Proses Sosialisasi Dan Penyesuaian Diri: Dosen Pengampu Qosim Lakaseng S.H.I, M.PD
Proses Sosialisasi Dan Penyesuaian Diri: Dosen Pengampu Qosim Lakaseng S.H.I, M.PD
Proses Sosialisasi Dan Penyesuaian Diri: Dosen Pengampu Qosim Lakaseng S.H.I, M.PD
DOSEN PENGAMPU
MATA KULIAH
MAHASISWA SEMESTER VI
DISUSUN OLEH :
Mariana (19010535)
Sholawat serta salam tiada lupa terhaturkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikut-
pengikut beliau hingga akhir nanti.
Makalah ini disusun untuk untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah “Sosiologi Pendidikan Agama”, yang diasuh oleh Dosen “Qosim Lakaseng
S.H.I, M.Pd” dan dengan selesainya makalah ini, maka kami sebagai penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta
membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Dosen
pengajar dalam pembelajaran mata kuliah ini dan kepada teman-teman semua.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus
menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses.
Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan
penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya.1
1
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
2
2. Pengertian Penyesuaian Diri
2
Ibid, hal.20
3
Ibid, hal. 23
3
kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
memnuhi syarat.
3) Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan
emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara
positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap
situasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri
adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada
diri sendiri dan pada lingkungan.
4
termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada
tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru
meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang
diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
“mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat
oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat
makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang
dialaminya.
5
sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini
lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya
semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan
yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga
mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai
menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
6
menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman
bermain media massa dan lingkungan kerja.7
a. Keluarga
b. Sekolah
7
Ibid, hal 80
7
bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak
pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para
remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu
berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya,
sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota
keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih
taat kepada nilai dan norma kelompoknya.
d. Media Massa
e. Lingkungan kerja
8
2. Penyesuaian Diri Dengan Fitrah Manusia
9
mental/spiritual yang harmonis. Oleh karena itu didalam apa yang
disebut “keharusan pendidikan” itu sebenarnya mengandung aspek-
aspek kepentingan yang antara lain dapat diterangkan sebagai berikut:8
1) Aspek Pedagogis
Dalam hal ini manusiadipandang sebagai makhluk yang disebut
“Homo educondum” yaitu makhluk yang harus dididik, oleh karena
menurut aspek ini manusia dikategorikan sebagai “animal educabil” yaitu
sebangsa binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang selain manusia
hanya dapat dilakukan “dressur” (dilatih sehingga dapat mengerjakan
sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah).
Jadi disini pendidikan berfungsi memanusiawikan manusia yang dengan
tanpa pendidikan sama sekali, manusia tidak dapat menjadi manusia
sebenarnya.
2) Aspek Psikologis
Aspek ini memandang manusia sebagai makhluk yang disebut
“psychophysik netral” yaitu makhluk yang memilki kemandirian
jasmaniah dan rohaniah. Di dalam kemandirian itu. Manusia mempunyai
potensi dasar atau kemampuan dasar (deposito) yang merupakan benih
yang dapat bertumbuh dan berkembang.
8
Russell, Bertand, Pendidikan dan Tatanan Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993. Hal 55
10
pengaruh mempengaruhi) antara sesama anggota masyarakat dalam
kesatuan masyarakat beradab.
4) Aspek filosofis
Menurut pandangan filsafat, manusia adalah makhluk yang disebut
Homo sapiens” yaitu makhlukyang mempunyai kemampuan untuk
berilmu pengetahuan. Memang salah satu gharizah manusia adalah ingin
mengetahui hal-hal yang belum diketahui yang disebut insting neugirig
atau curiosity. Dengan insting ini maka, manusia selalu cenderung untuk
memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu di sekelilingnya.
Kemampuan inilah yang memberikan kemungkinan manusia untuk
dapat dididik dan belajar, sehingga dapat menangkap segala yang
diajarkan. Pengertian yang telah dipahami itu kemudian menjadi suatu
rangkaian pengertian yang berbentuk menjadi ilmu pengetahuan yang
dimilkinya. Dengan kata lain, dengan melalui proses belajar dan diajar,
nmanusia pada akhirnya menjadi makhluk yang berilmu pengetahuan.
Anugerah Allah yang tak ternilai harganya, itu harus dikembangkan agar
mausia dapat menjadi manusia yang sempurna (insan al-kamil). M.Natsir
(1954), menyatakan bahwa pengembangan fitnah adalah salah satu tugas
risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW.
Setiap usaha pengembangan fitrah itu harus dilaksanakan secara
sadar, berencana dan sistematis. Dan berkembang atau tidaknya fitrah-
fitrah tersebut dan seimbang atau tidaknya, perkembangannya itu
tergantung kepada usaha manusia itu sendiri.
1. Faktor Intrinsik
11
Sejak lahir manusia sesungguhnya telah memiliki pembawaan-
pembawaan yang berupa bakat, ciri-ciri fisik, dan kemampuan-
kemampuan khusus warisan orang tuanya. Hal itu disebut sebagai
faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
yang melakukan sosialisasi. Faktor ini akan menjadi bekal seseorang
untuk melaksanakan beragam aktivitas dalam sosialisasi. Hasilnya
akan sangat berpengaruh terutama dalam perolehan keterampilan,
pengetahuan, dan nilai-nilai dalam sosialisasi itu sendiri.
2. Faktor Ekstrinsik
12
Untuk pertumbuhan kecerdasan dan emosional seseorang.
Dapat mempelajari tentang hak, kewajiban, dan tanggung
jawab.
Merupakan cara untuk melatih seseorang hidup
bermasyarakat.
Bahasa
Kasih saying
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
15
e) Penyesuaian diri secara negatif (salah), terbagi menjadi :
1. Reaksi bertahan
2. Reaksi menyerang
3. Reaksi melarikan diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi adalah:
1. Sifat dasar
2. Lingkungan prenatal
3. Perbedaan individual
4. Lingkungan.
5. Motivasi
DAFTAR PUSTAKA
16
Nasution R. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara. 1999.
Russell, Bertand, Pendidikan dan Tatanan Sosial, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1993.
Susanto, Phil Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina
Cipta.
17