribadian seorang guru juga dapat dilihat dari
rasa percaya diri, yang ditandai antara lain, memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi, memiliki
emosi yang stabil, tidak meledak-ledak, bisa bekerjasama dengan orang lain, dan selalu mampu
memberijalan keluar untuk setiap persoalan yang dihadapi dalam kelompoknya. Kemudian seorang
guru dengan kerpibadian yang baik dan memiliki rasa percaya diri harus memperlihatkan cara berfikir
yang selalu positif, selalu berkeinginan keras untuk memajukan insitusi, siap menghadapi risiko, dan
sealu sehat, ceria dan energetik.
Di samping itu, sifat profesional dalam kepribadian guru juga akan terlihat dari pribadinya yang
luhur yang dapat dipercaya oleh orang lain. Sifat dapat dipercaya tersebut bisa ditandai dengan dua
indikator besar yakni, kebiasaan berbuat kebajikan, yang ditandai dengan sikap yang sangat loyal
pada institusi, pada kebijakan bersama dan loyal terhadap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya,
kemudian bersikap terbuka, peduli dan selalu memberi dukungan pada institusinya. Kemudian, sifat
dapat dipercaya juga bisa dilihat dari integritasnya terhadap berbagai nilai dalam pelaksanaan
pekerjaan, yakni nilai-nilai kejujuran, keadilan, konsistensi dan selalu memenuhi janji[3]. Terakhir, sifat
profesional dalam kepribadian guru juga bisa dilihat dari sikapnya yang menghargai orang lain,
sehingga tidak akan menyia-nyiakan sisiwanya, dan tidak akan menyia-nyiakan orang tua siswa.
Dengan demikian, dia akan menghasilkan hasil pendidikan yang memberi kepuasan kepada para
siswa, orang tua siswa dan para pengguna lulusan, memberi kepuasan dalam proses layanan
pendidikan, waktu yang bisa dihitung, biaya bisa dihitung dan produktifitas meningkat, bahkan nama
baik dan keuntungan institusi juga terus meningkat.
Kemudian dari itu, seorang guru profesional harus memiliki sifat kritis dan mampu berfikir
analitis sebagai wujud kepribadian saintifik mereka. Sifat kritis dan kemampuan berfikir ini merupakan
karakter yang dimiliki sebagai hasil proses pendidikan keguruan mereka sebelum menjadi guru.
Kemampuan berfikir analistis sangat diperlukan bagi setiap guru agar mampu mendorong para
siswanya menjadi kritis, dan memiliki kemampuan berfikir analitis dalam pelajaran yang mereka
pelajari. Bagaimana para siswa akan menjadi cerdas dan memiliki kemampuan analisis yang baik jika
gurunya sendiri tidak memiliki kemampuan berfikir analisis. Dan kenapa kemampuan analisis ini
menjadi sangat penting? Linda Elder and Richard Paul, menjelaskan bahwa kalitas hidup dan apa-
apa yang dihasilkan manusia, akan sangat tergantung pada kualitas berfikir manusia. Berfikir buruk
itu sangat mahal, baik dari aspek uang maupun waktu. Jika kita ingin berfikir baik, maka kita harus
memahami dasar-dasar berfikir yang baik.[4]
Selanjutnya Linda Elder dan Richard Paul menjelaskan, setidaknya ada delapan (8) elemen
berfikir analitis yang harus dipenuhi oleh setiap guru agar para siswa mampu melatih kamampuan
berfikirnya dengan baik, yakni:
1. Pastikan tujuan; seorang guru harus memahami tujuan membelajarkan para siswanya pada
wilayah kajian matematika, dan bisa memahami tujuan dari setiap pokok bahasan yang para
siswanya pelajari. Demikian pula dalam mata pelajaran lainnya, sehingga berfikir kritis untuk
menganalisis bahan ajar disesuaikan dengan tujuan yang harus mereka capai.
2. Kemukakan beberapa pertanyaan pokok yang dikaitkan dengan bahan ajar yang akan
dipelajari para siswa, terkait perubahan-perubahan apa yang bisa terjadi pada para siswa
dengan mempelajari pokok-pokok bahasan yang mereka pelajari.
3. Gunakan informasi, data, fakta atau obsenrvasi terhadap fenomena yang terjadi untuk
mereka pelajari, mereka fahami, dan mereka diskusikan. Guru harus memiliki kemampuan
menggunakan informasi-informasi tersebut untuk mendorong perubahan pada para siswanya.
4. Gunakan konsep, yakni bahwa menganalisis informasi harus menggunakan teori, aksioma,
prinsip atau model yang harus diperoleh dari hasil-hasil kajian terhadap literatur yang sudah
ditulis para ahli yang memiliki legitimasi dalam bidangnya. Guru harus memiliki kemampuan
mengkaji informasi dari buku teks dengan teori-teori yang ada dalam buku referensi.
Kemampuan tersebut harus dibelajarkan pada para siswanya, sehingga mereka akan
terbiasa berkperibadian baik dengan kemamouan berfikir kritis yang didukung oleh teori-teori.
5. Melakukan interpretasi, dengan melakukan analisis, menyimpulkan atau inferensi, atau
merumuskan solusi terhadap sesuatu persoalan.
6. Mengembangkan asumsi-asumsi dan pilihan-pilihan kesimpulan yang dapat dikembangkan
dari hasil analisis terhadap informasi setelah dikaji dengan menggunakan teori, model atau
aksioma yang dikembagkan dari sebuah keyakinan akan sebuah kebenaran.
7. Merumuskan implikasi atau rekomendasi-rekomendasi yang disesuaikan dengan tujuanyang
sudah ditetapkan, didukung data, teori dan proses analisis.
8. Perumusan pandangan akhir yang bisa dijadikan rujukan untuk pengembangan prilaku dan
perumusan sebuah pandangan tentang orientasi perubahan-perubahan prilaku.
PTK : Pengertian, Tujuan, Manfaat, Prinsip, dan Karakteristiknya
Amongguru.com. Penelitian Tindakan Kelas atau sering disingkat dengan PTK merupakan salah
satu jenis penelitian praktis untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin
pada tahun 1946, yang kemudian dikembangkan oleh beberapa pakar lainnya, seperti Stephen
Kemmis, Robin Mc Tagart, John Elliot, dan Dave Ebbutt.
Pada awalnya, penelitian tindakan menjadi model penelitian yang hanya dilakukan pada bidang
pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan,
maupun pengelolaan sumber daya manusia.
Misalnya, di bidang pendidikan, dimana pekerjaan utama guru adalah mengelola pembelajaran di
kelas, maka subjek penelitiannya adalah situasi di kelas atau peserta didik.
Guru dapat melakukan penelitian tanpa harus pergi ke tempat lain, seperti halnya penelitian non PTK.
Semakin mantapnya psikologi kognitif yang mengutamakan aspek konstruktivisme, maka guru tidak
lagi dianggap sekadar penerima pembaharuan.
Guru juga bertanggungjawab dan berperan aktif untuk untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya sendiri melalui penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran yang
dikelolanya. Hal inilah yang kemudian melahirkan konsep PTK.
Pengertian PTK
Secara bahasa, Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tiga kata, yaitu Penelitian, Tindakan, dan
Kelas. Penelitian adalah kegiatan mengamati suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur
tertentu untuk menemukan dan dengan tujuan meningkatan mutu.
Tindakan adalah perlakuan yang dilakukan secara sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu.
Sedangkan kelas menunjukkan tempat untuk melakukan tindakan.
Pengertian PTK adalah sebuah penelitian yang bersifat pengulangan (reflektif) dengan melakukan
tindakan berdaur ulang untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara
lebih profesional.
Penelitian Tindakan Kelas dapat digunakan sebagai implementasi berbagai program sekolah.
Caranya adalah dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran
peserta didik.
Fungsi PTK
Berikut ini beberapa fungsi dari Penelitan Tindakan Kelas.
1. Mendiagnosis masalah-masalah pembelajaran yang timbul di kelas
2. Memecahkan masalah-masalah khusus pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan
peserta didik di kelas
3. Meningkatkan dan memperbaiki kenyataan, keadaan dan situasi dalam pembelajaran
4. Melakukan uji coba hal-hal baru dalam pembelajaran atau hasil-hasil inovasi
pembelajaran
5. Memantapkan pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru agar praktik
pembelajaran berkualitas
6. Mengembangkan kecakapan-kecakapan baru guru yang cocok dan dapat dipakai
untuk mengatasi masalah pembelajaran yang diaplikasikan secara langsung dalam
ajang kelas
7. Memperkuat tanggung jawab guru terhadap perencanaan dan pelaksanaan kurikulum
Tujuan PTK
Tujuan Penelitan Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional
guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
PTK akan mengubah perilaku mengajar guru, perilaku peserta didik di kelas, dan peningkatan praktik
pembelajaran.
Dengan demikian, tujuan akhir dari PTK adalah peningkatan layanan profesional guru untuk
meningkatan mutu pembelajaran.
Secara rinci, tujuan PTK adalah sebagai berikut.
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas selama proses
pembelajaran.
2. Meningkatkan profesionalisme guru dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan
guru.
3. Sebagai alat training of service, yang melengkapi guru dengan keterampilan dan
metode baru dalam mengajar.
4. Sebagai alat bagi guru untuk lebih inovatif dalam pembelajaran.
5. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran melaui perbaikan praktik pembelajaran di
kelas.i
6. Meningkatkan sifat profesonal penddikan dan tenaga kependidikan.
7. Meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan melalui perbaikan proses
pembelajaran.
Manfaat PTK
Sasaran utama PTK adalah guru, peserta didik, dan sekolah. Dengan demikian,pelakanaan PTK
harus memberikan manfaat kepada ketiga komponen pendidikan tersebut.
Manfaat PTK antara lain sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan sasaran akhir adalah
perbaikan hasil belajar peserta didik.
2. Sebagai model bagi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya melalui
tindakan guru yang inovatif dan kreatif dalam upaya mengatasi permasalahan belajar
di kelas.
3. Meningkatkan profesonalisme guru, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
4. Guru memperoleh kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
5. Meningkatnya kualitas pendidikan di sekolah karena selalu terjadi perbaikan
penyelenggaran pembelajaran di kelas.
Prinsip PTK