Metode Harga Pokok Proses
Metode Harga Pokok Proses
Metode Harga Pokok Proses
Contoh :
PT AIR MANCUR yang bergerak dalam bidang Jamu tradisional berpusat di Wonogiri
selama bulan Januari 2009 telah mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut :
Rincian biaya :
Biaya bahan baku Rp. 900.000,-
Biaya bahan penolong Rp. 400.000,-
Cost Accounting
-1–
Biaya tenaga kerja Rp.2.200.000,-
Biaya overhead pabrik Rp. 500.000,-
Rp.4.000.000,-
Produk yang dihasilkan selama bulan Januari 2009 sebanyak 8000 bungkus, harga pokok
setiap bungkusnya adalah : Rp.4.000.000 = Rp.500,-
8.000
Cost Accounting
-2–
Ciri-ciri metode harga pokok proses berdasarkan proses pengumpulan biaya.
1. Biaya produksi dikumpulkan pada setiap periode tertentu dan dicatat pada rekening
Barang Dalam proses.
2. Harga pokok produk per satuan dihitung pada setiap akhir periode dengan rumus yang
telah disebutkan diatas.
3. Bila produk dioleah melalui lebih dari satu departemen, maka harga pokok produk pada
departemen sebelumnya akan menambah harga pokok produk pada departemen
selanjutnya sampai dengan produk jadi.
4. Laporan harga pokok produksi dipakai untuk menghitung biaya produksi per satuan.
D. Pencatatan Penggolongan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses.
1. Biaya Bahan, biaya bahan terdiri atas bahan baku dan bahan penolong maka
pengakuannya sebagaui berikut :
Pada saat barang tersebut dibeli maka dicatat dalam Jurnal :
Persediaan Bahan Baku Rp.xxx
Persediaan Bahan Penolong Rp.xxx
Kas/ Utang Rp.xxx
Pada saat bahan dipakai dalam proses produksi dicatat dalam Jurnal:
Barang Dalam Proses – Bahan Baku Rp.xxx
Persediaan Bahan Baku Rp.xxx
( Mencatat pemakaian bahan penolong )
Barang dalam Proses – Biaya bahan penolong Rp.xxx
Persediaan bahan penolong Rp.xxx
2. Biaya tenaga Kerja, baiaya tenaga kerja terdiri atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung. Pemakaian biaya tenaga kerja dapat diketahui dari daftar gaji
dan upah.
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah
Gaji dan uapah Rpxxx
Utang Gaji dan Upah Rp.xxx
Kemudian setiap akhir periode akuntansi gaji dan upah yang telah terjadi harus
dibebankan kepada produk
Cost Accounting
-3–
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang dibebankan pada produk
Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Rp.xxx
Gaji dan Upah Rp.xxx
3. Biaya Overhead Pabrik.
Semua biaya produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja disebut Biaya Overhead
Pabrik ( BOP ). Jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, maka BOP yang
dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah pengeluaran BOP yang sesungguhnya.
Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik
BOP sesungguhnya Rp.xxx
Berbagai rekening di Kredit Rp.xxx
( Jika jenis BOP tidak disebutkan satu per satu )
Tetapi jika jenis BOP diketahui misalnya biaya perlengkan pabrik , biaya listrik, biaya
penyusutan mesin pabrik dan sebagainya, maka harus dicatat setiap biaya yang terjadi.
Jurnal untuk mencatat BOP pada berbagai macam biaya tidak langsung
BOP sesungguhnya Rp.xxx
Biaya Perlengkapan Pabrik Rp.xxx
Biaya listrik Rp.xxx
Biaya penyusutan mesin Rp.xxx
Rekening BOP lainnya Rp.xxx
Jurnal untuk mencatat BOP yang dibebankan kepada produk
BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp.xxx
BOP sesungguhnya Rp.xxx
Bila produk selesai pada suatu periode tertentu, maka produk selesai harus dipindahkan
ke rekening Persediaan Barang Jadi sejumlah harga pokoknya.
Jurnal untuk mencatat pemindahan rekening produk selesai ke rekekning produk jadi.
Persediaan Produk Jadi Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Baku Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Penolong Rp.xxx
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp.xxx
BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp.xxx
Cost Accounting
-4–
Tetapi jika akhir periode tertentu ternyata masih ada produk yang belum selesai
dikerjakan, maka produk tersebut akan menjadi persediaan akhir Barang dalam Proses.
Jurnal untuk mencatat persediaan akhir Barang dalam Proses
Persediaan Barang Dalam Proses Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Baku Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Penolong Rp.xxx
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp.xxx
BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp.xxx
Laporan Harga Pokok Produksi dengan contoh Perhitungan Harga Pokok Proses, produk
yang diolah melalui satu departemen tanpa Barang Dalam Proses Awal.
Pada umumnya Perusahaan yang memproduksi barang pada akhir periode tertentu
sebagian produknya ada yang sudah selesai menjadi produk jadi dan ada yang masih belum
selesai yang merupakan Barang Dalam Dalam Proses. Persediaan Barang Dalam Proses akhir
dicatata pada biaya yang sesungguhnya melekat pada produk tersebut. Baik produk jadi maupun
produk dalam proses pada akhir periode harus diketahui harga pokoknya. Untuk keperluan ini
harus dibuat laporan harga pokok produk dengan urutan sebagai berikut :
1. Data Produksi
Untuk memahamidata produksi konsep input = output artinya jumlah produk yang akan diolah
harus sama dengan jumlah produk yang dihasilkan. Pada umumnya input berupa :
Persediaan BDP (awal) ……. Unit
Produk masuk proses ……. Unit
Sedangkan output terdiri atas :
Produk selesai ditransfer ke departemen berikutnya ……… Unit
Persediaan BDP akhir ……… unit
Untuk jelasnya bagan data produksi akan terlihat se[erti berikut :
Persediaan Barang Dalam Proses awal ……… unit
Produk masuk dalam proses ……… unit +
Jumlah produk dalam proses ……… unit
Produk selesai ……… unit
Persediaan produk dalam proses akhir ……… unit +
Jumlah produk ……… unit
Cost Accounting
-5–
2. Data Biaya per Unit
Dalam menentukan biaya per satuan produk perlu diperhartikan unit ekuivalensi produk karena
untuk menentukan harga pokok per satuan atau per unit dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Total Biaya setiap unsur Harga Pokok
Harga Pokok per Unit =
Produk ekuivalen setiap unsur Harga Pokok
Atau
Total Biaya Bahan Baku
Harga Pokok per Unit =
Produk ekuivalen Bahan Baku
Dalam laporan harga pokok produksi untuk data biaya, dapat dilaporkan dengan bagan sebagai
berikut :
Jenis Biaya Total Biaya Biaya per unit
Bahan Baku Rp.xxx Rp.xxx
Bahan Penolong Rp.xxx Rp.xxx
Biaya Tenaga Kerja Rp.xxx Rp.xxx
Biaya Overhead Pabrik Rp.xxx Rp.xxx
Jumlah Rp.xxx Rp.xxx
Dengan demikian, lajur 3 ( produk ekuivalen ) tidak perlu ditampilkan dalam laporan harga
pokok produksi.
Dari konsep perhitungan harga pokok per satuan tersebut kiranya perlu diperhatikan tentang
Perhitungan unit ekuivalen masing-masing unsur harga pokok.
Pada dasarnya dalam perhitungan unit ekuivalen produk dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Cost Accounting
-6–
1. Bila tidak terdapat BDP awal
Apabila tidak terdapat BDP awal, unit ekuivalenb dihitung dengan Rumus :
Produk Jadi + Tingkat Penyelesaian BDP ( akhir )
3. Bila Terdapat BDP awalApabila terdapat persediaan BDP awal perlu diperhatikan
metode yang dipakai yaitu metode FIFO dan metode Rata-rata. Jika yang digunakan
metode FIFO.
4. Perhitungan unit ekuivalen dapat dilakukan dengan dua rumus ;
Produk Jadi+Tingkat Penyelesaian BDP akhir – Timgkat Penyelesaian BDP awal
Atau
Prod.Jadi Periode Berjalan + Tingkat Penyelesaian BDP akhir + BDP awal dengan
tingkat penyelesaian yang belum selesai.
Catatan :
Produk jadi pada periode berjalan berasal produk jadi keseluruhan dikurangi produk awal
proses.
Bila digunakan metode rata-rata, unit ekuivalen dapat dihitung dengan rumus ;
Produk Jadi + tingkat Penyelesaian Produk dalam Proses akhir
3. Perhitungan Biaya
Setelah biaya per satuan dihitung dan harga pokok produk jadi dtransfer ke gudang, maka
produk dalam proses akhir dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produk jadi ….. unit x Jumlah biaya per unit Rp. xxx
Harga Pokok Barang Dalam Proses ;
Biaya Bahan Baku + …. Unit x ….% x Rp.xxx (per unit) Rp.xxx
Bahan Penolong + …unit x …% x Rp.xxx (per unit) Rp.xxx
Biaya Tenaga Kerja + …unit x …..% x Rp.xxx (per unit) Rp.xxx
Biaya Overhead Pabrik + …unit x …% x Rp.xxx (per unit) Rp.xxx +
Rp.xxx +
Jumlah Biaya Produksi Rp.xxx
Contoh :
Cost Accounting
-7–
PT BINUANGEN mengolah produknya secara masal dan dalam menghitung harga pokok
produknya dengan mengunakan metode harga pokok proses.
Data biaya produksi selama bulan juni 2005 sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp.1.000.000,-
Biaya bahan penolong Rp. 500.000,-
Biaya tenaga kerja Rp.2.250.000,-
Biaya overhead pabrik Rp. 3.300.000,- +
Rp.7.050.000,-
Jawab :
1. Perhitungan biaya produksi per satuan selama bulan Juni 2005 (Rp)
Jenis Biaya Jml. Biaya Unit Ekuivalen Unit Cost
Bahan Baku 1.000.000,- 2000+100%x500 = 2.500 400,-
Bahan Penolong 500.000,- 2000+100%x500 = 2.500 200,-
Tenaga Kerja 2.250.000,- 2000+50%x500 = 2.250 1000,-
Overhead Pabrik 3.300.000,- 2000+40%x500 = 2.200 1.500,-
Jumlah 7.050.000,- Total Unit Cost 3.100,-
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan Harga pokok produk
dalam proses akhir periode :
Harga pokok produk Jadi = 2000 x Rp.3.100,- Rp. 6.200.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir periode
Biaya bahan baku = 100% x 500 x Rp.400 = Rp.200.000,-
Biaya bahan penolong = 100% x 500 x Rp.200 = Rp.100.000,-
Biaya tenaga kerja = 50% x 500 x Rp.1.000 = Rp.250.000,-
Biaya Overhead Pabrik = 40% x 500 x Rp.1.500 = Rp.300.000,- + Rp 850.000,-
Jumlah Biaya Produksi Rp.7.050.000
-8–
PT BINUANGEN
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Periode Juni 2005
Data Produksi
Jumlah Produk masuk DalamProses 2.500 unit
Produk selesai ditranfer ke gudang 2.000 unit
Produk dalam proses akhir pada tingkat
Penyelesaian (BB, BP 100%, BTK 50%, BOP 40%) 500 unit + 2.500 unit (-)
0
Biaya yang dibebankan dalam bulan Juni 2005 (Rp)
Jenis Biaya Juml. Biaya Biaya per unit
Bahan Baku 1.000.000,- 400,-
Bahan Penolong 500.000,- 200,-
Tenaga kerja 2.250.000,- 1.000,-
Overad pabrik 3.300.000,- 1.500,-
Jumlah 7.050.000,- 3.100,-
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang (2.000 x Rp.3.100,-) Rp.6.200.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir :
Bahan baku Rp.200.000,-
Bahan penolong Rp.100.000,-
Tenaga kerja Rp.250.000,-
Overhead pabrik Rp.300.000,- + Rp.8.50.000,-
Jumlah Biaya Produksi yang dibebankan Rp.7.050.00,-
3. Jurnal untuk mencatat biaya produksi selama bulan Juni 2005
1. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku.
Barang Dalam Proses Rp.1.000.000,-
Persediaan bahan baku Rp.1.000.000,-
2. BDP – Bahan penolong Rp.500.000,-
Persediaan bahan penolong Rp.500.000,-
-9–
BDP – BOP Rp.3.300.000,-
BOP sesungguhnya Rp.3.300.000,-
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditranfer ke
gudang Persediaan Produk Jadi Rp.6.200.000,-
BDP-BB (2000 x Rp.400,-) Rp. 800.000,-
BDP - BP (2000 x Rp.200,-) Rp. 400.000,-
BDP – BTK (2000 x Rp.1000,-) Rp.2.000.000,-
BDP – BOP (2000 x Rp.1.500,-) Rp.3.000.000,-
6. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk masuk dalam
proses Persediaan produk dalam proses Rp.850.000,-
BDP – Biaya bahan baku Rp.200.000,-
BDP – Biaya bahan penolong Rp.100.000,-
BDP – Biaya tenaga kerja Rp.250.000,-
BDP – Biaya overhead Rp.300.000,-
E. Metode Harga Pokok Proses, Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen
Tanpa Barang Dalam Proses Awal.
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen, maka perhitungan biaya produksi per
satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah
merupakan perhitungan yang bersifat komulatif, sebab harga pokok produksi departemen
sebelumnya akan menambah harga pokok pada departemen berikutnya.
Untuk menentukan harga pokok produk setelah departemen pertama terdiri atas biaya-biaya
sebagai berikut :
1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2. Biaya produksi yang ditambahkan pada departemen produksi setelah deparemen
produksi sebelumnya..
Contoh :
PT YAMONAH adalah perusahaan industri yang mengolah produknya melalui dua
departemen produksi dan dalam menentukan harga pokok produk menerapkan metode harga
pokok proses. Data yang diperoleh dari bagian produksi selama bualan Agustus 2008 adalah
sebagai berikut :
Cost Accounting
- 10 –
Departemen I Departemen II
Jumlah produk masuk dalam proses 22.000 unit -
Produk selesai dikirim ke Dept II 20.000 unit
Produk selasai dikirim ke gudang - 19.000 unit
Produk Dalam proses akhir 2.000 unit 1.000 unit
Biaya yang dikeluarkan selama bualan Agustus 2008
Biaya bahan baku Rp.11.000.000,- Rp. 0
Biaya tenaga kerja Rp.14.840.000,- Rp.15.560.000,-
Biaya overhead pabrik Rp.15.900.000,- Rp.17.505.000,-
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku 100% -
Biaya konversi 60% 45%
Diminta :
1. Perhitungan biaya produksi
2. Laporan harga pokok produksi bulan agustus 2005
3. Jurnal untuk mencatat transaksi selama bulan agustus 2005
4. Bagan alur biaya produksi departemen I
Jawab :
1. Untuk mengetahui harga pokok produk selesai departemen I ditranfer ke departemen II
dan juga harga pokok produk dalam proses akhir departemen I pada akhir agustus 2005,
maka harus dihitung dahulu biaya per init yang telah dikeluarkan oleh departemen I
sebagai berikut :
Data Biaya Produksi (Rp.)
Jenis Biaya Jml. Biaya Unit Ekuivalen Biaya/unit
Bahan Baku 11.000.000,- 20.000 + 100% x 2000 = 22.000 500,-
Tenaga Kerja 14.840.000,- 20.000 + 60% x 2000 = 21.200 700,-
Overhead Pabrik 15.900.000,- 20.000 + 60% x 2000 = 21.200 750,-
Jumlah 41.740.000,- 1.950,-
Setelah biaya per unit dihitung, maka harga pokok produk selesai di departemen I yang di
transfer ke departemen II dan harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan
Agustus 2005 di departemen I dapat dihitung :
Cost Accounting
- 11 –
Harga pokok produk selesai ditransfer ke departemen II
20.000 x Rp.1.950,- Rp.39.000.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku = 100% x 2000 x Rp.500,- = Rp.1.000.000,-
Biaya tenaga kerja = 60% x 2000 x Rp.700,- = Rp. 840.000,-
Biaya overhead pabrik = 60% x 2000 x Rp.700,-= Rp. 840.000,- +
Jumlah biaya produksi departemen I Rp. 2.740.000,-
Rp.41.740.000,-
Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer
Ke deparetemen II = 20.000 x Rp.1.950,- Rp.39.000.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku = 100% x 2000 x Rp.500,- = Rp.1.000.000,-
Biaya tenaga kerja = 60% x 2000 x Rp.700,- = Rp. 840.000,-
Biaya overhead pabrik = 60% x 2000 x Rp.700,- = Rp. 840.000,- +
Cost Accounting
- 12 –
Jumlah biaya produksi departemen I Rp. 2.740.000,-
Rp.41.740.000,-
3. Jurnal untuk mencatat biaya produksi departemen I
Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku
BDP – Biaya BB Dept. I Rp.11.000.000,-
Persediaan BB Rp.11.000.000,-
Jurnal untuk mencatat baiaya tenaga kerja
BDP – BTK Dept. I Rp.14.840.000,-
Gaji dan upah Rp.14.840.000,-
Jurnal untuk mencata Biaya overhead pabrik
BDP – BOP Dept I Rp.15.900.000,-
BOP sesungguhnya Rp.15.900.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer 0leh departemen I ke
departemen II
BDP – BB department II Rp.39.000.000,-
BDP – BB departemen I (20.000 x Rp.500,-) Rp.10.000.000,-
BDP – BTK departemen I (20.000 x Rp.700,-) Rp.14.000.000,-
BDP – BOP departemen I (20.000 x Rp.750,-) Rp.15.000.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir pada departemen
I
Persediaan Barang dalam proses akhir departemen I Rp.2.740.000,-
BDP – BB departemen I Rp.1.000.000,-
BDP – BTK departemen I Rp. 840.000,-
BDP – BOP departemen I Rp. 900.000,-
4. Alur Biaya Produksi (000)
Persd. BB BDP-BB Dept.I BDP-BB Dept.II
11.000
11.000. 10.000 39.000
1.000
- 13 –
15.900 15.900 15.000 2.740
900
Perhitungan harga pokok produk departermen II
Produk jadi yang ditransfer dari departemen I ke departemen II adalah 20.000 unit telah
membawa jumlah biaya produksi dari departemen I sebesar Rp.39.000.000,- Untuk mengolah
produk yang diterima dari departemen I ternyata di departemen II perlu biaya tambahan yang
berupa biaya tenaga kerja sebesar Rp.15.560.000,- dana biaya overhead pabrik Rp.17.505.000,-
produk yang diolah di departemen II 20.000 unit teteapi yang menjadi produk selesai dan
transfer ke gudang 19.000 unit sedang yang 1.000 unit masih dalam proses pada akhir periode
akuntansi dengan tingkat penyelesasian biaya konversi 45%.
Perhitungan biaya yang ditambahkan di departemen II sebagai berikut :
Jenis Biaya Jml. Biaya Unit Ekuivalen Biaya/unit
Tenaga Kerja 15.560.000,- 19.000 + 45% x 1000 = 19.450 800,-
Overhead Pabrik 17.505.000,- 19.000 + 45% x 1000 = 19.450 900,-
Jumlah 33.065.000,- 1.700,-
- 14 –
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang = 1.900 x Rp.3.650,- = Rp.69.350.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen I = 1.0000 x Rp.1.950,- Rp.1.950.000,-
Biaya yang ditambahkan di departemen II
Biaya tenaga kerja Rp. 360.000,-
Biaya overhead pabrik Rp. 405.000,- Rp. 2.715.000,-
Jumlah biaya komulatif yang dibebankan di departemen II Rp.72.065.000,-
PT YAMONAH
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN II
Periode Agustus 2005
Data Produksi:
Produk masuk dalam proses 20.000 unit
Produk yang diterima dari departemen I 19.000 unit
Produk dalam proses akhir 1.000 unit +
20.000 unit -
0
Biaya yang dibebankan Departemen II selama bualan Agustus 2005
Jenis Biaya Jml. Biaya Biaya per unit
Hp.Produk Dept I (20.000) 39.000.000,- 1.950,-
Biaya yang ditambah di departemen II
Biaya tenaga kerja 15.560.000,- 800,-
Biaya overhead pabrik 17.505.000,- 900,-
Jumlah biaya yang ditambah di departemen II 33.065.000,- 1.700,-
Jumlah biaya prod. komulatif di departemen 2 72.065.000,- 3.650,-
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang = 1.900 x Rp.3.650,- = Rp.69.350.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen I = 1.0000 x Rp.1.950,- Rp.1.950.000,-
Biaya yang ditambahkan di departemen II
Cost Accounting
- 15 –
Biaya tenaga kerja Rp. 360.000,-
Biaya overhead pabrik Rp. 405.000,- Rp. 2.715.000,-
Jumlah biaya komulatif yang dibebankan di departemen II Rp.72.065.000,-
Jurnal untuk mencatat biaya produksi pada departemen II berdasarkan informasi yang
disajikan dalam laporanharga pokok produksi departemen II, maka biaya yang terjadi
dalam departemen II dicatata dalam jurnal sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen I
BDP – Biaya bahan baku departemen II Rp. 39.000.000,-
BDP – Biaya bahan baku departemen I Rp.10.000.000,-
BDP – Biaya tenaga kerja departemen I Rp.14.000.000,-
BDP – Biaya overhead pabrik departemen I Rp.15.000.000,-
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja.
BDP – Biaya tenaga kerja departemen II Rp.15.560.000,-
Gaji dan upah Rp.15.560.000,-
BDP – Biaya overhead pabrik departemen II Rp.17.505.000,-
BOP sesungguhnya Rp.17.505.000,-
Jurnal untuk mencata produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi Rp.69.350.000,-
BDP – Biaya BB departemen II (19.000 x Rp1.950,-) Rp.37.050.000,-
BDP – Biaya TK departemen II (19.000 x Rp.800,-) Rp.15.200.000,-
BDP – BOP departemen II (19.000 x Rp.900,-) Rp.17.100.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses
akhir Persediaan produk dalam proses Rp.2.715.000,-
BDP – Biaya BB departemen II Rp.1.950.000,-
BDP – Biaya TK departemen II Rp. 360.000,-
BDP – Biaya overhead departemen IIRp. 405.000,-
Catatan :
Jiaka menggunakan rekening transfer departemen, maka jurnal untuk produk jadi dan barang
dalam proses adalah :
1. Jurnal produk jadi
Persediaan produk jadi Rp.69.350.000,-
Transfer departemen I (19.000 x Rp.1.950,-) Rp.37.050.000,-
Cost Accounting
- 16 –
BDP – BTK departemen II (19.000 x Rp.800,-) Rp.15.200.000,-
BDP – BOP departemn II (19.000 x Rp.900,-) Rp.17.100.000,-
2. Jurnal untuk mencatat produk dalam proses akhir
Persediaan barang dalam proses Rp.2.715.000,-
Trsnsfer deparetemen I (1.000 x 1.950) Rp.1.950.000,-
BDP – BTK dept. II (1.000 x 45% x 800) Rp. 3.60.000,-
BDP – BOP dept II (1.000 x 45% x 900) Rp. 405.000,-
F. Metode Harga Pokok Proses Biala Terdapat Barang Dalam Proses Awal
Pada perusahaan industri yang menerapkan metode harga pkok proses sering menemui
beberapa masalah, masalah tersebut antara lain disebabkan karena adanya hal-hal sebagai
berikut :
1. Persediaan awal produk dalam proses
2. produk hilang pada waktu proses produksi
3. produk ada yang rusak dan dicatat pada waktu proses produksi
4. Penambahan bahan baku stelah departemen pertama
Bila pada akhir periode akuntansi ada sebagian produk yang belum selesai, maka produk
tersebut akan merupakan persediaan awal produk dalam proses pada periode berikutnya.
Persediaan produk dalam proses ini telah mempunyai harga pokok per satuan yang berasal
dari periode sebelumnya, yang mungkin berbeda dengan harga poko per satuan pada periode
berikutnya.
Dengan demikian, akan menimbulkan masalah dalam perhitungan harga pokok produk
jadi yang ditransfer ke gudang maupun harga poko produk dalam proses akhir pada periode
tersebut. Untuk mengatasi maalah tersebut, maka penentuan harga pokok dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu harga poko rata-rata (Average Costing Method) dan metode FIFO.
1. Metode Rata-rata (Average Cost)
Dalam metode rata-rata harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambhakan
kepada biaya produksi sekarang dan jumlahnya dibagi dengan unit ekuivalen produk
sehingga ketemu harga pokok rata-rata.
Contoh :
PT SEGAR MENGI memproduksi satu jenis produk melalui satu departemen produksi,
selama bualan September 2005 telah melakukan kegiatan sebagai berikut:
Persediaan produk dalam proses awal memiliki tingkat penyelesaian bahan baku dan
bahan penolong 100% dan biaya konversi 60% 300 unit
Cost Accounting
- 17 –
Produk masuk dalam proses bulan September 2005 1.000 unit
Produk selesai ditransfer ke gudang 1.100 unit
Produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian bahan baku dan bahan penolong
100% dan biaya konversi 75% 200 unit
Data biaya :
Harga pokok produk dalam proses awal periode
: Bahan baku Rp .60.000,-
Bahan penolong Rp. 20.000,-
Tenaga kerja Rp. 50.000,-
Overhead pabrik Rp. 15.000,-
Jumlah Rp.145.000,-
Biaya produksi yang terjadi selama bulan September 2005 adalah
Bahan baku Rp. 395.000,-
Bahan penolong Rp. 266.000,-
Tenaga kerja Rp. 406.000,-
Overhead pabrik Rp. 352.000,-
Jumlah Rp.1.421.000,-
Dengan menggunakan metode harga pokok rata-rata, maka perhitungan harga pokok
- 18 –
Jumlah biaya produksi bulan September 2005 Rp.1.566.000,-
PT SEGAR MENGI
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Periode September 2005
Data Produksi:
Produk masuk dalam proses tingkat penyelesaian
Bahan baku dan bahan penolong 100% dan biaya knversi 75% 300 unit
Produk masuk dalam proses 1.000 unit
Jumlah produksi bulan September 1.300 unit
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 1.100 unit
Produk dalam proses akhir dengan Tk penyelesaian
Cost Accounting
- 19 –
Jenis Biaya Jml. Biaya HP per unit
Biaya yang dibebankan bulan September 2005
Biaya yang yang melekat pada BDP awal
Biaya bahan baku 60.000,-
Biaya bahan penolong 20.000,-
Biaya tenaga kerja 50.000,-
Biaya overhead pabrik 15.000,-
Jumlah 33.065.000,-
Biaya yang dikeluarkan bualan September 2005
Biaya bahan baku 395.000,- 350,-
Biaya bahan penolong 266.000,- 220,-
Biaya tenaga kerja 406.000,- 365,-
Biaya overhead pabrik 353.750,- 295,-
Jumlah biaya produksi 1.421.000,- 1.230,-
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang
= 1.100 x Rp.1.230,- = Rp.1.353.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku Rp. 70.000,-
Biaya bahan penolong Rp. 44.000,-
Biaya tenaga kerja Rp. 54.000,-
Biaya overhead pabrik Rp. 44.000,-
Rp. 213.000,-
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp.1.566.000,-
Metode harga pokok proses, bila harga pokok produksi memakai metode rata-rata, produk diolah
melalui lebih dari satu departemen dan terdapat persediaan awal produk dalam proses.
Contoh :
Perusahaan MEKEH-MEKEH meproduksi produknya melalui dua departemen produksi yaitu
Departemen produksi A dan Departemen Produksi B. data biaya dan data produksi selama bulan
Okrtober 2009 pada kedua departemen produksi tersebut adalah :
Cost Accounting
- 20 –
Harga pokok produk dalam proses awal
Harga pokok produk dari departemen A Rp.3.025.000,-
Biaya bahan baku Rp. 500.000,- -
Biaya tenaga kerja Rp. 660.000,- Rp.1.980.000,-
Biaya overhead pabrik Rp. 555.000,- Rp.2.325.000,-
Cost Accounting
- 21 –
Biaya produksi dalam bulan oktober 2009
Biaya bahan baku Rp.5.000.000,- -
Biaya tenaga kerja Rp.5.400.000,- Rp.16.210.000,-
Biaya overhead pabrik Rp.5.000.000,- Rp.19.425.000,-
Dari data diatas untuk bisa menghitung harga pokok produk jadi harus dibuat perhitungan biaya
pada departemen A terlebih dahulu. Pada departemen A biaya produksi yang harus
diperhitungkan adalah biaya yang melekat pada produk dalam proses awal dan biaya yang
dikeluarkan oleh departemen A pada bulan Oktober 2009.
Biaya yang melekat pada produk dalam proses awal adalah biaya yang berasal dari periode
sebelumnya sehingga peritungan biaya tampak sebagai berikut :
Biaya yang
melekat Biaya yang ditam Jumlah Biaya Unit cost
Jenis Biaya pada produk bahkan Unit ekuivalen
dalam bln Okt.09 ( 2+3) (4:5)
proses awal
1 2 3 4 5 6
19000+100%x3000 =
Bahan baku Rp 500,000 Rp 5,000,000 Rp 5,500,000 22000 Rp 250
Biaya tenaga 19000+40%x3000 =
Kerja Rp 660,000 Rp 6,060,000 Rp 6,720,000 20200 Rp 300
19000+40%x3000 =
Biaya Overhead Rp 525,000 Rp 5,000,000 Rp 5,525,000 20200 Rp 275
PERUSAHAAN MEKEH-MEKEH
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen A
Periode Oktober 2009
Data produksi :
Produk dalam proses awal 2.000 kg
Produk masuk proses 20.000 kg
Cost Accounting
- 22 –
Jumlah produksi bulan oktober 2009 22.000 kg
Produk ditransfer ke departemen B 19.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan oktober 3.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 22.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam departemen A
Jenis Biaya Total Biaya H. Pokok/Kg
Biaya Bahan baku Rp. 5.500.000,- Rp.250,-
Biaya Tenaga kerja Rp. 6.060.000,- Rp.300,-
Biaya Overhead Pabrik Rp. 5.555.000,- Rp.275,-
Jumlah biaya yang dibebankan Dep.A Rp.17.115.000,- Rp.825,-
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi Departemen B
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
19.000 x Rp.825,- Rp.15.675.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir
Bahan baku Rp.750.000,-
Biaya tenaga kerja Rp.360.000,-
Biaya overhead pabrik Rp.330.000,- Rp. 1.440.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen A Rp.17.115.000,-
Perhitungan biaya produksi pada departemen B
19.000 x Rp.825,- Rp.15.675.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku Rp.750.000,-
Biaya tenaga kerja Rp.360.000,-
Biaya overhead pabrik Rp.330.000,- Rp. 1.440.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan dalam department A Rp.17.115.000,-
Perhitungan biaya produksi di departemen B
Perlu diingat bahwa harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen B adalah harga pokok
yang besifat komulatif yaitu merupakan penjumlahan harga pokok produk yang berasal dari
departemen A ditambah harga pokok dari departemen B sendiri kemudian dihitung harga rata-
rata untuk setiap satuan produk.
Perhitungan harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya.
Hp.Produk dalam proses awal Hp.Produk yang di
dari dept sebelumnya + transfer dept Sblm
Hp. Produk dari Dept. sebelumnya =
Cost Accounting
- 23 –
Produk dalam proses awal
+ Produk yang ditrans
Fer dept sblm
Perhitungan harga pokok per satuan yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama.
Dari contoh diatas bila dihitung biaya produksi per unit dalam departemen B adalah sebagai
berikut :
Biaya yang melekat Biaya yang ditam Jumlah Biaya Unit cost
Jenis Biaya pada produk dalam bahkan bln Okt.09 ( 2+3) Unit ekuivalen (4:5)
proses awal
1 2 3 4 5 6
Perhitungan biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang
21.000 x Rp.2.700,- Rp. 56.700.000,-
Harga pokok produk dalam proses
Harga pokok yang berasal dari Dept. A = 1000x Rp.850,- = Rp.850.000,-
Tambahan biaya Departemen B
Cost Accounting
- 24 –
Biaya tenaga kerja = 40% x 1000 x Rp.850,- Rp.340.000,-
Cost Accounting
- 25 –
Biaya overhead pabrik = 75% x 1000 x Rp.1.000,- Rp.750.000,-
Rp. 1.940.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan di Departemen B Rp.58.640.000,-
PERUSAHAAN MEKEH-MEKEH
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen B
Periode Oktober 2009
Data produksi :
Produk dalam proses awal 3.000 kg
Produk diterima dari Depatermaen A 19.000 kg
Jumlah produk dalam proses 22.000 kg
Produk ditransfer ke Gudang 21.000 kg
Produk dalam proses akhir 1.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 22.000 kg
0
Biaya yang dibebankan dalam departemen B
Jenis Biaya Total Biaya H. Pokok/Kg
Biaya produk dari departemen A Rp. 18.700.000,- Rp. 850,-
Biaya yang ditambahkan di Depratemen B
Biaya Tenaga kerja Rp. 18.190.000,- Rp. 850,-
Biaya Overhead Pabrik Rp. 21.750.000,- Rp.1.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan Dep.B Rp.58.640.000,- Rp.2.700,-
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi Departemen B
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
19.000 x Rp.825,- Rp.15.675.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir
Bahan baku Rp.750.000,-
Biaya tenaga kerja Rp.360.000,-
Biaya overhead pabrik Rp.330.000,- Rp. 1.440.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen A Rp.17.115.000,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang
21.000 x Rp.2.700,- Rp.15.675.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir
HP.Produk dari Dept A =1000xRp.850,- Rp.750.000,-
Biaya yang ditambahkan di Departemn B
Cost Accounting
- 26 –
Biaya tenaga kerja Rp.340.000,-
Biaya overhead pabrik Rp.750.000,- Rp. 1.440.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan dalam department B Rp.58.640.000,-
Cost Accounting
- 27 –