LAPORAN PKPA Ratulangi
LAPORAN PKPA Ratulangi
LAPORAN PKPA Ratulangi
FARMASI INDUSTRI
di
Disusun oleh:
MULIA RAHMAT, S. FARM` 2129013195
AHMAD ARIEF AFANDI, S. FARM 2129013169
SHEILLA IZATUL FADHILLA, S. FARM 2129013179
ANNISA SRI LESTARI, S. FARM 2129013166
DINDA INDAH LAZUARDI, S. FARM 2129013167
ULFATUN JAZILLA, S. FARM 2129013184
SUCI AULIA MAILANI DARA V, S. FARM 2129013180
SRI WULANDARI, S. FARM 2129013164
SAFUANI, S. FARM 2129013145
MEUTIA MARORA, S. FARM 2129013144
di
di
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan
Disusun Oleh:
kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
RATULANGI. Ada pun Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu syarat
berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan. Oleh karena itu
1. Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan dan Bapak apt. Sumardi, S.Si.,
2. Bapak Dr. apt. Samran, M.Si. selaku Pembimbing I PKPA Industri dan Bapak
apt. Sumardi, S.Si., M.Sc. selaku Pembimbing II PKPA Industri, yang telah
laporan ini
semoga ayahanda dan ibunda sehat selalu dan panjang umur, serta seluruh
keluarga yang telah memberikan cinta, kasih sayang, motivasi dan doa tulus
iv
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
v
RINGKASAN
Praktik Kerja Profesi Apoteker ini di laksanakan dalam upaya mengetahui dan
melihat secara langsung peran, fungsi dan tanggung jawab apoteker di industri
farmasi serta memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di
bagian produksi, pemastian mutu dan pengawasan mutu secara langsung oleh
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
RINGKASAN................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1.2 Tujuan.....................................................................................
1.3 Manfaat...................................................................................
2.2.10 Dokumentasi...............................................................
2.2.11 Kegiatan ahli daya.......................................................
2.2.12 Kualifikasi dan validasi...............................................
2.3 Registrasi Sediaan Farmasi.....................................................
2.3.1 Persyaratan obat yang beredar di indonasia................
2.3.2 Kategori registrasi.......................................................
2.3.3 Masa berlaku izin edar................................................
2.3.4 Dokumentasi registrasi................................................
BAB III TINJAUAN UMUM CV. UKOT RATULANGI............................
3.1 Sejarah....................................................................................
3.2.1 Visi..............................................................................
3.2.2 Misi.............................................................................
3.3.2 Personalia....................................................................
3.8.4 Produksi......................................................................
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................
4.1 Sistem Manajemen Mutu........................................................
4.2 Personalia................................................................................
4.3 Bangunan dan Fasilitas...........................................................
4.4 Peralatan.................................................................................
4.5 Produksi..................................................................................
4.6 Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik......................
4.7 Pengawasan Mutu...................................................................
4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu & Persetujuan Pemasok..........
4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali
Obat dan Obat Kembalian......................................................
4.10 Dokumentasi...........................................................................
4.13 Registrasi................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Obat merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
sedangkan obat tradisional hanya dapat diproduksi oleh industri dan usaha
dibidang obat tradisional, yaitu Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak
Bahan Alam (IEBA), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat
Tradisional (UMOT), Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong (Pawarta,
2017).
Obat Tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang saat ini telah
dengan memanfaatkan obat bahan alam yang tersedia melimpah di tanah air ini
juga berperan dalam tumbuhnya industri baru di bidang obat tradisional maupun
1
meningkatnya peredaran obat tradisional yang berasal dari negara lain.
Kecenderungan kembali ke alam ini didasari alasan umum bahwa obat bahan alam
merupakan bahan yang aman digunakan yang mudah didapat (Rahayu, 2014).
kualitas produk melalui pengolahan produk untuk dikemas menjadi produk jadi.
Sedian farmasi berupa obat tradisional harus memenuhi standar dan atau
produk yang sesuai dengan persyaratan mutu. Untuk itu setiap personil
sebab itu IOT harus bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
tercapainya produk obat tradisional yang sesuai dengan persyaratan mutu yang
obat bahan alam Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai obat tradisional
dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni jamu, obat herbal terstandar dan
keamanan, khasiat/ manfaat dan mutu dari produk yang dihasilkan serta
2
CPOTB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan
untuk menjamin produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan mutu yang
baik, penanganan keluhan terhadap produk penarikan, dan inspeksi diri (BPOM
RI, 2021).
Salah satu aspek dalam CPOTB adalah personalia, yang salah satunya
adalah apoteker yang berperan penting untuk menjamin mutu obat yang
pembinaan terhadap calon apoteker dibidang industri obat tradisional, CV. Ukot
praktek kerja profesi apoteker di CV. Ukot Ratulangi yang berlangsung mulai dari
3
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
Ratulangi
2. Dapat menerapkan hal-hal yang dapat dipelajari pada mata kuliah farmasi
industri
CPOB.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM
kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri
Farmasi harus membuat obat sesuai aturan CPOB agar sesuai dengan tujuan
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh
industri farmasi. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh Izin Industri
Farmasi dari Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah Direktur
5
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak
memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi diperlukan persetujuan prinsip. Tata cara
paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan
diterima.
5. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu
6. Pemohon izin industri farmasi dengan status Penanaman Modal Asing atau
6
modal, wajib mengajukan permohonan persetujuan prinsip sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini (Ditjen Binfar dan Alkes RI,
2011).
setempat.
d. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
persyaratan CPOB.
7
e. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
8
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Permenkes RI Nomor
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
3. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
a. Persetujuan Prinsip
peraturan perundangan yang berlaku (Ditjen Binfar dan Alkes RI, 2011).
Indonesia 34 Tahun 2018, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara
pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan
9
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu dan audit &
yang telah ditetapkan. Setiap tahap kritis dalam pembuatan, pengawasan proses
dan sarana penunjang serta perubahan yang signifikan divalidasi. Prosedur dan
instruksi ditulis dengan bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan
manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang menunjukkan bahwa
semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan
benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai
terhadap mutu obat. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat
mutu diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan
Manajemen mutu diperlukan untuk penjaminan mutu obat tradisionl yang tidak
10
i. Dibangun sejak awal kedalam produk tersebut; mutu obat
ii. dipantau dengan cermat agar obat tradsional yang dihasilkan dapat
puncak hendaklah menentukan kebijakan mutu (termasuk visi dan misi) dan
pelulusan akhir produkn jadi yang tercantum secara jelas dalam uraian tugas
11
ii. bertanggung jawab terhadap program baik inspeksi diri maupun inspeksi
internal
iv. melakukan evaluasi terhadap materi pelatihan karyawan yang terkait dengan
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu sesuai
ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan
2.2.2 Personalia
12
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas
spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah
yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan
ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu, yang berarti seluruh personil
kunci harus selalu hadir dalam menjalankan tugas kefarmasiannya. Kepala bagian
Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian
13
tanggung jawabnya. Selama melaksanakan tugasnya semua catatan tentang nama,
alamat, kualifikasi, dan jenis pelayanan yang diberikan oleh konsultan untuk
tingkat higiene perorangan yang tinggi. Tiap personil yang mengidap penyakit
atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah
dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses,
dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi
melaporkan kepada atasan langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan atau personil)
persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antar dan
produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian
dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu, perlu
makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan
di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium, area gudang, dan
desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan
14
dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan
bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan
hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta
15
Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:
penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan
pengiriman produk, dan laboratorium pengawasan mutu (Badan POM RI, 2018).
≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm
Kelas
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 2.900
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000
D 3.520.000 29.000 Tidak Tidak
ditetapkan ditetapkan
E 3.520.000 29.000 Tidak Tidak
ditetapkan ditetapkan
dari area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti
pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah
yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan
mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari area
produksi. Apabila suku cadang, asesori mesin dan perkakas bengkel disimpan di
16
area produksi, hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk
2.2.4 Peralatan
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yang umumnya
produk jadi tidak boleh bereaksi, mengadisi atau mengasorbsi, yang dapat
atau pendingin tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang diolah
17
g. Tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat
h. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi tidak boleh melepaskan
2.2.5 Produksi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (Badan POM RI, 2018).
Selain itu, produksi baiknya dilakukan dan diawasi oleh personil yang
kompeten, mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap
produk akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
seidentik mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah
18
a. Mutu produk obat tidak ditentukan oleh hasil akhir analisa saja, tetapi
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
tanggal daluarsa.
b. Validasi
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Apabila suatu formula pembuatan
bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan
persyaratan mutu.
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Risiko kontaminasi silang ini dapat
timbul akibat tidak terkendali debu, gas, uap, aerosol, bahan genetis atau
organisme dari bahan aktif, bahan lain (bahan awal maupun yang sedang
19
diproses), dan produk yang sedang diproses, residu yang tertinggal pada alat, dan
pakaian kerja serta kulit operator. untuk mengendalikan risiko kontaminasi silang
Tindakan teknis:
2. Area produksi terkungkung dengan alat pengolahan dan sistem tata udara
yang terpisah. Isolasi sarana penunjang tertentu dari yang digunakan di area
dan pembersihan
antar peralatan
pengungkungan
ekstraksi di tempat
20
10. Penggunaan penyangga udara dan pengaturan perbedaan tekanan yang tepat
pemasukan kembali udara yang tidak ditangani atau penanganan yang tidak
memadai
efektivitasnya
Tindakan Terorganisasi:
lebih tinggi
yang tidak kontak dengan produk dan pemantauan udara di dalam area
21
5. Tindakan khusus untuk penanganan limbah, air bilasan yang terkontaminasi
prosedur
Sistem ini menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan tujuan untuk
memastikan tiap bets/lots produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat
diidentifikasi.
dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan
produk antara dan produk ruahan termasuk bahan tambahan yang telah diserahkan
sebelumnya ke produksi. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan
produk ruahan yang telah diluluskan oleh pengawasan mutu dan masih belum
22
f. Pengembalian
antara dan ruahan diberi label. Proses kritis hendaklah divalidasi. Untuk sistem
h. Kegiatan Pengemasan
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua
pengemasan bets.
a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk diperiksa pada saat
23
memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam
ditentukan.
Industri farmasi atau pemilik Izin Edar hendaklah melapor kepada otoritas
terkait dalam waktu yang tepat, setiap kendala dalam kegiatan pembuatan yang
dimaksud adalah Kementerian Kesehatan dan Badan POM (Badan POM RI,
2018).
kegiatan dan manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini
jawab bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan
produk jadi dari industri farmasi ke distributor. Jika gudang industri farmasi
24
farmasi juga menerapkan dan memenuhi pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB).
kegiatan proses distribusi. Untuk menjaga mutu awal obat, semua kegiatan dalam
dan CDOB.
relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan
produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya
dinilai memuaskan.
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu
25
2. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan
diinvestigasi
5. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau Persetujuan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
7. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang
pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel produk jadi disimpan
26
a. Personalia
e. Peralatan
g. Pengawasan mutu
h. Dokumentasi
m. Penanganan keluhan
n. Pengawasan label
minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis
dalam prosedur inspeksi diri. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat, laporan
hendaklah mencakup:
27
a. Semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan bila
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak (Badan POM RI, 2018).
jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang
dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan. Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui
untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan
pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara teratur (Badan POM
RI, 2018).
28
keluhan termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan
obat termasuk obat uji klinik dari jalur distribusi secara efektif.
dinilai untuk menetapkan apakah terjadi cacat mutu atau masalah lain.
c. Karena tidak semua keluhan yang diterima diakibatkan oleh cacat mutu,
dari suatu bets obat dalam rangka investigasi dugaan efek samping yang
dilaporkan.
dan catatan distribusi bets (khususnya untuk produk yang tidak tahan
29
3. Kebutuhan untuk meminta sampel atau produk cacat yang dikembalikan
yang memadai.
a. Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang jika perlu dikaji dan dimutakhirkan
pengurangan-risiko lain.
b. Setelah produk diedarkan, pengembalian apa pun dari jalur distribusi sebagai
akibat dari cacat mutu hendaklah dianggap dan dikelola sebagai penarikan.
30
produk dari jalur distribusi untuk memfasilitasi investigasi terhadap
penarikan mungkin perlu dimulai sebelum menetapkan akar masalah dan luas
nomor fax pada saat jam kerja dan di luar jam kerja, nomor bets dan jumlah
diekspor.
e. Dalam hal obat untuk uji klinik, semua lokasi dan negara tujuan uji klinis
hendaklah diidentifikasi. Obat untuk uji klinik yang telah memiliki izin edar,
memberitahukan pemilik izin edar tentang setiap cacat mutu yang terkait obat
masyarakat dan setiap dampak yang mungkin terjadi dari tindakan penarikan
31
yang diajukan. Otoritas pengawas obat hendaklah diberitahukan apabila tidak
ada tindakan penarikan yang diusulkan untuk bets yang cacat karena bets
jika produk akan ditarik. Untuk masalah yang sangat serius (misalnya produk
i. Produk yang ditarik hendaklah diberi identitas dan disimpan terpisah di area
Disposisi formal dari semua bets yang ditarik hendaklah dibuat dan
didokumentasikan.
32
k. Efektivitas penyelenggaraan penarikan hendaklah dievaluasi secara berkala
Evaluasi tersebut hendaklah diperluas baik dalam hari kerja maupun di luar
dan dijustifikasi.
mengurangi risiko yang terjadi akibat cacat mutu. Tindakan tersebut dapat
profesional terkait penggunaan bets yang berpotensi cacat. Hal ini hendaklah
2.2.10 Dokumentasi
Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan
catatan/laporan.
a. Spesifikasi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
33
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Hendaklah tersedia spesifikasi
bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi yang disahkan dengan benar dan
diberi tanggal, spesifikasi produk antara dan produk ruahan, spesifikasi produk
jadi.
b. Dokumen Produksi
dan sistem komputerisasi (jika ada) yang akan digunakan dan menjelaskan
c. Prosedur
d. Protokol
Protokol meliputi kualifikasi, validasi, uji stabilitas, dan lain lain yang
tertentu.
e. Perjanjian Teknis
34
1. Penerimaan
untuk tiap pengiriman bahan awal, bahan pengemas primer dan bahan pengemas
c. Tanggal penerimaan
dan penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan bahan lain, sesuai keperluan.
2. Pengambilan Sampel
mencakup personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode dan alat
yang harus digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan
3. Pengujian
35
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengujian bahan dan produk
yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang
yang secara jelas menentukan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak
pengaturan untuk kegiatan alih daya termasuk usulan perubahan teknis harus
sesuai dengan peraturan regulasi dan izin edar yang disetujui oleh kedua belah
pihak.
daya
secara benar sesuai peraturan yang berlaku dan Izin Edar produk terkait
36
c. Tidak boleh mengalihkan pekerjaan apa pun yang dipercayakan sesuai
d. Tidak boleh melakukan perubahan apa pun, di luar kontrak, yang dapat
berpengaruh buruk pada mutu produk alih daya dari Pemberi Kontrak.
kegiatan yang dilakukan melalui kualifikasi dan validasi sepanjang siklus hidup
peralatan, sarana penunjang, dan proses, yang dapat memengaruhi mutu produk,
hendaklah didokumentasikan secara formal dan dampak pada status validasi atau
Sistem Komputerisasi.
secara jelas dan didokumentasikan dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau
dokumen lain yang setara. Spesifikasi kebutuhan pengguna adalah suatu dokumen
farmasi.
37
1. Kualifikasi Desain
atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangunan) sesuai
dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) yang berlaku. Jadi kualifikasi desain dilaksanakan
2. Kualifikasi Instalasi
yang diinstalasi atau dipasang sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada
dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi peralatan produksi atau sarana
penunjang.
3. Kualifikasi Operasional.
instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan digunakan
4. Kualifikasi Kinerja.
38
Pelaksanaan kualifikasi harus dilakukan secara berurutan dan
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
2018).
1. Validasi Proses
ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang
untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu
prosedur produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi (Batch
a. Validasi Konkuren
rutin produk untuk dijual yang oleh suatu hal belum dilakukan validasi
39
prospektif. Produk yang tidak divalidasi secara prospektif, karena hal tertentu
seperti:
Validasi proses ini adalah validasi yang dilakukan terhadap sejumlah bets
Pada umumnya, minimal produk tiga bets berturut-turut dalam kondisi rutin.
Validasi proses ini adalah validasi yang dilakukan terhadap produk yang
d. Pendekatan Hibrida
pemahaman yang tinggi mengenai produk dan proses yang diperoleh dari
3. Verifikasi Transportasi
40
Ruang lingkup berupa obat jadi, obat uji klinik, produk ruahan dan sampel.
4. Validasi Pengemasan
kemasan yang benar (strip, blister, sachet dan bahan pengemas steril).
Adalah konfirmasi mutu dari uap air, air, udara, gas dan lain-lain.
a. Uji identifikasi
d. Uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau
Metode analisis lain, seperti uji disolusi untuk obat atau penentuan ukuran
partikel untuk bahan aktif obat, hendaklah juga divalidasi (Badan POM RI, 2018).
a. Akurasi.
b. Presisi.
c. Ripitabilitas.
d. Intermediate precision.
e. Spesivisitas.
f. Batas deteksi.
41
g. Batas kuantitasi.
h. Linearitas.
i. Rentang.
7. Validasi Pembersihan
membersihkan sisa bahan aktif obat dan deterjen yang digunakan untuk proses
pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba pada tingkat yang
dapat diterima.
8. Pengendalian Perubahan
obat sebelum diedarkan. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi Obat
a. Obat yang akan diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Edar.
2017).
a. Registrasi Baru;
42
Registrasi Baru adalah Registrasi untuk Obat yang belum mendapatkan
b. Registrasi Variasi;
khasiat, keamanan, mutu, dan/atau Informasi Produk dan Label Obat yang
dan/atau mutu Obat, serta tidak mengubah informasi pada Izin Edar
c. Registrasi Ulang.
a. Izin edar dan persetujuan khusus ekspor berlaku paling lama 5 (lima)
b. Dalam hal izin edar tidak diregistrasi ulang, obat tidak dapat diproduksi
kembali.
43
c. Dikecualikan dari ketentuan, untuk registrasi obat berdasarkan perjanjian/
penunjukan dengan masa kerja sama kurang dari 5 (lima) tahun, masa
berlaku izin edar sesuai dengan masa berlaku kerja sama dalam dokumen
perjanjian.
d. Obat yang telah habis masa berlaku Izin Edarnya dapat diperpanjang
Obat yang mendapat izin edar harus mendapat kriteria sebagai berikut :
melalui uji nonklinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan
c. Informasi Produk dan Label berisi informasi lengkap, objektif dan tidak
dan aman
44
c. Bagian III : dokumen nonklinik.
hanya untuk keperluan evaluasi oleh yang berwenang (Menkes RI, 2017).
45
BAB III
TINJAUAN UMUM CV. UKOT RATULANGI
3.1 Sejarah
Ratulangi didirikan pada tahun 1998 oleh Dr. Samran, M.Si., Apt. di Jalan
Melinjo III No. 18 Medan. Mulai beroperasi dengan nama awal PJ. Ratulangi
Pada tahun 1999, PJ. Ratulangi berpindah lokasi ke sebuah ruko yang
berada di Jalan Karya Wisata. Lalu, pada tahun 2002, PJ. Ratulangi pindah untuk
Pada tahun 2013, dikarenakan regulasi sekarang ini PJ. Ratulangi berubah
nama menjadi CV. UKOT Ratulangi sesuai dengan akte Pendirian No. 11 tanggal
tanpa pinjaman dari Bank. Walaupun pertumbuhan lambat tetapi pasti dan terus
3.2.1 Visi
Menjadi Usaha Kecil Obat Tradisional yang aman dan bermutu dengan
menerapkan CPOTB secara konsisten berbasis bahan alam dan kearifan budaya
lokal.
3.2.2 Misi
46
3.3 Tinjauan Khusus CV. Ukot Ratulangi
3.3.1 Lokasi Sarana Produksi
A. Lokasi
apabila listrik dari PLN terputus digunakan generator. Sumber air berasal dari air
pompa dan air PAM. Untuk keperluan produksi digunakan air PAM yang telah
diolah menjadi air mineral, dan kuades. Air sumur digunakan untuk pencucian
alat, mandi dan bila air PAM mengalami kerusakan dapat digunakan air sumur
yang telah mengalami tiga kali penyaringan. Bangunan penunjang lainnya terdiri
B. Sarana Produksi
gudang bahan baku, gudang bahan kemasan, ruang kemas sekunder dan gudang
obat jadi, dibuat sedemikian rupa sesuai dengan CPOTB. Ruang produksi CV.
Ratulangi terdiri atas lantai, dinding, dan langit-langit serta sistem penyaluran
udara.
1. Lantai
47
Lantai ruang produksi tablet, kapsul, dan sirup, terbuat dari beton yang
2. Dinding
Dinding ruang terbuat dari beton, yang dilapisi dengan epoksi dan sebagian
dilapisi dengan akrilik, sehingga permukaan dinding menjadi licin, rata kedap
kecil.
3. Langit-langit
Langit-langit ruang terbuat dari gipsum, yang dilapisi cat akrilik, sehingga
langit-langit menjadi licin dan rata-rata kedap air, mudah dibersihkan, tahan
4. Pengaturan Udara
Aliran udara yang digunakan dalam ruangan produksi adalah Air Handling
Unit (AHU). Suplai udara yang akan disalurkan kedalam ruangan produksi
berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari udara yang disirkulasi kembali
(sebanyak 80%), dan berasal dari udara bebas (sebanyak 20%). Suplai udara
tersebut kemudian melewati filter yang terdapat didalam Filter House yang
terdiri dari Prefilter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35% dan
Cooling Coil, evaporator yang akan menurunkan suhu (T) dan kelembaban
48
Pressure Fan (Blower) kedalam ruang produksi melalui ducting (saluran
udara). Jumlah udara yang masuk ke dalam ruang produksi diatur dengan
Kecepatan pertukaran udara dalam ruangan produksi 20 kali per jam dan
3.3.2 Personalia
personil yang memiliki ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya, terampil dan
terlatih, disiplin, jujur dan mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi akan
CPOTB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
diproses dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
49
sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan
harus dibentuk kedalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal,
2. Kapsul keras
4. Semi solid
5. Cairan oral
2. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
50
4. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana
yang tersedia.
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
peredaran.
pengawasan selama proses atau yang disebut dengan In Proces Control baik
terhadap produk antara maupun produk ruahan dari tiap tahap produksi. Bagian
ruahan yang sedang diperiksa, apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah
51
ditetapkan diberi label merah dan tidak boleh diteruskan sebelum persyaratan
yang ditentukan atau bahan tersebut akan dimusnahkan jika tidak memungkinkan
untuk diproses ulang. Sedangkan produk yang diperiksa atau yang berstatus
karantina diberi label kuning, dan jika lulus dari pemeriksaan akan diberi label
Tugas dan fungsi bagian produksi CV. UKOT RATULANGI antara lain
sebagai berikut:
1. Melaksanakan pembuatan obat sesuai dengan process order (PO), mulai dari
sampai pengiriman obat ke gudang obat jadi sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan.
kegiatan produksi ataupun yang memasuki area produksi harus memakai pakaian
bersih, penutup kepala, mulut, alas kaki khusus dan sarung tangan.
Sasaran utama yang harus dicapai oleh bagian produksi antara lain:
52
Sebelum proses berlangsung ada beberapa hal yang perlu dipersiapan yang
agar produksi dapat berjalan lancar dan menghasilkan suatu produk sesuai dengan
yang diharapkan.
produksi dan juga tidak ada sisa produk, label dari produk sebelumnya di
ruang produksi.
3. Suhu dan kelembaban serta tekanan ruangan produksi telah sesuai dengan
kualifikasi ruangan.
4. Area produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup
5. Pelaksana produksi harus memberi label dan status yang jelas pada produk
yang bertujuan untuk dokumentasi, sehingga jika terjadi kekeliruan atau kesalahan
pada proses produksi, maka segera diketahui pada proses mana kesalahan terebut
diperlukan dalam mengerjakan suatu bets sediaan. Laporan ini dibuat dan
53
ditandatangani oleh petugas yang melaksanakan tahapan proses produksi. Selama
yang disebut dengan In Proces Control (IPC) baik terhadap produk antara
maupun produk ruahan dari tiap tahap produksi. Bagian pengawasan mutu akan
pemeriksaan produk antara maupun produk ruahan yang sedang diperiksa, diberi
label kuning, dan jika lulus pemeriksaan diberi label hijau, sehingga dapat
telah ditetapkan diberi label merah dan tidak boleh diteruskan sebelum
persyaratan yang ditentukan atau bahan tersebut akan dimusnahkan jika tidak
memungkinkan untuk diproses ulang. Setelah tahap pengemasan selesai, obat jadi
mutu untuk dilakukan Finished Pack Analysis. Obat jadi yang lulus pemeriksaan
pencampuran bahan, mesin pengisi kapsul dan oven. Pada produksi kapsul perlu
25ºC. Hal-hal yang diperiksa selama produksi adalah keseragaman bobot, kadar
Untuk liquida memproduksi sedian bentuk cair seperti suspensi dan sirup.
Unit ini dilengkapi dengan mesin pencampuran dan mesin pengisi obat kedalam
54
wadah. Hal-hal yang diperiksa selama poduksi adalah pH, Berat Jenis (BJ)
kebocoran wadah.
stabilitas obat jadi. Kondisi penyimpanan yang cocok dan tanggal kadarluarsa.
1. Jumlah contoh dan jadwal pengujian berdasarkan sifat zat yang diuji.
2. Kondisi penyimpanan.
5. Pada obat jadi untuk rekonstitusi, pengujian stabilitas dilakukan sebelum dan
sesudah rekonstitusi.
55
3. Memeriksa semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan selama
sebelum didistribusi.
bahwa tiap obat mengandung bahan dengan mutu yang benar dan jumlah yang
lain:
a. Moisture Analysis
c. PH Meter 2 unit
d. Viskometer
e. Rotarym Evaporator
Sampah dan sisa bahan laboratorium QC dibuang pada tempat yang sudah
disediakan. Bahan beracun dan bahan yang mudah terbakar disimpan pada tempat
khusus dan tempat terpisah. Limbah yang dihasilkan dari bagian QC dibuang ke
QC terdiri dari Apoteker dan analisis yang terdidik, terlatih serta berpengalaman
jas laboratorium, masker dan sarung tangan yang diperlukan untuk tugasnya.
56
untuk pengoperasian, dan peralatan serta dilekatkan pada dinding yang berdekatan
keadaan peralatan apakah berfungsi baik atau tidak. Tanggal dan waktu kalibrasi
pembuatan yang tertulis dan setiap pereaksi diberi label yang sesuai seperti
dengan memperhatikan fasilitas dan peralatan yang ada. Spesifikasi dan prosedur
pengujian untuk setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi
masing-masing bahan atau produk dan diperiksa oleh supervisor. Catatan analisa
meliputi:
57
1. Nama dan nomor bets
4. Perhitungan dalam unit ukuran, rumus yang digunakan dan range yang
diperbolehkan
7. Nama pemasok, jumlah keseluruhan dan jumlah bahan awal yang diterima
Untuk pertinggal diberi identitas yang jelas, mewakili tiap bets bahan baku
yang diterima dan obat jadi dalam kemasan lengkap disimpan dalam jangka waktu
tertentu (sampai batas waktu kadaluarsa plus 1 tahun) dengan kondisi yang sesuai
dengan label penandaan yang jelas. Jumlah sampel pertinggal adalah minimal
58
Spesifikasi ditetapkan sendiri oleh pabrik yang telah memenuhi
persyaratan yang ada dalam farmakope dan senantiasa direvisi secara rutin.
Spesifikasi dibuat dalam bentuk dokumen dan disimpan tersendiri yang meliputi:
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sebagian kecil dari bets yang ada.
Sampel yang diambil hendaklah mewakili bets yang ada dan berdasarkan prosedur
tetap yang telah dibuat. Jumlah sampel yang diambil mengikuti rumus √ n + 1.
Sampel bahan awal, produk antara, diambil secara acak mewakili tiap
wadah dengan menggunakan peralatan yang sesuai yang diambil pada proses
awal, tengah dan akhir. Pengambilan sampel dilakukan dengan tepat untuk
mencegah kontaminasi silang. Wadah untuk bahan sampel diberi label yang
menunjukkan isi wadah, nomor bets, tanggal pengambilan dan tanda bahwa
sampel telah diambil dari wadah tersebut, Pengambilan sampel bahan baku
dilakukan pada tempat yang bersih, dan dilakukan pemeriksaan awal terlebih
Bahan baku yang akan diuji telah dilengkapi dengan sertifikat analisis dari
produsen atau supplier, bahan pengemas dilihat dari segi fisiknya. Pengawasan
pada kemasan diperiksa oleh IPC sebelum kegiatan pengemasan berjalan, selama
proses berlangsung, dan pada produk akhir yang sudah dikemas. Untuk menjamin
keseragaman bets, sampel diambil mewakili setiap bets produk antara dan produk
ruahan untuk diuji identitas, kekuatan, kemurnian dan kualitasnya. Produk antara
59
dan produk ruahan yang ditolak diberi penandaan dan diawasi dengan sistem
karantina.
dilakukan pengolahan ulang, maka prosedur tersebut harus diperiksa dan disetujui
oleh bagian QA. Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
yang telah diuji dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan diberi label
“DILULUSKAN”
Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi telah
ditetapkan batas waktu penyimpanannya. Jika obat telah melewati batas waktu
tanggal pengujian ulang. Jika masih memenuhi syarat maka bahan diberi label
“DILULUSKAN”.
Pemastian mutu merupakan suatu konsep luas yang mencakup semua hal
baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari
obat yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang
dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan mutu
60
2. Memastikan proses pemeriksaan sudah dilakukan dengan metode analisa
perusahaan.
keputusan serta tindakan atas hasil penilaian, bila perlu bekerja sama
pelayanan.
14. Bertanggung jawab dalam pelulusan atau penolakan obat jadi sesuai protap
terkait.
3.8.4 Produksi
dan gudang obat jadi, dibuat sedemikian rupa sehingga waktu yang dibutuhkan
pengemasan, obat jadi dari ruang karantina ke gudang obat jadi relatif singkat dan
61
tidak melalui ruang produksi lainnya sehingga kemungkinan terjadinya
3.8.5 Gudang
bahan baku, kemasan, dan sediaan jadi. Gudang melaksanakan penyimpanan dan
pengeluaran bahan baku, sediaan jadi dan kemasan dengan memakai prinsip FIFO
(First In First Out) maupun FEFO (First Expired First Out). Gudang terbagi 3
yaitu gudang bahan baku, gudang sediaan jadi dan gudang kemasan yang dibuat
4. Bon faktur ditanda tangani oleh kepala gudang, lalu diserahkan ke kasir
5. Bahan baku yang masuk tersebut langsung dibuat Bukti Barang Masuk
(BBM).
belum diperiksa atau dalam tahap pemeriksaan diberi label karantina. Label
karantina diberi warna kuning berisi nama barang, jumlah, nomor bets tanggal
diterima, unit penerimaan dan tanda tangan. Barang yang diluluskan diberi label
“diluluskan” berwarna hijau, serta berisi nama barang, tanggal diterima, jumlah,
62
pembuat atau penyalur nomor bets asal dan data yang diisi oleh unit Quality
Control (QC) (tanggal tes, nomor lot, tanda tangan dan tanggal kadaluarsa),
barang yang diambil sampelnya untuk dilakukan pemeriksaan maka diberi label
berwarna putih, sedangkan barang yang ditolak diberi label “ditolak” yang
berwarna merah dan berisi nama barang, jumlah, nomor bets, tanggal diterima,
Bahan baku atau kemasan dianalisis oleh unit Quality Control (QC)
setelah menerima Surat Pengiriman contoh bahan baku atau kemasan. Unit ini
kemasan berdasarkan hasil analisis. Bahan baku atau kemasan yang diluluskan
oleh unit Quality Control (QC) akan diberi label hijau (di luluskan) ditempel di
atas label kuning (karantina) dan ditempatkan di area penyimpanan. Bahan baku
atau kemasan yang ditolak oleh unit Quality Control (QC) akan merobek label
menempatkannya diarea ditolak. Khusus bahan baku dan kemasan yang ditolak,
unit Quality Control (QC) harus membuat surat penolakan kepada pemasok
atau persyaratan selanjutnya disimpan di gudang obat jadi atau bahan baku dan
jenis bahan baku, sedangkan untuk bahan baku cair disimpan terpisah. Untuk
dalam pengambilan maupun penyusunannya. Bahan baku dan kemasan yang tidak
63
tahan pada suhu kamar, disimpan pada ruangan khusus yang dilengkapi dengan
AC.
Masuknya obat jadi atau sediaan jadi digudang obat jadi diserahkan oleh
kepala limit kemasan sekunder kepada kepala gudang obat jadi, kemudian kepala
gudang obat jadi membuat surat Bukti Penyerahan Hasil Produksi (BPHP) yang
menerangkan nama obat jadi, kemasan, jumlah, nomor bets yang ditanda tangani
oleh kepala gudang obat jadi. Penyimpanan sediaan jadi berdasarkan bentuk
masing-masing kepala gudang membuat laporan masuk atau keluar bahan baku,
3.8.6 Limbah
1. Limbah cair
Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi dan air cucian
pencemaran lingkungan. Untuk itu limbah cair tersebut perlu diolah lebih lanjut
2. Limbah Udara
Pencemaran udara adalah masuknya gas dan senyawa asing kedalam udara
bahan kimia/reagensia
64
Pembakaran zat padat
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah udara adalah kualitas
udara didalam dan diluar lingkungan pabrik, meliputi kadar NH 2, SO2, CO,
NO2, TSP.
65
BAB IV
PEMBAHASAN
Indonesia Tahun 2015 Jilid I, II dan III tentang Pentunjuk Penerapan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik untuk usaha di bidang obat tradisional
agar mutu obat yang dihasilkan selalu konsisten sesuai dengan persyaratan dan
CPOTB untuk seluruh produk atau bentuk sediaan yang dihasilkan dengan
pemilihan standar bahan baku yang digunakan berdasarkan persyaratan yang lebih
ketat. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh aspek yang tertuang di dalam CPOTB
pedoman CPOTB 2015 untuk menjamin khasiat, keamanan dan mutu produknya.
Hal tersebut dapat dilihat dari adanya pemisahan kewenangan peran dan tanggung
jawab departemen pemastian mutu (QC) dan penjamin mutu (QA). Departemen
dan pengujian seluruh bahan awal yang akan digunakan dalam produksi,
melakukan pengawasan selama proses produksi dan pengujian obat jadi. Salah
66
penyimpangan saat proses produksi. Salah satu penyimpangan yang terjadi dapat
berupa kadar yang tidak sesuai pada saat pengujian. Selain itu, fungsi dan tugas
departemen QC adalah dapat mengubah dan memenuhi kualitas dari suatu produk
yang dapat menjamin mutu obat yang dihasilkan agar sesuai dengan persyaratan
mutu obat yang telah ditetapkan, serta memastikan seluruh kegiatan yang terlibat
obat mulai dari rencana design industri (R&D), pembelian bahan dari pemasok
yang telah terpilih, proses produksi hingga distribusi obat jadi. Departemen QA
pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi
konsumen.
4. Pengendalian perubahan
5. Melaksanakan validasi
67
10. Penanganan keluhan, penarikan kembali obat jadi dan penanganan obat
kembalian.
4.2 Personalia
didukung oleh personil yang terkualifikasi yang ada disetiap departemen dengan
pembagian tanggung jawab yang adil dan sesuai kapasitasnya. CV. UKOT
dan QC dipimpin oleh manager yang berbeda serta tidak saling bertanggung
jawab satu dengan yang lain. Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, CV.
dilaksanakan pada awal masuk, tetapi secara berkala yang wajib diikuti oleh
diambil Medan dibidang personalia adalah dengan cara mengirim pimpinan atau
68
Bangunan dan fasilitas yang terdapat di CV. UKOT RATULANGI
memiliki desain, ukuran, dan konstruksi serta letak strategis yang sesuai dengan
kebutuhan produksi dan bentuk sediaan yang dibuat. Kondisi bangunan dan
masing-masing dirancang untuk setiap satu proses dan produk, agar kerja lebih
efisien setiap ruangan produksi memiliki alat magnehelik yang berfungsi sebagai
pengatur tekanan udara untuk mencegah kontaminasi silang. Desain dari dinding
perawatan.
Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu dibuat kedap air, tidak
metode pembersihan dan bahan pembersih, maka lantai dilapisi dengan cat epoksi.
Lantai epoksi yang digunakan dalam bangunan merupakan lantai kedap air dan
digunakan sebagai pencegahan dari rembesan air tanah. Lantai tersebut harus
dijaga supaya tidak tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya dan
dapat menjadi tempat akumulasi debu serta kotoran. Upaya yang dilakukan untuk
menghindari kerusakan pada lantai antara lain dengan penggunaan sepatu khusus
dengan baik pada bangunan dan fasilitas agar tidak mengakibatkan dampak yang
69
merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama
untuk mencegah kontaminasi silang antar ruangan. Rancang bangun dan tata letak
untuk mencegah kontaminasi silang atau ruangan. Rancang bangun dan tata letak
tekanan udara yang tepat dalam daerah proses atau menggunakan sistem
beberapa akses keluar masuk yang ketat dari gudang ke bangunan produksi.
dan tipe material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Setiap bangunan
laboratorium, gudang, area perkantoran terawat dengan baik dan senantiasa dalam
keadaan rapi dan bersih. Seluruh bangunan dilengkapi dengan peralatan dan
lingkungan sekitar.
70
Sarana pendukung yang terdapat di CV. UKOT RATULANGI antara lain:
ruang istirahat, mushola, dan kantin yang terletak terpisah dengan area produksi
dan laboratorium pengawasan mutu. Terdapat pula ruang loker untuk karyawan
pria dan wanita untuk menyimpan barang-barang, dan gowning room untuk
mengganti pakaian kerja dan membersihkan diri. Toilet juga disediakan dalam
jumlah yang cukup dan mudah diakses serta tidak berhubungan langsung dengan
area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung
4.4 Peralatan
terkualifikasi dengan tepat untuk menjamin mutu obat, dan untuk memudahkan
silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yang umumnya berdampak
buruk pada mutu produk. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung dengan
bahan awal, produk antara atau produk jadi terbuat dari stainless steel sehingga
serta log book untuk kalibrasi dan pemakaian alat. Peralatan-peralatan tersebut
perbaikan. Seluruh peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi
71
kualifikasi operasional (OQ), dan kualifikasi kinerja (PQ). Cara kualifikasi di CV.
dan prosedur tetap kalibrasi. Tiap peralatan utama diberi nomor identifikasi.
Nomor tersebut dipakai pada semua instruksi kerja dan pada catatan pengolahan
dan pengemasan bets yang menunjukkan bahwa alat tersebut digunakan pada
proses tertentu.
bahwa jadwal kalibrasi peralatan tersebut masih berlaku, sehingga hasil yang
yang digunakan untuk proses produksi obat tradisional, sebelum digunakan harus
dipastikan terlebih dahulu bahwa alat tersebut telah dibersihkan sebelumnya dan
telah diberi label “BERSIH”. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi
alat yang dirinci dalam prosedur tetap. Tiap peralatan yang digunakan selalu
atau sistem yang diakses “password” harus dalam keadaan terkunci ketika
cuci tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja
72
karyawan. Bagi karyawan yang hendak ke toilet, maka karyawan tersebut tidak
boleh mengenakan pakaian dan sepatu pabrik. Semua peralatan yang digunakan,
dibersihkan menurut prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih. Sebelum dipakai, kebersihannya harus selalu diperiksa
ulang. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang)
Dalam tiap ruang produksi dapat terdapat satu atau dua peralatan yang
a. Ruang Penimbangan
b. Ruang Oven
g. Ruang Pengemasan
4.5 Produksi
prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOTB 2015 yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin
edar (registrasi).
73
penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,
penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan yang tersisa dicatat. Catatan ini berisi
keterangan mengenai pasokan, nomor batch atau lot, tanggal penerimaan, tanggal
pemeriksaan secara visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya,
pengiriman dan label dari pemasok. Bahan awal yang diterima ini nantinya akan
dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian
pengawasan mutu. Untuk pemasok bahan baku akan sama perlakuannya. Pemasok
bahan baku di CV. UKOT RATULANGI ini berasal dari distributor rempah –
dipisahkan antara ruang bahan baku dan gedung Untuk mencegah pencemaran
silang di ruang produksi ini juga disediakan ruangan penyangga udara dan
bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan diperiksa oleh
kemudian bahan akan diolah dengan mengikuti prosedur yang ada. Bahan yang
telah diolah akan menjadi produk antara, produk ini akan di karantina dan diberi
label sampai diluluskan oleh pengawasan mutu. Setelah diberi label lulus produk
antara akan dibawa ke ruang area staging formula dan penimbahan bahan lalu ke
ruang area produksi lalu ke ruang pencampuran formula lalu ke ruangan pengisian
74
dan pengemasan lalu ke ruang produk antara untuk di beri label dan pengemasan
baik primer, sekunder dan tersier, lalu prodak yang sudah jadi disimpan digudang.
kegiatan dan manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini
jawab bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan
produk jadi dari industri farmasi ke distributor. Jika gudang industri farmasi
farmasi juga menerapkan dan memenuhi pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOTB).
baku obat disimpan didalam gudang bahan baku dan diberi label kuning sebelum
dilakukan uji identifikasi pada sampel, setelah dinyatakan lulus pengujian diberi
label hijau. Bahan kemasan disimpan didalam gudang bahan kemasan diberi label
kuning sebelum dilakukan uji identifikasi pada sampel, setelah dinyatakan lulus
pengujian diberi label hijau. Obat jadi disimpan didalam gudang obat jadi dan
diberi label kuning sebelum sebelum dilakukan pemastian mutu dan diberi label
jumlah stock/ tumpukannya serta obat harus diatasi dengan pallet, karena tidak
75
Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang
kegiatan proses distribusi. Untuk menjaga mutu awal obat, semua kegiatan dalam
dan CDOTB.
jawab atas:
mutu
Bahan baku yang baru datang masuk ke gudang diberi status karantina.
untuk semua bahan aktif dan bahan penolong. Setiap bahan baku yang masuk
harus dilengkapi dengan sertifikat analisa yang akan digunakan sebagai acuan
label released (warna hijau) kemudian disimpan di gudang. Apabila bahan baku
ditolak ditempelkan label rejected (warna merah) dan ditempatkan pada area
76
ditolak yang ada di gudang. Kemudian dikembalikan kepada pemasok. Penolakan
Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk
pada awal, tengah dan akhir proses. Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai
dengan spesifikasinya. Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh
Pengambilan sampel dilakukan pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah
Inspeksi diri dilakukan oleh tim inspeksi diri yang diketuai oleh manager QA.
Inspeksi diri dilakukan terhadap departemen Produksi, R&D, QC, QA, dan
Teknik. Laporan dibuat setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan. Inspeksi yang
1. Personil
5. Peralatan
7. Pengawasan mutu
8. Dokumentasi
77
9. Sanitasi dan higiene
saran tindakan perbaikan. Audit mutu dilakukan oleh badan POM. Audit ini
Efek Samping Obat (ESO) dan menyangkut Keluhan Teknis Kualitas Obat
(KTKO). Penanganan keluhan menjadi tanggung jawab dan dikelola dengan cepat
karena menyangkut nama baik perusahaan. Semua keluhan harus diselidiki dan
dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai dengan cara penyelesaian yang
sebaik mungkin. Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar
perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal semua pihak yang
perusahaan dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/
78
Tindak lanjut dari keluhan dapat berupa penggantian produk atau
penarikan produk. Penarikan kembali obat dilakukan bila ditemukan ada produk
obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya
efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan obat
jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas obat
tidak baik) atau keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan farmasi).
Penarikan kembali obat jadi harus dilakukan segera setelah evaluasi laporan dan
QC. Penarikan obat jadi harus cepat dan tuntas, semua obat yang telah terlanjur
dan pemakai langsung (RS, dokter) diusahakan untuk dapat ditarik kembali.
tersebut ada pada jarigan distribusi dan hasil penyelidikan ini membuat tingkat
embargonya. Tingkat penarikan kembali obat jadi ditentukan berdasarkan luas dan
CV. UKOT RATULANGI melakukan audit kepada distributor yang akan dipilih.
Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu produk CV. UKOT RATULANGI agar
setelah keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya saat sampai ke konsumen.
4.10 Dokumentasi
79
Dokumentasi adalah esensial dalam mengoperasikan suatu industri farmasi
RATULANGI meliputi:
produk jadi)
6. Dokumen registrasi
7. Catatan kalibrasi
a. Dokumen hendaklah dirancang dan dibuat dengan teliti, agar dapat digunakan
berlebihan, dan dijaga agar selalu aktual. Setiap perubahan hendaklah disahkan
80
e. Apabila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan pada dokumen, hendaklah
dikoreksi dengan suatu cara yang tepat sehingga tulisan atau catatan semula
tidak hilang sama sekali dan koreksi itu ditulisdan dicantumkan disamping
f. Jika dokumen memuat instruksi hendaklah ditulis dalam nada perintah serta
disusun dalam langkah yang diberi nomor urut. Instruksi tersebut hendaklah
jelas, tepat, tidak berarti ganda dan ditulis dalam bahasa yang dimengerti oleh
pemakai.
i. Dokumen dan catatan yang berkaitan dengan suatu bets sebagaimana contoh
rujukan obat jadi serta bahan awalnya hendaklah disimpan oleh perusahaan
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan keperluannya dan atau jangka waktu
kontrak tertulis.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab legal dari Penerima
81
1. Pemberi kontrak memiliki kewajiban dalam memastikan, mengawasi dan
kompetensi penerima kontrak agar kegiatan alih daya dapat dengan sukses
terlaksana.
3. Tidak hanya memeriksa kualitas produk dan catatan penerima kontrak saja,
diperlukan.
oleh kepala Pemastian Mutu Penerima kontrak, tetapi juga perlu mengkaji
semua catatan dan hasil kegiatan alih daya dan memastikan bahwa produk
fasilitas atau sistem yang digunakan dalam suatu proses/sistem akan selalu bekerja
sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten serta menghasilkan produk
82
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kualifikasi terdiri atas empat
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Tujuan Kualifikasi Desain (DQ)
atau sarana penunjang yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangun)
sesuai dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB
yang berlaku.
seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan
sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera
83
telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan.
bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang dan difungsikan,
dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang,
diproduksi) tetapi oleh karena satu dan lain hal, belum dilakukan validasi. Terjadi
(cara) pembuatan, spesifikasi bahan baku, cara pengujian, dll yang dapat
validasi dan menyusun protokol validasi untuk produk yang akan divalidasi.
dan didokumentasikan oleh tim validasi. Setiap akhir validasi harus dibuat suatu
4.13 Registrasi
renewal (ulang) dan registrasi variasi. Pada registrasi ulang produk-produk yang
terdapat perubahan pada produk obat, baik itu bahan awal yang berganti pemasok,
84
a. Registrasi Baru adalah registrasi obat yang belum mendapat izin edar di
Indonesia.
b. Registrasi Variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun pada obat yang
telah memiliki izin edar di Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Secara umum CV. UKOT RATULANGI telah menerapkan prinsip-prinsip
CPOTB dalam aspek kegiatan produksinya dengan baik untuk menjamin
mutu obat yang dihasilkan, memenuhi kepastian mutu dan kepuasan
konsumen, memperkecil resiko kesalahan dalam memproduksi obat serta
mempermudah pengawasan proses produksi.
2. Program Praktek Kerja Profesi Apoteker memberikan ilmu dan pengalaman
bagi mahasiswa calon Apoteker sehingga dapat menyelaraskan teori yang
telah didapatkan selama perkuliahan dengan implentasi penerapan CPOTB
secara langsung,
85
3. Memberikan gambaran kondisi kerja dalam mempersiapkan diri untuk
mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai tenaga profesi apoteker
yang handal.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2021). Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 25
Tahun 2021 Tentang Penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang
Baik. In Bpom Ri (Vol. 11, Issue 88).
BPOM RI. (2012). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang
Baik. Jilid I. Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan Makanan.
BPOM RI. (2018). Perubahan atas Peraturan kepala badan pengawas obat dan
makanan republic Indonesia nomor HK.03.1.33.12.12.8195Tahun 2012
tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik. Jakarta:
badan pengawas obat dan makanan.
Dirjen Binfar dan Alkes RI.(2011). Pedoman Pelayanan Perizinan Industri
Farmasi.Jakarta: Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi Kefarmasian,
86
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Menkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/menkes/per/XII/2010 tentang Industri Farmasi.Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016.
87
Lampiran 1. Struktur Organisasi
88
Lampiran 2. Sertifikat CPOTB Kapsul
89
Lampiran 3. Sertifikat CPOTB Cairan Obat Dalam
90
Lampiran 4. Sertifikat CPOTB Serbuk Oral
91
Lampiran 5. Sertifikat CPOTB cairan Obat Luar
92
Lampiran 6. Bagan Proses Pembuatan Sediaan Liquida
Penimbangan
Ekstraksi
Penyaringan
Pencampuran
Pengisian ke bawah
IPC:
- Keseragama volome Karantina
- Kadar zat berkhasiat
- Kebocoran wadah
Pengemasan
93
Lampiran 7. Bagan Proses Pembuatan Kapsul
Penimbangan
IPC: Karantina
kadar zat berkhasiat
IPC:
- Kadar zat
Karantina
berkhasiat
- Waktu hancur
- Keseragaman
bobot
- Disolusi
Seleksi
Pengemasan
Finished Pack
Karantina
Analysis
94
Lampiran 8. Daftar Produk Obat CV. UKOT RATULANGI
PRODUK SYRUP
No. Nama obat Komposisi
1. Zingoserin syr Zingiber Officinale Rhizoma, Kaemferiae
Galangal Rhizome,Cinnamomum
Zeylanicum Cortex, Glycyrrhizae Glabrae
Radix, Menthae Arvensidis Folium, Oleum
Menthae Piperatae, Myristica Fragrans
Semen, Saccharum Album, Nipagin.
2. Mebagin Sericocalycis Folium, Orthoshiponis Folium,
Imperatae Radix, Phylanthi Herba.
3. Curcumasir
4. Obat Batuk Ratulangi
5. Zatimuno
6. Madu Hutan
95