LP RPK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KLINIK GANGGUAN RESIKO

PERILAKU KEKERASAN DI RUANG FLAMBOYAN


RSJD RM SOEDJARWADI KLATEN

Disusun Oleh :

Nama : Amelia Latifah


NIM : 202012012
Tempat Praktik : RSJD RM Soedjarwadi Klaten

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2022
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan
Resiko perilaku kekerasan yakni kondisi dimana individu pernah atau
mengalami riwayat mencederai dirinya sendiri, orang lain ataupun lingkungan baik
secara fisik, emosional, seksual maupun lisan karena individu tidak mampu
mengendalikan atau mengontrol amarah secarakonstruktif (Kartika et al., 2018).
Sedangkan menurut Bernstein dan Saladino 2007 dalam (Sujarwo & PH, 2019)
Perilaku kekerasan (PK) adalah kondisi dimana individu melangsungkan tindakan
agresif atau kekerasan terhadap dirinya sendiri, orang lain ataupun lingkungan baik
secara verbal, fisik atau keduanya sehingga menyebabkan kesakitan, penderitaan
dan juga bahaya.
Perilaku kekerasan merupakan situasi dimana tindakan seseorang dapat
menyebabkan cedera tubuh bagi dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan. Ini
juga sering disebut sebagai mudah tersinggung atau marah di bawah tekanan
seseorang, marah merupakan respons atas gerak yang tidak terkendali (Arisandy &
Juniarti, 2020). Perilaku kekerasan dapat berupa umpatan, ancaman atau serangan
verbal, perilaku yang bisa mencederai diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.(Muliani et al., 2019)
2. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan :
a. Asertif : Emosi yang diungkapkan tanda mencederai orang lain
b. Frustasi : Gagal dalam mencapai apa yang diinginkan sebab terdapat
hambatan atau tidak terwujud
c. Pasif : Kelanjutan respon yang mana klien tidak mampu mengekspresikan atau
mengungkapkan perasaan yang dirasakannya
d. Agresif : Perilaku merusak atau destruktif yang masih dapat dikontrol
e. Amuk : Perilaku merusak atau destruktif yang tidak dapat dikontrol.
(Nurhalimah, 2016)
3. Etiologi
Salah satu penyebab dari klien melakukan tindakan resiko perilaku kekerasan
adalah faktor sosial budaya. Pada umumnya individu akanmarah apabila dirinya
merasa bahaya baik fisik, psikis maupun terhadap konsep diri. Jika seorang individu
dihadapkan dengan penghinaan, kekerasan. kehilangan, terancam, masalah dengan
keluarga atau teman baik permasalahan eksternal maupun internal pada umumnya
individu mengalami peningkatan emosianal.(Kandar & Iswanti, 2019)
Dalam buku SDKI (PPNI, 2017) menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
sebagai berikut :
a. Individu tidak mampu mengendalikan emosi atau marah
b. Stimulus lingkungan
c. Terdapat konflik interpersonal
d. Status mental berubah
e. Penggunaan obat dihentikan atau terputus
f. Penyalahgunaan zat atau alkohol

4. Proses Terjadinya Masalah


Proses terjadinya perilaku kekerasan berawal oleh adanya faktor predisposisi
dan faktor presipitasi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Faktor genetik merupakan hal yang terdapat dalam faktor biologis yaitu
keberadaan anggota keluarga yang selalu menunjukkan perilaku kekerasan
bahkan melakukan perilaku kekerasan, keberadaan anggota keluarga yang
memiliki gangguan atau penyakit mental, memiliki riwayat peyakit atau
cedera kepala, dan riwayat penyalagunaan obat atau NAPZA
2) Faktor Psikologis
Adanya stimulus baik dari eksternal, internal maupun lingkungan dapat
menimbulkan respon psikologis berupa marah. Jika keinginan individu
untuk mencapai sesuatu mengalami hambatan atau bahkan mengalami
kegagalan maka dapat memicu individu tersebut mengalami frustasi.
Pengumpulan frustasi dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Berperilaku
merupakan kebutuhan manusia, jika kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi
melalui perilaku baik atau membina maka yang terjadi perilaku individu itu
merusak.
3) Faktor Sosikultular
Teori lingkungan sosial menyatakan bahwa sikap individu dalam
mengekspresikan amarah dapat dipengaruhioleh lingkungan. Sikap individu
untuk merespon secara tegas atau positif dapat didukung oleh budaya.
Sehingga proses sosialisasi dapat menentukan seseorang melakukan
perilaku kekerasan (Pembelajaran sosial teori)
b. Faktor Presipitasi
Setiap orang itu tidak sama dan unik, hal itu mungkin pemicu stres seorang
individu di dalam dan di luar. Faktor dalam diri individu meliputi hilangnya
hubungan antara orang lain, orang yang dicintai atau bermakna (misalnya putus,
perceraian, kematian), kekhawatiran penyakit fisik, dll. Pada saat yang sama,
faktor diluar individu termasuk serangan fisik, lingkungan yang bising, kritik
mengarah pada penghinaan, dan kekerasan. (Nurhalimah, 2016)
5. Manifestasi Klinis
Menurut Muhith 2015 dalam (Malfasari et al., 2020) tanda dam gejala perilaku
kekerasan meliputi tidak mampu mengontrol emosi, berteriak, menatap dengan
tatapan yang tajam, tampak tegang dan muka merah, mengepalkan tangan, rahang
mengatup dengan kuat, mencederai orang lain/ lingkungan, merusak benda-benda
sekitar, mengancam seseorang baik secara verbal atau fisik
Dalam buku SDKI (PPNI, 2017) menyebutkan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan sebagai berikut :

a. Subjektif
1) Mengancam baik secara lisan maupun fisik
2) Memaki/ mengumpat dengan kata yang tidak pantas
3) Berbicara dengan suara keras
4) Ketus saat diajak bicara
b. Objektif
1) Mencederai dirinya sendiri maupun orang lain
2) Menyerang
3) Membanting barang-barang maupun lingkungan
4) Berperilaku agresif karena tidak bisa mengontrol emosi
5) Menatap dengan tatapan yang tajam
6) Mengepalkan tangan
7) Mengatupkan rahang dengan kuat
8) Postur tubuh tegang
9) Wajah memerah
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Untuk pasien yang menderita gangguan emosi atau kemarahan, seringkali ada
beberapa pengobatan. Penatalaksanaan farmakologis menggunakan obat
antiansietas dan obat penenang hipnotik, seperti lorazepam dan clonazepam,
obat penenang ini sering digunakan untuk menenangkan perlawanan klien. Ada
juga golongan antidepresan yang termasuk dalam golongan obat ini, seperti
amitriptilin dan triazolon. Obat tersebut menghilangkan agresivitas pasien
dengan gangguan jiwa. (Muliani et al., 2019)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Nurhalimah, 2016) penatalaksanaan keperawatan untuk pasien
resiko perilaku kekerasan sebagai berikut :
1) Strategi Pelaksanaan Pasien
a) SP 1 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 1 yaitu tarik nafas dalam
b) SP 2 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 2 yaitu memukul bantal
c) SP 3 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara verbal
d) SP 4 Pasien: Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual
e) SP 5 Pasien : Latih pasien cara mengontrol pasien dengan cara patuh
minum obat
2) Strategi Pelaksanaan Keluarga
a) SP 1 Keluarga: Mendiskusikan masalah yang dirasakan klien dan
keluarga dan menjelaskan cara merawat pasien dengan perilaku
kekerasan
b) SP 2 Keluarga: Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan perilaku kekerasan.
B. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
1) Proses Keperawatan
Dalam proses keperawatan hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan
pengkajian, pengkajian dapat dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung
terhadap klien dan keluarga. Dengan wawancara dan observasi dapat ditemukan
manifestasi klinis dari perilaku kekerasan. Wawancara dapat berupa pertanyaan
berikut :
a. Boleh saya tahu apa penyebab ataukah ada kejadian yang membuat anda
marah?
b. Silahkan ceritakan kepada saya ketika anda marah apa yang andarasakan?
c. Ketika anda marah bagaimana perasaan anda?
d. Ketika anda marah kemudian apa yang anda lakukan?
e. Apa akibat dari cara marah yang anda lakukan?
f. Apa yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau menghentikan saat
anda marah?
g. Apakah terdapat cara lain untuk dapat mengekspresikan kemarahan anda?

Melalui observasi manifestasi klinis yang dapat ditemukan meliputi:


a. Tampak tegang dan wajah memerah
b. Tampak memandang dengan tatapan yang tajam
c. Rahang tampak mengatup dengan kuat
d. Tangan mengepal
e. Bicara kasar dan Ketus
f. Berjalan bolak-balik atau Mondar mandir
g. Berteriak dan Menjerit
h. Mencederai orang lain, lingkungan dan benda
2) Pohon Masalah
Gambar 2 Pohon masalah

Resiko tinggi melukai diri


sendiri, orang lain maupun Effect
lingkungan

Core Problem
Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah


Causa
Sumber: (Nurhalimah, 2016)
3) Diagnosa Keperawatan yang Muncul
a. Perilaku kekerasan
Data subjektif
a) Mengancam orang lain baik secara lisan maupun fisik
b) Mengumpat dengan kata yang tidak pantas
c) Berbicara dengan suara yang keras
d) Ketus saat diajak berbicara
Data Objektif
a) Mencederai dirinya sendiri maupun orang lain
b) Menyerang
c) Membanting barang-barang maupun merusak lingkungan
d) Berperilaku agresif karena tidak bisa mengontrol emosi
e) Menatap dengan tatapan yang tajam
f) Mengepalkan tangan
g) Mengatupkan rahang dengan kuat
h) Postur tubuh tegang
i) Wajah memerah
b. Harga diri rendah
Data Subjektif
a) Penilaian negatif terhadap dirinya sendiri
b) Mengungkapkan perasaan bersalah atau malu
c) Mengatakan tidak dapat melakukan apapun
d) Mengatakan tidak dapat mengatasi masalah
e) Mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan atau hal
positif
f) Menolak penilaian positif yang dikatakan orang lain tentang
dirinya
Data Objektif
a) Tampak menolak untuk mencoba hal baru
b) Tampak menunduk
c) Postur tubuh menunduk
d) Saat berinteraksi kontak mata kurang
e) Tampak tidak mersemangat atau lesu
f) Berperilaku pasif
g) Tampak mencari menguatan secara berlebihan (PPNI,2017)

4) Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 Perilaku kekerasan
Tujuan :
1. Klien bisa mengetahui terhadap perilaku kekerasan yang dialaminya
2. Klien bisa mengendalikan perilaku kekerasan yang dialaminya
3. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
4. Keluarga klien mampu merawat klien saat dirumah dan menjadi
pendukung secara efektif bagi klien
Strategi Pelaksanaan
a. Strategi Pelaksanaan Pasien
1. SP 1 Pasien: Latihan cara mengendalikan emosi dengan cara fisik 1
yaitu tarik nafas dalam :
a) Identifikasi penyebab, manifestasi klinis, perilaku kekerasan
yang dilakukan, akibat, dan cara mengendalikan perilaku
kekerasan
b) Bantu klien mempraktekkan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik 1 yaitu tarik nafas dalam dengan
baik dan benar
c) Anjurkan klien mendokumentasi kegiatan tersebut kedalam
jadwal kegiatan harian klien

2. SP 2 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan


cara fisik 2 yaitu memukul bantal
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien yang telahdiberikan
dihari sebelumnya
b) Latihan mengendalikan emosi atau marah dengan cara
memukul bantal dan bantu klien mempraktekan caratersebut
dengan baik dan benar
c) Anjurkan klien mendokumentasi kegiatan tersebut kedalam
jadwal kegiatan harian klien
3. SP 3 Pasien: Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara verbal:
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien yang telahdiberikan
dihari sebelumnya
b) Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal dan
membantu klien untuk mempraktekkan cara tersebut dengan
baik dan benar
c) Anjurkan klien mendokumentasi kegiatan tersebut kedalam
jadwal kegiatan harian klien
4. SP 4 Pasien: Latih cara mengendalikan emosi atau marah dengan cara
spiritual :
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien yang telahdiberikan
dihari sebelumnya
b) Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan kegiatan
spiritual dan bantu klien mempraktekkan cara tersebut dengan
baik dan benar
c) Anjurkan klien mendokumentasi kegiatan tersebut kedalam
jadwal kegiatan harian klien
5. SP 5 Pasien : Latih pasien cara mengontrol pasien dengan cara patuh
minum obat :
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien yang telahdiberikan
dihari sebelumnya
b) Jelaskan mengendalikan emosi atau perilaku kekerasandengan
cara minum obat
c) Anjurkan klien mendokumentasi kegiatan tersebut kedalam
jadwal kegiatan harian klien
b. Strategi Pelaksanaan Keluarga
1. SP 1 Keluarga: Mendiskusikan masalah yang dirasakan klien dan
keluarga dan menjelaskan cara merawat pasien denganperilaku
kekerasan :
a) Diskusikan apa yang menjadi masalah keluarga klien selama
merawat klien
b) Jelaskan pada keluarga klien mengenai apa itu perilaku
kekerasan, penyebab, manifestasi klinis dan bagaimana proses
terjadinya perilaku kekerasan
c) Jelaskan bagaimana cara merawat klien dengan perilaku
kekerasan saat dirumah
2. SP 2 Keluarga: Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan perilaku kekerasan:
a) Latih keluarga klien cara mewarat klien dengan perilaku
kekerasan
b) Bantu keluarga klien mempraktekkan cara merawat klien secara
langsung dengan baik dan benar
Diagnosa 2 Harga diri rendah
Tujuan :
1. Klien mampu menentukan kemampuan fisik yang dimiliki
2. Klien mampu menilai terhadap kemampuan klien yang dapat
digunakan
3. Klien mampu menetapkan kegiatan sesuai kemampuan
4. Klien mampu melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
dengan baik dan benar
5. Klien mampu mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan
dengan menyusun jadwal harian klien
6. Keluarga klien mampu merawat klien dengan harga diri rendahsaat
dirumah dan menjadi pendukung yang efektif bagi klien
Strategi Pelaksanaan :
a. Strategi Pelaksanaan Pasien :
1. SP 1 : Identifikasi kemampuan positif yang masih dimiliki klien
dan latihan kemampuan positif yang sudah dipilih klien
1) Mengidentifikasi potensi positif yang dimiliki klien misalnya
kemampuan yang dilakukan saat dirumah, dirumah sakit,
dalam keluarga dan lingkungan sekitar klien
2) Bantu klien dalam menilai kemampuan positif yang dapat
dilakukan
3) Bantu klien untuk menetapkan kemampuan positif yangakan
dilatih
4) Latih klien melakukan kemampuan positif yang telah dipilih
klien dengan baik dan benar
5) Berikan pujian secara nyata terhadap setiap potensi yang
mampu dilakukan klien
6) Anjurkan klien untuk mendokumentasikan atau menuliskan
kegiatan yang telah dilakukan pada jadwal kegiatan harian
klien
2. SP 2: Melatih kemampuan positif kedua yang sudah ditentukan klien
dengan baik dan benar
1) Mengevaluasi jadwal harian klien
2) Melatih kemampuan kedua klien dengan baik dan benar
3) Menganjurkan klien untuk mendokumentasikan atau
mencatat kegiatan yang sudah dilakukan ke dalam jadwal
kegiatan harian klien
b. Strategi Pelaksanaan Keluarga
1. SP 1 Keluarga: Diskusikan dengan keluarga klien tentang keadaan
klien
1) Diskusikan kepada keluarga klien tentang masalah atau
hambatan dalam merawat klien dengan harga diri rendah
2) Jelaskan kepada keluarga klien tentang harga diri rendah
yang dialami klien
3) Jelaskan kepada keluarga klien cara merawat klien dengan
harga diri rendah
2. SP 2 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat anggota keluarga
cara merawat klien dengan harga diri rendah
3. SP 3 Keluarga: Bantu keluarga klien menyusun jadwal harian klien
saat dirumah. (Nurhalimah, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Arisandy, W., & Juniarti, A. (2020). PENERAPAN STRATEGI PELAKSANA PADA ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN. Jurnal Ilmiah
Multi Science Kesehatan, 12(2), 103–114.
Kandar, & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien Resiko Perilaku
Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149–156.
https://doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226
Kartika, A., Fathra, A. N., & Yesi, H. (2018). Hubungan Persepsi Perawat Tentang Pasien Perilaku
Kekerasan Dengan Tingkat Kecemasan Perawat Dalam Merawat Pasien Perilaku Kekerasan.
JOM FKp, Vol.5(No.2), 777–786.
Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi, R. (2020). Analisis Tanda dan Gejala Resiko
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1), 65–74.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.478
Muliani, R., Abidin, I., & Adawiyah, R. (2019). PENGARUH EMOTIONAL FREEDOM
TECHNIQUE (EFT) TERHADAP TINGKAT AGRESIFITAS PASIEN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN. Jurnal Keperawatan, 6(2), 9– 16.
Nurhalimah, N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan jiwa (A. A. P. Bangun Asmo
Darmanto (ed.)). Pusdik SDM Kesehatan.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan tindakankeperawatan (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DewanPengurus
Pusat PPNI
Sujarwo, & PH, L. (2019). Studi Fenomenologi : Strategi Pelaksanaan Yang Efektif Untuk
Mengontrol Perilaku Kekerasan Menurut Pasien Di Ruang Rawat Inap Laki Laki. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(1), 29. https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.29-35

Anda mungkin juga menyukai